• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN KUALITAS UDARA DAN PENGAMATAN U

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMETAAN KUALITAS UDARA DAN PENGAMATAN U"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PEMETAAN KUALITAS UDARA DAN PENGAMATAN UNSUR-UNSUR METEOROLOGIS KECAMATAN BLIMBING, KOTA MALANG

Untuk Memnuhi Tugas Mata kuliah Hidrometeorologi Terapan yang di bimbing oleh: Ferriyati Masitoh, S.Si, M.Si

No Nama NIM

1. Ahmad Hamdani Afro 130722607349

2. Ahmad Saikhu 130722616082

3. Alistiqomah 130722607356

4. Fajar Setio Nuryanto 130722616101

5. Fatma Roisatin Nadhiroh 130722616093

6. Imam Mahmudi 130722607355

7. M. Arif Oktifani 130722616072

8. Meidika 130722616086

9. Moh. Farid 130722607350

10. Qonita Azzahra 130722607352

JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG

DESEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN

(2)

Perubahan iklim global yang menjadi perhatian masyarakat dunia adalah gejala global warming (panas dunia) yang diketahui terjadi sebagai akibat dari penipisan lapisan ozon di lapisan stratosfer. Lapisan ozon berfungsi menyerap radiasi surya terutama sinar ultraviolet sebelum mencapai permukaan meningkatnya suhu udara di permukaan bumi,dan menimbulkan gejala global warming (panas dunia). Suhu udara permukaan adalah salah satu unsur cuaca yang merupakan besaran fisis terukur dan dapat menerangkan keadaan cuaca di suatu tempat. Hal tersebut dikarenakan suhu udara bersifat dinamis dan sangat di pengaruhi oleh unsur-unsur cuaca lainnya seperti curah hujan, kelembaban udara, intensitas radiasi dan tekanan udara.

Transportasi adalah salah satu sumber penyebab polusi udara di daerah perkotaan dan sector yang paling signifikan dalam menyumbang karbon monoksida di udara. Pertumbuhan jumlah kepemilikan transportasi seperti motor dan mobil memberikan dampak yang cukup tinggi terhadap lingkungan. Dari sektor transportasi merupakan sumber terbesar pencemaran di daerah perkotaan, yaitu sebesar 60% disebabkan karea tingginya jumlah kendaraan bermotor yang begerak dalam kota (Soedono,2011).

Selain itu juga pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah akan meningkatkan bertambahnya permukiman, transportasi, dan perindustrian dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri baik berupa sarana dan prasarana. Selain itu kemajuan teknologi dalam upaya untuk meningkatkan kualitas dan kenyamanan kehidupan akan memberikan dampak negative diantaranya adalah kerugian bagi keseimbangan lingkungan hidup, salah satunya adalah sulitnya untuk memperoleh udara yang berkualitas baik dan bersih.

Kecamatan Blimbing merupakan kecamatan yang terletak di bagian utara Kota Malang dengan luas wilayah sebesar 17,76 km2, yang terdiri dari 11 Kelurahan

(3)

Jalan Piranha Atas, industri Batik Malangan yang berada di Jalan Candi Jago dan industri keripik tempe yang berada di daerah Sanan.

Dengan banyaknya jumlah penduduk dan kawasan industri di Kecamatan Blimbing, maka perlu dilakukan pemetaan kualitas udara untuk mengetahui daerah mana saja yang memiliki kualitas udara buruk yang dapat merusak lingkungan hidup. Dengan mempertimbangkan unsur meteorologis berupa suhu, kecepatan angin, kebisingan serta jumlah kendaraan yang melewati daerah tersebut dalam kurun waktu satu minggu.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan antar faktor meteorologis di Kecamatan Blimbing, Kota Malang?

2. Bagaimana hubungan antara faktor meteorologis dengan kualitas udara di Kecamatan Blimbing, Kota Malang?

3. Bagaimana pengaruh kualitas udara dengan kondisi lingkungan di Kecamatan Blimbing, Kota Malang?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan antar faktor meteorologis di Kecamatan Blimbing, Kota Malang.

2. Untuk mengetahui hubungan antara faktor cuaca dengan kualitas udara di Kecamatan Blimbing, Kota Malang.

3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas udara terhadap kondisi lingkungan di Kecamatan Blimbing, Kota Malang

D. Manfaat Penelitian

(4)

1. Bagi mahasiswa, dapat menjadi sarana untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan khususnya mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi mengenahi pengaruh kualitas udara terhadap kesehatan masyarakat

3. Bagi pemerintah, dapat mengambil kebijakan untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Pemetaan kualitas udara dan unsur-unsur meteorolis ini dilakukan di Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Dengan luas wilayahnya adalah 17,76 km2

(5)

BAB II LANDASAN TEORI

Atmosfer merupakan selubung bumi yang terdiri atas berbagai gas dan memiliki berbagai aktivitas. Salah satu hal yang terjadi dalam atmosfer adalah kondisi cuaca. Cuaca terjadi karena panas matahari membuat air dan udara bergerak di sekitar bumi pada lapisan troposfer. Rotasi bumi menyebabkan perubahan cuaca harian di bumi atas berbagai parameter cuaca, misalnya: temperatur udara, kelembapan, kecepatan angin, penyinaran matahari, dan tekanan udara. Cuaca harian di suatu tempat akn berbeda dengan tempat lainnya karena kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang dimaksud antara lain: Lingkungan Alamiah : ketinggian topografi, keberadaan dan kondisi vegetasi; Lingkungan Buatan : penggunaan lahan, keberadaan dan kondisi bangunan, kerapatan bangunan, keberadaan industri, kondisi jalan raya, kondisi penutup lahan; Lingkungan sosial: intensitas berkendaraan dan emisi kendaraan, aktivitas pembakaran sampah.

Pengamatan unsur-unsur meteorologis menjadi hal yang sangat penting untuk mengetahui kondisi meteorologis di suatu tempat serta berbagai kemungkinan yang mempengaruhinya. Pengamatan unsur-unsur meteorologis yang secara dilakukan spasiotemporal akan dapat di petakan untuk kemudian dianalisis. Hasil analisis tersebut secara lebih lanjut, dapat digunakan sebagai salah satu faktor pendukung dalam membuat kabijakan lingkungan terutama yang berkaitan dengan kualitas udara serta berbagai kondisi unsur-unsur meteorologinya.

(6)

2.1 Udara Ambien

Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfer yang berada di dalam wilayah yuridiksi. Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya (PP RI No.41, 1999). Sedangkan dalam Peraturan Gubernur DIY No. 8 Tahun 2010 tentang Program Langit Biru tahun 2009 – 2013, adanya kegiatan makhluk hidup komposisi udara alami berubah. Jika perubahan komposisi udara alami melebihi konsentrasi tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya, maka udara tersebut dikatakan telah tercemar.

2.2 Pencemaran Udara

Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor, namun sayangnya kita tidak dapat memilih udara yang kita hirup. Jika terjadi pencemaran udara yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara maka sejak itulah manusia akan menerima dampak yang ditimbulkan oleh pencemar udara tersebut (Gusnita, 2012). Pencemaran udara ialah adanya bahan atau zat asing yang terdapat di udara dalam jumlah yang dapat menyebabkan perubahan komposisi atmosfer dari keadaan normal (Sunu, 2001; Dewi, 2004; Kadyarsi, 2006).

Pencemaran udara di daerah perkotaan cenderung semakin hari semakin meningkat terutama daerah dengan kepadatan lalulintas yang cukup tinggi serta di lokasi industri. Tingginya konsumsi penggunaan bahan bakar yang berasal dari minyak, maka potensi pencemaran udara juga semakin tinggii karena udara akan tercemar oleh gas-gas buangan hasil pembakaran (Sunu, 2001; Dewi, 2004; Kadyarsi, 2006).

(7)

melalui asap pabrik yang sudah banyak terdapat di kota dan sekitarnya. (3) Kepadatan penduduk dan pembakaran sampah. (4) Pembukaan daerah melalui tebang dan bakar yang mengakibatkan udara dipenuhi oleh carbon monoxide, nitrogen oxide dan sulfur oxide.

2.3 Kartografi

Peta sebagai sumber informasi keruangan (spasial) adalah amat penting dalam setiap kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan pembangunan, dan pemerintahan. Ini berarti peta memiliki pera strategis dalam perumusan kebijakan pembangunan nasional. Dengan peta berbagai aktivitas pembangunan kewilayahan dapat dipadukan, dievaluasi dan ditata ulang. Dengan peta pula segala informasi sumberdaya alam dan potensi wilayah dapat dipadukan untuk mendukung proses perencanaan yang matang dan bijaksana (Kadyarsi, 2006).

Peta merupakan gambaran unsur-unsur atau kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan atau benda-benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan (Roobinson, et al.,1995 dalam Kadyarsi, 2006). Peta dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: (a) peta topografi, menyajikan kenampakan fisik dan artificial (kultural dan hasil budaya manusia) di permukaan bumi; (b) charts, peta-peta untuk kepentingan navigasi, seperti peta jalur penerbangan, peta arah angin, peta jalan darat, dan (c) peta tematik, peta yang mencerminkan hal-hal khusus.

2.4 Unsur-unsur Meteorologis 2.4.1 Suhu Udara

Temperatur adalah suatu ukuran untuk tingkat panas suatu benda. Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda tersebut untuk mentransfer panas atau menerima panas, dari benda satu ke benda yang lain. Distribusi suhu di dalam atmosfer sangat bergantung terutama pada keadaan radiasi matahari, oleh sebab itu suhu udara selalu mengalami perubahan (Swarinoto, 2003 dalam Fadholi, 2013).

(8)

Station). Dalam meteorologi yang dimaksud dengan suhu udara permukaan adalah suhu udara pada ketinggian 1.25 sampai dengan 2 meter dari permukaan tanah. Suhu udara berbanding terbalik dengan kerapatan udaranya (Soepangkat, 1994 dalam Fadholi, 2013). Pada lapisan troposfer dimana suhu menurun terhadap ketinggian maka besarnya kerapatan udara berbeda untuk setiap ketinggian (level).

2.4.2 Tekanan Udara

Tekanan menggambarkan gaya per satuan luas pada suatu ketinggian tertentu. Dimana tekanan udara merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan menentukan kerapatan udara selain daripada suhu udara. Ketinggian kerapatan udara (density height) adalah suatu ketinggian dalam atmosfer standar ICAO, dimana kerapatan udaranya sesuai dengan kerapatan udara pada suatu tempat tertentu (Soepangkat, 1994 dalam Fadholi, 2013).

Pada umumnya makin tinggi suatu ketinggian dari permukaan laut, tekanan udaranya semakin berkurang, karena jumlah molekul dan atom yang ada di atasnya berkurang. Dengan demikian dapat kita katakana bahwa tekanan udara menurun terhadap ketinggian, begitu juga dengan kerapatan udara (Fadholi, 2013).

2.4.3 Kecepatan Angin

Kecepatan angin di daerah tropik biasanya lebih rendah daripada yang dialami di daerah iklim sedang. Arah mata angin dipengaruhi oleh angin muson. Gerakan vertikal atmosfer secara klimatologi sangat penting karena dapat menghasilka awan dan endapan, tetapi besarnya sangat kecil jika dibandingkan dengan gerakan atmosfer secara horizontal. Angin adalah udara yang bergerak dimana arahnya sejajar dengan permukaan bumi. Sedangkan gerakan udara secara vertikal lebit tepat disebut arus (currents). Angin biasanya disebabkan oleh perbedaan tekanan udara horizontal. Jika terjadi perbedaan tekanan horzontal, maka ada gradient tekanan. Gaya gradient tekanan ini yang menyebabkan gerakan udara dari tekanan tinggi ke tekanan rendah (Tyasyono, 1992; Setiawan, 2009).

(9)

angin datang. Misalnya angin dari selatan yang berhembus ke utara disebut angin selatan, angin dari laut ke darat disebut angin lau dan sebagainya (Setiawan, 2009).

2.4.4 Kelembaban Udara

Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembababn nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uapa air (Handoko, 1995). Kandungan uap air udara di daerah tropik biasanya lebih besar daripada di daerah iklim sedang. Variasi musiman sangat kecil dan kelembaban relatif selalu di atas 80%. Kandungan uap air di udara yang besar dan variasi suhu harian yang besar menyebabkan pembentukan embun menjadi suatu yang umum bagi daerah tropik (Setiawan, 2009).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelembapan Udara : 1. Ketinggian Tempat

Apabila semakin tinggi tempat maka tingkat kelembapannya juga tinggi karena suhunya rendah dan sebaliknya semakin rendah tempatnya suhunya semakin tinggi dan kelembapannyapun semakin rendah.

2. Kerapatan Udara

Kerapatan udara ini juga berkaitan dengan suhu dimana kerapatan udara pada daerah tertentu maka kelembapannyapun tinggi. Sedangkan apabila kerapatan disuatu daerah renggang maka tingkat kelembapannya akan rendah.

3. Tekanan Udara

Tekanan udara juga mempengaruhi kelembapan udara dimana tekanan udara pada suatu daerah tinggi maka kelembapannya juga akan tinggi, hal ini di sebabkan karena lapangan udaranya yang rendah.

4. Radiasi Matahari

Dimana adanya radiasi matahari ini menyebabkan terjadinya penguapan air di udara yang tingkatnya tinggi , sehingga kelembapan udaranya semakin besar 5. Angin

(10)

6. Suhu

Apabila suhu tinggi maka kelembapannya akan rendah dan sebaliknya apabila suhu rendah maka kelembapannya akan tinggi . Dimana suhu dan kelembapan berkaitan dengan ketinggian suatu tempat .

7. Kerapatan Vegetasi

Jika tumbuhan dengan kerapatan yang sangat rapat maka kelembapannya akan tinggi hal ini disebabkan karena adanya seresah yang menutup permukaan tanah sangat besar sehingga mempengaruhi kelembapannya. Dan sebaliknya apaila kerapatannya jarang serta seresah yang menutupi tanah sedikit maka kelembapannya juga akan rendah .

2.5 Kebisingan

Kebisingan (noise) adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki atau mengganggu.Gangguan bunyi hingga tingkat tertentu dapat diadaptasi oleh fisik, namun syaraf dapat terganggu.Ambang bunyi adalah intensitas bunyi sanagt lemah yang masih dapat didengar telinga manusia, berenergi 10-12 W/m².ambang bunyi ini disepakati mempunyai tingkat bunyi 0 dB. Ambang sakit adalah kekuatan bunyi yang menyebabkan sakit pada telinga manusia, berenergi 1 W/m² (Metawati, 2013).

(11)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Kecamatan Blimbing terletak di bagian utara wilayah Kota Malang dengan luas wilayah 17,76 Km² yang terdiri dari 11 Kelurahan, yang sebagian wilayahnya dilalui Sungai Brantas. Lokasi penelitian ini ada 28 grid, dimana satu gridnya terdapat 5 titik dan satu gerid memiliki luas 1 km2. Berikutadalah peta lokasi penelitian:

Kecamatan Blimbing dengan luas wilayahnya 17,76 km2 dan jumlah

(12)

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari hari Sabtu sampai hari Jum’at bulan Desember 2015. Berikut adalah tabel dari proses penelitian mulai dari pengumpulan data sampai dengan pembuatan laporan.

Table 1.1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Hari, Tanggal Kegiatan Uraian Kegiatan

Pengumpulan Data Senin, 23

November 2015 Pengumpulan data pendukung - Shp Administrasi

- Shp Jaringan jalan

November 2015 Survey ke lapangan untuk menentukan titik

Survey Lapangan Minggu, 29

Kesepakatan tentang alat dan brefing untuk praktikum

Praktikum Lapangan Sabtu – Jum’at, 5 –

11 Desember 2015 Praktikum Lapangan sesuai dengan titik dan grid masing-masing

Pengumpulan Data Rabu – Sabtu, 9 –

12 Desember 2015

Pengumpulan data tahap II dan tahap II

Analisis Data Sabtu, 12 Desember

2015 Analisis data yang di peroleh

Diskusi dengan Off G Minggu, 13

Desember 2015

(13)

C. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Alat yang Digunakan

1. Sound Level Meter

2. Penghitung angka manual (counter) 3. Termometer udara

4. Anemometer 5. GPS

b) Data Pendukung

1. Peta Administrasi Kecamatan Blimbing 2. Peta Jaringan Sungai (menyesuaikan) 3. Peta Jaringan Jalan

4. Peta Penggunaan Lahan 5. Peta Penutup Lahan 6. Peta Sebaran Permukiman

7. Peta Sebaran Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial c) Parameter Unsur Meteorologis

1. Suhu : oT Celcius

2. Tekanan Udara : Po (milibar dan tekanan atmosfer) 3. Kecepatan Angin : U2 mph

4. Kebisingan Suara : dB

5. Jumlah Kendaraan : Mobil/Motor

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

(14)

2. Pengambilan Data

Teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan alat, alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan HP Android, karena keterbatasan alat. Sehingga hasil yang digunakan tidak begitu akurat. Dan data tersebut tidak begitu dapat dipercaya dan dijadikan sebagai bahan untuk pengambilan keputusan. Aplikasi yang digunakan adalah Sound Level Meter, Zyphrus Wind Meter, Thermometer, Counter.

E. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Populasi

Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari obyek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga obyek-obyek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2011 dalam Yustisa,2015). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kecamatan Blimbing Kota Malang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Sangadji dan Sopiah, 2010 dalam Yustisa,2015). Noor (2011) mendefinisikan juga sampel sebagai sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode random sampling dimana jumlah sampel ditentukan secara acak, satu grid dalam peta diambil 5 sampel untuk digunakan penelitian, dan dalam penentuan titik sampel tersebut dilakukan secara acak dan merata, sehingga dalam satu wilayah Kecamatan Blimbing ini terdapat 140 sampel.

F. Teknik Analisis Data

(15)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hubungan Antar Unsur Meteorologi

1. Hubungan Antara Jumlah Kendaraan dengan Suhu

Kebutuhan akan transportasi timbul karena adanya kebutuhan manusia. Transportasi dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan yang memungkinkan perpindahan manusia atau barang sari satu tempat ke tempat lain. Adanya transportasi yang sudah maju saat ini dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, sebab emisi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dapat memperburuk kualitas lingkungan. Emisi dari berbagai gas dan partikel dar kegiatan tansportasi ke dalam atmosfer menimbulkan berbagai problem menurunnya mutu lingkungan. Pada umumnya pertambahan jumlah kendaraan akan mengakibatkan pertambahan pula dalam dampak lingkungan yang negatif. Pertambahan volume lalu lintas juga akan mengakibatkan bertambahnya suhu sehingga dianggap menurunkan kualitas lingkungan.

Hal tersebut dapat dibuktikan dengan data yang telah diperoleh dari hasil pengukuran lapangan, pada titik-titik dengan volume kendaraan tinggi maka suhunya juga akan semakin tinggi. Namun, ada faktor lain yang mempengaruhi meningkatnya suhu yaitu intensitas matahari. Pada kondisi berawan jumlah kendaraan tidak akan mempengaruhi suhu secara signifikan, sebab penyinaran matahari berkurang. Misalnya saja pada cuaca cerah, pada titik pengamatan yang berada di Jalan Ahmad Yani (Malang-Pasuruan) pada pagi hari dengan jumlah kendaraan 669 unit memiliki suhu 26.2oC. Sedangkan pada titik yang sama saat siang hari jumlah kendaraan relatif

menurun yaitu 614 unit tercatat suhu meningkat hingga 32oC. 2. Hubungan Antara Waktu dengan Suhu

(16)

dilakukan pada musim penghujan dan lokasi penelitian terletak di sebelah selatan garis ekuator. Sehingga lama waktu siang dan malam hari tidak jauh berbeda.

Pada pagi hari suhu akan lebih rendah dibandingkan dengan siang hari. Suhu tertinggi akan berada pada siang hari dan suhu pada sore hari akan kembali turun bahkan dapat lebih rendah dibandingkan dengan suhu di pagi hari. Hal tersebut dibuktikan pada titik pengamatan yang terletak di Jalan Terusan Sulfat, pada pagi hari suhu tercatat 27,8oC, 32,8 oC pada siang hari dan 26,5 oC pada sore hari. Namun, ada

faktor lain yang dapat mempengaruhi suhu, pada waktu yang sama di lokasi berbeda dengan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Seperti halnya titik pengamatan yang terletak di JNE Blimbing dengan lokasi di tepi jalan utama dan volume kendaraan cenderung lebih padat, pada pagi hari suhu tercatat 27 oC, siang mencapai 30,1 oC.

Berbeda dengan lokasi pengamatan yang berada di Perumahan Jalan Panji Suroso. Di titik tersebut berada agak jauh dari jalan utama dan relatif sepi, maka suhunya pun lebih rendah dibandingkan dengan yang berada di JNE Blimbing, yaitu 26,7 oC pada

pagi hari dan 28,4 oC pada siang hari. Selain kondisi lingkungan, alat yang digunakan

juga akan mempengaruhi keakuratan pada data yang diperoleh, seperti yang seharusnya menggunakan termometer tapi diganti dengan menggunakan android.

3. Hubungan Antara Waktu dengan Jumlah Kendaraan dan Kebisingan

(17)

jalan-jalan utama atau jalan raya volume kendaraan akan meningkat bahkan terjadi kemacetan pada jam-jam tersibuk dan tingkat kebisingan akan semakin tinggi.

Pernyataan di atas dapat dibuktikan berdasarkan data di beberapatitik pengamatan, antara lain di Jalan Sunandar Priyo Sudarmo pada pagi hari jumlah kendaraan mencapai 231 unit yang melalui jalan tersebut dengan kebisingan rata-rata mencapai 80,9dB. Pada siang hari jumlah kendaraan menurun menjadi 99 unit dengan kebisingan 76,4dB dan pada sore hari jumlah kendaraan 194 unit dan rata-ata kebisingan 81dB. Berbeda dengan kondisi di titik pengamatan yang berada di Perumahan Candi Agung. Daerah ini tergolong sepi dan bukan merupakan jalan utama, pada pagi hari jumlah kendaraan hanya 7 unit dengan waktu pengamatan selama 5 menit, rata-rata kebisingan hanya 61,4dB. Sedangkan pada siang hari, jumlah kendaraan hanya 13 unit dan kebisingan 67,5dB, pada sore hari jumlah kendaraan dengan lama waktu pengamatan yang sama hanya berjumlah 16 unit dan tingkat kebisingan rata-rata 77dB.

4. Hubungan Antara Waktu dengan Kecepatan Angin

(18)

B. Hubungan Antara Faktor Meteorologis dengan Kualitas Udara di Kecamatan Blimbing, Kota Malang

Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Menurut Soedomo,dkk, 1990, transportasi darat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap setengah dari total emisi SPM10, untuk sebagian besar timbal, CO, HC, dan NOx di daerah perkotaan, dengan konsentrasi utama terdapat di daerah lalu lintas yang padat, dimana tingkat pencemaran udara sudah dan/atau hampir melampaui standar kualitas udara ambient.

Sejalan dengan itu pertumbuhan pada sektor transportasi, yang diproyeksikan sekitar 6% sampai 8% per tahun, pada kenyataannya tahun 1999 pertumbuhan jumlah kendaraan di kota besar hampir mencapai 15% per tahun. Dengan menggunakan proyeksi 6-8% maka penggunaan bahan bakar di Indonesia diperkirakan sebesar 2,1 kali konsumsi tahun 1990 pada tahun 1998, sebesar 4,6 kali pada tahun 2008 dan 9,0 kali pada tahun 2018 (World Bank, 1993 cit KLH, 1997). Pada tahun 2020 setengah dari jumlah penduduk Indonesia akan menghadapi permasalahan pencemaran udara perkotaan, yang didominasi oleh emisi dari kendaraan bermotor.

Pada praktikum kali ini faktor meteorologis yang mempengaruhi kualitas udara di Kecamatan Blimbing adalah adalah kecepatan angin dan jumlah kendaraan.

Kecepatan angin dapat mempengarui kualitas udara di suatu wilayah, karena dengan adanya polusi udara yang disebabkan oleh adanya jumlah kendaraan maka polusi akan tersebar. Polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor dapat menjadi permasalahan yang serius apabila jumlah kendaraan bermotor semakin tinggi. Menurut Sinaga, dkk (2006) Pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor menurut tempat dan sumbernya termasuk dalam pencemaran udara bebas dan bersumber dari kegiatan manusia. Pencemar yang ditimbulkan.

Buangan kendaraan bermotor dapat berupa CO (Karbon monoksida), Partikulat Matter, dan NO2 (Nitrogen Dioksida). Emisi kendaraan bermotor dimana sebagian

(19)

Kecepatan angin rerata harian ternyata berpusat di kelurahan Purwantoro dan Bunulrejo. Tingginya kecepatan angin tersebut bisa difaktori oleh aktifitas manusia yang terpusat di kedua daerah tersebut. Nilai kecepatan angin sebesar 6,1 – 15 juga disebabkan oleh sibuknya lalu lintas yang ada sehingga, efek dari kendaraan yang melintas dengan cepat menyebabkan angin bergerak lebih cepat. Hal tersebut berbanding terbalik apabila dilihat pada hasil pengukuran di daerah perumahan atau perkampungan dan sawah. Nilai kecepatan angin hanya tersebar antara 1,0 – 3,4. Pada kondisi seperti ini kecepatan angina menunjukkan keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh pergerakan kendaraan yang membuat angina disekitar menjadi lebih kencang.

Dengan diketahuinya kecepatan angin, maka dapat diketahui persebaran polusi berpusat di daerah Prwantoro dan Bunulrejo. Sehingga persebaran kualitas udara yang ada di Kecamatan Blimbing dapat diketahui dengan melihat peta persebaran angina di Kecamatan Blimbing.

C. Pengaruh kualitas udara terhadap kondisi lingkungan di Kecamatan Blimbing, Kota Malang

Udara merupakan kebutuhan primer bagi manusia dan semua benda hidup yang di bumi ini. Apabila tercemar, maka yang lainnya akan menerima dampaknya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dikatakan bahwa :

 Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan

manusia serta mahluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi mahluk hidup lainnya.

 Agar udara dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi pelestarian

(20)

Ini berarti bahwa walaupun ada aktifitas pembangunan, dampaknya pada kualitas udara tetap harus ditekan seminimal mungkin, sehingga apa yang diharapkan dari PP No. 41 Tahun 1999 tetap terwujud.

Kualitas udara mempengaruhi kondisi lingkungan di suatu tempat. Jika kualitas udara buruk, maka akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan tersebut dan dampaknya pada kesehatan manusia. Pada penelitian yang dilakukan di Kecamatan Blimbing, Kota Malang ini ada beberapa factor yang mempengaruhi kualitas udara, diantaranya adalah jumlah kendaraan dan kecepatan angin.

Banyaknya kendaraan yang melewati suatu tempat akan berpengaruh terhadap tingkat polusi di suatu wilayah, semakin banyak kendaraan yang lewat maka polusi udara akan semakin tinggi, sedangkan semakin sedikit kendaraan yang melewati maka polusi udara juga rendah. Jumlah kendaraan tidak hanya mempengaruhi pada udara saja, melainkan juga pada kebisingan. Dan kebisingan ini juga akan mempengaruhi kondisi lingkungan serta kenyamanan manusia dalam menjalankan aktivitasnya.

Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan di kota-kota besar. Bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu dan atau membahayakan kesehatan.

Dampak dari kebisingan di lingkungan perumahan terhadap kesehatan masyarakat antara lain gangguan komunikasi, gangguan psikologis, keluhan dan tindakan demonstrasi, sedangkan keluhan somatik, tuli sementara dan tuli permanen merupakan dampak yang dipertimbangkan dari kebisingan dilingkungan kerja/ industri.

(21)

Pengaruh kebisingan pada 55 – 65 dBALeq terhadap kesehatan antara lain berupa gangguan kenyamanan, gangguan komunikasi, gangguan konsentrasi dan menimbulkan rasa kesal.

Selain itu jumlah kendaraan yang lwat akan berpengaruh terhadap tingkat polusi di daerah tersebut. Banyaknya kendaraan bermotor dapat memberikan dampak terhadap polusi udara. Polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor dapat menjadi permasalahan yang serius apabila jumlah kendaraan bermotor semakin tinggi. Menurut Sinaga, dkk (2006) Pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor menurut tempat dan sumbernya termasuk dalam pencemaran udara bebas dan bersumber dari kegiatan manusia. Pencemar yang ditimbulkan buangan kendaraan bermotor dapat berupa CO (Karbon monoksida), Partikulat Matter, dan NO2 (Nitrogen Dioksida). Emisi kendaraan bermotor dimana sebagian besar

kendaraan bermotor ini menggunakan bahan bakar minyak (BBM) berupa Premix, Premium atau Solar yang mengandung timah hitam (Leaded) berperan sebagai penyumbang polusi cukup besar terhadap kualitas udara dan kesehatan.

Penyebaran polusi di pengaruhi oleh angin, dengan adanya arah angin dan kecepatan angina dapat diketahui pusat polusi udara, yang mana polusi udara tersebut dapat mempengaruhi kualitas udara serta kesehatan dan lingkungan.

(22)

Di siang hari terjadi perubahan walaupun tidak signifikan dari data yang pertama. Penurunan tingkat kecepatan angin disebabkan karena pada pukul 12.00 – 14.00 WIB, aktifitas di jalan mengalami penurunan hampir di Kecamatan Blimbing secara global. Penurunan tersebut ditandai oleh perubahan warna pada Kecamatan Blimbing atau zona pengukuran kea arah yang lebih rendah. Sedangkan pada sore hari terjadi kenaikan kecepatan angina kembali secara makro. Faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut karena meningkat kembali aktifitas sore sebagai tanda bahwa berakhirnya segala aktifitas baik sekolah maupun bekerja.

Semakin banyaknya kendaraan yang lewat serta banyaknya keramaian di suatu daerah maka dapat mempengaruhi suhu di daerah tersebut. Jika daerahnya padat dan ramai kendaraan maka suhu udara akan cenderung tinggi, jika daerahnya sepi dan kendaraan jaran ada yang lewat maka suhunya akan rendah.

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan nilai rerata suhu harian pada pagi hari di Kecamatan Blimbing menunjukan bahwa, suhu rerata tertinggi harian berada di perbatasan Kelurahan Bunulrejo dan Purwantoro. Dengan suhu sebesar 28,5 – 29 oC. Terdapat 5 titik dengan suhu tertinggi yang tersebar 2 titik di kelurahan

bunulrejo, 1 titik besar di kelurahan blimbing dan 2 titik di kelurahan arjosari. Secara global kelurahan Blimbing dan purwantoro memiliki persebaran suhu mulai 26 - 29

oC. Kelurahan Kedung-Kandang, Purwodadi, Pandanwangi, dan Bunulrejo memiliki

sebaran suhu yang lebih rendah daripada kelurahan yang lainnya. Sedangkan pada kelurahan Jodipan, Ksatrian, dan Polehan persebaran suhunya berada di tengah-tengah atau sedang. Tinggi rendahnya suhu udara yang didapatkan dapat diliha dari waktu pengambilan data. Pada pagi hari rentang waktu yang valid yaitu antara pukul 06.00 – 08.00 WIB. Walaupun interval waktu pengukuran data hanya 2 jam, data yang akan didapatkan dilapangan akan mengalami perbedaan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh sudut datangnya sinar matahari antara pukul 06.00 akan berbeda dengan pukul 07.00 – 08.00 WIB. Sehingga dapat ditoleransi apabila terdapat persebaran suhu dengan selisih suhu terendah dan suhu tertinggi pada pagi hari sebesar 3,4 OC. Faktor lain yang menyebabkan tingginya suhu udara di lokasi tersebut

(23)

sibuk dan padat. Jumlah kendaraan yang melintas juga mempengaruhi kenaikan suhu udara akibat dari pelepasan panas dari asap kendaraan.

Lokasi yang memiliki suhu rerata harian pagi yang tinggi dapat disimpulkan memiliki keterlintasan jalan yang sangat sibuk dan padat, bisa jadi merupakan jalan utama sehingga banyak kendaraan yang melintas. Selain itu, banyaknya gedung yang terbangun tanpa diimbangi dengan vegetasi yang mampu menyerap panas di udara juga dapat mempengaruhi melalui pantulan sinar matahari kembali ke atmosfer. Sedangkan daerah yang pada pagi hari memiliki suhu lebih rendah bisa jadi keterlintasan jalan tidak padat seperti lokasi lainnya.

Rerata suhu harian pada siang hari ternyata banyak menampilkan sebaran titik-titik dengan suhu terendah. Hal tersebut berbanding terbalik dengan kondisi di pagi hari yang menampilkan titik titik suhu tertinggi. Munculnya kondisi seperti di atas dapat disebabkan oleh menurunnya aktifitas keterlintasan jalan. Sehingga polutan dari asap kendaraan tidak terlalu banyak yang lepas di udara. Pemusatan suhu tinggi yang ada di Kecamatan Blimbing pada siang hari berpusat di Kelurahan Arjosari, Purwodadi dan sebagian Kelurahan Purwantoro. Tingginya suhu rerata harian yang ada di 3 Kelurahan tersebut disebabkan oleh terdapatnya jalan utama kota Malang yang banyak dilalui oleh kendaraan yang akan masuk atau keluar kota. Selain itu di Kelurahan Arjosari terdapatnya terminal bus yang sangat sibuk. Adanya percabangan jalan utama dan fly over di daerah ini juga mempengaruhi tingginya suhu udara. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah asap kendaraan yang lepas diudara lebih banyak, kondisi lingkungan yang kurang vegetasi peredam panas yang ditanam disepanjang jalan, seperti tanaman trembesi, keterlintasan jalan yang sangat sibuk dan padat, terdapatnya kantor-kantor kepemerintahan dan perumahan.

(24)

Selama pengukuran di lapangan ternyata semakin sore kondisi suhu di udara mengalami kenaikan. Hal tersebut dapat dilihat melalui perluasan zona berwarna merah yang berarti suhu udara semakin tinggi. Perubahan tersebut meluas ke kelurahan balearjosari, padahal semula hanya di sebagian kelurahan arjosari, purwodadi dan polowijen. Perluasan zona berwarna merah atau semakin luasnya daerah yang mengalami kenaikan suhu selain disebabkan oleh faktor lamanya penyinaran saat siang hari, juga dilatarbelakangi oleh faktor kembali tingginya angka keterlintasan jalan dan jumlah kendaraan yang melintas. Keadaan ini hampir sama dengan kondisi di pagi hari. Hal tersebut terjadi karena antara pukul 16.00-18.00 segala aktifitas sekolah, dan bekerja telah usai.

Suhu senantiasa mengalami kenaikan dan penurunan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, bisa dipengaruhi oleh padatnya kegiatan manusia yang mampu menyumbangkan panas di udara, kurangnya vegetasi yang mmapu membantu dalam peredaman dan penyerapan panas di udara, dan kondisi permukaan bumi yang kini banyak terbangun menyebabkan terjadinya pantulan sinar matahari kembali ke atmosfer dengan nilai yang lebih tinggi. Fluktuasi suhu udara secara murni disebabkan oleh sudut datangnya sinar matahari dan intensitas penyinaran matahari ke permukaan bumi.

(25)

BAB V PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimplkan bahwa:

1. Faktor meteorologis yang ada dalam penelitian, termasuk jumlah kendaraan dengan suhu, waktu dengan suhu, waktu dengan jumlah kendaraan dan kebisingan,waktu dengan kecepatan angina saling mempengaruhi satu sama lain yang dapat menyebabkan kualitas udara baik atau buruk.

2. Kualitas udara di Kecamatan Blimbing yang paling buruk adalah di daerah Purwantoro, karena banyak kendaraan bermotor yang melewati daerah tersebut.

(26)

DAFTAR RUJUKAN

Bachtiar, Vera Surtia, dkk.2013.Analisis Tingkat Kebisingan dan Usaha Pengendalian pada Unit Produksi pada Suatu Industri di Kota Batam. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 10 (2): 85 – 93.

Fadholi, Akhmad.2013.Study Pengaruh Suhu dan Tekanan Udara terhadap Penerbangan di Bandara H.A.S Hananjoeddin Buluh Tumbang Belitung Periode 1980 – 2010. Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) 3 (1):1 – 10.

Gusnita, Dessy.2012.Pencemar Logam Berat Timbal (Pb) di Udara dan Upaya Penghapusan Bensisn Bertimbal. Berita Dirgantara 13 (2) : 95 – 101.

Kadyarsi, Ibnu.2006.Pemetaan Kualitas Udara Kota Surakarta. Forum Geografi 20 (1): 86-98.

Metawati, Nur, dkk.2013.Evaluasi Pemenuhan Standar Tingkat Kebisingan Kelas di SMPN 23 Bandung. INVOTEC 9 (2): 145 – 156.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Setiawan, Eko.2009.Kajian Hubungan Unsur Iklim terhadap Produktivitas Cabe Jamu (Piper retrofractum Vahl) di Kabupaten Sumenep. AGROVIGOR 2 (1):1 – 11.

Gambar

Table 1.1 Jadwal Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

RINCIAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA LANGSUNG PROGRAM DAN PER KEGIATAN SATUAN KERJA PERANGKAT

Sedangkan bagi orang Umalulu yang telah beralih ke agama Kristen, ke-Kristen-an bukan suatu hal yang perlu dipermasalahkan lagi karena mereka masih tetap dapat menjalankan

Kebiasaan yang baik akan membentuk karakter yang baik. Pembiasaan tersebut adalah dengan cara melakukan kegiatan yang dilaksanakan secara terprogram dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Upaya dan peran pemerintah dalam penanganan kemiskinan di Kelurahan Danau Tundai diantaranya adalah melalui program

Diduga mikroba yang berasal dari selokan mampu meningkatkan daya hidrolisis sampah rumah tangga sehingga akan mempercepat tahap pertama proses pembentukan biogas

Hasil uji analisis faktor untuk variabel Sistem Akuntansi Keuangan Daerah diketahui bahwa ketiga indikator tersebut adalah signifikan dalam membentuk variabel tersebut dengan nilai

Hasil Sakernas Agustus 2015 menunjukkan lapangan pekerjaan yang banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian sebesar 41,30 persen, diikuti oleh sektor

Penerapan e- Government telah dilaksanakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Riau yang dapat dilihat dari berbagai aplikasi yang digunakan dalam