• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Sebelum dan Sesudah Pemekaran Wilayah di Kabupaten Padang Lawas Utara (Studi Kasus : Kecamatan Padang Bolak)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Sebelum dan Sesudah Pemekaran Wilayah di Kabupaten Padang Lawas Utara (Studi Kasus : Kecamatan Padang Bolak)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia karena sejak berdirinya negara kesatuan Republik Indonesia sudah dikenal adanya otonomi daerah yang dipayungi oleh Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 (Haris, 2007)

Dengan berlakunya UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999, pemerintah dan masyarakat di daerah dipersilahkan mengurus rumah tangganya sendiri dengan bertanggungjawab. Peran pemerintah pusat dalam konteks desentralisasi ini adalah melakukan supervisi, memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan otonomi daerah. Peran ini tidak tingan, tetapi juga tidak membebani daerah secara berlebihan. Karena itu dalam rangka otonomi daerah diperlukan kombinasi yang efektif antara visi yang jelas serta kepemimpinan yang kuat dari pemerintah pusat, dengan keleluasaan berprakarsa dan berkreasi dari pemerintah daerah. Visi otonomi daerah itu sendiri dapat dirumuskan dalam 3 ruang lingkup interaksinya yang utama: politik, ekonomi, serta sosial dan budaya (Haris, 2007)

(2)

yang responsif terhadap kepentingan masyarakat luas, dan memelihara suatu mekanisme pengambilan keputusan yang taat pada asas pertanggungjawaban publik. Demokratisasi pemerintah juga berarti transparansi kebijakan. Artinya, untuk setiap kebijakan yang diambil, harus jelas siapa yang memprakarsai kebijakan itu, apa tujuannya, berapa ongkos yang dipikul, siapa yang akan diuntungkan, apa resiko yang harus ditanggung, dan siapa yang harus bertanggung jawab jika kebijakan itu gagal. Otonomi daerah juga berarti kesempatan membangun struktur pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan daerah, membangun sistem dan pola karir politik dan administrasi yang kompetitif, serta mengembangkan sistem manajemen pemerintahan yang efektif.

Di bidang ekonomi, otonomi daerah di satu pihak harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan dilain pihak terbukanya peluang bagi pemerintah daerah mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya. Dalam konteks ini, otonomi daerah akan memungkinlan lahirnya berbagai prakarsa pemerintah daerah untuk menawarkan fasilitas investasi, memudahkan prosses peijinan usaha dan membangun berbagai infrastruktur yang menunjang perputaran ekonomi di daerahnya. Dengan demikian otonomi daerah akan membawa masyakar ke tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dari waktu ke waktu.

(3)

Salah satu bentuk otonomi daerah adalah adanya pemekaran wilayah. Pemekaran wilayah pemerintahan merupakan suatu langkah strategis yang ditempuh oleh Pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan baik dalam rangka pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan menuju terwujudnya suatu tatanan kehidupan masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera, adil dan makmur. Dengan perkataan lain, hakikat pemekaran daerah otonom lebih ditekankan pada aspek mendekatkan pelayanan pemerintahan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pemekaran daerah merupakan cara atau pendekatan untuk mempercepat akselerasi pembangunan daerah dan daerah otonom baru yang terbentuk itu pada arasnya merupakan suatu entitas baik sebagai kesatuan geografis, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Secara normatif pembentukan suatu daerah otonom baru dapat diadakan oleh Pemerintah antara lain melalui pemekaran daerah otonom. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam pasal 4 UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. (Ahab, 2012)

(4)

1) Peningkatan pelayanan kepada masyarakat 2) Percepatan pertumbuhan kehidupan demokras

3) Percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah 4) Percepatan pengelolaan potensi daerah

5) Peningkatan keamanan dan ketertiban

6)

Peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah

Otonomi daerah dalam konteks ekonomi bermakna sebagai perluasan kesempatan bagi masyarakat dan pemerintah daerah untuk mengejar kesejahteraan dan memajukan dirinya. Ini akan secara signifikan mengurangi beban pemerintah pusat dan pada saat yang sama menciptakan iklim yang kompetitif diantara daerah-daerah secara kreatif menemukan cara-cara baru mengelola potensi ekonomi yang dimilikinya. Masyarakat di daerah yang semakin sejahtera akan menyadari bahwa kondisi yang mereka nikmati itu adalah berkah dari kebijakan desentralisasi yang diluncurkan oleh pemerintah pusat (Haris, 2007).

Dengan adanya otonomi daerah, telah diberikan kebebasan kepada regional agricultural servicesuntuk mengambil inisiatif dalam mendesain kebijakan spesifik lokal sementara itu pemerintah pusat melalui Menteri Pertanian bertanggung jawab hanya pada penyusunan dan manajemen strategi, kebijakan nasional dan standar-standar. Dengan dukungan anggarran yang besar, diharapkan pemerintah daerah memiliki lebih banyak sumber daya serta kebabasan yang lebih besar untuk mengembangkan kebijakan spesifik lokal (Saragih, 2005).

(5)

nasional pembangunan pertanian. Program pembangunan pertanian yang didukung anggaran APBN sektor pertanian lebih dari 80 persen telah dialokasikan ke daerah, yang secara operasional program pembangunan pertanian sebagian besar menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah (Saragih, 2002).

Menurut (Suryanto, 2014) , proses pengelolaan keuangan daerah dimulai dengan perencanaan/penyusunan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD). APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Menurut (Badan Pusat Statistik,2014) jumlah kabupaten di Sumatera Utara pada tahun 2002 berjumlah 13 kabupaten, pada tahun 2003 sampai 2006 berjumlah 18 kabupaten. Tahun 2007, 2008 dan 2009 kembali mengalami pemekaran wilayah sehingga masing – masing tahun berjumlah 21 kabupaten, 23 kabupaten dan 25 kabupaten. Jumlah kabupaten di Provinsi Sumatera hingga tahun 2013 berjumlah 25 kabupaten.

(6)

Mata pencaharian di bidang pertanian hampir di seluruh Kabupaten Padang Lawas Utara seperti tanaman padi, sedangkan perkebunan yang paling cocok adalah karet, ubi kayu, sawit dan tanaman palawija (Hariani,2013)

Tanaman bahan makanan yang sudah berproduksi di kabupaten Padang Lawas Utara tahun 2013 tercatat padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelei, dan kacang hijau (BPS,2014). Padi merupakan tanaman bahan makanan yang hasil produksinya (beras) dijadikan sebagai salah satu bahan makanan pokok yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Input dalam usahatani padi sawah merupakan faktor yang sangat menentukan jumlah dan kualitas produksi usahatani. Input usahatani padi sawah terdiri dari lahan,pupuk, tenaga kerja, pestisida dan bibit.

(7)

dan padi ladang tahun 2013 mencapai 89.670 ton, naik 1,24 persen dari tahun sebelumnya. Berikut tabel perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah di Kabupaten Padang Lawas Utara

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah di Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2009-2013

Padi Sawah Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

Produksi (Ton) 15.463 14.471 65.156 80.955 89.670 Luas Lahan (Ha) 15.080 12.642 13.947 20.093 21.284 Produktivitas (Kw/Ha) 59.5 60.0 41.04 41.63 41.67 Sumber: Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Padang Lawas Utara

Dari tabel 1, dapat dilihat terjadi perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah di Kabupaten Padang Lawas Utara dari tahun 2009 – 2013.

Luas lahan panen padi sawah sebelum terbentuknya Kabupaten Padang Lawas Utara atau ketika sebelum adanya pemekaran wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 2005 yaitu 81.660 ha , tahun 2006 yaitu seluas 67.942 ha, dan pada tahun 2007 yaitu seluas 68.902 ha.

(8)

Input padi sawah terdiri dari pupuk, lahan, tenaga kerja, pestisida dan bibit. Setiap tahunnya harga input padi sawah akan mengalami perkembangan. Dengan adanya pemekaran wilayah kabupaten Padang Lawas Utara pemerintahan Padang Lawas Utara mengambil kebijakan yang tidak membebani petani padi sawah. Salah satu bentuk kebijakan daerah dalam sektor pertanian yaitu menyiapkan anggaran yang digunakan untuk mensubsidi para petani, seperti subsidi bibit, pupuk dan pestisida. Dana yang digunakan untuk anggaran subsidi petani berasal dari APBD. Subsidi pupuk diharapkan mampu mengatasi kesulitan petani dalam mendapatkan pupuk. Tahun 2005 Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk urea bersubsidi yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu Rp. 1.150 / kg atau Rp 57.500 / zak , dan pada tahun 2006 Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk urea bersubsidi menurut Peraturan Menteri Pertanian NOMOR 04/Permentan/SR.130/02/2006 yaitu Rp. 1.200 / kg atau Rp 60.000 / zak , sedangkan harga pupuk urea non subsidi berkisar antara Rp 2.100 / kg – Rp 2.500 / kg atau Rp 105.000 / zak – Rp 125.000 / zak. Harga pupuk urea yang dibayarkan petani padi sawah di Kabupaten Padang Lawas Utara berkisar antara Rp 1.600 / kg – 2.100 /kg.

(9)

1.2 Identifikasi Masalah

1) Bagaimanakah perkembangan luas lahan sawah irigasi teknis, semi teknis dan non teknis sebelum dan sesudah pemekaran wilayah di daerah penelitian?

2) Bagaimanakah perbandingan produksi dan produktivitas lahan sawah irigasi teknis, semi teknis dan non teknis sebelum dan sesudah pemekaran wilayahdi daerah penelitian?

3) Bagaimanakah perbandingan harga input produksi padi sawah (pupuk, lahan, tenaga kerja, pestisida dan bibit) sebelum dan sesudah pemekaran wilayah di daerah penelitian?

4) Bagaimanakah perbandingan pendapatan petani padi sawah sebelum dan sesudah pemekaran wilayah di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui perbandingan luas lahan sawah irigasi teknis, semi teknis dan non teknis sebelum dan sesudah pemekaran wilayah di daerah penelitian

2) Untuk mengetahui perbandingan hasil produksi dan produktivitas padi sawah irigasi teknis, semi teknis dan non teknis sebelum dan sesudah pemekaran wilayah di daerah penelitian.

(10)

4) Untuk mengetahui perbandingan pendapatan petani padi sawah sebelum dan sesudah pemekaran wilayah di daerah penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

1) Manfaat penelitian bagi petani padi sawah di Kabupaten Padang Lawas Utara adalah sebagai informasi mengenai perkembangan usahatani sebelum dan sesudah pemekaran wilayah.

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan hubungan pekerjaan, peran PMO, pelayanan kesehatan, dukungan keluarga dan diskriminasi terhadap ketidakteraturan

Dari hasil pengamatan, faktor penyebab utama kematian anak prasapih adalah kurangnya sifat keibuan, yang disusul dengan sebab lain yaitu lahir lemah, kanibalisme

Seperti tampak pada Gambar 8, setelah diketahui hasil dari BER saat hanya terkena AWGN maka dapat dibandingkan dengan saat citra terletak pada kanal transmisi

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul

Sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Dikti bahwa lulusan S1,S2, dan S3 harus memiliki tulisan dalam jurnal lokal, nasional terakreditasi, atau internasional maka

melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Pengaruh TQM Terhadap Kinerja Karyawan Pada Karyawan ( Studi

Dengan ketentuan kadar Hb 1 g% di atas batas normal (13 g% untuk laki-laki dewasa sehagai cur oflpoir~r anemia) dianggap sebagai batas antara defisisiensi besi dan non

Dari jawaban tersebut konsumen lebih dominan memberi penilaian sangat baik terhadap keteraturan tempat penyimpanan hasil cucian tetapi masih ada konsumen yang