• Tidak ada hasil yang ditemukan

MONITORING and EVALUASI JENIS TANAMAN RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MONITORING and EVALUASI JENIS TANAMAN RI"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

M ON I T ORI N G & EV ALU ASI

J EN I S T ANAM AN RI M BA EKSOT I K

DI KPH KENDAL

(2)

KATA PENGANTAR

Spescies eksot ik adalah species yang t um buh diluar sebaran aslinya.

Kar ena t um buh diluar sebaran aslinya dimungkinkan jenis t er sebut akan

mengganggu bahkan dapat mer ugikan flor a dan fauna asli. Di habit at yang bar u

species eksot ik akan menyebabkan problem lingkungan, t erut ama jenis-jenis

eksot ik invasif kar ena penyebar annya yang t idak t er kendali (mudah t umbuh),

t idak ada hama dan penyakit yang menyer ang, menghasilkan allelopat i yang

dapat memat ikan t um buhan lain, dan sifat perakar annya yang invasif .

Unt uk mencipt akan Hut an sebagai habit at / t empat per lindungan bagi

sat w a, dan sebagai sumber pakan sat w a yang t inggal didalamnya, maka dalam

pem ilihan jenis t anaman pada kaw asan per lindungan har us mem per hat ikan asal /

habit at asli dan penyebaran dar i jenis t anaman yang akan kit a t anam . Belum

t ent u jenis t anaman yang bar u dapat disukai sat w a yang t inggal pada kaw asan

per lindungan t ersebut .

Dengan penanaman jenis yang asli yang merupakan habit at dan t em pat

per lindungan sat w a dan juga mer upakan sumberpakan dar i sat w a t er sebut ,

dihar apkan dapat meningkat kan populasi dar i sat w a-sat w a yang t inggal

didalamnya sert a dapat mew ujudkan hut an sebagai fungsi ekologis.

Administ r at ur / KKPH Kendal

Ir . Hendrat Suharnant ono, M P

(3)

BAB I . PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Hut an adalah suat u kesat uan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya

alam hayat i yang didominasi pepohonan dalam persekut uan alam lingkungannya, yang sat u dengan yang lain tidak dapat dipisahkan . Hut an memiliki berbagai fungsi yait u : Ekologis,

Ekonomis, dan Sosial. Oleh karena itu pengelolaan hut an t idak hanya berorient asi pada pengelolaan pot ensi hasil hutan kayu maupun non kayu saja, t etapi harus berorient asi pada

pengelolaan potensi sumberdaya hut an,dan jasa lingkungan sert a berbasis pada pemberdayaan masyarakat .

Dalam rangka mendukung program hut an sebagai fungsi ekologi maka hut an diharapkan dapat menjadi t empat berlindung bagi sat w a-sat w a yang t inggal didalamnya dan dapat

menyediakan sumber pakan unt uk menjadikan satw a tersebut tetap bert ahan hidup sert a berkembang biak. Pemilihan Jenis t umbuhan yang kurang t epat dapat mempengaruhi

berkembangnya satw a-sat w a yang ada, karena jenis yang ada belum t ent u dapat menyediakan pakan bagi satw a t ersebut . Sehingga mejadikan satw a berm igrasi ketempat lain yang lebih

cocok dan lebih baik.

Dalam buku Ensiklopedia Kehut anan Indonesia disebutkan bahw a suat u pohon dianggap

eksotik apabila pohon t ersebut t umbuh diluar sebaran alaminya. Jenis eksot ik mungkin dapat

merugikan flora at aupun fauna asli. Kebanyakan t anaman eksot ik yang menimbulkan problem lingkungan adalah t anaman yang diint roduksi secara t idak sengaja. Pada habitat barunya

mungkin hanya sedikit predator at au penyakit sehingga populasi t umbuhnya tidak t erkendali sehingga sering dinamakan eksotik invasif . Perakaran t anaman eksotik invasif bersifat ekst ensif

yang mendominasi atas kelembaban dan kandungan nut rien tanah , sehingga t anaman lebih

cepat tumbuh dan t ajuk cepat menut up vegetasi di baw ahnya. Juga karena t anaman eksot ik ada yang menghasilkan “ allelopati” yang bersifat racun bagi veget asi lainnya sehingga

(4)

B. TUJUAN

1.

M enget ahui jenis – jenis t anaman rim ba eksot ik yang t er dapat di KPH

Kendal

2.

M enget ahui sebaran , habit at , t eknik budidaya, kegunaan dan informasi

lain t ent ang jenis-jenis t anaman t er sebut .

3.

M enget ahui dam pak / pengaruh t anaman t ersebut t erhadap ekosist em

hut an

(5)

BAB II. KAJIAN JENIS TANAM AN RIM BA DI KPH KENDAL

A.DAFTAR JENIS

Jenis-jenis t anaman Rimba yang ada di KPH Kendal adalah sebagaimana pada t able berikut ini :

Lokal Lat in

1 2 3 4 6

1 M ahoni Sw iet enia M acrophylla Peru/ Brazil Pokok/ Tepi 2 Sonokeling Dalbergia lat hyf olia Roxb. India Tepi/ Pengisi 3 Sonobrit Dalbergia sisso Roxb India, Pakist an Tepi/ Pengisi 4 Sengon Albizia falcat aria ( L ) Papua New Gueniea Pokok 5 Akasia Accasia m angium w ild Aust r alia/ Papua New G. Pokok 6 Gm elina Gm elina arborea Pakist an,india,Burm a RBC 7 Kesam bi Schleichera oleosa Indochina,Srilanka Pengisi 8 Trem besi Sam anea sam an Am erika Selat an& t engah RBC

9 Randu Ceiba pent andra Am erika t ropis RBC

10 M angga M angifera indica India,Burm a RBC

11 Nyam plung Callophyllum inophyllum Linn India,Af rika ,Aust ralia Tepi/ Pengisi/ RBC 12 Asem Tam arindus indica Afrika Tim ur / Sudan RBC

13 Nangka Art hocarpus het erophyllus India RBC

14 Jam bu m et e Anacardium occident ale Brazilia RBC / M PTS 15 Johar Cassia seam ea Asia t ernggar a Pengisi/ Pokok/ RBC 16 Salam Syzygium polyant hum W alper Jaw a,Kalm t an,Thailand RBC

17 Kluw ih Art ocarpus alt ilis (Park) Fbs Indonesia, Philipina, PNG RBC 18 Jengkol Archidendron paucif lorum M alays,Indonesia,Thailand RBC

19 Durian Durio zibet hinus Indonesia RBC

20 Duw et Syzygium cum ini ( L ) Skeels Indo-M alaysiana RBC 21 Ket apang Term inalian cat appa Asia t ernggar a RBC 22 Cem ara laut Casuarina equiseif olia Aust r alia,Indonesia,India, SrilankRBC 23 Kelapa Cocos nucifera L Pesisir Sam udr a Hindia RBC 24 Pet ai Parkia speciosa Indoneia,M alaysia,Philipa RBC 25 M indi M elia azedarah L. India ( Him alaya) RBC/ Tepi 26 Kepuh St erculia foet ida L. Afrika, Asia, Indonesia RBC

JENIS TANAM AN RIM BA DI KPH KENDAL

(6)

B. KAJIAN JENIS TANAM AN

1. M AHONI

( Sw ietenia M acrophylla King )

a.Taksonomi

Kerajaan : Plantae Divisi : M agnoliophyta Kelas : M agnoliopsida Ordo : M eliales Fam ili : M eliaceae Genus : Sw iet enia

Species : Sw iet enia M acrophylla King

Nama Daerah : M ahoni Daun Lebar

Pohon selalu hijau , kulit berw arna abu-abu dan halus ket ika masih muda , berubah menjadi coklat tua dan menggelembung serta mengelupas ket ika set elah t ua. Daun bertandan dan menyirip yang panjangnya berkisar35 – 50 cm, t ersusun bergant ian, halus berpasangan 4 -6 pasang tiap daun panjangnya 9 -18 cm. Bunga kecil berw arna put ih , panjang 10-20 cm, malai bercabang.

b.Persebaran

Berasal dari Amerika t engah dan Amerika Selat an,daerah penyebaran t erdapat di M eksiko selat an, Semenanjung Yucat an,Amerika t engah dengan penyebaran ant ara 30°LU dan 17°55 LS,kemudian tersebar dinegara-negara Sepanyol,Perancis,M eksiko,dan Florida (Record dan M eel, M angkudisast ra,1977dalam Nefrit a P.R,1990) kemudian masuk ke Indonesia melalui India, kemudian dikembangkan di pulau Jaw a sekit ar t h 1892-1902 (At mosuseno dan Duljapar 1996)

c.Habitat

M enurut Sunianegoro& Iraw an (1982) mahoni daun lebar dapat tumbuh dengan baik pada tipe iklim B,C,D. Jenis pohon ini t oleran terdapt kebutuhan cahaya yait u unt uk hidupnya membutuhkan naungan dari jenis pohon lain.M ahoni dapat t umbuh pada t anah yang dalam, t anah yang kurus dengan ketinggian 0-800 m dpl dan tahan t erhadap kekurangan oksigen 70-80 hari.

(7)

Kayu M ahoni termasuk bahan meubel bernilai t inggi karena dekorat if dan mudah dikerjakan.Ditanam secara luas di daerah t ropis dalam program reboisasi dan penghijauan.

e.Budidaya

Di persemaian benih dit abur di bak pasir t erbuka sedalam 3-7 cm at au langsung dit abur dikant ong plast ic. Benih akan berkecambah dalam 10-20 hari. Bibit dibaw ah naungan sampai akan ditanam dilapangan setelah t ingginya mencapai 50-100

cm.

2. SONO KELING

(

Dalbergia lat ifolia

Roxb.)

a.Taksonomi

Kerajaan : Plant ae

Divisi : M agnoliophyt a Kelas : M agnoliopsida Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae Genus : Dalbergia

Species : Dalbergia lat ifolia Roxb.

Dalam perdagangan dikenal sebagai Indian rosew ood, Boombay blackw ood, atau Java palisander. Pohon berukuran sedang sampai besar, t ingginya 20- 40 m dengan gemang mencapai 1,5 – 2 m. Tajuk lebat berbent uk kubah, mengugurkan daun, kulit berw arna abu-abu kecoklatan, sedikit pecah-pecah membujur halus.

b. Pesebaran

Sebara alaminya adalah anak benua India, melalui dari kaki Pegunungan Himalaya hingga ujung selat an semenanjung, terutama di hut an muson yang kering diw ilayah Karnataka,Kerala dan Tamil Nadu ( Kadambi,1954 dalam htt p:/ / ww w .w inrock.org./ D_latifolia) Di Indonesia sono keling didapati hanya tumbuh di hut an –hut an jaw a tengah dan jaw a t imur, namun tidak terlau banyak . M enggugurkan daunnya diw aktu kemarau ( Heyne, 1897 )

c.Habitat

Di Jaw a sono keling dapat tumbuh pada ketinggian di baw ah 600 m dpl, terut ama di t anah berbat u, t idak subur dan kering. Namun demikian t umbuhan ini hidup subur di daerah dengan curah hujan 750-5000 mm / th diberbagai jenis tanah w alau lebih menyukai t anah-t anah yang dalam dan lembab yang memiliki drainase yang baik.

(8)

Sono keling terut ama dimanfaatkan kayunya, yang memiliki pola-pola indah, ungu bercoret hit am,atau hitam keunguan berbelang dengan coklat kemerahan. Kayu ini biasa digunakian untuk meubel, almari, sert a aneka perabotan rumah berkelas tinggi.

3. SONOBRIT

( Dalbergia sisso Roxb.)

a.Taksonomi

Kerajaan : Plant ae

Divisi : M agnoliophyt a Kelas : M agnoliopsida Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae Genus : ; Dalbergia

Species : Dalbergia lat ifolia Roxb.

Sinonim : L. Reginae Roxb., L.flos-reginae Retz., L. Loundoni T. & B .,Adanzbea glabra Lamk. Nama lain disebut sisso, sisu, sheessham, tahli, dan rosewood India.

b. Pesebaran

Dalbergia sisso asli dari kaki bukit Himalaya India, Pakist an, dan Nepal (ht tp:/ / w ww .w inrock.org/ )

c. Habitat

Tumbuh pada daerah dibaw ah 900 m t et api bisa bervariasi secara alami sampai dengan 1500 m dpl. Suhu rat a-rata aslinya dapat kisaran 10° - 40° C. Curah hujan tahunan rata-rat a sekiat r 500- 2000 mm dengan musim kering 3-4 bulan. Tanah dari pasir dan kerikil dan dapat t umbuh di daerah sedikit garam.

d. Kegunaan

Sonobrit digunakan sebagai bahan kayu lapis ( veener) pert anian dan instrument music , ski ukiran, perahu, bahan lant ai,sebagai kayu bakar dan untuk naungan sert a t empat berlindung. Kayu sono sisso sangat t ahan lama dengan berat jenis 0,7- 0,8. Selain it u sangat t ahan terhadap rayap kayu kering, t et api mudah diserang jamur dan penggerek.

e. Budidaya

(9)

bulan sampai 1 t ahun , kemudian dicabut dengan hat i-hati dipotong 5-10 cm dan 20-25 cm pada akar

(Jackson, 1987 dalam

ht tp:/ / ww w .w inrock.org/).Dimungkinkan juga membuat t anaman dari st ek batang .Umur pohon dan w aktu penanaman sangat penting. Keberhasilan perakaran pada st ek bat ang umur 1 tahun 34 – 73 %, sedangkan pada umur 4 t ahun 18-38 %. Keberhasilan st ek batang bisa mencapi 20 % jika di t anam pada bulan agust us selain bulan t ersebut tidak akan berhasil. ( Vidaevoic, 1968 )

4. SENGON

(

Falca taria M olucana (M iq.) Barneby & J.W Grimes )

a.Taksonomi

Kerajaan : Plant ae

Divisi : M agmoliophyta Kelas : M agnoliopsida Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae Genus : ; Falcataria

Species : Falcataria M oluccana( M iq.) Barneby & J.W Grimes

Sinonim : Albizia falcataria (L)Fosberg Paraserianthes falcat aria (L) I.C Nielsen.

Nama-nama daerah adalah sika,selaw aku ( M aluku), bae,bai, w ai, w ahagon ( Papua), bat ai ( M elayu), Kalbi, albisiah,sengon laut (jaw a),tedehu put e (Sulaw esi) ( Hidayat, 2002 )

b. Pesebaran

Sebaran alami di M aluku, papua Nugini, Kepulauan Solomon,dan Bismark. M erupakan salah sat u spesies paling cepat t umbuh di dunia, mampu t umbuh 8m / tahun dalam t ahun pert ama penanaman. ( Hidayat, 2002 )

c. Habitat

(10)

( Anonim,2010 )

d. Kegunaan

Kayu terasnya berw arna hampir put ih at au coklat muda, kayugubalnya hampir t ak t erbedakan dari kayu teras. Kayu sengon mempunyai permukaan yang licin dan mengkilap dengan t ekst ur yang agak kasar dan merat a . Kayu yang masih segar berbau sepert i petai yang menghilang apabila sudah menjadi kering. Kayu sengon termasuk dalam kayu ringan dengan berat jenis sekit ar 0,33. Kayu ini

t ermasuk dalam kelas kuat IV- V. Kayu sengon merupakan kayu serbaguna untuk konst ruksi ringan,kerajinan tangan,kotak cerut u,veneer,kayu lapis, korek api,

Alat music, pulp masih banyak lagi ( Hidayat, 2002 )

5. JOHAR

(

Cassia siamea)

a.Taksonomi

Kerajaan : Plant ae

Divisi : M agnoliophyt a Kelas : M agnoliopsida Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae Suku : Caesalpiniaceae Genus : Cassia

Species : Cassia seam ea

Sinonim : Cassia javanica, Cassia florida Vahl, Senna sumatrana Roxb.

Nama daerah : juw ar ( Bet aw i,sunda,jaw a), johor (melayu)

M erupakan pohon yang cepat t umbuh , t inggi pohonnya dapat mencapai 10-15 m, dan diameter bat angnya sekitar 40-50 cm. Johar sering dit anam dalam syst em percampuran (agrofprest ri ), baik t anaman sela, t anaman t epi maupun penghalang angin .

b.Persebaran

Johar merupakan jenis asli asia tenggara yang tersebar mulai Indonesia hingga Srilanka, jenis ini t elah diint roduksi ke India barat , Amerika Tengah, Florida, Afrika barat dan t imur sert a Afrika selat an. Tahun 1910-1924 pernah dilakukan penanaman besar-besaran di Afrika

( National Academy of Sciene,1980)

(11)

Johar tumbuh dengan baik pada berbagai tempat , tetapi paling cocok pada dataran rendah tropika dengan iklim musoon, dengan curah hujan

antara 500-2800 mm (optimum sekit ar 1000mm ), dan t emperat ure yang berkisar 20-31°C. Johar menyukai t anah yang dalam , sarang, dan subur, dengan ph antara 5,5 – 7,5. Johar t umbuh dan menyebar ke pulau jaw a pada ketinggian kurang dari 1000m dpl.

b.Kegunaan

Kayu Johar termasuk ke dalam ky keras dan cukup berat dengan BJ ant ara 0,6-1,01 (pada kadar air 15 %).

Gubalnya berw ana keputihan,jelas terbedakan dengan kayu terasnya yang coklat gelap hingga kehitaman, berbelang kekuningan. Kayu terasnya sangat aw et ( kelas aw et I ) sedangkan gubalnya cepat rusak dimakan serangga . Biasa digunakan unt uk pembuat an jembat an dan t iang bangunan. Johar merupakan bahan bakar yang baik,meskipun banyak mengeluarkan asap, nilai kalorinya sebesar 4500- 4600 Kkal/ kg, sehingga kayu ini baik untuk dijadikan arang. Karena mot ifnya yang indah kayu ini sering digunakan untuk meubel dan panel dekoratif t etapi saying kayu johar t ergolong kayu yang sukardikerjakan karena kekerasannya.

6. AKASIA

( Acacia mangiumW illd)

a.Taksonomi

Kerajaan : Plant ae

Divisi : M agnoliophyt a Kelas : M agnoliopsida Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae Genus : Acacia

Species : Acacia mangium W ild.

b. Persebaran

Acasia m angium tersebar secara alami dari Aust ralia, Papoua Nugini, M aluku,Irian Jaya, ( Leksono dan Setiaji 2003). Daerah- daerah penyebaran alaminya adalah Aust ralia bagian ut ara,Irian Jaya bagian selat an, Kepulauan Aru, dan seram barat ( Dirjen RRL,1998 dalam suit a dan kart iko)

Daerah-daerah penyebaran alami t anaman akasia ini adalah Aust ralia bagian ut ara (18° LS ), Irian Jaya Bagian Selatan, Fak-fak di daerah Aguada (Babo) dan Tomage (Rokas), kepulauan Aru-M aluku Selatan dan Seram Barat (Dirjen RRL,1988 dalam Suit a dan Kart iko,2002).

(12)

Acacia mangium t ermasuk jenis legum yang t umbuh cepat ,tidak memerlukan persyarat an t umbuh yang t inggi dan t idak t erpengaruh oleh jenis tanahnya; mampu t umbuh dengan baik pada lahan yang miskin dan t idak subur, padang alang-alang, bekas tebangan dan mudah unt uk beradapt asi. Jenis ini t umbuh dengan baik pada t anah yang t ererosi, t anah t umbuh pada lahan yang bermaginal dengan pH rendah, tanah berbatu serta t anah yang telah mengalami erosi. A. m angium juga termasuk jenis yang sesuai ditanam di daerah terbuka (jenis int oleran) (Leksono & Setyaji, 2003).

Hasil survei tumbuhan baw ah menunjukkan bahw a hut an tanaman A. m angium

memiliki tumbuhan baw ah yang beragam pada berbagai umur, t umbuhan baw ah seperti ini t idak mungkin t umbuh baik pada padang alang-alang. Jumlah spesies t umbuhan baw ah tingkat semai dan herba pada plot pengamat an bervariasi mulai dari 12 sampai dengan 37, sedangkan jumlah spesies tumbuhan baw ah secara keseluruhan di lokasi pengamatan sebanyak 63 (Hardiyanto, 2004).

Ada krit ik yang mengat akan bahw a A. m angium memilik efek alelopat i (allelophat y) t erhadap tumbuhan lain sehingga tumbuhan baw ah tidak mampu hidup di baw ah tegakan A. m angium . Dengan alasan yang sama terdapat kekhaw atiran bahw a tanaman pert anian t umpangsari t idak dapat dit anam diant ara larikan t anaman A. m angium at au pada lahan yang sebelumnya dit anami A. m angium. Hasil survei t umbuhan baw ah t ersebut menunjukkan bahw a krit ik tersebut tidak t erbukti. Regenerasi tumbuhan baw ah pada t egakan A. mangium tidak dihambat oleh efek alelopat i dari seresah, tetapi tampaknya lebih dipengaruhi oleh ketersediaan sinar matahari yang sampai ke permukaan tanah melew ati kanopi A. m angium , sert a ketersediaan benih dari tumbuhan baw ah didalam t anah (Hardiyanto, 2004).

Hasil percobaan penanaman merant i (Shorea leprosula dan Shorea selanica) di baw ah t egakan A. m angium di Subanjeriji memperlihatkan bahw a kedua jenis merant i tersebut mampu t umbuh dengan baik. Ini juga memperlihat kan bahwa hutan t anaman A. mangium merupakan ‘katalisat or’ yang memungkinkan spesies asli seperti merant i untuk t umbuh pada lahan bekas alang-alang. Berbagai percobaan t elah membukt ikan bahw a penanaman spesies asli secara langsung pada padang alang-alang tidak berhasil (Ot samo 1994,Otsamo et al. 1996 dalam Hardiyant o, 2004) Tetapi merant i mampu hidup di baw ah tegakan jenis cepat t umbuh sepert i A. mangium yang sebelumnya dipapankan pada padang alang-alang . Beberapa spesies merant i pernah dicoba dit anam di baw ah t egakan A. mangium sebagai pohon pelindung (shade t rees) dengan hasil yang memuaskan (Otsamo et al. 1996, Ot samo 2000, Yamato et al. 2001 dalam Hardiyant o, 2004).

d. Kegunaan

(13)

2003). Penanaman di Asia terutama untuk pulp dan kert as. Pemanfaat an lain meliputi kayu bakar, kayu kont ruksi dan meubel, kayu t iang, pengendali erosi, naungan dan perlindungan. Nilai lebih lain adalah kemampuan unt uk bersaing dengan alang-alang (Imperat a cylindrica) (ht tp:/ / rajabenih.com).

Kayu A. m angium selain untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pulp dan kert as juga t elah digunakan sebagai bahan baku meubel dan kayu pert ukangan. Hal ini tampak dari penggunaan kayu mangium dalam industri pengolahan meubel dan pertukangan di sentra indust ri mebel di Jaw a Tengah dan Jaw a Barat (Krisdiant o dan Hendart o, 2005).

Dari segi konservasi sebagai pengatur t at a air, t egakan A. mangium yang dit anam secara monokult ursangat berpengaruh terhadap pengurangan kerusakan tanah akibat percikan air, meningkat kan kapsitas infilt rasi, mengurangi erosi

juga dapat mengurangi jumlah air yamg masuk ke dalam t anah karena adanya evapotranspirasi da int ersepsi unt uk t anaman tersebut. Pada tegakan akasia air yang lolos yait u sebesar 70,76 % dari total curah hujan. Besarnya air yang lolos ini diduga berhubungan dengan keadaan t ajuk dan bentuk permukaan daun. Keadaan tajuk pada tegakan A. m angium dengan jarak t anam 3 x 3 met er mempunyai percabangan yang rapat sehingga jumlah celah pada t ajuk juga sedikit . Penanaman t egakan A. m angium perlu

dipert imbangakan pada daerah yang bercurah hujan rendah karena dapat mengurangi ketersediaan air t anah (Halidah, 2000).

e. Budidaya

Untuk jenis A. mangium sampai saat ini telah dibangun sebanyak 16 kebun benih generasi pert ama (F1) dan 34 kebun benih ke dua (F2) t ersebar di 6 lokasi di 3 pulau (Sumatera, Kalimantan, Jaw a). Dari ke 16 kebun benih generasi pert am (F1) tersebut 6 diant aranya telah mampu memproduksi benih unggul sejak t ahun 2000 dan sudah digunakan sebagai materi untuk pembangunan HTI rot asi ke dua sementara kebun benih generasi ke dua (F2) masih dalam proses seleksi (Leksono & Set yaji, 2003).

7. GM ELINA

(Gmelina arborea Roxb.)

a. Taksonomi

Kerajaan : Plant ae

Divisi : M agnoliophyt a Kelas : M agnoliopsida Famili : Verbenaceae Suku : Caesalpiniaceae Genus : Gmelina

(14)

Nama lokal/ daerah : jat i putih (Indonesia), gamari, gumadi (India), gamar (Bangladesh),Yemane (M yanmar).

b. Persebaran

Sebaran alami jat i put ih (Gm elina arborea) meliputi w ilayah Pakist an, India, Bangladesh, Srilangka, M yanmar dan Thailand. Pada persebaran alaminya jenis ini t umbuh t erpencar-pencar dengan tingkat kerapatan pohon per sat uan luas beragam menurut keadaan curah hujan t empat tumbuhnya. Kerapat an pohon meningkat dengan semakin t ingginya curah hujan. Nilai kerapatannya pada berbagai keadaan di at as beragam dari 1 sampai 1.000 pohon per kilomet er persegi (Lauridsen, 1986). Curah hujan t ahunan dan ketinggian tempat t umbuh pada keadaan alaminya berkisar 500 – 4.800 mm, dan 50 – 1.000 m dpl (Lauridsen et al., 1995). Dari sebaran alamnya di India, M yanmar, dan Thailand, jenis ini t elah menyebar dala pembangunan hut an tanaman di Amerika Selat an, Afrika, dan Asia Tenggara (Wadswort h, 1997).

Di hut an alam jenis ini selalu t ersebar dan berkelompok dengan jenis lain. Dijumpai di hutan yang selalu hijau di M yanmar dan Bangladesh, dan hutan kering menggugurkan daun di India Tengah. Sudah ditanam luas di berbagai negara Asia Temggara termasuk Indonesia, Afrika Barat, dan Amerika Selat an (Rachmaw ati dkk, 2002).

c. Habitat

Keadaan t anah yang sesuai unt uk jenis ini adalah lapisan tanah yang dalam dan subur, dan memiliki drainase yang baik. Kondisi lapangan untuk penanaman dengan ketinggian 0-800 m dpl, dengan curah hujan rata-rat a 2.400-3.000 mm/ t ahun. Kondisi tanah yang sesuai adalah kedalaman lapisan tanah, subur, bebas genangan air, t oleran terhadap t anah berpasir dan berat sert a asam, t et api drainasenya baik (Wadswort h, 1997). Kondisi t anah yang padat dan kurang subur menyebabkan pertumbuhan diamet er dan tinggi kurang baik dan banyak percabangan, sehingga bentuk bat ang cenderung tidak lurus at au bengkok.

d. Kegunaan

Tanaman G. arborera pada umur 8-12 tahun dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp (bubur kert as) dan kayu pertukangan. M elihat pert umbuhan dan kualit as kayunya di Indonesia, diperkirakan pada umur 10 tahun sudah dapat dipergunakan dalam pembuatan meubel sepert i meja dan kursi. Kayunya digunakan sebagai bahan kontruksi ringan, kayu pert ukangan, barang kerjinan, perabot rumah tangga, korek api, vinir hias, dan bahan baku indust ri pulp dan kertas (Suhaendi, 1995). Beberapa bagian pohon dapat digunakan untuk obat dan daunnya unt uk pakan ternak (Rachmaw at i dkk, 2002).

e. Budidaya

(15)

Jati Put ih merupakan tanaman eksotik yang telah memiliki kemanfaat an kayu yang baik di tengah masyarakat, baik yang tinggal di Pulau Jaw a maupun di luar Jaw a. Di berbagai daerah di Sulaw esi, jenis ini tumbuh baik pada kondisi lahan yang relat if subur dan memerlukan pemasaran. Pengenalan jenis ini menambah jenis-jenis yang akarab dit anam pada lahan-lahan masyarakat .

Benih kering kadar air 5-8% yang disimpan dalam suhu 4-5°C dapat bertahan beberapa t ahun t anpa ada penurunan daya kecambah. Karena penjemuran sulit menurunkan kadar air di baw ah 10 %, maka benih hendaknya di oven (35-50°C) unt uk penyimpanan jangka panjang. Benih tidak mengalami dormansi dan tidak memerlukan perlakuan pendahuluan.

8. KESAM BI

(Schleichera oleosa M err)

a. Taksonomi

Kerajaan : Plant ae Divisi : M agnoliophyt a Kelas : M agnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Sapindaceae Genus : Schleichera

Species : Schleichera oleosa M err

Sinonim : Schleichera t rijuga W illd, St am annia skt eroxylon Bl.

Nama daerah : Kasambi (Sunda), Kesambi (Jaw a), Kesambi, Kusambi, Sambi (M adura), Sanbi (Bima, Sumba), Bado (M akassar), Ading (Bugis), Komi (Sumbaw a).

Kesambi tergolong pohon yang tingginya dapat mencapai 15 hingga 40 m dengan diameter bat ang ant ara 60-175 cm. Pohon berumah dua, kekar, sering bengkok, t inggi pohon dapat mencapai 40 m dan diamet er batang sampai 2 m, meskipun kebanyakan lebih kecil. Batang t egak, bulat , berkayu, permukaan

kasar, percabangan simpodial, coklat kotor. Berbanir kecil, kulit kayu (pepagan) berw arna abu-abu.

b. Persebaran

Asal-usul penyebaran kesambi dari pegunungan Himalaya dan dat aran tinggi Dekkan bagian barat India, Srilangka hingga Indo-Cina. M ungkin diperkenalkan di M alaysia dan telah dinat uralisasi di Indonesia (Jaw a, Kepulauan Sunda Kecil,

(16)

c. Habitat

Kesambi di Pulau Jaw a pada umumnya dit emukan di dataran rendah, t et api dapat hidup hingga ket inggian sekit ar 1.200 dpl, pada kisaran curah hujan antara 750-2.500 mm per tahun. Pohon ini juga dit emukan tumbuh liar di savana, hutan t ropika gugur daun, dan hutn-hutn jati. Kesambi menggugurkan daun di musim kemarau, meskipun hanya sebent ar. Di Indinesia t erutama ditemukan di w ilayah-w ilayah dengan musim kemarau yang kuat .

D Jaw a ditemukan di daerah hutan alam jati. Tumbuh pada t anah agak kering, kadang di raw a, berbatu, lempung. Kesambi adalah jenis yang t ahan api dan memerlukan cahaya (ht tp:/ / w ww .w orldagroforest y.org).

d. Kegunaan

Kayu Kesambi t erut ama kayu t erasnya, padat , berat , dan sangat keras, berw arna merah muda hingga kelabu. Kayu ini ulet , kenyal, dan t ahan terhadap perubahan kering dan basah, sehingga di masa silam kerap dimanfaatkan sebagai jangkar perahu. Tidak mudah menyerpih, kayu kesambi sering dipakai membuat alu, silinder-silinder dalam penggilingan, dan perkakas rumah t angga. M empunyai nilai energi yang t inggi hingga 20.800 kJ/ kg, kayu ini cocok sebagai kayu bakar dan bahan pembuat arang.

Kesambi merupakan salah satu t umbuhan hutan yang beradapt asi lokal, bermanfaat serbaguna (mult y purpose), bernilai ekonomis dan sangat pot ensial. Dengan demikian pohon kesambi perlu dikembangkan karena selain serbaguna, bersejarah, juga supaya tidak menjadi t anaman langka.

e. Budidaya

M usim buah kesambi Januari – Februari. Benih kesambi termasuk benih ortodok dan memiliki dormansi kulit, sehinggaperlu perlakuan pendahuluan dengan cara direndam air dingin selama 24 jam. Kemudian benih dit abur dengan media pasir : t anah (1:1). Benih akan berkecambah dua minggu setelah penaburan. Kesambi juga dapat diperbanyak dengan stek pucuk dan cangkok. Dalam persemaian diperlukan naungan 50% cahaya. Bibit siap tanam setelah berumur 6 bulan. Di Perhutani kesambi digunakan sebagai tanaman pengisi pada penanaman hutan jati (Danu, 2004).

9. TREM BESI

(Sa manea saman (Jacq) M err.)

a. Taksonomi

Kerajaan : Plant ae

(17)

Famili : Fabaceae Genus : Samanea

Species : Sam anea saman (Jacq) M err.

Nama daerah : Trembesi (Jaw a), Ki hujan (Sunda). Di India tanaman ini disebut

Enterolobium , Pit hecolobium di Puert o Rico dan Samnea di Ghana.

Trembesi merupakan t umbuhan pohon besar, tinggi, dengan tajuk yang sangat melebar. Perakarannya yang sangat meluas dapat merusak jalan dan bangunan di sekit arnya. Tajuknya mempunyai kemampuan menyerap air tanah yang kuat . Tingginya mencapai 25 meter, berbent uk melebar sepert i payung (canopy). Daun pohon trembesi bisa mengerut di saat -saat t ert entu, yait u 1,5 jam sebelum matahari t erbenam dan akan kembali mekar saat esok paginya setelah mat ahari t erbit . Bijinya berw arna coklat lebih gelap. Bunganya menyerupai bulu-bulu halus yang ujungnya kuning, sement ara pada dasar bunga berw arna merah. Buahnya memanjang, berw arna hit am ketika masak.

b. Persebaran

Trembesi diyakini asli Amerika Selat an bagian Utara dan Amerika Tengah. Jangkauan menyebar dari M eksiko Selatan ke Peru, Bolivia dan Brazil. Telah banyak dit anam di Asia Tenggara dan Selat an, serta Kepulauan Pasifik, termasuk Haw aii (ht tp:/ / w ww .agroforesty.net/ tt i/ samanea-raintree).

c. Habitat

Trembesi merupakan tanaman pelindung yang mempunyai banyak manfaat . Trembesi dapat bertahan 2-4 bulan at au lebih lama di daerah yang mempunyai curah hujan 40 mm/ t ahun (dry season) at au bahkan dapat hidup lebih lama t ergantung usia, ukuran pohon, t emperatur dan t anah. Trembesi juga dapat hidup di daerah dengan temperat ur 20-30

˚ C, maksimum

te m p e ra tur 25-38

˚ C, minimum 18

-20

˚ C, temperatur minimum yang dapat

d ito le rir 8

˚ C.

d. Ke g una a n

(18)

e. Budidaya

Perkembangbiakan t rembesi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pembibit an, pemot ongan dahan, ranting, batang, dengan cara pencangkokan. Proses pembibitan unt uk skala besar dapat menggunakan biji t rembesi dengan cara :

1. Perkecambahan biji akan t umbuh dengan baik sekit ar 36-50% tanpa perlakuan. Perkecambahan biji yang t idak diperlakuan akan t umbuh di

tahun pert ama penyimpanan biji.

2. Pembibit an biji dapat dilakukan dengan memberi perlakuan t ertent u pada

biji trembesi unt uk mendapatkan hasil yang lebih baik dan lebih cepat , yaitu dengan memasukkan biji dalam air selama 1-2 menit dengan suhu 80

˚

C (176

˚

F) dengan volume air 5x lebih banyak dari volume biji, aduk biji kemudian keringkan. Rendam biji dalam air hangat dengan suhu 30-40

˚

C (86-104

˚

F) selama 24 jam. M et ode ini akan membant u perkecambahan biji 90-100% (Craig and George, t anpa tahun). Skarifikasi biji (pengelupasan biji) akan tampak 3-5 hari setelah perlakuan dengan menyimpannya dalam tempat t eduh dengan pemberian air yang konst an untuk membantu pertumbuhan biji. Biji sudah siap unt uk dit anam set elah perkecambahan. Saat itu panjang kecambah 20-30 mm. Bibit yang mempunyai diameter >10 mm dapat lebih bertahan dari air hujan. Perkiraan ukuran bibit saat

penanaman yait u ket ika mempunyai t inggi sekit ar 15-30 cm ( 6-12 inci ) dengan panjang akar sekitar 10 cm (4 inci) dan panjang bat ang mencapai 20 cm (8 inci). Diamet er bat ang dari bibit harus mencapai 5-30 mm. Penanaman ini dapat dilakukan di pasir (tempat pembibitan) atau di t anam di polybag yang berukuran 10 x 20 cm dengan komposisi 3 : 1 : 1 (t anah : pasir : kompos). Peraw atan bibit diperlukan unt uk menjaga bibit agar bisa tumbuh besar terut ama dari serangan hama dan terpaan angin.

(19)

a. Taksonomi

Kerajaan : Plantae

Divisi : M agnoliophyta Kelas : M agnoliopsida Ordo : M yrtales Famili : M yrtaceae Genus : Syzygium

Species : Syzygium polyant hum (W right ) W alper

Salam memiliki banyak nama yaitu ubar serai (M elayu), Salam (Jaw a dan M adura), Kast olam

(Kangean), M ant ing (Jaw a), dan M aselengan (Sumat era), dala bahasa Inggris dikenal sebagai

Indonesian bay-leaf at au Indonesian laurel (Usman, 2010).

b. Persebaran

Salam menyebar di Asia Tenggara, mulai dari Burma, Indo-Cina, Thailand, Semenanjung M alaya, Sumatera, Kalimantan dan Jaw a (Usman, 2010)

c. Habitat

Pohon ini ditemukan t umbuh liar di hutan-hut an primer dan sekunder, mulai dari t epi pant ai hingga ketinggian 1.000 m dpl (di Jaw a), 1.200 m dpl (di Sabah) dan 1.300 m dpl (di Thailand), kebanyakan merupakan pohon penyusun tajuk baw ah. Di samping itu Salam ditanam di kebun-kebun pekarangan dan lahan-lahan w anatani yang lain, terut ama unt uk diambil daunnya. Tanaman salam tumbuh pada t anah dengan ket inggian 225-450 met er di atas permukaan laut dengan cura hujan 3.000-4.000 mm/ tahun pada jenis lat osol kehitaman (ht tp:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ salam).

d. Kegunaan

(20)

kecenderungan dapat menurunkan kadar gula darah puasa dan 2 jam set elah makan t erutama pada kadar gula darah di baw ah 200 mg/ dL (ht tp:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ salam).

Daun salam liar hamper tak pernah dipergunakan dalam masakan, selain karena baunya sedikit berbeda dan kurang harum, salam liar juga menimbulkan rasa agak pahit (Usman, 2010). Daun tersebut dipangkas secara acak pada ranting-rantingnya. Sesudah daun diperoleh dari rant ingnya, daun dilayukan dengan cara dihamparkan di lantai pada suhu ± 27

˚

C dengan pembalikan intensif selama tiga hari. Unt uk mendapat kan minyak atsiri selanjut nya simplisia salam disuling dengan alat penyuling air dan uap selama 10 jam (ht tp:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ salam)

e. Budidaya

Pemupukan dilakukan dengan menambah pupuk kandang secukupnya pada saat penanaman. Unt uk menambah daun, dilakukan penambahan pupuk NPK. Pemanenan salam dilakukan dengan pemet ikan daun yang sudah berw arna hijau t ua.

11. RANDU (

Ceiba pentandra

(L) Gaertn)

a. Taksonomi

Kerajaan : Plantae

Divisi : M agnoliophyta Kelas : M agnoliopsida Ordo : M alvales

Famili : M alvaceae (Bombacaceae) Genus : Ceiba

Species : Ceiba pentandra

Nama binominal : Ceiba pent andra (L) Gaert n

b. Persebaran

Kapuk randu at au kapuk (Ceiba pentandra) berasal dari bagian ut ara Amerika Selat an , Amerika Tengah dan Karibia, dan (untuk variet as C.pent andra var. guineensis) berasal dari sebelah barat Afrika. Kata “ kapuk” atau “ kapok” juga digunakan unt uk menyebut serat yang dihasilkan dari bijinya. Pohon ini juga dikenal sebagai kapas Jaw a at au kapok Jawa, atau pohon kapas-sut ra. Juga disebut sebagai Ceiba, nama genusnya, yang merupakan simbol suci dalam mitologi M aya.

c. Habitat

(21)

vulkanik yang daya serap airnya tinggi, subur dan bersolum dalam (Brink dan Escobin dalam Kosasih, 2007).

d. Kegunaan

Kapuk (Ceiba pentandra) dapat menyejaht erakan masyarakat di daerah kering karena w aktu yang relat if singkat yaitu mulai umur 4 tahun kapuk sudah berbuah unt uk diambil serat dan bijinya dan akan t erus berbuah sampai dengan akhir daur sekitar 60 t ahun. Pohon kapuk t ermasuk jenis serbaguna, sert a kapuk yang terdapat di dalam buah berguna unt uk pengisi kasur, bant al, jaket , isolasi list rik, dipintal menjadi benang kain (t ekst il), buah mudanya untuk sayuran, bijinya mengandung 20 – 25% minyak berkolesterol rendah, untuk pelumas dan sabun, sebagai bahan obat dan kayunyayang lunak untuk pet i kemas dan kerajinan.

Kapuk mulai berbuah pada umur 4 tahun dan mulai produksi opt imal ketika sudah berumur 7 – 10 tahun, dengan rat a-rata buah yang dapat dipungut sebanyak 300 – 400 buah per pohon per bulan. Buah kapuk mengandung 17% serat kapuk dan dari 100 buah kapuk dapat dihasilkan 1 kg kapuk. Dari sat u pohon yang baik dapat dihasilkan serat kapuk sebanyak 5 kg per bulan dan akan terus meningkat menjadi 20 kg per bulan pada umur 10 tahun pada musim berbuah. Sedangkan hasil kayu pada umur 30 tahun, rata-rat a per pohon dapat dipanen 0,8 m³

untuk tipe indica.

Kayu kapuk bisa digunakan unt uk kerajinan dan papan, sedangkan daunnya bermanfaat untuk obat batuk dan sebagai penguat rambut yang mengandung saponin t iavonoida dan

t annin, cangkang kulit kapuk kaya akan pot as (Brink dan Escobin, 1997) dan bahan kulit kayu dipergunakan sebagai bahan obat sakit kepala dan diabet es t ipe II (Anonim,2006). Pohon Randu (Cieba pentandra Gaertn) t ernyat a daunnya memiliki khasiat menghilangkan bekas luka, mengobati panas dalam dan menyuburkan rambut (Kosasih, 2007).

e. Budidaya

Dalam Kosasih (2007) dijelaskan, perbanyakan t anaman dengan generat if : dipilih pohon induk yang sosoknya bagus dan sehat . Selanjut nya dari pohon induk terpilih saat musim buah masak bersamaan dengan panen serat kapuk, bijinya yang berw arna hit am dan sehat dikumpulkan kemudian dijemur. Biji yang baik disemaikan dalam bak kecambah dengan jarak 2,5 x 2,5 cm atau 3 x 2 cm. Setelah biji berkecambah (± 20 hari) dipindahkan ke polybag

berlubang kecil ukuran 10 x 15 cm at au 9 x 12 cm berisi campuran pasir, t anah dan kompos dengan perbandingan 1 : 3 : 1. Anakan yang dipelihara di persemaian sudah bisa dit anam di lapangan pada umur 10 – 12 bulan. Dengan memperhatikan musim penghujan untuk penanaman. Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan stek, dipilih bakal stek yait u bat ang yang mengarah keat as (aut ot rop), berbtang lurus dan berkayu sert a cukup umur. Tanaman yang berasal dari stek sudah dapat berbuah pada umur 2 – 3 tahun (Suharti, 1994; Brink dan Escobin, 1997). Selain it u dengan cara okulasi, bibit okulasi diperoleh dengan cara menempelkan mat a

(22)

12. KLUW IH

(

Artocarpus altilis

( Par k)

Fsb)

a. Taksonomi

Kerajaan : Plant ae

Divisi : M agnoliophyt a Kelas : M agnoliopsida Ordo : Rosales

Famili : M oraceae Genus : Art ocarpus

Species : Artoca rpus altilis ( Park) Fsb.

Sinonim : Artoca rpus communis J.R & G, Artoca rpus incisa ( Thunb.) L.f

Nama daerah Keluw ih (Jaw a), kulur (Sunda), Limes, Unas (Seram), Dolai (Halmahera), Kolor (M adura), Kaluw ih (Lampung), Kalew ih (Bali)

Pohon kluw ih umumnya adalah pohon tinggi, dapat mencapai 30 m. Hasil perbanyakan dengan klon biasanya pendek dan bercabang rendah. Batang besar dan lurus, hingga 8 m, sering dengan akar papan (banir) yang rendah dan memanjang.

b. Persebaran

Kluw ih merupakan t anaman asli Papua Nugini, Indonesia (M aluku) dan Filipina. Diperkirakan pada masa perdagangan rempah di akhir zaman M ajapahit, menyebar ke Jaw a dari M aluku. Karena pengaruh kolonisasi bangsa-bangsa Eropa, lalu menyebar ke barat ant ara t ahun 1750 - 1800 ke M alaysia, India, Srilangka, M auritius, dan pada 1899 dit anam di Afrika. Kini kluw ih telah menybar luas di berbagai belahan dunia terutama di lingkar t ropis, t ermasuk beberapa pulau pasifik.

c. Habitat

Tumbuh t erbaik di dataran rendah khat ulistiw a di baw ah 600 - 650 m dpl dan hujan 1.300 - 3.800 mm per t ahun. Kluw ih menyukai iklim t ropis dengan suhu panas (20-40

˚

C) dan lembab. Kluw ih t umbuh dengan baik, akan t et api kemampuan variasinya sangat besar. Terdapat variet es-variet es yang tumbuh dengan baik dit anah beraw a, tanah kapur, tanah payau dan lain-lain.

d. Kegunaan

(23)

e. Budidaya

Dijaw a telah dibudidayakan oleh penduduk di kampung-kampung, sehingga tidak t umbuh secara liar. Perbanyakan dengan menggunakan biji dengan melet akkan langsung dit anah. Tanaman dapat berbuah set elah berumur 6 t ahun. Set iap tahun t anaman paling sedikit menhasilkan 100 buah.

13. M ANGGA

(M angifera indica)

a. Taksonomi

Kerajaan : Plant ae

Divisi : M ognoliophyt a Kelas : M ognoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Anacardiaceae Genus : M angifera

Species : M angifera indica

Buah ini dikenal pula dalam bernagai bahasa daerah, sepert i mempelam (M elayu), pelem atau poh (Jaw a), dan lain-lain (ht tp:/ /buahmangga.blogspot .com)

Pohon mangga berperaw akan besar, dapat mencapai t inggi 40 m at au lebis, meski kebanyakan mangga peliharaan hanya sekit ar 10 m at au kurang. Batang mangga t egak, bercabang agak kuat , dengan daun-daun lebat membent uk t ajuk yang indah berbentuk kubah, oval atau memanjang, dengan diameter sampai 10 m. Kulit batangnya tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecildan sisik-siskbekas tangkai daun. W arna pepagan (kulit batang) yang sudah t ua coklat keabuan, kelabu rua sampai hampir hit am.

b. Sebaran Tumbuh

Tanaman mangga berasal dari sekit ar perbat asan India dengan Burma, mangga telah menyebar ke Asia Tenggara sekurangnya Semanjak 1500 tahun yang silam seperti :Viet nam, Philipina, dan Indonesia. Diantaranya ada yang sampai ke Amerika Lat in, t erutama Brazil dan Afrika

c. Habitat

Tanaman mangga dalah tanaman dataran rendah. Tanaman ini dapat t umbuh dan berkembang baik di daerah dengan ketinggian ant ara 0-300 m diatas permukaan laut. M eskipun demikian, tanaman ini juga masaih dapat t umbuh sampai ket inggian 1.300 m di atas permukaan laut. Daerah dengan curah hujan antara 750-2.250 mm per t ahun dan t emperatur 24-27

˚

C merupakan t empat tumbuh yang baik unt uk tanaman buah ini. Jenis t anah yang disukainya adalah t anah yang gembur, berdrainase baik

ber-pH ant ara 5,5-6,o dan dengan kedalam an air tanah antara 50-159 cm (ht tp:/ /buahmangga.blogspot .com). Di Indonesia, t anaman mangga t umbuh baikpada t empat yang musim panasnya kuat

(24)

M angga t erutama ditanam unt uk buahnya. Buah yang mat ang umum dimakan dalam keadaan segar, sebagai buah meja at au campuran es, dalam bentuk irisan atau diblender. Buah yang muda kerapkali dirujak,at au dijajakan di tepi jalan setelah dikupas, dibelah-belah dan dilengkapi bumbu garam dengan cabai. Buah mangga juga juga diolah sebagai manisan, irisan buah kering, dikalengkan dan lain-lain. Diberbagai daerah di Indonesia, mangga (t uaatau muda) yang masam kerap dijadikan campuran sambal atau masakan ikan dan daging.

Biji mangga dapat dijadikan pakan ternak at au unggas, di india bahkan dijadikan bahan pangan di masa paceklik. Daun mudanya dilalap atau dijadikan sayuran. Kayu mangga cukup kuat , keras dan mudah dikerjakan, namun kurang aw et untuk penggunaan di luar. Kayu ini dapat dijadikan arang yang baik.

M angga t erutama dihasilkan oleh negara-negara India, Tiongkok, M eksiko, Thailand, Pakist an, Indonesia, Brazil, Philipina, dan Bangladesh. Tot al produksi dunia dit ahu `80an sekitar 15 jut a t on, namun hanya sekit ar 90.000 t on (1985) yang diperdagangkan di t ingkat dunia. Art inya, sebagian besar mangga dikonsumsi secara lokal. Sement ara it u pasar utama mangga adalah Asia Tenggara, Eropa, Amerika Serikat , Jepang, Singapura dan Hong Kong

e. Budidaya

Pengadaan bibit mangga dapat dilakukan dengan biji, cangkok, dan sambungan. Namun umumnya diperbanyak dengan sist em okulasi (ht tp:/ /buahmangga.blogspot.com). Pohon yang dari biji dapat berumur berpuluh-puluh tahun, pohonnya sangat besar, dan mempunyai akar t unggang yang kuat.

Sebelum dilakukan penanaman dengan biji, m aka daging buah harus dikupas lebih dahulu. Kemudian dikeringkan dibaw ah sinar matahari 2-3 hari. Biji mangga ditanam sedalam 3-4 cm dengan posisi t engkurap. Permukaan biji rat a dengan permukaan tanah.

Sebelum bibit ditanam harus dipersiapkan lubang t erlebih dahulu, lubang dibiarkan t erbuka 2-3 mianggu. Sesudah itu lubang dit ut up dengan tanah yang dicamput pupuk kandang. Ukuran lubang adalah 30 x 30 x 40 cm. Jarak tanam yang digunakan 3-4 m ant ar pohon. Penanaman bibit dilakukan pada permulaan musim hujan. Pemeliharaan pada tanaman yang berumur 1-5 tahun adalah : penyiangan, pendangiran, pemupukan, dan mulching (AAK, 2003)

14. NYAM PLUNG (

Ca llophyllum inophyllum

Linn)

a. Taksonomi

kerajaan : Plant ae

Difisi : M agnoliophyt a Kelas : M agnoliopsida Ordo : M alpighiales Famili : Clusiaceae

Genus : Callophyllum

(25)

Nyamplung dibeberapa daerah di Indonesia dikenal dengan nama Bint angur (Sumat era) dan nyamplung, soulat ri (Jaw a), bent angur (Kalimantan), Bint ula (Sulaw esi),pataule, bit aur (M aluku), Bent ago, samplong (NTT).

b. Persebaran

Pohon nyamplung tumbuh di Asia Tenggara, India, Afrika, Australia Ut ara, Queensland Ut ara, dan lain-lain (Dahlan dan Gusmailina dalam Rost iw ati dkk, 2007). Di Indonesia Pohon nyamplung t erbesar di Sumat era Barat, Riau, Jambi, Sumat era Selat an, Lampung, Jaw a, Kalimantan Barat, Kalimant an barat , Kalimantan Tengah, Sulaw esi, M aluku, NTT, dan Papua (M art aw ijaya et al dalam Rost iw ati dkk, 2007)

c. Habitat

Tanaman ini dapat t umbuh pada t anah beraw a dekat pantai sampai t anah kering dan Regosol di bukut -bukit dengan ketinggian tempat 100-150 m diat as permukaan laut ; t opografi datar sampai bergelombang, dengan t ipe curah hujan A dan B (M art aw ijaya et al dalam Rost iw ati dkk, 2007) rata-rat a curah hujan 2.959 mm. Jenis tanah podsolik merah kuning dengan bahan induk bat uan sedimen tersier, asam kresik dan bat uan basah.

d. Kegunaan

Sebagian besar komponen dari pohon nyamplung dapat menghasilkan minyak, t et api paling banyak kandungannya pada bagian buah dan getah pohon. M inyak nyamplung yang berw arna hijau gelap at au kuning. M inyak nyamplung mentah mengandung komponen yang aktif mempercepat kesembuhan luka atau pert umbuhan kulit (cicatrizat ion).

Nyamplung memiliki manfaat ganda yaitu :

1 Kayu ; kayu nyamplung t ermasuk komersial yang dapat digunakan untuk perkapalan, balok, t iang, papan lant ai dan papan pada bangunan perumahan dan konstruksi ringan (M art aw ijaya et al dalam Rost iw ati dkk, 2007)

2 Getah : Penyadapan get ah nyamplung dilakukan untuk mendapat kan minyak yang dikenal dengan nama minyak Tamanu ( Tahit i), minyak undi ( India), minyak Domba ( Afrika)

3 Biji : Biji nyampung segar mengandung 40 – 55 %-b, sedangkan pada biji kering kandungan minyaknya 70-73 %-b. Bahan akt if yang terkandung pada biji adalah Inophylum A-E. Callophylloide dan Asid callophynic. (Dahlan dan Gusmailina dalam Rost iw ati dkk, 2007 )

e. Budidaya

Pohon nyamplung dapat diperbanyak secara generat if (biji) dan vegetatif ( st ek ).

(26)

nyamplung ditempat kan dalam bedeng yang diberi naungan dengan intensit as cahaya 50 % ( Rost iw ati dkk, 2007 )

15. JENGKOL (

Archidendron pauciflorum

)

a. Taksonomi

Kerajaan : Plant ae

Divisi : M agnoliophyt a Kelas : M agnoliopsida Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae Genus : Archidendron

Species : Archidendron pauciforum

Nama dearah : Jengkol, Jering, Jingkol ( Jaw a), Jenghkol ( sunda), Jering ( Gayo), Jarieng ( M inahasa), Jaring ( Lampung), Lubi ( Sulaw esi Ut ara)

Jengkol t ermasuk tanaman polong-polongan. Buahnya berupa polong dan bent uknya gepeng berbelit , berw arna lebayung tua. Biji buah berkulit ari tipis dengan w arna coklat mengkilat. Jengkol dapat menimbulkan bau t idak sedap set elah di olah dan di proses pencernaan

b.Persebaran

Jengkol adalah t umbuhan khas diw ilayah Asia Tenggara, t ermasuk yang digemari di M alaysia, Thailand, dan Indonesia tert uma diw ilayah Jaw a Barat , yang seharinya dikonsumsi kurang lebih 100 ton.

c. Habitat

Tumbuhan ini merupakan pohon dibagian barat nusantara dengan tinggi sampai 26 m, dibudidayakan secara umum oleh penduduk di Jaw a dan dibeberapa daerah t umbuh menjadi liar. Tumbuh paling baik di daerah dengan musim kemarau yang sedang sampai keras, tidak t ahan terhadap musim kemarau yang t erlalu panjang

d. Kegunaan

Jengkol memiliki khasiat mencergah diabet es dan baik unt uk kesehat an jant ung.

Tanaman Jengkol sendiri diperkirakan mempunyai kadar penyerapan air yang t inggi dari dalam t anah. Kayunya digunakan untuk bangunan rumah, t etapi cepat diserang oleh bubuk dan hanya t ahan selama t idak lebih dari 3 t ahun. Kayunya juga dapat dimanfaatkan untuk pet i mat i dan kayu bakar. Daunya dapat digunakan unt uk mengobat i kudis dan luka. Dinding polong dapat dimanfaatkan untuk mencuci rambut .

(27)

Jengkol dapat diperbanyak secara generat if dengan biji. Di Jaw a telah di budidayakan oleh penduduk dan dibeberapa daerah tumbuh liar.

16. DURIAN

( Durio zibethinus)

a.Taksonomi

Kerajaan : Plant ae

Divisi : M agnoliophyt a Kelas : M agnoliopsida Ordo : M alvales Famili : M alvaceae Genus : Durio

Species : Durio zibet hinus

Durian di Jaw a dikenal sebagai duren ( bahasa Jaw a dan Betaw i ) dan Kadu ( sunda). Di sumatra dikenal sebagai Durian dan duren ( gayo) di Sulaw esi orang menado menyebutnya Duriang, sement ara orang Toraja duliang, di pulau seram bagian timur disebut rulen (ht tp:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ Durian).

b. Persebaran

Durian tersebar di Penisular M alaysia, Sumatra, dan Kalimant an ( Lemens DKK,1995 dalam Rohandi& Drajat , 2002). Durian t umbuh pada t anah dat aran kering at au berbat u-bat u yang beriklim t ropis basah pada ket inggian sampai 1000 m dpl

( M artaw ijaya, 1989 dalam Rohandi & Sudrajat,2002)

c. Habitat

Durian adalah buah tropis, tumbuh disekitar kat ulist iw a hingga ket inggian 800 m dpl, sert a menjauh hingga garis lint ang 18

º

di Thailand dan Queensland. Curah hujan yang disukai sekurang-kurangnya 1500 mm , yang tersebar merat a sepanjang tahun. Tanaman ini memerlukan tanah yang dalam, ringan dan drainase baik. PH yang opt imal adalah 6- 6,5. Tanah masam seperti Lat osol memerlukan pengapuran agar tanaman t umbuh baik. Durian muda juga memerlukan lindungan alam, agar pohon at au cabang-cabangnya yang sarat buah t idak patah dit erpa angin yang kuat . M aka air t anah tidak boleh kurang dari 150 cm karena air t anah yang t erlalu rendah berakibat buah kurang manis (htt p:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ Durian).

c. Kegunaan

(28)

melancarkan haid dan menggugurkan kandungan. Abu dan rendaman air abu digunakan sebagai campuran pew arna tradisional.

D. Budidaya

Durian dapat dikembangkan melalui pembiakan veget at if dan generat if. Durian dapat disemaikan langsung dengan menanam biji langsung pada poly bag . M edia yang digunakan berupa campuran tanah dan pupuk kandang at au kompos ( 1:1) Bibit durian dijaga agar tidak dilet akkan dit empat yang terlalu teduh dan terlalu terik dan sebaiknya diberi naungan dengan int ensit as 50 %. Bibit yang baik dan siap tanam adalah bibit yang t elah berumur 1,5 t h memiliki t inggi 75 cm. Pembiakan secara veget at if durian dapat dilakukan dengan teknik cangkok, okulasi dan sambung( enten ) ( Sarjono. 1999 dalam Rohandi & Sudrajat, 2002 )

17. DUW ET (

Syzygium cumini

( L ) Skeels)

a. Taksonomi

Kerajaan : Plant ae

Divisi : M agnoliophyt a Kelas : M agnoliopsida Ordo : M yrt ales Familia : M yrt aceae Genus : Syzygium

Species : Syzygium cum ini(L) Skeels

Jamblang dibeberapa daerah di Indonesia dikenal dengan nama yang berbeda-beda sedpert io jambe kleng ( aceh), jambu kling ( gayo), jambu kalang ( minang kabau)

, Jamblang ( Bet aw i), juw et , duw et, duw et mant ing ( jaw a), dhalas, dhw ak (madura), juw et, jujut an (bali), klayu (sasak), duw e ( bima), jambulan( flores), rapo-rapo jaw a ( makasar),(htt p:/ / alamendah.w ordpres.com).

b. Persebaran

Duw et merupakan t anaman asli indo-M alaysiana, t ermasuk Indonesia, terdapat dikaw asan asia dan aust ralia t ropik. Duw et kini termasuk salah sat u tanaman yang mulai t rlupakan bahkan lamgkadan jarang dibudidayakan (ht tp:/ / alamendah.wordpres.com)

c. Habitat

(29)

Duw et sering disebut Jamblang termasuk buah-buahan yang langka . Kayunya dapat digunakan untuk bahan bangunan, meskipun tidak istimew a dan agak mudah pecah. Kayunya sering digunakan untuk kayu bakar. Kulit kayunya menghasilkan zat penyamak ( Tanin) dan dimanfaatkan untuk mew arnai (ubar) jala. Daunya unt uk pakan t ernak.

Buah duw et unt uk obat diare, obat sakit gula, dan obat nyeri ginjal. Daging buah jamblang rasanya asam manis berkasiat melumas organ paru, menghent ikan batuk, peluruh kencing, peluruh kentut , memperbaiki gangguan pencernakan, merangsang keluar air liur, dan menurunkan kadar glukosa darah.(ht t p:/ / ipt ek.net .id)

e. Budidaya

Duw et dapat dibudidayakan dengan biji. Bijinya berukuran relat if besar dan berdaging sert a tidak dapt disimpan lama. Bijinya akan kehilangan fiabilitas set elah dua minggu dan prosen kecambahnya dapat mencapai 90 %. ( Anonim, 2006).

18. KETAPANG (

Terminalia catappa

)

a. Taksonomi

Kerajaan : Plant ae

Divisi : M agnoliophyt a Kelas : M agniliopsida Ordo : M yrt ales Famili : Combret aceae Genus : Term inalia

Species : Term inalia cat appa

b. Persebaran

Ket apang merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara dan umum ditemukan di w ilayah ini, kecuali di Sumatera dan Kalimant an yang agak jarang didapati di alam. Pohon ini biasa ditanam di Aust ralia bagian ut ara dan Polinesia, demikian pula di India, Pakist an, M adagaskar, Afrika Timur dan Afrika Barat , Amerika Tengah, sert a Am erika Selatan.

c. Habitat

Pohon ini cocok dengan iklim pesisir dan dat aran rendah hingga ketinggian sekit ar 400 m dpl. Curah hujan ant ara 1.000 – 3.500 mm/ tahun, dan bulan kering hingga 6 bulan (ht tp:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ Ketapang). Ketapang menggugurkan daun hingga dua kali setahun, sehingga tumbuhan ini bisa tahan menghadapi bulan-bulan yang kering. Buahnya yang memiliki lapisan gabus dapat terapung-apung di air sungai dan laut hingga berbilan-bulan, sebelum t umbuh di t empat yang cocok.

(30)

Kulit kayu dan daun-daunnya dimanfaatkan orang untuk menyamak kulit, sebagai bahan pew arna hit am, dan juga unt uk membuat t inta. Kulit kayunya menghasilkan zat pew arna kuning kecoklatan sampai w arna zaitun, dan mengandung 11 – 23% t anin, sementara daun-daunnya mengandung12 macam t anin yang dapat dihidrolisis. Penggemar ikan hias menaruh daun-daun ketapang kering di akuarium, khususnya ikan cupang (Bet t a spp), untuk memperbaiki kesehatan dan memperpanjang umur ikan.

Kayu t erasnya merah bata pucat hingga kecoklat-coklat an, ringan sampai sedang, BJ-nya berkisar ant ara 0,465 – 0,675, cukup keras dan ulet, namun t idak begitu aw et. Kayu ini dalam perdagangan dikenal sebagai red-brow n term inalia, dan digunakan sebagai penutup lant ai atau venir. Di Indonesia, kayu ini digunakan dalam pembuat an perahu dan juga untuk bahan rumah.

Biji Ket apang dapat dimakan mentah atau dimasak, konon lebih enak dari biji kenari, dan digunakan sebagai pengganti biji amandel (almond) dalam kue-kue. Int i bijinya yang kering jemur menghasilkan minyak berw arna kuning hingga set engah dari bobot semula. M inyak ini mengandung asam-asam lemak sepert i asam palmiat (55,5%). Asam oleat (23,3%), asam linoleat , asam st earat dan asam mirist at . Biji kering ini juga mengandung protein (25%), gula (16%), serta berbagai macam asam amino.

e. Budidaya

Spesies ini mudah diperbanyak dengan biji. Perbanyakan veget at if dengan stek akar juga bisa dilakukan. W akt u pematangan buah bervariasi antar w ilayah dan dapat sporadis atau t erjadi lebih dari sekali per t ahun. Buah siap unt uk koleksi ket ika ukurannya maksimal dan telah mulai menunjukkan beberapa perubahan w arna yaitu menjadi red purple at au kuning atau kecoklatan.

Banyaknya buah sekitar 15 – 60 buah/ kg. Daging luar harus dikupas dari biji sesegera mungkin setelah dipanen (dalam 1 – 2 hari). Biji t anpa daging luas sebanyak 70 – 150 buah/ kg. Perilaku penyimpanan biji tidak diket ahui, tetapi biji kehilangan viabilitas cukup cepat dalm penyimpanan. Benih dianjurkan daitanam dalam w akt u 4 – 6 minggu penyimpanan. Benih yang berkecambah dilindungi di baw ah naungan. Bibit harus dipindahkan ke dalam w adah secepat mungkin set elah munculnya perkecambahan. Bibit yang semakin besar dipindah ketingkat pencahayaan yang lebih t inggi misalnya intensit as cahaya 30 – 50% selama 1 – 2 minggu set elah t anam, kemudian 25% selama 1 bulan, kemudian mat ahari penuh selama 2 bulan sebelum penanaman.

(31)

19. CEMARA LAUT

(

Casuarina equisetifolia

L.)

a. Taksonomi

Kerajaan : Plant ae

Divisi : M agnoliophyt a Kelas : M agnoliopsida Ordo : Casuarilanes Famili : Casuarinaceae Genus : Casuarina

Spesies: Casuarina equiset ifolia L.

Nama perdagangan : Cemara laut , agoho, horset ail oak

Sinonim : Cassuarina lit t oralis Salisb.

Cemara laut dapat mencapai tinggi 50 m dengan diameter 100 cm, namu8n umumnya t inggi pohon dew asa sekitar 25 – 35 m. Termasuk t anaman cepat tumbuh dan merupakan jenis pionir t erutama pada t empat t erbuka sepanjang pant ai. Pohon bersifat selalu hijau sepanjang t ahun (Syamsuw ida, 2002).

b. persebaran

Penyebaran alami t erdapat di Australia, Kepulauan Pasifik, Indonesia, M alaysia, India, Srilangka, Philipina, Polynesia, M elanesia, M icronesia, bahkan t ersebar sampai pant ai Florida. Penyebaran di Indonesia : Sumat era, Kalimant an, Sulaw esi, Jaw a, M adura, Ternate, Halmahera (Heyne, 1987).

c. Habit at

Tumbuh pada lahan dan iklim yang bervariasi mulai dari pasir pantai hingga ke lereng gunung yang t inggi, iklim t ropis panas dan semi arid dan ket inggian mulai 0 – 1.500 m dpl. Tumbuh paling baik di daerah pant ai dengan pH berkisar ant ara 5,0 – 8,0. tahan t erhadap kekeringan selama 6 – 8 bulan. Suhu maksimum rat a-rata 30 – 35

˚

C dan minimum 7 - 18

˚

C. Rata-rat a curah hujan tahunan 1.400 mm.

d. Kegunaan

Pohon ini selain berfungsi sebagai perlindungan dari ancaman gelombang pasang, juga menyesuaikan kaw asannya yang terdiri dari pasir, sehingga bisa bert ahan sekaligus mempercant ik daerah sekitarnya. Kayunya mempunyai potensi xebagai bahan kayu bakar t erbaik di dunia. Selain it u, cemara laut juga bisa dimanfaatkan unt uk konservasi tanah dan rehabilit asi lahan serta jalur hijau. Kayunya dapat digunakan sebagai t iang rumah atau perabot an sederhana.

e. Budidaya

(32)

(2 : 1). Benih berkecambah pada hari ke 7 – 21. Kecambah siap disapih dengan t inggi 5 -10 cm, penyapihan menggunakan polybag dan bibit siap dit anam di lapangan apabila t inggi bibit mencapai 30 -50 cm (berumur 4-18 bulan). Cemara laut dapat diperbanyak dengan cangkok dan st ek bat ang. Pada aw al penanaman di lapangan bibit perlu penyiraman yang int ensif. Di daerah kering, pengairan diperlukan sampai tanaman umur 3 tahun. Tanaman cemara laut kurang mampu berkompetisi dengan gulma, sehingga perlu pembersihan gulma pada bulan-bulan pert ama penanaman (Syamsuw ida, 2002).

20. KELAPA

(

Cocos nucifera

L.)

a. Taksonomi

Kerajaan : Plantae Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Upafamili : Arecoideae Bangsa : Cocoeae

Genus : Cocos Spesies: Cocos nucifera L.

Tinggi t anaman ini mencapai sekitar 15 – 25 meter. Daunnya berw arna hijau pucat . Kacangnya memiliki diameter sekitar 4 – 6 cm; Biji yang terdapat di dalamnya memiliki lapisan pelindung yang sangat keras dan mengandung minyak yang cukup banyak, yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lilin.

b. Persebaran

Pohon kelapa berasal dari pesisir Samudera Hindia, namun kini telah t ersebar di seluruh daerah t ropika. Tanaman ini sekarang sudah t ersebar luas di daerah-daerah t ropis (Heyne, 1987).

c. Habitat

Kelapa secara alami t umbuh di pantai dan dapat tumbuh hingga ket inggian 1.000 m dpl, namun akan mengalami pelambatan pertumbuhan.

d. Kegunaan

Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya, sehingga dianggap sebagai t umbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir.

Kegunaan t anaman kelapa adalah :

(33)

2. Daunnya dipakai sebagai atap rumah set elah dikeringkan. Daun muda kelapa, disebut janur,

dipakai sebagai bahan anyaman dalam pembuatan ketupat at au berbagai bentuk hiasan yang sangat menarik.

3. Buah kelapa adalah bagian paling bernilai ekonomi. Sabut , bagian mesokarp yang berupa serat-serat kasar, diperdagangkan sebagai bahan bakar, pengisi jok kursi, anyaman t ali, keset, serta media tanam bagi anggrek. Tempurung at au bat ok,yang sebetulnya adalah bagian endokarp, dipakai sebagai bahan bakar, penggant i gayung, w adah minuman dan bahan baku berbagai bent uk kerajinan tangan. Endosperma buah kelapa yang berupa cairan sert a endapannya yang melekat di dinding dalam batok (‘’daging buah kelapa’’) adalah sumber penyegar populer. Daging buah muda berw arna put ih dan lunak serta biasa disajikan sebagai es kelapa muda at au es degan. Cairan ini mengandung beraneka enzim dan memiliki khasiat penetral racun dan efek penyegar/ penenang.

e. Budidaya

Pengecambahan buah-buah kelapa yang menjadi benih dilakukan di atas bedengan-bedengan pembibit an. Untuk benih dipilih buah-buah kelapa yang telah t ua yang bisa diguncang-guncang airnya berbunyi. Tunas akan tumbuh 2 – 4 bulan. Buah harus disimpan pada t empat yang keadaan lembab, karena t unas muda dan akar hanya dapat berkembang dalam sabut yang basah. Bibit harus ditanam dalam keadaan muda, yait u kira-kira 6 bulan setelah bert unas, bibit berdaun 3 – 4 helai.

Penanaman dilakukan pada aw al musim hujan, dengan lubang-lubang tanam digali 1 – 3 bulan sebelum penanaman bibit. Lubang t anam berukuran 50 x 50 x 50 cm. Pada umumnya kelapa dit anam dengan jarak t anam 9 x 9 m at au 10 x 10 m dengan rat a-rat a produksi 1 t on per hekt ar.

(34)

21. ASEM

(

Tamarindus indica

L.)

a. Taksonomi

Kerajaan : Plantae

Divisi : M agnoliophyta Kelas : M agnoliopsida Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae Genus : Tamarindus Spesies: Tam arindus indica L.

Nama lain asam jaw a adalah asam (M elayu), asem (Jaw a), sampalok (Tagalog), makham (Thailand), tamarind (Inggris). Buah yang telah tua dan sangat masak biasa disebut asem kaw ak. (ht tp:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ Asam_jaw a).

b. Penyebaran

Asam jaw a termasuk t umbuhan tropis. Asal-usulnya diperkirakan dari savana Afrika Timur di mana jenis liarnya dit emukan, salah satunya di Sudan. Semenjak ribuan tahun, t anaman ini t elah menjelajah ke Asia tropis, dan kemudian juga ke Karibia dan Amerika Lat in. Di banyak tempat yang bersesuaian, t ermasuk di Indonesia, tanaman ini sebagian meliar sepert i di hutan-hut an luruh daun dan savana. (htt p:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ Asam_jaw a).

Asalnya t idak pasti, mungkin jenis savana kering Asia tropis. Jenis ini dahulu diint roduksi ke Asia yang menjadi tempat t umbuh sekarang dan belum lama diint roduksi ke t ropis di belahan barat (Joker, 2002).

c. Habitat

Tumbuh baik di daerah semi kering dan iklim muson basah, dapat t umbuh di kisaran t ipe tanah yang luas. Dapt hidup di t empat bersuhu sampai 47

˚

C, tapi sangat sensit if t erhadap es. Umumnya t umbuh di daerah bercurah hujan 500 – 1.500 mm/ tahun, bahkan t et ap hidup pada curah hujan 350 mm jika diberi irigasi saat penanaman. Di daerah tropika basah bercurah hujan lebih dari 4.000 mm, pembungaan dan pembuahan menurun dengan jelas. Jenis ini menghasilkan benih lebih banyak jika hidup di t empat dengan periode kering yang panjang, berapapun curah hujan t ahunannya (Joker, 2002).

Pohon asam dapat t umbuh baik hingga ket inggian sekit ar 1.000 m dpl, pada t anah berpasir atau t anah liat, khususnya di w ilayah yang musim keringnya jelas dan cukup panjang. (ht tp:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ Asam_jaw a).

d. Kegunaan

(35)

cocok unt uk penghalang api karena tidak akan ada rumput yang tumbuh di baw ahnya (Joker, 2002).

Daging buah asam jaw a sangat populer, dan digunakan dalam aneka masakan atau bumbu di berbagai belahan dunia. Buah yang muda sangat masam rasanya, biasa digunakan sebagai bumbu sayur asam dan campuran rujak. Buah yang telah masak dapat disimpan lama setelah dikupas dan sedikit dikeringkan dengan bantuan sinar matahari. Asam kaw ak (buah asam yang t ua) biasa diperdagangkan antar pulau dan ant ar negara. Selain sebagai bumbu, untuk menghilangkan bau amis ikan, asam kawak bisa digunakan sebagai bahan sirup, selai, gula-gula dan jamu.

Kayu teras asam jaw a berw arna coklat kemerahan, berat , keras dan bert ekst ur halus, sehingga kerap digunakan unt uk membuat meubel, kerajinan, ukir-ukiran dan pat ung.

Pohon Asam biasa ditanam di tepi jalan sebagai peneduh, t erut ama di sepanjang jalan raya Daendels, dari anyer hingga Panarukan (htt p:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ Asam_jaw a).

e. Budidaya

Asam dapat diperbanyak dengan benih, penempelan, penyambungan dan pencangkokan. Bibit yang berumur 1 t ahun sudah dapat dit anam di lapangan, t et api mungkin sifat nya berbeda dengan induknya. Pohon induk yang baik biasanya diperbanyak secara veget at if dengan penempelan perisai (shield budding) dan penempelan t ambalan (patch budding) sert a sambung celah (cleft graft ing). Penempelan dilakukan pada bulan sejuk dan kering, yait u November sampai Januari. Pohon hasil perbanyakan secara penempelan atau penyambungan dit anam di kebun pada aw al musim hujan dengan jarak 8 – 10 m.

Pengaturan ukuran pohon dengan jarak t anam yang rapat (kira-kira 500 batang per ha) dan pemangkasan unt uk memperbaharui cabang penghasil buah. Pohon asam memperoleh perlakuan yang sama seperti pohon buah-buahan lainnya, yaitu : pengairan, pemupukan, dan perlindungan tanaman (htt p:/ / ayobert ani.w ordpress.com/ 2009/ 09/ 27/ cara-menanam-asam-jaw a).

22. PETE (

Parkia spesiosa

)

a. Taksonomi

Kingdom : Plantae

Divisi : M agnoliophyta Kelas : M agnoliopsida Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae Genus : Parkia Spesies: Parkia spesiosa

Referensi

Dokumen terkait

Penghijauan untuk kepentingan konservasi dipertahankan, kemudian dalam BWK X ini juga menyatakan bahwa di wilayah BWK X tidak lagi diperpanjang areal galian C nya

Selain itu jumlah tanaman kakao yang akan disambung biasanya dalam jumlah yang banyak, sehingga penyambungan tidak dapat dilakukan dalam waktu sehari dan entres

Guna melaksanakan Pembuktian Dokumen Kualifikasi yang disampaikan oleh Perusahaan saudara dan diharapkan Perusahaan membawa kelengkapan Administrasi sebagai berikut :. Memperoleh

Knowledge and attitude of colorectal cancer screening among moderate risk patients in West Malaysia.. Hilmi I, Hartono JL,

(1993) lemak abdomen akan meningkat pada ayam yang diberi ransum dengan protein rendah dan. energi ransum

Deskripsi kualitatif untuk menganalisis proses pelaksanaan model pembelajaran Auditory Intellectually Repentition (AIR), dan peningkatan pembelajaran Matematika siswa

Indonesia memiliki kekayaan jenis burung terutama pada burung paruh bengkok seperti yang kita ketahui bahwa yang masuk dalam jenis ini adalah burung yang pintar

Hasil penelitian ini adalah (1) berdasarkan pertimbangan kebutuhan oksigen pada manusia, ternak dan kendaraan bermotor, maka kebutuhan luasan Hutan Kota/Ruang Terbuka Hijau