LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
PENGENDALIAN HAYATI DAN PENGELOLAAN HABITAT
Nama : Kiki Audiva W. Tanggal : 29 Februari 2016 NIM : 05071281320028 Asisten : 1. Debora H.P Manalu
Kelas : A 2. Suci Yolanda Putri
Judul : Pengenalan Laba-Laba Predator 3. Pebri Hermawan 4. Ichsan Agung atau menumpang dalam atau pada hama dan dianggap sebagai musuh dari hama yang terdapat di alam. Di dalam ekosistem pertanian terdapat kelompok makhluk hidup yang tergolong predator, parasitoid, dan patogen. Ketiga kelompok makhluk hidup yang disebut musuh alami tersebut mampu mengendalikan populasi hama. Tanpa bekerjanya musuh alami, hama akan memperbanyak diri dengan cepat sehingga dapat merusak tanaman (Prabowo, 2008).
Salah satu musuh alami yang penting pada ekosistem tanaman adalah laba-laba. Laba-laba dikenal sebagai predator generalis (umum) terhadap serangan hama. Laba-laba adalah agen pengendalian hayati yang potensial terhadap hama tanaman. Banyak jenis laba-laba yang telah dilaporkan memangsa beragam jenis hama pada tanaman pertanian. Pada tanaman ditemukan beragam jenis laba-laba yang potensial untuk dimanfaatkan secara optimal untuk menekan perkembangan populasi hama. Pengendalian secara alamiah atau biologi terhadap hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu cara untuk mengurangi resiko terhadap kesehatan dan kerusakan lingkungan.
2
Laba-laba (Araneae) adalah salah satu agen biologi yang sangat potensial dalam pengendalian hama serangga pada ekosistem pertanian. Kepadatan populasi dan kelimpahan spesies komunitas laba-laba (biodiversity) pada ekosistem alamiah dan termasuk pertanian adalah tinggi. Laba-laba adalah predator berperan penting dalam mereduksi, dan mencegah terjadinya ledakan hama secara alami pada budidaya tanaman pertanian serta berkontribusi pada keanekaragaman hayati. Oleh karena itu laba-laba dapat dipertimbangkan membantu pengaturan (regulate) kepadatan populasi serangga hama.
Laba-laba adalah sejenis hewan berbuku-buku (arthropoda) dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap dan tak memiliki mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba digolongkan ke dalam ordo Araneae dan bersama dengan kalajengking, ketonggeng, tungau semuanya berkaki delapan dimasukkan ke dalam kelas Arachnida. Laba-laba merupakan hewan pemangsa, bahkan kadang-kadang kanibal. Mangsa utamanya adalah serangga. Hampir semua jenis laba-laba, dengan perkecualian sekitar 150 spesies dari suku Uloboridae dan Holarchaeidae, dan subordo Mesothelae, mampu menginjeksikan bisa melalui sepasang taringnya kepada musuh atau mangsanya.
Meski demikian, dari puluhan ribu spesies yang ada, hanya sekitar 200 spesies yang gigitannya dapat membahayakan manusia. Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk menangkap mangsa, akan tetapi semuanya mampu menghasilkan benang sutera yakni helaian serat protein yang tipis namun kuat dari kelenjar (disebut spinneret) yang terletak di bagian belakang tubuhnya. Serat sutera ini amat berguna untuk membantu pergerakan laba-laba, berayun dari satu tempat ke tempat lain, menjerat mangsa, membuat kantung telur, melindungi lubang sarang, dan lain-lain (Herlinda,2014).
Kebanyakan laba-laba memang merupakan predator (pemangsa) penyergap, yang menunggu mangsa lewat di dekatnya sambil bersembunyi di balik daun, lapisan daun bunga, celah bebatuan, atau lubang di tanah yang ditutupi seresah. Beberapa jenis memiliki pola warna yang menyamarkan tubuhnya di atas tanah, batu atau pelepah pohon, sehingga tak perlu bersembunyi. Laba-laba penenun (misalnya anggota suku Araneidae) membuat jaring-jaring sutera berbentuk kurang lebih bulat di udara, di antara dedaunan dan ranting-ranting, di muka rekahan batu, di sudut-sudut bangunan, di antara kawat telepon, dan
3
lain. Jaring ini bersifat lekat, untuk menangkap serangga terbang yang menjadi mangsanya.
Dengan adanya serangga yang terperangkap jaring laba maka laba-laba segera mendekat dan menusukkan taringnya kepada mangsa untuk melumpuhkan dan sekaligus mengirimkan enzim pencerna ke dalam tubuh mangsanya. Sedikit berbeda, laba-laba pemburu (seperti anggota suku Lycosidae) biasanya lebih aktif. Laba-laba jenis ini biasa menjelajahi pepohonan, sela-sela rumput, atau permukaan dinding berbatu untuk mencari mangsanya. Laba-laba ini dapat mengejar dan melompat untuk menerkam mangsanya (Nunilahwati,2008). Dari berbagai manfaat laba-laba maka perlu kita ketahui jenis-jenis atau contoh-contoh laba-laba predator yang ada di tajuk dan di permukaan tanah.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum tentang pengenalan laba–laba predator adalah untuk mengetahui contoh-contoh laba–laba predator.
BAB 2
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
2.1. Waktu dan Tempat
Pelaksanan praktikum ini pada hari Senin tanggal 29 Februari 2016 pukul 14.30 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Entomologi, Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya.
2.2. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ialah 1) alkohol, 2) jarum suntik, 3) kamera, 4) laba-laba predator tajuk dan permukaan tanah dan 5) makroskop.
2.3. Cara Kerja
Adapun cara kerja praktikum ini ialah:
1. Cari laba-laba predator tajuk dan permukaan tanah. 2. Suntik/ rendam laba-laba tersebut dengan alkohol. 3. Amati dibawah makroskop kemudian dokumentasikan.
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Adapun hasil yang didapatkan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Hasil pengamatan pada laba laba. N
Species : Tetragnatha javana
2 Kingdom : Animalia
Laba laba Tetragnata javana berhabitat di tajuk tanaman misalnya pada tajuk tanaman padi. Laba–laba ini memangsa hama–hama yang biasanya berada di
6
tajuk tanaman misalnya hama wereng, belalang dan lain-lain. Laba–laba ini mempunyai bentuk tubuh panjang dengan di lengkapi tiga pasang kaki yang panjang pula. Kaki tersebut berfungsi untuk meloncat menerkam mangsanya. Tubuh laba–laba ini tidak sebesar dan setebal laba–laba pardosa, tubuhnya tipis dan lebih lunak. Tetragnathajavana merupakanfamili tetragnathidaeyaitulaba-labayang sangat memanjangdansangattipis,berkaki panjang ber-chelicerae (rahang) besar, spesies ini merupakan Arhtropoda karnivor yang memakan agas, serta larva Arthopoda herbivore (Khodijah, 2012).
Laba - laba ini memiliki kaki yang panjang dan berukuran tubuh 6-10 mm. Matanya tersusun dalam 2 baris yang berbeda. Perut berwarna kuning kecoklatan dengan panjang 4 kali lebar nya. memiliki rahang yang besar dibandingkan dengan kepalanya. Telur dari laba-laba ini ditutupi jaring seperti kapas yang diletakan di atas tanaman padi. Dia lebih suka lingkungan basah. Dia membangun jaring berbentuk cincin daimana dia menunggu mangsanya. Sehari dia dapat memakan 2-3 mangsa dalam sehari.
Pardosa pseudoannulata adalah laba laba jantan memiliki 4 sampai 5 garis cahaya melintang disisi perut, sedangkan betina memiliki 3 garis cahaya yang memanjang bulat telur dan sepasang bintik bintik bulat. Laba-laba ini sangat aktif memburu mangsanya memakan 5 sampai 15 mangsa setiap hari. Sering ditemukan di dekat pangkal tanaman. Mereka lebih senang memilih wereng sebagai mangsanya. Laba-laba ini memiliki perilaku dapat bersembunyi di dalam air. Laba-laba ini ditemukan dalam lahan basah yang baru diolah atau lahan kering. Berwarna coklat hingga abu-abu. Pada populasi yang tinggi, mereka juga memakan satu sama lain. Laba-laba betina sebanyak 200 hingga 400 telur di dalam kantung. Dari kantung ini, sekitar 60 sampai 80 spiderlings menetas. Spiderlings baru menetas tetap melekat pada betina selama beberapa hari. Betina tinggal 3 sampai 4 bulan (Khodijah, 2012).
Laba-laba jantan menggoyangkan bagian mulutnya (yang tampaknya seperti kaki) untuk merayu betina. Setelah perkawinan, laba-laba betina menenun kantong telur yang disambungkan ke bagian belakang tubuhnya. Kantong ini dibawa ke mana-mana, juga saat berburu. Anak laba-laba yang menetas naik ke punggung induknya, yang mampu membawa 100 anak di punggungnya.
7
Sesudah cukup besar, mereka turun dari induknya pada saatangin berhembus, mengangkat bagian belakang badannya, menenun sutera, dan ditiup angin ke tempat lain (Khodijah, 2012). Sarang laba-laba telah dimanfaatkan sebagai terapi menghentikan perdarahan oleh penduduk sejak lama, namun belum ada penelitian empiris yang membuktikan efek ini.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Keberadaan musuh alami seperti predator sangat membantu petani untuk menjaga kualitas produksinya.
2. Laba–laba yang berhabitat di tajuk tanaman adalah laba–laba predator Tetragnatha javana.
3. Sedangkan laba–laba predator yang berhabitat di permukaan tanah dekat dengan pangkal batang adalah laba–laba Pardosa pseudoannulata.
4. Kebanyakan laba-laba memang merupakan predator (pemangsa) penyergap, yang menunggu mangsa lewat di dekatnya sambil bersembunyi di balik daun. 5. Dengan adanya musuh alami diharapkan dapat mengurangi penggunaan
pestisida yang berbahan kimia yang dapat menumbulkan banyak efek negatif..
4.2. Saran
Melalui praktikum kali ini, dapat disarankan untuk melihat dengan teliti perbedaan antara laba-laba tajuk dan laba-laba tanah agar memahami perbedaan antara kedua laba-laba tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Herlinda, S., Hendri Candro N M., Rinda F. A., Suwandi., Andi W., Khodijah, & Dewi M. 2014. Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies Laba-laba Predator Hama Padi Ratun di Sawah Pasang Surut. J. HPT Tropika 14(1) : 1-7.
Khodijah, Siti H., Chandra I., Pujiastuti Y & Thalib R.2012. Artropoda predator penghuni ekosistem persawahan lebak dan pasang surut Sumatera Selatan. Jurnal Lahan Suboptimal 1(1):57-63.
Prabowo, M. 2008. Keanekaragaman Komunitas Artropoda predator Tanaman Padi yang Di Aplikasikan Bioinsektisida Berbasis Jamur Entomopatogen Daerah Rawa Lebak Sumatera Selatan. Jurnal Lahan Suboptimal 1(2):43-49.
Nunilahwati H., dan Khodijah. 2008. Keanakaragaman dan Kelimpahan artropoda predator hama padi penghuni permukaan tanah sawah lebak ditepi sungai musi. Prosiding Seminar Nasional Kerjasama PEI Cabang Palembang dan PFI Komda SumSel.