• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

PERCOBAAN B-2

PEMISAHAN SENYAWA DENGAN KROMATOGRAFI

Disusun oleh:

Nama : Bella Mega Pahlevi

NIM : 16/394216/PN/14455

Hari/Tanggal : Rabu, 12 April 2017

Kelompok : 13

Partner : Aulia Hasanah

Fakultas/Prodi : Pertanian/Agronomi Asisten : Khoiria Nur Atika P.

LABORATORIUM KIMIA DASAR

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)
(3)

TINJAUAN PUSTAKA

Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat-zat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solute-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan solute-solut ini diatur oleh distribusi solute dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan kromatografi cair secara sukses terhadap suatu masalah yang dihadapi membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel. Untuk tujuan memilih kombinasi kondisi kromatografi yang terbaik, maka dibutuhkan pemahaman yang mendasar tentang berbagai macam factor yang mempengaruhi pemisahan pada kromatografi cair (Gandjar & Rohman, 2007).

Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi.Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel.Untuk fase normal (fase diam lebih polar dari fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut.Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut

(Gandjar & Rohman, 2007).

Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran larutan buffer dengan methanol atau campuran air dengan asetonitril.Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarur-pelarut jenis alcohol.Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum disbanding dengan fase terbalik

(Gandjar & Rohman, 2007).

Kromatografi adalah suatu metode analitik untuk pemurnian dan pemisahan senyawa-senyawa organik dan anorganik, metode ini berguna untuk fraksionasi campuran kompleks dan pemisahan untuk senyawa yang sejenis. Metode-metode kromatografi tidak dapat dikelompokan dengan hanya meninjau satu macam sifat, artinya dapat dinyatakan teknik-teknik kolom seperti destilasi, ekstraksi pelarut, penukar ion kedalam satu gelas (Khopkar, 2008).

(4)

Dengan menggunakan cara kromatografi, pemisahan dalam banyak keadaan lebih cepat dan efektif dari pada sebelumnya dan banyak pemisahan, dapat berhasil yang tidak akan dapat diusahakan dengan teknik lain., pendobrakan yang tidak ada bandingnya dalam biokimia mendapatkan pengertian dan fungsi enzim dan protein yang lain telah berasal secara langsung dari penggunaan kromatografi dalam penelitian biologik

(Underwood, 1999).

1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. Kromatografi merupakan pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Untuk itu, kemurnian bahan atau komposisi campuran dengan kandungan yang berbeda dapat dianalisis dengan benar. Tidak hanya kontrol kualitas, analisis bahan makanan dan lingkungan, tetapi juga kontrol dan optimasi reaksi kimia dan proses berdasarkan penentuan analitik dari kuantitas material. Teknologi yang penting untuk analisis dan pemisahan preparatif pada campuran bahan adalah prinsip dasar kromatograf.

Prinsip kerja pada Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam. Gel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.

Fase diam- silika gel

(5)

Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol dan menggunakan senyawa silika Gel 60 karena lempeng tidak akan berpendar bila di lihat pada sinar UV dibawah sinar UV 254 nm. Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.

Fasa Gerak – metanol dan petroleum eter.

Pada fasa gerak menggunakan sistem yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah beberapa petunjukdalam memilih dan mengoptimasi fase gerak :

Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT

merupakan teknik yang sensitif.

Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak

antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.

Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silica gel, polaritas

fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solute yang berarti juga menentukan nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non polar seperti metil benzene akan meningkatkan harga Rf secara signifikan. Solut-solut ionik dan solute-solut polar lebih baik digunakan campuran pelarut

sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan methanol dengan perbandingan tertentu. Penambahan sedikit asam etanoat atau ammonia masing-masing akan meningkatkan solute-solut yang bersifat basa dan asam.

Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapisan tipis yang juga mempengaruhi harga Rf adalah :

1) Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.

2) Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya.(Biasanya aktifitas dicapai dengan

(6)

menempati pusat-pusat serapan dari penyerap). Perbedaan penyerap akan memberikan perbedaan yang besar terhadap harga Rf meskipun menggunakan

fasa bergerak dan solute yang sama tetapi hasil akan dapat diulang dengan hasil yang sama, jika menggunakan penyerap yang sama, ukuran partikel tetap dan jika pengikat (kalau ada) dicampur hingga homogen.

3) Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap, dalam prakteknya tebal lapisan tidak

dapat dilihat pengaruhnya, tetapi perlu diusahakan tebal lapisan yang rata. Ketidakrataan akan menyebabkan aliran pelarut menjadi tak rata pula dalam daerah yang kecil dari plat.

4) Pelarut (dan derajat kemurniannya) fasa bergerak. Kemurnian dari pelarut yang

digunakan sebagai fasa bergerak dalam kromatografi lapisan tipis adalah sangat penting dan bila campuran pelarut digunakan maka perbandingan yang dipakai harus betul-betul diperhatikan.

5) Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.

6) Teknik percobaan. kesetimbangan lainnya, hingga akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada harga-harga Rf.

8) Suhu. Pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini

terutama untuk mencegah perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang disebabkan oleh penguapan atau perubahan-perubahan fasa.

9) Kesetimbangan.

(7)

2. Prinsip Like dissolved like

Larutan satu akan mampu bercampur sempurna dengan larutan lain apabila memiliki sifat (polaritas) yang sama atau tidak jauh berbeda, dimana suatu zat hanya akan larut pada pelarut yang sesuai. Zat yang bersifat polar akan terlarut pada pelarut polar dan suatu zat non polar akan terlarut pada pelarut polar. Bila pencampuran dilakukan antarlarutan yang memiliki tingkat polaritas yang berbeda, maka akan terbentuk lapisan antarmuka (interface) yang memisahkan kedua fase larutan. Adanya perbedaan polaritas dr pelarut

yg digunakan diharapkan terjadi distribusi senyawa

dari zat terlarut k dalam masing-masing pelarut yg

sesuai dgn tingkat kepolarannya (terjadi pemisahan yg

selektif) hingga mencapai kesetimbangan.

Praktikum ini membahas mengenai pemisahan senyawa menggunakan kromatografi. Kromatografi lapis tipis adalah metode yang digunakan untuk pemisahan komponen dari suatu sampel dimana komponen akan terdistribusi antara 2 fase yaitu fase gerak dan fase diam. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai sedang fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet.

Sebuah garis menggunakan pensil digambar dekat plat KLT bagian bawah 0,5 cm dan atas 0,5 cm kemudian setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Pelarutnya adalah minyak sereh dan minyak cengkeh. Diberikan penandaan pada garis di plat KLT tersebut untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan, batas bawah dan batas atas ini dibuat dengan menggunakan pensil karena pensil mengandung senyawa karbon yang tidak larut dalam eluen. Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk, oleh karena itu digunakan pensil sebagai penandanya. Dimana eluen yang digunakan tidak boleh lebih dari 1 cm, hal ini dikarenakan sesuai dengan prinsip kapilaritas, yaitu untuk menaikkan spot (ascending). Kapilaritas adalah naiknya cairan eluen melalui pori-pori kapiler lempeng.

(8)

pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.

Pelarut mulai membasahi plat KLT, pelarut pertama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut. Kromatografi lapis tipis pada praktikum ini menggunakan substansi tidak berwarna dilakukan dengan cara pendaflour dan bercak secara kimia.

Fase diam pada sebuah lempengan plat KLT memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya yaitu eluen seperti metanol dan PE dan campuran metanol dan PE perbandingan 1:1, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti

jika menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpendar.

Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti bahwa menyinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap. Keuntungan menggunakan UV ialah karena sinar UV tidak merusak senyawa yang dideteksi, sehingga hasil kromatografi dapat kembali digunakan. Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna yang terjadi.

Harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan merupakan besaran karakteristik dan reprodusibel. Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal. Pada praktikum ini di peroleh bahwa jarak noda atau bercak yang di timbulkan oleh minyak sereh cenderung lebih panjang di banding dengan minyak cengkeh baik dengan eluen PE, eluen metanol, dan campuran eluen PE dan metanol. Ada beberapa factor yang menentukan harga Rf, yaitu macam pelarut, perbedaan suhu, ukuran dari bejana, Kertas, pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas mempengaruhi kesetimbangan partisi dan sifat dari campuran.

(9)

yang bersifat polar akan terlarut pada pelarut polar dan suatu zat non polar akan terlarut pada pelarut polar.

Metanol digunakan sebagai pelarut karena metanol memiliki sifat relatif polar yang akan mengimbangi silika gel 60 yang bersifat polar sehingga zat akan dapat terlarut. Sesuai dengan hukum kelarutan like disolves like, artinya kelarutan akan terjadi bila memiliki sifat kepolaran yang sama; (2) Metanol merupakan pelarut yang universal, seperti halnya etanol yang dapat melarutkan metabolit-metabolit sekunder di dalam tumbuhan; (3) Pelarut metanol relatif lebih murah dibandingkan pelarut etanol. Sedangkan, penggunaan Perolium Eter (PE) yang bersifat semi polar memungkinkan untuk larutan menjadi polar dan dapat melarutkan larutan polar.

KESIMPULAN

1. Kromatografi lapis tipis adalah metode yang digunakan untuk pemisahan komponen dari suatu sampel dimana komponen akan terdistribusi antara 2 fase yaitu fase gerak dan fase diam.

2. Alasan untuk menutup gelas kimia saat adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut, kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.

3. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut

4. Agar mengahasilkan flour dan melihat hasil bercak yang di timbulkan maka di perlukan sinar UV sehingga senyawa dapt berpendar.

5. Harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi lapis tipis yang merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan merupakan besaran karakteristik dan reprodusibel.

6. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut.

7. Praktikum pemisahan senyawa dengan metode kromatografi ini menggunakan eluen metanol dan PE sebagai pelarut karena metanol memiliki sifat relatif polar yang akan mengimbangi silika gel 60 yang bersifat polar sehingga zat akan dapat terlarut.

Referensi

Dokumen terkait

Pengelompokan tersebut menempatkan TAP MPRS dan TAP MPR kedalam 6 (enam) kelompok yaitu: 1) TAP MPRS dan TAP MPR yang dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi

Selain itu digunakan sebagai kerangka kerja dan tahapan penelitian dalam penyelesain rumusan masalah mengenai metode perhitungan alokasi cycle time alat angkut,

system or to implement controls to lower the risk to an acceptable level. 

28 Pembangunan Bronjong Ruas jalan Tanggulangin - Guwoterus Montong 193.000.000,00 APBD Teknis DPA - SKPD & kesiapan Penyusunan.

3URVHV SHPLOLKDQ PHGLD GLVHVXDLNDQ GHQJDQ DQDOLVLV PDWHUL DQDOLVLV WXJDV GDQ NDUDNWHULVWLN VLVZD 'DUL KDVLO SHPLOLKDQ PHGLD LQL GLWHQWXNDQ EDKZD PHGLD SHPEHODMDUDQ \DQJ GLSHUOXNDQ

Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Penggunaan Media Gambar Dari kegiatan observasi pelaksanaan pembelajaran kemudian dianalisisnya, diketahui bahwa nilai

Kode etik akuntan sebagai suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindaknya akuntan sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat

Analisis dengan menggunakan data panel terhadap 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur pada tahun 2011-2015, menunjukkan bahwa variabel PDRB dan pengeluaran pemerintah memiliki