• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN FIX DM.docx (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN FIX DM.docx (1)"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

1. Definisi

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya

gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di

dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya

disertai juga gangguan metabolism lemak dan protein (Askandar, 2014).

Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau insensitifitas sel terhadap insulin (Corwin, 2013).

2. Etologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2013), penyebab dari diabetes melitus adalah:

a. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)

1. Faktor genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi

mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya

diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang

memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi

dan proses imun lainnya.

(2)

2. Faktor imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.

Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan

normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang

dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

3. Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,

sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin

tertentu dapat memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi

sel β pankreas.

b. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor

genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi

insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya

mempunyai pola familiar yang kuat.

DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun

dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran

terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada

reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang

meningkatkan transport glukosa menembus membran sel.

Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan

(3)

tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi

penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system

transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang

cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi

insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia

(Price,2014).

Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak

tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes

yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat

timbul pada masa kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses

terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:

1. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)

2. Obesitas

3. Riwayat keluarga

4. Kelompok etnik

c. Diabetes dengan Ulkus

1. Faktor endogen:

a. Neuropati:

Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan

(4)

dan otonom/simpatis yang dimanifestasikan dengan peningkatan aliran

darah, produksi keringat tidak ada dan hilangnya tonus vaskuler

b. Angiopati

Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain.

c. Iskemia

Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh darah)

pada pembuluh darah besar tungkai (makroangiopati) menyebabkan

penurunan aliran darah ke tungkai, bila terdapat thrombus akan

memperberat timbulnya gangrene yang luas.

Aterosklerosis dapat disebabkan oleh faktor:

1. Adanya hormone aterogenik

2. Merokok

3. Hiperlipidemia

Manifestasi kaki diabetes iskemia:

1. Kaki dingin

2. Nyeri nocturnal

3. Tidak terabanya denyut nadi

4. Adanya pemucatan ekstrimitas inferior

5. Kulit mengkilap

6. Hilangnya rambut dari jari kaki

7. Penebalan kuku

(5)

2. Faktor eksogen

a. Trauma

b. Infeksi

3. Manifestasi Klinis a. Diabetes Tipe I

1. hiperglikemia berpuasa

2. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia 3. keletihan dan kelemahan

4. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)

b. Diabetes Tipe II

1. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif

2. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur

3. komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)

4. Patofisiologi (Pathway)

Menurut Smeltzer dan Bare (2014), patofisiologi dari diabetes melitus adalah : a. Diabetes tipe I

(6)

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebih dieksresikan dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.

Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.

Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.

Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat menyebabkan tandatanda dan gejala seperti nyeri abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.

b. Diabetes tipe II

Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.

(7)

tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika kadar glukosanya sangat tinggi).

Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati.

(8)
(9)

5. Pemeriksaan Fisik Anamnese

a. Identitas penderita

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status

perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan

diagnosa medis.

b. Keluhan Utama

Menggambarkan alasan seseorang masuk rumah sakit. Pada umumnya keluhan

utamanya yakni adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba

yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya

nyeri pada luka.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Menggambarkan perjalanan penyakit yang saat ini sedang dialaminya. Berisi

tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah

dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

d. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya

dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit

jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat

(10)

e. Riwayat kesehatan keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga

menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya

defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.

f. Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita

sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit

penderita.

g. Genogram

Genogram dapat menunjukan riwayat kesehatan keluarga, adanya faktor

keturunan atau genetik sebagai faktor predisposisi penyakit yang di derita klien.

Pada kasus diabetes militus, salah satu penyebabnya menyebutkan bahwa

beberapa orang bisa menjadi pembawa bakat (berupa gen).

h. Pola kegiatan sehari-hari

1. Pola persepsi management kesehatan

Menjelaskan tentang persepsi atau pandangan klien terhadap sakit yang

dideritanya, tindakan atau usaha apa yang dilakukan klien sebelum dating

kerumah sakit, obat apa yang telah dikonsumsi pada saat akan dating

kerumah sakit. Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi

management kesehatan karena kurangnya pengetahuan tentang dampak

gangren kaki diabetik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap

(11)

perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar

dan mudah dimengerti pasien.

2. Pola nutrisi dan metabolisme

Menggambarkan asupan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit, kondisi

rambut, kuku dan kulit, kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan,

makanan pantangan, makanan yang disukai dan banyaknya minum yang

dikaji sebelum dan sesudah masuk RS. Pada pasien DM akibat produksi

insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah

tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing,

banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah.

Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan

metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.

3. Pola eliminasi

Menggambarkan pola eliminasi klien yang terdiri dari frekuensi, volume,

adakah disertai rasa nyeri, warna dan bau. Pada kasus DM adanya

hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan

pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada

urine (glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.

4. Pola tidur dan istirahat

Menggambarkan penggunaan waktu istirahat atau waktu senggang, kesulitan

dan hambatan dalam tidur, pada pasien dengan kasusu DM Adanya poliuri,

(12)

mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan

waktu tidur penderita mengalami perubahan.

5. Pola aktivitas dan latihan

Menggambarkan kemampuan beraktivitas sehari-hari, fungsi pernapasan dan

fungsi sirkulasi. Pada kasus DM adanya luka gangren dan kelemahan otot –

otot pada tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu

melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah

mengalami kelelahan.

6. Pola kognitif perceptual

Menggambarkan pola kemampuan klien untuk proses berpikir, pola

penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan persepsi sensasi

nyeri serta kemampuan berkomunikasi dan mengerti akan penyakitnya.

Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada

luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.

7. Pola persepsi dan konsep diri

Menggambarkan citra diri, identitas diri, harga diri dan ideal diri seseorang

dimana perubahan yang terjadi pasa kasus DM adanya perubahan fungsi dan

struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada

gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya

biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami

(13)

8. Pola hubungan dan peran

Menggambarkan tentang hubngan klien dengan lingkungan disekitar serta

hubungannya dengan keluarga dan orang lain. Seseorang dengan kasus DM

akan menyebabkan Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau

menyebabkan penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.

9. Pola seksual dan reproduksi

Meggambarkan tentang seksual klien. Dampak angiopati dapat terjadi pada

sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan

gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi

dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.

10. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress

Menggambarkan kemampuan koping pasien terhadap masalah yang dialami

dan dapat menimbulkan ansietas. Lamanya waktu perawatan, perjalanan

penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan

menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan,

mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak

mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.

11. Pola tata nilai dan kepercayaan

Menggambarkan sejauh mana keyakinan pasien terhadap kepercayaan yang

dianut dan bagaimana dia menjalankannya. Adanya perubahan status

(14)

menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi

pola ibadah penderita.

Pemeriksaan fisik

1. Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat

badan dan tanda – tanda vital.

2. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga

kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering

terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah

bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa

mata keruh.

3. Sistem integumen

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,

kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan

pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

4. Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah

terjadi infeksi.

5. Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,

(15)

6. Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,

perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

7. Sistem urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat

berkemih.

8. Sistem muskuloskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat

lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

9. Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek

lambat, kacau mental, disorientasi.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena, serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi

b. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180% maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai GOD.

(16)

d. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL, LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans (islet cellantibody)

7. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan a. Medis

1. Obat

a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)

b. Mekanisme kerja sulfanilurea

1. kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas

2. kerja OAD tingkat reseptor

2. Mekanisme kerja Biguanida

a. Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain

yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:

b. Biguanida pada tingkat prereseptor à ekstra pankreatik

1 Menghambat absorpsi karbohidrat

2 Menghambat glukoneogenesis di hati

3 Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin

4 Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin

(17)

3. Insulin

a. Indikasi penggunaan insulin

1. DM tipe I

2. DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD

3. DM kehamilan

4. DM dan gangguan faal hati yang berat

5. DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)

6. DM dan TBC paru akut

7. DM dan koma lain pada DM

8. DM operasi

b. Insulin diperlukan pada keadaan :

1. Penurunan berat badan yang cepat.

2. Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.

3. Ketoasidosis diabetik.

4. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

b. Keperawatan

1. Diet

Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan

semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah

(18)

Prinsip diet DM, adalah:

a. Jumlah sesuai kebutuhan

b. Jadwal diet ketat

c. Jenis: boleh dimakan/tidak

Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan

kandungan kalorinya.

1. Diit DM I : 1100 kalori

2. Diit DM II : 1300 kalori

3. Diit DM III : 1500 kalori

4. Diit DM IV : 1700 kalori

5. Diit DM V : 1900 kalori

6. Diit DM VI : 2100 kalori

7. Diit DM VII : 2300 kalori

8. Diit DM VIII: 2500 kalori

a. Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk

b. Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan

normal

c. Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes

remaja, atau diabetes komplikasi.

Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Melitus harus disesuaikan oleh

(19)

Percentage of relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan

rumus:

BB (Kg)

BBR = ---X 100 %

TB (cm) – 100

1. Kurus (underweight) : BBR < 90 %

2. Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %

3. Gemuk (overweight) : BBR > 110 %

4. Obesitas, apabila : BBR > 120 %

a. Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %

b. Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %

c. Obesitas berat : BBR 140 – 200 %

d. Morbid : BBR > 200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk

penderita DM yang bekerja biasa adalah:

1. kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari

2. Normal : BB X 30 kalori sehari

3. Gemuk : BB X 20 kalori sehari

(20)

2. Latihan

Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan

menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan

glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar insulin.

3. Pemantauan

Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri

diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.

4. Terapi (jika diperlukan)

Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan

kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.

5. Pendidikan

Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari

keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan

(21)

8. Analisa Data pada bagian yang mengalami diabetes mellitus semenjak 2 bulan terakhir.

P: Pasien mengatakan nyeri pada bagian yang mengalami diabetes mellitus semenjak 2 bulan terakhir.

Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk R: bagian yang mengalami diabetes mellitus

S: Nyeri sedang 5 dari (1-10) T: Nyeri hilan timbul ±5 menit sekali

DO:

- Pasien tampak meringis. - Pasien tampak memegangi

daerah yang nyeri.

- Perubahan Tekanan darah - Terfokus pada diri sendiri

(22)

DO:

- Pasien tampak lemas

- Pasien kurang nafsu makan

- Aktivitas pasien menetap

- BB diatas ideal 3. DS:

- Pasien mengatakan kerusakan

pada bagian kulit yang

mengalami diabetes mellitus.

DO:

- Tampak ada kerusakan pada

lapisan kulit pasien

- Pasien mengatakan sulit untuk

bergerak atau berjalan

DO:

- Pasien tampak lemah

- Jika bergerak pasien tampak

tremor

- Keterbatasan melakukan ROM

(23)

3 5

3 5

5. DS:

- Pasien mengatakan jarang dan

sulit bisa melakukan aktivitas

seperti mandi dan pergi ke WC

secara mandiri.

DO:

- Pasien tampak lemah

- Badan pasien tampak kering

- Pasien tampak tidak mampu

untuk menelan makanan

- Pasien tampak tidak mampu

pergi ke kamar mandi atau ke

toilet

Kelemahan Defisit Perawatan

Diri

(24)

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Injuri Fisik (Bagian yang mengalami

DM)

2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan

dengan Ketidakmampuan Tubuh Mengabsorbsi Zat-Zat Gizi

3. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan Perubahan Sirkulasi,

Imobilitas dan Penurunan Sensabilitas (neuropati)

4. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan Rasa Nyaman

Nyeri, Intoleransi Aktivitas, Penurunan Kekuatan Otot

5. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Kelemahan.

(25)

No .

Diagnosa Keperawatan

NOC NIC

1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (Bagian yang mengalami DM)

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24

1. Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas

dan ontro

presipitasi.

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan. 3. Gunakan teknik

komunikasi

terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri klien sebelumnya. 4. Kontrol ontro

(26)

presipitasi nyeri. 6. Pilih dan lakukan

penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis).. 7. Ajarkan teknik non

farmakologis

(relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..

8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.

9. Evaluasi tindakan pengurang

nyeri/kontrol nyeri. 10. Kolaborasi dengan

dokter bila ada komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasil. 11. Monitor penerimaan

klien tentang manajemen nyeri. Administrasi analgetik :.

(27)

analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi. 2. Cek riwayat alergi.. 3. Tentukan analgetik

pilihan, rute pemberian dan dosis optimal.

4. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik.

5. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul.

6. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.

2. Ketidakseimbanga n Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d Ketidakmampuan Tubuh

Mengabsorbsi Zat-Zat Gizi

(28)

cairan 5. Tidak ada keluhan

terpilih sesuai dengan kebutuhan klien.

5. Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisinya. 6. Yakinkan diet yang

dikonsumsi

mengandung cukup serat untuk mencegah

konstipasi.

7. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan pentingnya bagi tubuh klien.

(29)

4. Jadwalkan

pengobatan dan tindakan tidak bersamaan dengan waktu klien makan. 5. Monitor adanya

mual muntah. 6. Monitor adanya

gangguan dalam proses

mastikasi/input makanan misalnya perdarahan,

Imobilitas dan Penurunan

Sensabilitas (neuropati)

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan Integritas klien utuh dengan

Kriteria hasil:

Indikator IR ER 1.Temperature

jaringan sesuai yang

diharapkan 2. Sensasi sesuai yang

Wound care

1. Catat karakteristik luka:tentukan ukuran dan kedalaman luka, dan klasifikasi pengaruh ulcers 2. Catat karakteristik

cairan secret yang keluar

(30)

diharapkan 3. Elastisitas sesuai yang 5. Tidak ada keluhan

4. Bilas dengan cairan NaCl 0,9%

5. Lakukan nekrotomi K/P

6. Lakukan tampon yang sesuai

7. Dressing dengan kasa steril sesuai kebutuhan

8. Lakukan pembalutan

9. Pertahankan tehnik dressing steril ketika melakukan perawatan luka 10. Amati setiap

perubahan pada balutan

11. Bandingkan dan catat setiap adanya perubahan pada luka Gangguan Rasa

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan Mobilitas

(31)

Nyaman Nyeri,

2. Dibantu orang dan alat 3. Dibantu orang

4. Dibantu alat 5. Mandiri penuh

keterbatasan gerak sendi yang dialami 2. Kolaborasi dengan

fisioterapi

3. Pastikan motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan sendi 4. Pastikan klien untuk

mempertahankan pergerakan sendi 5. Pastikan klien bebas

dari nyeri sebelum diberikan latihan 6. Anjurkan ROM

Exercise aktif: jadual; keteraturan, Latih ROM pasif. Exercise promotion 1. Bantu identifikasi

program latihan yang sesuai

(32)

1. Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi

2. Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi

3. Fasilitasi

penggunaan alat Bantu

Self care assistance: Bathing/hygiene, dressing, feeding and toileting.

1. Dorong keluarga untuk berpartisipasi untuk kegiatan

mandi dan

kebersihan diri, berpakaian, makan dan toileting klien 2. Berikan bantuan

(33)

kuku, kulit, dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

5. Dorong klien melakukan aktivitas normal keseharian sesuai kemampuan 6. Promosi aktivitas

sesuai usia 5. Defisit Perawatan

Diri b.d Kelemahan

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan Klien dapat melakukan perawatan diri dengan

Bantuan perawatan diri

1. Monitor

kemampuan pasien terhadap perawatan diri

2. Monitor kebutuhan akan personal hygiene,

berpakaian, toileting dan makan

(34)

Keterangan: 1. Tidak mandiri

2. Dibantu orang dan alat 3. Dibantu orang

4. Dibantu alat 5. Mandiri penuh

kemapuan untuk merawat diri

4. Bantu klien dalam memenuhi

kebutuhannya. 5. Anjurkan klien

untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai

kemampuannya 6. Pertahankan

aktivitas perawatan diri secara rutin 7. Evaluasi

kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Berikan reinforcement atas usaha yang dilakukan dalam melakukan perawatan diri sehari hari.

DAFTAR PUSTAKA

(35)

Johnson, M.,et all, 2012, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

Mc Closkey, C.J., Iet all, 2012, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Noer, Prof.dr.H.M. Sjaifoellah. 2014. Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Teguh, Subianto. (2013). Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus. [ serial Online]

cited 12 Februari 2012], avaible from URL: http://teguhsubianto.blogspot.com/

2009/06/asuhan-keperawatan-diabetes-mellitus.htmlhttp://www.hyves.web.id/

askep-diabetes-melitus/

Umami, Vidhia, Dr. 2015. At a Glance Ilmu Bedah , Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga

Armstrong, D & Lawrence, A . (2015). Diabetic Foot Ulcers,Prevention,Diagnosis and Classification. Jakarta: EGC.

Bilous, R. W. (2016). Bimbingan Dokter pada Diabetes. Jakarta: Dian Rakyat.

Evelyn C. Pearce (2013). Anatomi Fisiologi; untuk paramedis , Jakarta: PT Gramedia

Grace, P. A & Borley, N.R. (2016). At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia.

(36)

Hinchliff, S. (2010). Kamus keperawatan. Jakarta: EGC.

Johnson, J. Y. [et al]. (2015). Prosedur Perawatan di Rumah Pedoman untuk Perawat.

Jakarta: EGC.

Mayfield, J. A. [et al]. (2014). Preventive Foot Care in People with Diabetes. Jakarta: EGC

Pendsey, S. [et al]. (2014). Diabetic Foot: A Clinical Atlas. New Delhi: Jaypee BrothersMedical Publisher (P) Ltd.

Rendy, M. C & Margareth, T.H. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah & Penyakit Dalam. Jogyakarta: Nuha Medika.

Sudoyo, A. W. [et al]. (2013). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta:Interna Publishing.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1 Proses pengembangan perangkat pembelajaran mata pelajaran IPS dalam membuat karakter siswa di SMP Negeri 1 Purwosari dilakukan dengan cara

Ciri-ciri: Warna cangkang spesies ini putih susu, tipe susunan cangkang pseudotriloculine atau triloculine, tipe aperture terminal, berbentuk semi sirkular, dan

Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai

Streptococcus faecalis, Streptococcus milleri$ dan &#34;acteroides spp edan(kan a,ses hati ame,ik  dise,a,kan oleh or(anisme mikrosko*is *arasit )aitu E.. adan)a aliran em*edu

Berdasarkan penelitian maka tanah dalam kondisi basah dan kering yang terinsektisida menyebabkan kematian pada cacing hampir 100% walaupun dalam konsentrasi beragam.. Kemungkinan

Torin BIG RED Aluminum Jack.. Dalam tutorial ini, kita akan menggunakan Solidworks Simulasi untuk melakukan analisis stres pada jack lantai aluminium dibangun. oleh Torin. Kami

Wilayah ini mempunyai banyak sumber gempa karena posisinya dekat dengan tabraan dua lempeng tektonik dimana lempeng samudra hindia bergerak menujam kebawah

[r]