BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangMusik merupakan simbolisasi keharmonisan dan keindahan dikarenakan musik selalu identik dengan alunan-alunan nada yang sangat indah dan merdu. Hal itupun
tidak luput dari proses kreatif sang pengarang atau yang lazim disebut pencipta lagu untuk mewujudkan suatu hasil karya yang indah didengar oleh penikmat lagu dan
masyarakat pada umumnya.
Di era kekinian, musik dinikmati tidak hanya oleh anak-anak muda. Hampir
setiap jenjang usia menikmati alunan merdu dari sebuah lagu bahkan hampir semua golongan masyarakat menikmatinya, baik masyarakat golongan atas, menengah dan
masyarakat golongan bawah dari berbagai jenis musik.
Ditengah hiruk-pikuk dan hingar-bingar dunia permusikan Indonesia, mulai
dari memboomingnya grup vocal yang biasa disebut boy band atau girl band sampai grup band-grup band idola masyarakat seperti wali, ungu, noah, dewa dan lain-lain. Maka dari rentetan kejadian-kejadian tersebut diprakarsailah lahirnya sebuah grup
band yang secara eksplisit memainkan lagu-lagu kerakyatan dengan mengusung tema semangat nasionalisme serta patriotisme, mengobarkan semangat perjuangan rakyat
tertindas untuk melawan ketidakadilan dan grup band tersebut terlahir dari sebuah wadah organisasi buruh Indonesia yang bisa kita kenal dengan nama Federasi Perjuangan Buruh Indonesia (FPBI).
Beranggotakan tiga orang yaitu Juni sebagai pemain bass, Gayon sebagai
Menengah Atas. Bermodalkan kemampuan bermusik yang otodidak (tanpa kursus music secara intens dan privat) dan dengan bersama-sama grup band ini diberi nama
Red Squad Band.
Band Red Squad merupakan salah satu band indie (Tidak berlabel perusahaan rekaman) yang berdomisili di DKI Jakarta khususnya di daerah Mampang Prapatan.
Band ini merupakan band yang terbentuk dari kumpulan para pekerja-pekerja industri (buruh) di daerah cikarang yang tergabung dalam satu naungan organisasi buruh yaitu
Federasi Perjuangan Buruh Indonesia. Mereka sama-sama memiliki rasa, cita-cita serta visi dan misi yaitu pembebasan nasional dari belenggu penindasan kaum modal (kapitalisme) dan hal itupun terealisasikan dalam lirik-lirik lagunya yang bernada
protes, membangkitkan semangat perlawanan serta semangat persatuan seluruh rakyat pada umumnya dan para kaum pekerja (buruh) pada khususnya di Indonesia.
Contohnya dalam lagu “Darah Rakyat” pada lirik awal yaitu /Darah rakyat masih berjalan/membela si sakit dan miskin/sampai saatnya pembalasan/rakyat yang menjadi hakim/rakyat yang menjadi hakim//.
Bagi kebanyakan orang, contoh penggalan lirik lagu di atas memang merupakan kumpulan kata-kata yang sangat sederhana dan minim akan makna tapi
bagi sebagian orang khususnya buruh-buruh serta aktivis-aktivis yang berjuang untuk membela kepentingan rakyat banyak khususnya rakyat kalangan ekonomi rendah dan tertindas, lagu-lagu tersebut sungguh sangat kaya akan makna dan sangat menggugah
Dan masih banyak lagi lirik-lirik lagu dari band Red Squad ini yang dapat kita telaah secara cermat.
Lirik lagu merupakan kumpulan-kumpulan teks atau tulisan dari seorang pencipta lagu yang dimainkan dengan alunan-alunan nada atau biasa disebut musik. Fauzi (dalam Ardiani M, 2009:9) berpendapat bahwa lirik lagu terbentuk dari bahasa
yang dihasilkan dari komunikasi antara pencipta lagu dengan masyarakat penikmat lagu sebagai wacana tulis karena disampaikan dengan media tulis pada sampul
albumnya dapat juga sebagai wacana lisan melalui kaset. Lirik lagu merupakan ekspresi seseorang dari dalam batinnya tentang sesuatu hal baik yang sudah dilihat, didengar maupun dialami. Lirik lagu memiliki kekhususan dan ciri tersendiri
dibandingkan dengan sajak karena penuangan ide lewat lirik lagu diperkuat dengan melodi dan jenis irama yang disesuaikan dengan lirik lagu (Fauzi dalam Ardiani M,
2009:9).
Teks dalam lirik lagu mempunyai relevansi yang sangat dekat dengan wacana karena teks ataupun wacana memiliki ciri-ciri yang sama secara leksikal (Ratna,
2009:218). Hal itupun diperkuat dengan pendapat Nort (dalam Ratna, 2009:218) yang mengatakan bahwa teks dan wacana memiliki identitas yang sama sehingga keduanya
merupakan sinonim.
Di dalam penelitian ini, peneliti memiliki hak penuh secara utuh dan lebih memilih menikmati empat lagu karya unik band Red Squad dengan mendengarkan
Mengingat lagu kaya dengan gaya bahasa, sangat baik apabila alternatif pembelajaran materi gaya bahasa yang diajarkan di sekolah, memanfaatkan empat lagu dari band
Red Squad untuk memenuhi KI dan KD yang ada pada kurikulum 2013 tersebut, sebagai bahan ajar di SMA yaitu pada mata pelajaran Bahasa Indonesia (peminatan) kelas XII, semester ganjil pada Kompetensi Dasar (3.4) Membandingkan hasil
analisis terhadap puisi dan/atau cerpen dari media massa, baik cetak maupun elektronik serta Kompetensi Dasar (4.4) Mengevaluasi hasil analisis puisi dan/atau
cerpen, baik dari media cetak maupun elektronik.
Berdasarkan fenomena tersebut, Peneliti tertarik untuk mengangkat judul:
Telaah Wacana Lirik Lagu Dari Band Red Squad Dan Kaitannya Dengan Pembelajaran Sastra SMA: Kajian Stilistika.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan pada bagian sebelumnya, dinyatakan bahwa teks dalam lirik lagu merupakan satu-kesatuan yang utuh dari sebuah wacana dan wacana merupakan lapangan penelitian stilistika atau gaya bahasa
yang sebenarnya. Jadi, permasalahan dalam penelitian ini dibatasi hanya menganalisis gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dan langsung tidaknya makna (Trope/figure
of speech). Sehingga, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut: 1. Bagaimanakah jenis-jenis gaya bahasa pada lirik lagu oleh band Red Squad? 2. Bagaimanakah keterkaitan gaya bahasa pada lirik lagu oleh band Red Squad
dengan pembelajaran sastra di SMA? 1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penulisan karya ilmiah pasti memiliki tujuan agar terarah dan fokus pada titik pembahasan. Merujuk pada rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan
1. Mendeskripsikan jenis-jenis gaya bahasa pada lirik lagu oleh band Red Squad.
2. Mendeskripsikan hasil analisis gaya bahasa dan keterkaitannya dalam pembelajaran sastra di SMA.
1.4 Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat sesuai dengan tujuan di atas. Adapun manfaat penelitian ini bersifat teoritis dan praktis sebagaimana uraian
berikut.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini, pembaca dapat menambah pemahaman dan wawasan tentang dinamika perkembangan ilmu sastra, terkhususnya dalam bidang gaya bahasa
yang berkaitan dengan analisis lirik lagu dan memberikan kontribusi pemikiran khususnya pada tataran pembelajaran apresiasi sastra. Selain itu, penelitian ini dapat
memberikan pengertian sastra lebih mendalam, karena gaya bahasa umumnya hanya terbatas pada sarana retorika. Padahal, sarana retorika itu hanya sebagian dari beberapa aspek bahasa.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat agar siswa memperoleh pembelajaran penggunaan gaya bahasa terhadap lirik lagu yang variatif, serta dapat
meningkatkan apresiasi siswa terhadap karya-karya sastra termasuk lagu. Selanjutnya, dapat dipertimbangkan sebagai sumber informasi bagi guru, khususnya kepada pribadi peneliti sebagai calon guru dalam upaya penerapan penggunaan gaya
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian RelevanDalam penulisan karya ilmiah, dibutuhkan referensi yang akurat dan relevan untuk menghindari adanya duplikasi. Di samping itu, untuk menunjukkan bahwa
topik yang akan diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain dalam konteks yang sama. Berikut ini adalah beberapa penelitian yang dimaksudkan.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Zulkarnaen (2010) dalam skripsinya
“Jenis dan Makna Gaya Bahasa Lirik-lirik Lagu Band Padi”. Masalah yang dibahas adalah bagaimana makna dan gaya bahasa yang terdapat dalam lirik-lirik lagu
tersebut. Hasil penelitiannya yaitu terdapat beberapa gaya bahasa diantaranya (1) aferasi, (2) aforisme, (3) aliterasi, (4) aposiopesis, (5) asonansi, (6) epizeuksis, (7) inverse, (8) kontradiksi, (9) metafora, (10) personifikasi, (11) pleonasme, (12) retoris,
(13) repetisi, (14) simile, (15) simploke dan (16) sinekdoke.
Penelitian relevan lainnya, oleh Sri Horiyani (2011) dalam skripsinya yang
berjudul “Analisis Bentuk dan Makna Gaya Bahasa Dalam Album Losonk sebagai Materi Mulok di SMP”. Penelitian ini menitikberatkan pada pengkajian bentuk gaya bahasa, serta makna gaya bahasa yang terdapat dalam lagu-lagu Sumbawa dalam
album Losonk serta kaitannya dengan pembelajaran muata lokal di SMP. Adapun hasil penelitian ini menyatakan bahwa album Losonk I dapat diidentifikasi bentuk
berdasarkan nada, 2) gaya bahasa berdasarkan kata, 3) gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, 4) gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna.
Selanjutnya penelitian oleh Heni Suprianti (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan dalam Sesenggak Sasak Desa Puyung Kecamatan Jonggat”. Skripsi ini mengkaji gaya bahasa dalam sesenggak Sasak di
Desa Puyung Kecamatan Jonggat dan dihubungkan dengan nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini menggunakan analisis pragmatik, yaitu
pendekatan yang digunakan untuk mengetahui secara jelas dan terperinci nilai-nilai yang terkandung dalam sesenggak Sasak.
Penelitian terbaru dipersembahkan oleh Baiq Dwi Laksmi K. (2014) berjudul
“Gaya Bahasa Lirik Lagu Karya Dewi Lestari dalam album Rectroverso dan Kaitannya dengan Pembelajaran Sastra di SMA”. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan jenis-jenis gaya bahasa lirik lagu karya Dewi Lestari dalam album Rectroverso dan mendeskripsikan keterkaitan gaya bahasa pada lirik lagu karya Dewi Lestari dalam album Rectroverso dengan pembelajaran sastra di SMA. Terkait tujuan
tersebut, peneliti menggunakan teori stilistika dengan hasil analisis data berupa gaya bahasa yang digunakan dalam album Rectroverso tersebut bersifat variatif. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa gaya bahasa yang digunakan oleh Dewi Lestari dalam album Rectroverso yaitu gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat ditemukan gaya bahasa yakni klimaks, antiklimaks, paralisme dan repetisi dan yang paling
gaya bahasa aliterasi, asonansi, anastrof atau inversi, asindenton, litotes, erotesis atau pertanyaan retoris, koreksio, apofasis, hiperbola dan yang paling dominan muncul
yakni aliterasi dan asonansi, sedangkan gaya bahasa kiasan ditemukan gaya bahasa metafora, personifikasi, simile, perifrasis dan yang paling dominan muncul yakni gaya bahasa metafora dan personifikasi. Hasil dari penelitian tersebut dijadikan
materi pembelajaran sastra di SMA, dengan mengembangkan indikator dan tujuan pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Keempat penelitian di atas memiliki kesamaan yaitu membahas tentang gaya bahasa meskipun ada beberapa penggunaan teori yang berbeda dalam mengkaji. Namun penelitian yang relevan dan dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah
skripsi Baiq Dwi Laksmi K. (2014) yang dalam penelitiannya menganalisis kumpulan lirik lagu dalam album Rectroverso dan mengkaitkannya dengan pembelajaran sastra
di SMA, dengan analisis gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna menurut teori dari Gorys Keraf. Di dalam penelitian ini juga membahas hal yang sama, yaitu gaya bahasa berdasarkan teori
Gorys Keraf, yang menjadi pembedanya adalah peneliti terdahulu objek yang diteliti adalah lirik lagu karya Dewi Lestari dalam album Rectroverso dan kurikulum yang
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Telaah Wacana
Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat bersifat
transaksional dan interaksional.
Sari (2015: 12) mengemukakan bahwa wacana dibedakan menjadi dua atas
dasar saluran komunikasinya, yaitu wacana lisan dan wacana tulis. Pendapat Kridalaksana (dalam Sari, 2015:12) menyebutkan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hierarki kesatuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana
ini direalisasikan kedalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb), paragraph, kalimat, atau kata yang membawa amanat lengkap.
Dalam perwujudannya, wacana adalah teks. Halliday dan Hasan (Dalam Sari, 2015:13) menguatkan pendapat tersebut dengan menyebutkan bahwa meskipun teks tampak seakan-akan terdiri atas kata-kata dan kalimat, sesungguhnya teks itu terdiri
atas makna-makna dan teks pada dasarnya merupakan satuan makna. Teks merupakan produk dalam arti bahwa teks itu merupakan keluaran, sesuatu yang dapat direkam
dan dipelajari karena mempunyai susunan tertentu dan dapat diungkapkan dengan peristilahan yang sistematik.
Disiplin ilmu yang mempelajari wacana disebut dengan analisis wacana.
tulisan. Sedangkan menurut Michael Mc Carthy (dalam Sari, 2015:13) menyimpulkan pendapatnya bahwa analisis wacana berkaitan dengan studi tentang
hubungan antara bahasa dengan konteks dalam pemakaian bahasa. Analisis wacana mempelajari bahasa dalam pemakaian semua jenis teks tertulis dan data lisan, dari percakapan sampai dengan bentuk-bentuk percakapan yang sangat melembaga.
2.2.2 Stilistika dan Gaya Bahasa
Menurut Shipley (dalam Ratna, 2003:8) stilistika (stylistic) adalah ilmu tentang
gaya atau style, sedangkan style itu sendiri berasal dari akar kata stilus (Latin), yang berarti alat berujung gunting yang digunakan menulis di atas bidang berlapis lilin. Bagi mereka yang dapat menggunakan alat tersebut secara baik disebut sebagai
praktisi gaya yang sukses (stilus exercitotus), sebaliknya bagi mereka yang tidak dapat menggunakannya dengan baik disebut praktisi gaya yang kasar (stilus rudis).
Pada dasarnya disinilah terletak makna kata stilus sehingga kemudian berarti gaya bahasa yang sekaligus sebagai penggunaan bahasa yang khas sehingga menimbulkan efek tertentu. Wallek dan Wareen (dalam Ratna 2003:151) menjelaskan bahwa
stilistika bukan semata-mata permainan kata-kata, persamaan dan perbedaan bunyi, tetapi juga penekanan dan penjelasan secara keseluruhan yang disebut aspek
ekspresif. Makna yang dihasilkan pun mungkin berbeda bahkan bertentangan dengan kata-kata tertulis. Oleh karena itulah, stilitika merupakan kombinasi antara dua elemen, : yaitu a) ide yang diekspresikan, b) individualitas penulis.
sastra, tetapi tujuan akhirnya adalah analisis sastra (Ratna, 2013:168). Menurut Fowler (dalam Ratna, 2003:17) sebagai kualitas ekspresi semua teks pada dasarnya
menampilkan gaya bahasa. Puisi, prosa dan drama, merupakan genre utama dalam sastra modern demikian juga pada sastra lama. Meskipun jenis karya sastra terikat dianggap sebagai genre terpenting dalam kaitannnya dengan objek stilistika, tetapi
jenis lain karya-karya yang tidak terikat pun, mengandung aspek penelitian gaya bahasa. Karya sastra adalah medium bahasa, dengan kalimat lain, karya sastra pada
dasarnya adalah gaya bahasa itu sendiri, sehingga diantara unsur-unsur yang membangunnya, gaya bahasalah yang dianggap sebagai unsur terpenting. Genre yang paling banyak menggunakan kemampuan bahasa dalam hubungan ini gaya bahasa,
dalam rangka menampilkan efek estetis dalam puisi. Tanpa gaya bahasa, puisi seolah-olah tidak ada (Ratna 2013: 119).
Stilistika dianggap jembatan untuk memahami bahasa dan sastra sekaligus antar hubungannya. Tetapi secara definitif, stilistika adalah ilmu tentang gaya bahasa, dikarenakan stilistika adalah kajian mengenai sastra dalam kaitannya dengan
penggunaan bahasa. Jadi, kesimpulan dari pendapat di atas, yaitu bahasa sebagai model pertama lebih banyak mengacu pada logika, sedangkan sastra pada estetika.
Selain itu, retorika yang dianggap sebagai awal perkembangan stilistika adalah penggunaan bahasa dalam pidato. Sesuai dengan hakikat bahasa, maka yang diutamakan adalah daya persuasinya terhadap audiens. Menurut Fananie (2002:24)
sering dirancukan dengan sastra, kesamaan retorika dengan karya sastra tidak mutlak, persamaannya hanyalah menyangkut pemakaian bahasa yang mempengaruhi
pembaca maupun pendengar. Tujuan ini bebeda dengan sastra, khususnya sastra modern tujuan stilistika adalah aspek estetiknya. Stilistika merupakan permainan ekuivalensi, permainan bunyi seperti sajak, dan semua bentuk penggunaan bahasa
seperti majas, tetapi tujuan akhir dari ‘permainan’ ini yang kemudian disebut sebagai stilistika aspek keindahan yang didukung oleh pesan yang terkandung didalamnya.
Stilistika berkaitan erat dengan genre. Genre seolah-olah memaksa pengarang untuk menciptakan jenis yang sesuai dengan karya yang ditulis. Seorang penyair sejak semula sudah berpikir bahwa bahasa yang digunakan adalah bahasa dengan
tingkat seleksi yang tinggi (Ratna 2013:77). Kata-kata yang tertulis dalam setiap bait sebagai naskah tetap sama sepanjang masa, tetapi maknanya sebagai teks, berubah
sesuai dengan tanggapan pembaca. Sebagai ilmu tentang gaya bahasa, stilistika membahas kekhasan penggunaan karya sastra , baik dalam kaitannnya dengan hasil karya seorang pengarang maupun kelompok, periode, dan aliran tertentu (Ratna
2013:227).
Dalam pendapatnya Muury membedakan pengertian gaya bahasa yaitu: a) gaya
bahasa sebagai kekhasan personal, b) gaya bahasa sebagai eksposisi (penjelasan), dan c) gaya bahasa sebagai usaha pencapaian kualitas karya. Sedangkan menurut penjelasan Kridalaksana, gaya bahasa (style) mempunyai tiga pengertian, yaitu :
1. Pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis. 2. Pemakaian ragam-ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu.
(http:ngawieducation.blogspot.com/20 09 /02/stlistika-unsur-retorika-gaya bahasa.html).
Dalam pendapatnya, Sudjiman pun menjelaskan bahwa gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas, citraan, pola, rima, matra yang digunakan sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra.
( http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/pesona-puisi/beberapa-gaya-bahasa-dalam-pandangan-teori-klasik/).
Majas sering dianggap sebagai sinonim dari gaya bahasa, namun sebenarnya majas termasuk dalam gaya bahasa. Gaya bahasa mempunyai cakupan yang sangat luas. Pada umumnya majas dibedakan menjadi empat macam, yaitu a) majas
penegasan, b) perbandingan, c) pertentangan dan d) majas sindiran. Majas sudah berpola, sehingga pola seolah-olah membatasi kreatifitas. Sehingga dalam
penggolongan tersebut mengakibatkan pembatasan kreatifitas dalam pemakaiannya. Berbeda dengan gaya bahasa yang jelas tidak terbatas (Ratna, 2013:165). Meskipun demikian, justru majas inilah yag lebih dikenal, baik dari kalangan siswa, akademis,
dan masyarakat pada umumnya. Dengan singkat sebenarnya ruang lingkup gaya bahasa lebih luas, sebaliknya majas lebih sempit, sehingga majas bersifat membantu
gaya bahasa.
Menurut Ratna (2013:165) diantara gaya, gaya bahasa, dan majas, dalam karya sastra jelas yang paling berperan adalah gaya bahasa, cara-cara penggunaan medium
gaya bahasa meliputi gaya dan majas. Pada tataran analisis, gaya, gaya bahasa, dan majas adalah objek, sedangkan stilistika adalah ilmu untuk memecahkan objek
tersebut. Pada saat seorang peneliti menganalisis berbagai masalah yang bekaitan dengan objek, maka ilmu yang digunakan adalah stilistika. Dengan kalimat lain, stilistikalah yang berhasil untuk mengungkap hakikat dan cara-cara pengguanaan
bahasa secara keseluruhan.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa gaya bahasa
dapat dipahami sebagai cara pengungkapan pikiran melalui bahasa secara khas dan tidak biasa. Kekhasan itu dapat diindentifikasi dan diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya, seperti yang akan dijelaskan pada bagian berikut ini.
Gaya bahasa pada penelitian ini, difokuskan pada pembicaraan tentang penggunaan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dan berdasarkan langsung atau
tidaknya makna. Keraf (2010:124) menjelaskan yang dimaksud dengan struktur kalimat adalah bagaimana tempat suatu unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Sedangkan gaya bahasa berdasarkan langsung atau tidaknya makna
disebut juga oleh Keraf (2010:129) trope atau figure of speech. Istilah trope sebenarnya pembalikan atau penyimpangan.
Trope atau figure of speech dianggap sebagai penggunaan bahasa yang indah dan menyesatkan, maksudnya apakah acuan yang dipakai masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan. Bila acuan yang digunakan itu
menyimpang jauh dari makna denotatifnya maka acuan itu dianggap sudah memiliki gaya yang disebut Trope atau figure of speech. Trope memiliki bermacam-macam
fungsi : menjelaskan, memperkuat, menghidupakan obyek mati, menstimulasi asosiasi, menimbulkan gelak tawa atau hiasan.
Sebelum menjabarkan penjelasan lebih lanjut mengenai jenis-jenis gaya bahasa
berdasarkan struktur kalimat dan langsung atau tidaknya makna disertai dengan contohnya, gaya bahasa menurut Keraf (2010) dapat dibagi dalam beberapa kategori,
diantaranya : (1) gaya bahasa berdasarkan pilihan kata; 2) gaya bahasa berdasarkan kata; (3) gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, (4) gaya bahasa berdasarkan langsung atau tidaknya makna. Keraf (2010:136) lebih lanjut menjelaskan bahwa (1)
gaya bahasa berdasarkan pilihan kata dibagi menjadi tiga, meliputi (a) gaya bahasa resmi; (b) gaya bahasa tak resmi; (c) gaya bahasa percakapan; (2) gaya bahasa
berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana meliputi (a) gaya sederhana; (b) gaya mulia dan bertenaga; dan (c) gaya menengah.
Gaya bahasa pada penelitian ini, difokuskan pada penggunaan gaya bahasa
berdasarkan titik tolak unsur suatu bahasa. Sesuai dengan batasan masalah dalam penelitian ini, yang dikategorikan berdasarkan struktur kalimat dan langsung atau
Keraf (2010:124) menjelaskan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, terdiri atas klimaks, antiklimaks, paralelisme, antitesis, dan repetisi.
Klimaks adalah gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali meningkat kepentingannya dari gagasan sebelumnya. Antiklimaks adalah gaya bahasa yang acuan-acuan gagasannya diurutkan dari yang terpenting kemudian
diurutkan ke gagasan-gagasan yang kurang penting (Keraf, 2010:124-125).
Paralelisme adalah gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Gaya ini lahir dari struktur kalimat yang berimbang
(Keraf, 2010:126).
Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang
bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan. Contohnya : : Kaya-miskin, tua muda, besar-kecil, semuanya memiliki
kesamaan hak dan kewajiban di mata hukum. Repetisi adalah gaya bahasa yang dikenal dengan perulangan bunyi, suku kata, kata atau sebagian kalimat yang dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai,
contohnya : Selamat datang pahlawanku, selamat datang pujaanku, selamat datang bunga bangsaku. (Keraf, 2010:126).
Selanjutnya, Keraf (2010 : 129-136) menjelaskan gaya bahasa berdasarkan langsung atau tidaknya makna, dapat dibedakan menjadi (1) gaya bahasa retoris
dibagi menjadi aliterasi, asonansi, anastrof atau inversi, afofasis atau preterisio, apostrof, asindeton, polisindeton, kiasmus, elipsis, eufemisme, litotes, histeron
pertanyaan retoris, silepsis dan zeugma, koreksio atau epanortosis, hiperbol, paradoks dan oksimoron; (2) gaya bahasa kiasan meliputi persamaan atau simile, metafora,
alegori, parabel dan fabel, personifikasi atau prosopopoeia, alusi, eponim, epitet, sinekdoke, metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme dan sarkasme, satire, inuendo, antifrasis, pun atau pronamasia.
Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud pengulangan konsonan
yang sama, contohnya : Dara damba daku, datang dari danau. Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama, contohnya : Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu. Anastrof atau inversi adalah
semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikkan susunan kata yang biasa dalam kalimat, contohnya : Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat
perangainya (Keraf, 2010:130).
Apofasis atau Preterisio, merupakan gaya bahasa di mana penulis atau
pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal, contohnya : Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang Negara. Apostrof adalah semacam gaya yang berbentuk
pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir, contohnya : Hai kamu dewa-dewa yang berada di surga, datanglah dan bebaskanlah kami dari
belenggu penindasan ini. Asindenton adalah gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat dan mampat dimana beberapa kata, frasa atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung dan biasanya dipisahkan dengan tanda koma.
merupakan kebalikan dari asindeton dan biasanya dihubungkan dengan kata-kata sambung. Contohnya : Dan ke- manakah burung-burung yang gelisah dan tak
berumah dan tak menyerah pada gelap dan dingin yang bakal merontokkan bulu-bulunya? (Keraf, 2010:130-131).
Kiasmus adalah semacam acuan atau gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, baik frasa atau klausa, yang sifatnya berimbang, dan dipertentangkan satu sama lain,
tetapi susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya. Contohnya : Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin merasa dirinya kaya (Keraf, 2010:132).
Elipsis adalah gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar.
Contohnya : Dia dan ibunya ke Tasikmalaya (penghilangan predikat pergi). Eufemisme adalah berupa ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang, atau
ungkapan yang halus. Contohnya : Ayahnya sudah tak ada di tengah-tengah mereka (= mati) (Keraf, 2010:132).
Litotes adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Contohnya : Kami berharap anda dapat menerima
pemberian yang tidak seberapa berharga ini. Histeron Proteron adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari suatu yang logis atau kebalikan dari suatu yang wajar. Contohnya : Jendela ini telah memberi sebuah kamar padamu untuk dapat berteduh
dengan tenang. Pleonasme dan Tautologi adalah acuan yang mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan suatu pikiran atau
artinya tetap utuh. Contohnya : Globe itu bundar bentuknya. Sedangkan tautologi apabila kata yang digunakan berlebihan dan mengandung perulangan. Contohnya :
Saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri (Keraf, 2010:132-133). Perifrasis adalah gaya yang mirip dengan pleonasme, yaitu mempergunakan
kata lebih banyak dari yang diperlukan. Perbedaannya terletak dalam hal bahwa kata-kata yang berkelebihan itu sebenarnya dapat diganti dengan satu kata-kata saja.
Contohnya: Ia telah beristirahat dengan damai (=mati, atau meninggal). Prolepsis atau Antisipasi adalah semacam gaya bahasa di mana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya
terjadi. Contohnya : Pada pagi yang naas itu, ia mengendarai sebuah sedan biru (Keraf, 2010:134).
Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam
dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban. Contohnya : Siapa yang tidak ingin hidup bahagia?. Silepsis dan zeugma adalah gaya di mana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan
menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama. Dalam selipsis, konstruksi yang
dipergunakan secara gramatikal benar, tetapi secara semantik tidak benar. Contohnya : Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya, sementara dalam zeugma kata yang dipakai untuk membawahi kedua kata berikutnya, sebenarnya hanya cocok
Koreksio atau Epanortosis adalah suatu gaya yang berwujud, mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya. Contohnya : Sudah empat
kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali. Hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Contohnya : Kemarahanku sudah menjadi-jadi
hingga hampir-hampir meledak aku. Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Contohnya :
Musuh sering merupakan kawan yang akrab. Oksimoron merupakan suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang bertentangan sifatnya lebih padat dan tajam dari paradoks. Contohnya :
Keramah-tamahan yang bengis (Keraf, 135-136).
Gaya bahasa kiasan ini pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan atau
persamaan. Membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal yang lain, berarti mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut. Perbandingan sebenarnya mengandung dua pengertian, yaitu perbandingan yang
termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Contoh : Matanya seperti bintang timur dan bibirnya seperti delima merekah. Macam-macam gaya bahasa kiasan, seperti
diuraikan berikut :
Persamaan atau Simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit maksudnya bahwa ia langsung menyatakan sesuatu yang sama dengan hal yang lain. Biasanya
Kikirnya seperti kepiting batu. Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat,
contohnya: bunga bangsa, buaya darat, buah hati dan lain-lain (Keraf, 2010:138-139).
Alegori, parable, dan fabel adalah bentuk perluasan yang mengandung
ajaran-ajaran moral dan sering sukar dibedakan. Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan. Parabel adalah suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh
biasanya manusia, yang selalu mengandung tema moral. Fabel adalah suatu metafora berbentuk cerita mengenai dunia binatang, di mana binatang-binatang bahkan makhluk-makhluk yang tidak bernyawa bertindak seolah-olah sebagai manusia
(Keraf, 2010:140).
Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan
benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan, seolah-olah bersikap, berperasaan, berwatak seperti manusia. Contohnya: Angin yang meraung di tengah malam yang gelap ini menambah lagi
ketakutan kami. Alusi adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antara orang-orang, tempat, atau peristiwa. Contohnya : Bandung adalah Paris Jawa;
Kartini kecil itu turut memperjuangkan persamaan haknya (Keraf, 2010:140).
Eponim adalah suatu gaya yang di mana itu seseorang yang namanya sering
dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu, misalnya : Hercules dipakai untuk menyatakan kekuatan, Hellen dari Troya untuk
atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal. Contohnya: Lonceng pagi untuk ayam, puteri malam untuk bulan (Keraf, 2010:141).
Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan
keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte) misalnya: Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp 1000,-. Metonimia adalah suatu gaya bahasa yang
mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat atau menggunakan suatu nama tetapi yang di maksud benda lain. Contohnya : Ia membeli sebuah Chevrolet dan pena lebih berbahaya dari
pedang (Keraf, 2010:142).
Antonomasia merupakan bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud
penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri, Contohnya : Pangeran yang meresmikan pembukaan seminar itu. Hipalase adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah kata,
yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain. Contohnya: Ia berbaring di atas sebuah bantal yang gelisah (yang gelisah adalah manusianya, bukan bantalnya)
(Keraf, 2010:142).
Ironi, sinisme, dan sarkasme, ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin menyatakan sesuatu dengan makna atau makna dengan maksud berlaianan dari apa
yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Contohnya : Tidak diragukan lagi andalah orangnya, sehingga kebijaksanaan terdahulu harus dibatalkan seluruhnya!.
ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Contohnya: Tidak diragukan lagi bahwa andalah orangnya, sehingga, sehingga semua kebijaksanaan terdahulu harus
dibatalkan seluruhnya!. Sarkasme merupakan suatu acuan yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Contohnya : Mulut kau Harimau kau dan lihat sang raksasa itu (maksudnya si cebol (Keraf, 2010:143).
Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Bentuk ini tidak perlu harus bersifat ironis. Satire mengandung kritik tentang kelemahan
manusia. Tujuan utamanya adalah agar diadakan perbaikan secara etis maupun estetis. Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Ia menyatakan kritik dengan suggesti yang tidak langsung, dan sering
tampaknya tidak menyakitkan hati kalau dilihat sambil lalu. Contohnya : Setiap kali ada pesta, pasti ia akan sedikit mabuk karena terlalu kebanyakan minum. (Keraf,
2010:144).
Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau
kata-kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat dan sebagainya. Contohnya : Engkau memang orang mulia yang terhormat!. Pun atau Paronomasia adalah kiasan
Teori tentang gaya bahasa seperti yang disampaikan oleh Keraf di atas, merupakan penggolongan yang paling lengkap, sehingga dianggap dapat menjadi
dasar teoritis yang paling memadai untuk membedah gaya bahasa lagu-lagu dari band Red Squad. Oleh karena itu, dalam pembahasan nanti, penggolongan gaya bahasa lirik lagu dari band Red Squad selalu akan dirujuk sesuai dengan penggolongan gaya
bahasa menurut Keraf, yaitu : gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, terdiri dari klimaks, antiklimaks, paralelisme, antitesis, dan repetisi. Sedangkan gaya bahasa
berdasarkan langsung tidaknya makna yang terdiri dari retoris dan kiasan. 1) gaya bahasa retoris dibagi menjadi aliterasi, asonansi, anastrof atau inversi, afofasis, atau preterisio, asindeton, polisindeton, kiasmus, elipsis, eufemismus, litotes, histeron
proteron, pleonasme, dan tautologi, perifrasis, prolepsis, erotesis atau pertanyaan retoris, silepsis seugma, koreksio, epanortosis, hiperbol, paradoks dan oksimoron; (2)
gaya bahasa kiasan meliputi persamaan atau simile, metafora, alegori parable dan fabel, personifikasi, alusi, eponim, epitet, sinekdoke, metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme dan sarkasme, satire, inuindo, antifrasis, pun atau pronamasia.
2.2.4 Pengertian Lirik dan Lagu
Lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan
kata sebuah nyanyian (KBBI dalam Ardiani M, 2009:7). Lagu adalah berbagai irama yang meliputi suara instrumen dan bernyanyi dan sebagainya, nyanyian, tingkah laku, cara, lagak (KBBI dalam Ardiani M, 2009:7). Lagu adalah ragam suara yang
2009:8). Lagu adalah suatu kesatuan musik yang terdiri atas susunan pelbagai nada yang berurutan (Ensiklopedia Indonesia dalam Fillaili dalam Ardiani M, 2009:8).
Lirik lagu terbentuk dari bahasa yang dihasilkan dari komunikasi antara pencipta lagu dengan masyarakat penikmat lagu sebagai wacana tulis karena disampaikan dengan media tulis pada sampul albumnya dapat juga sebagai wacana
lisan melalui kaset. Lirik lagu merupakan ekspresi seseorang dari dalam batinnya tentang sesuatu hal baik yang sudah dilihat, didengar maupun dialami. Lirik lagu
memiliki kekhususan dan ciri tersendiri dibandingkan dengan sajak karena penuangan ide lewat lirik lagu diperkuat dengan melodi dan jenis irama yang disesuaikan dengan lirik lagu (Fauzi dalam Ardiani M, 2009:9).
Di dalam penulisan lagu, seorang pencipta lagu tidak terlalu mempersoalkan tentang kebakuan bahasa yang dipakainya. Pemakaian bahasa yang ditulis bersifat
longgar seperti bahasa yang digunakan dalam situasi santai namun tentu tidak terlepas dari proses kreatif seleksi kata dan bahasa. Lirik lagu yang dihasilkan haruslah merupakan bahasa yang mampu memberikan kenikmatan estetik bagi pendengarnya.
Kenikmatan estetik dalam bahasa adalah perasaan senang yang ditimbulkan oleh pemakaian bahasa yang indah, halus, melodius, yang mencerminkan selera dan cita
rasa artistik penyair yang tinggi.
2.2.5 Kompetensi yang Berkaitan dengan Pembelajaran Sastra di SMA
Pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan-perbuatan, menjadikan orang atau
diulang-ulang. Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud adalah siswa atau
disebut juga pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa sebagai subjek belajar dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah. Pembelajaran dapat
diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari
seorang guru untuk membelajarkan siswanya atau mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya, dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan pendapat di atas, disimpulkan bahwa pembelajaran memusatkan
perhatian pada bagaimana pembelajaran siswa dengan bahan belajar tertentu. Untuk membelajarkan siswa agar mencapai tujuan yang diinginkan, diperlukan aspek
pembelajaran salah satunya dengan kurikulum. Pembelajaran sastra pada dasarnya bertujuan agar siswa memiliki rasa peka terhadap karya sastra yang memiliki value sehingga merasa terdorong dan tertarik untuk membacanya atau mempelajarinya.
Hasil penelitian ini berupa simpulan akhir dari proses analisis kualitatif dari gaya bahasa. Simpulan tersebut merupakan gaya bahasa yang tekandung dalam empat
lirik lagu dari band Red Squad tersebut. Hasil penelitian dikaitkan dengan pembelajaran kurikulum 2013. Setelah dilakukan pengamatan terhadap silabus kurikulum 2013, hasil penelitian ini sesuai dengan karakter pembelajaran di tingkat
Kompetensi dasar yang berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah Kompetensi Dasar (3.4) Membandingkan hasil analisis terhadap puisi dan/atau cerpen dari media
massa, baik cetak maupun elektronik serta Kompetensi Dasar (4.4) Mengevaluasi hasil analisis puisi dan/atau cerpen, baik dari media cetak maupun elektronik (KEMENDIKBUD, 2013:7). Kompetensi ini termuat dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia (peminatan) kelas XII, semester ganjil.
Lirik lagu pada dasarnya sama dengan puisi, sehingga hasil penelitian ini
memiliki keterkaitan sebagai bentuk kontribusi dalam pengembangan bahan ajar apresiasi sastra khususnya pada materi puisi. Lirik lagu dari band Red Squad akan dijadikan gambaran dalam skenario pembelajaran. Adapun materi yang harus
dipelajari siswa dalam pembelajaran ini, yaitu puisi yang mencakup pengertian gaya bahasa dan jenis gaya bahasa, rekaman lagu-lagu dari band Red Squad atau teks lirik
lagu dari band Red Squad. Penentuan materi pembelajaran ini, didasarkan pada teks-teks kongkrit yang memiliki daya apresiatif tinggi, yang sekaligus berfungsi untuk merangsang rasa ingin tahu peserta didik, sehingga meningkatkan motivasi untuk
mempelajarinya lebih lanjut.
Selanjutnya, mengenai skenario pembelajaran seperti dijelaskan oleh Zona
pendidikan (dalam Horiyani, 2011:26) merupakan skenario yang dibuat dengan sengaja oleh seorang guru, dalam proses komunikasi-interaktif dengan siswa dengan menggunakan sumber belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam skenario
Berdasarkan penjelasan di atas, skenario pembelajaran yang akan menjadi gambaran mengenai gaya bahasa lirik lagu dari band Red Squad dengan mengaitkan
materi gaya bahasa pada lirik lagu sesuai dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam kurikulum 2013 tersebut, akan digunakan dalam menyusun indikator sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Adapun
indikatornya yakni sebagai berikut: (a) menganalisis/mengidentifikasi jenis-jenis gaya bahasa yang terdapat dalam puisi/lirik lagu dari band Red Squad; (b) mengevaluasi
serta membandingkan hasil identifikasi jenis-jenis gaya bahasa yang terdapat dalam puisi/lirik lagu dari band Red Squad baik dari media cetak maupun elektronik dengan hasil kerja peserta didik.
Selain itu, adapun gambaran secara keseluruhan mengenai kegiatan pembelajaran mulai dari pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup mengenai materi
tentang gaya bahasa dari band Red Squad, yakni: (a) guru menjelaskan di depan kelas tentang unsur-unsur yang membentuk suatu puisi, pengertian gaya bahasa dan jenis-jenis gaya bahasa kepada peserta didik, dengan memberikan contoh nyata berupa
puisi/teks lirik lagu yang akan dijadikan sumber belajar, baik dari media cetak maupun elektronik atau penyampaian secara langsung, sehingga peserta didik
termotivasi untuk bertanya, menanggapi, dan mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang akan dikerjakan pada tahap selanjutnya; (b) guru selanjutnya memberikan tugas kepada peserta didik secara individu/berkelompok, masing-masing
dilakukan pada akhir pembelajaran, siswa diminta membuat 3 kelompok yang terdiri dari 6 siswa. Masing-masing kelompok terdiri dari kelompok struktur kalimat,
kelompok retoris, dan kelompok kiasan. Setiap kelompok akan menganalisis dua buah lirik lagu dari band Red Squad, sesuai dengan title/nama kelompok, kemudian mengevaluasi serta membandingkan hasil analisis dua buah lirik lagu dari Band Red
Squad dari media massa, baik cetak ataupun elektronik, yang nantinya akan didiskusikan pada pertemuan selanjutnya; (c) pada akhir pembelajaran guru dapat
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Untuk pencapaian hasil penelitian yang maksimal dibutuhkan pendekatan penelitian yang mendukung fokus pemecahan masalah. Dalam hal ini, peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif berkarakter deskriptif. Moleong (2007:6) mensintesiskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diartikan bahwa penelitian kualitatif merupakan kegiatan analisis kritis dalam memahami fenomena sosial dengan
menggali informasi sedalam-dalamnya. Data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif bukanlah angka-angka, melainkan kata-kata atau gambar yang dikutip
untuk dideskripsikan. Peneliti diharuskan memiliki kecermatan pengamatan dan keluasan pengetahuan mengenai objek yang diteliti sehingga dapat dicitrai oleh pembaca. Dengan demikian, jenis penelitian kualitatif dengan karakter deskriptif
3.2 Data dan Sumber data
Data dan sumber data merupakan bagian dari kesempurnaan penelitian. Data
harus bersifat objektif dan serasi dengan fakta yang ada. Berikut pemaparan data dan sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini.
3.2.1 Data
Data yang diteliti berupa lirik lagu dari band Red Squad sebanyak empat lagu. Lagu pertama berjudul belajar sama-sama, kedua mars buruh, ketiga darah rakyat,
dan keempat pasukan merdeka. Berdasarkan pengamatan, keempat data tersebut sudah mewakili bentuk gaya bahasa. Di samping itu, band Red Squad ini baru merilis/mengeluarkan empat lagu.
3.2.2 Sumber Data
Sumber data diperoleh langsung dari perangkat komputer inventaris organisasi
Federasi Perjuangan Buruh Indonesia (FPBI) yang beralamat di Jl. Zeni AD No. 10 RT 6 RW 3 Kelurahan Mampang Prapatan Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan. Lokasi tersebut merupakan Sekertariat bersama (Sekber) bagi buruh yang
bekerja di domisili Jakarta, Tangerang, Bekasi (jatabek). 3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Metode Dokumentasi
Dokumen menjadi hal pokok dan penting dalam sebuah penelitian kualitatif,
sebab merupakan bentuk kredibilitas penelitian itu sendiri. Dokumen dapat berbentuk verbal, visual atau karya seni lainnya seperti dokumen berupa catatan harian, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan, foto, lukisan, film, patung, dan lain-lain. Sementara
itu, bentuk dokumen dalam penelitian ini berupa empat lagu dari band Red Squad. 3.3.2 Metode Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan langkah yang penting, di mana setelah seorang peneliti menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik penelitian (Semi, 2012:14).
Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal,
majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya. 3.3.3 Metode Observasi dengan Teknik Catat
Observasi merupakan proses mengamati secara teliti mengenai suatu objek.
Guba dan Lincoln (dalam Moleong, 2007 : 174-175), dapat diikhtisarkan bahwa metode pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung. Secara mandiri,
peneliti mencatat prilaku atau peristiwa berdasarkan informasi dan pengetahuan yang diperoleh tentang data. Teknik ini pun dapat memecahkan keraguan ketika data yang didapati keliru atau bias, serta dapat menangkap arti dari situasi-situasi rumit atau
Dalam penelitian ini, peneliti mengamati secara langsung serta mencermati tanda-tanda pada objek penelitian lalu melacak dan memahami gaya bahasa yang
terdapat pada empat lirik lagu dari band Red Squad tersebut. Teknik catat digunakan untuk mencatat gaya-gaya bahasa yang telah dicermati terkait objek melalui membaca, mendengar, melihat dan berdiskusi dari berbagai sumber.
3.4 Teknik Analisis Data
Setelah peneliti menguasai teori stilistika yang berarti pula menguasai
seperangkat konsep pembangunnya (Siswantoro dalam Laksmi K., 2014:37). Jadi, seorang peneliti siap mengambil data yang dibutuhkan, dengan syarat ia telah memahami jenis-jenis gaya bahasa yang terdapat dalam empat lirik lagu dari band
Red Squad. Selanjutnya, peneliti melakukan reduksi data dalam konteks ini menunjuk kepada proses memilih atau menyeleksi jenis-jenis gaya bahasa yang terdapat dalam
empat lirik lagu dari band Red Squad sesuai dengan batasan masalah yang tertera pada rumusan permasalahan serta sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya pada saat melakukan penelitian. Peneliti mencari bentuk dan
struktur serta pola yang beraturan dalam teks dan membuat kesimpulan atas dasar keteraturan yang ditemukan itu (Moleong, 2007 : 279). Dijelaskan pula dalam
Moleong (280-287) bahwa prosedur penelitian ini selaras dengan analisis data kualitatif secara umum, dengan melalui tahapan metode analisis data sebagai berikut:
1. Transkripsi merupakan upaya untuk mengintegrasikan data yang telah
memberikan penomeran pada setiap baris, maupun bait pada lirik lagu yang akan dianalisis dalam empat lirik lagu dari band Red Squad.
2. Klasifikasi merupakan upaya mengelompokkan kembali data yang telah ditranskripkan sesuai dengan permasalahan yang hendak dianalisis. dalam hal ini, klasifikasi data menyesuaikan dengan rumusan permasalahan penelitian
yang meliputi jenis-jenis gaya bahasa yang terdapat pada empat lirik lagu oleh band Red Squad berdasarkan struktur kalimat dan langsung tidaknya makna,
sehingga mempermudah proses interpretasi berikutnya.
3. Interpretasi merupakan upaya pemaknaan terhadap data penelitian. Setelah itu, mencari keterkaitan empat lirik lagu dari band Red Squad yang diamati dan
menampilkan dalam suatu sajian deskriptif. Dalam hal ini, data yang telah diklasifikasikan tersebut dideskripsikan melalui suatu analisis terhadap
kesalingterkaitan yang dimiliki oleh data-data tersebut. Setelah itu, hasil analisis mengenai jenis-jenis gaya bahasa dari empat lirik lagu oleh band Red Squad akan dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran sastra di SMA sesuai
dengan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam kurikulum 2013. hal penting yang dilakukan dalam proses ini adalah suatu upaya untuk
membanding-bandingkan, mengombinasikan, mengabstraksikan, dan menarik suatu kesimpulan (Sudikan dalam Laksmi K., 2014:39). Proses ini menghasilkan suatu pemaknaan yang menyeluruh terhadap data penelitian. Juga dikatakan
4. Simpulan merupakan tahap akhir dari proses analisis data, pada tahap ini peneliti mencoba untuk menyimpulkan hasil analisis data pada tahap
sebelumnya yaitu tahap transkripsi, klasifikasi, interpretasi. Selanjutnya ditarik kesimpulan lalu hasil penelitian dikaitkan dengan pembelajaran di Sekolah Menengah Atas, Bahasa Indonesia (peminatan) kurikulum 2013, kelas XII,
semester ganjil dengan kompetensi dasar yaitu (4.4) Mengevaluasi hasil analisis puisi dan/atau cerpen, baik dari media cetak maupun elektronik dan dibuatlah
suatu rancangan proses pembelajaran dari kompetensi dasar (KD) tersebut sebagai suatu skenario pembelajaran.
Analisis data ini juga dibantu dengan analisis pemaknaan yang sesuai dengan
pendekatan stilistika (Semi, 2012:106) khususnya dalam kajian sastra (puisi/sajak). Analisis tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Dalam melakukan analisis ini, pertama-tama adalah dari mana harus dimulai, apakah dari segi bunyi, kata, frase, kalimat, paragraf, atau wacana. Dalam hubungan ini peneliti juga dapat menetapkan aspek yang mana saja yang ingin
diteliti, yang disesuaikan dengan penggolongan jenis-jenis gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dan langsung atau tidaknya makna.
2. Analisis ditujukan pula kepada upaya penulis mendramatisasi bahasa sehingga mencapai efek keindahan. Bahasa yang didramatisasi ini disebut juga dengan bahasa figuratif atau disebut juga dengan majas. Pembagian gaya bahasa
dijabarkan hasil analisisnya sesuai dengan gaya bahasa yang terdapat dalam lirik lagu.
3. Analisis tentang gaya individual pengarang juga dilakukan dengan tujuan melihat jenis gaya yang paling dominan yang digunakannya. Berdasarkan hal tersebut, setelah melakukan klasifikasi data dan interpretasi data, akan