AGUS YUOHA HERNOKO
TINJAUAN TENTANG PELAKSANAAN
BANK GARANSI DI BANK DUTA
CABANG SURABAYA
M l t l l V B 1 P U 8 T A K A A N " m V H E S I T A S A l f t U N M i
S U R A B A Y A l er / np j a S
//c r 11
F A J C U L T A S H U K U M U N IV E R S I T A S A I R L A N G G a S U R A B A Y A
T IN JAU AN T E N T A N G P E L A KSA NAA N B A N K G ARA NSI D I B A N K D U T A CABANG S U R A B A Y A
S K R I P S I
O L E H
A G U S Y U D H A H E R N O K O
F A K U L T A S HUKUM U N I Y E R S I T A S A I R L A N G G A
S U R A B A Y A
T I N J A U A N TE NTA NG P E L A K S A N A A N BANK GARANSI D I B A N K D U T A C A B A N G S UR ABA YA
SKRIPSI-
DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS
DAN MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK
MENCAPAI GELAR SARJANA HUKUM
OLEH
AGUS YUDHA HERNOKO
038512105
DOSEN 71
MARTHALENA POHAN, S.H., CN.
Dr. R. SOETOJO PRAWIROHAMID JOJO, S.H. ABDOEL MUTHOLIB, S.H.
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA
Sura. Dira Jayaningrat lebur Dening Pangastuti N
Seseorang yang'pemberani dan perkasa di dunia ini
hancurnya karena dia disembah (dipuja-pu;ja).
Tiada daya dan kekuatan yang dapat dicapai oleh
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan karunia dan petunjuk-Nya se
hingga skripsi ini dapat saya selesaikan dengan baik. Pe
nulisan skripsi ini merupakan tugas dan syarat untuk men-
capai gelar sarjana hukum di lingkungan Fakultas Hukum
Universitas Airlangga.
Dalam kesempatan ini pula, saya menyampaikan teri-
ma kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada Ibu
Marthalena Pohan, S.H., CN. yang meluangkan waktu untuk
membimbing saya, walaupun kesibukan begitu menyita. Kesa-
baran dan perhatian beliau merupakan dorongan bagi saya
untuk menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik.
Ungkapan rasa terima kasih saya sampaikan juga ke
pada Bapak Dr. R. Soetojo Prawirohamidjo jo, S.H. dan Ba-
pak Abdoel Mutholib, S.H. atas kesediaan beliau menguji
saya dalam rangka mempertahankan skripsi ini.
Demikian pula kepada pihak Bank Duta Cabang Sura
baya, terutama Bapak Djoko Saryono, S.H. Kepala Bagian
Credit dan Management serta Bapak Suhardi, S.II. Kepala
Seksi Pengendalian Bagian Credit dan Management yang te
lah banyak membantu saya dalam mengadakan penelitian di
Bank Duta Cabang Surabaya.
Kepada sejawatku, Andika Persada Putera dan Salidin
Rasa terima kasih yang tak terhingga saya sampai-
kan kepada ibu, bapak, paklik, bulik dan adik-adikku yang
dengan penuh kasih sayang mendoakan dan memberi dorongan
semangat kepada saya untuk menyelesaikan studi saya ini.
Sebagai nianusia biasa tentunya di dalam menyi^sun
skripsi ini terdapat kekurangan yang memerlukan pembenahan.
Segala kritik dan saran y.ang bersifat membangun selalu
saya harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyara
kat dan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilrjiu hukum.
Surabaya, Desember 19B8
DAPTAH IS I
Halaman
KATA PENGANTAR ... iv
DAPTAR IS I ... vi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1. Permasalahan : Latar Belakang dan Ru- musannya ... ... 1
2. Penjelasan Judul ... 6
3. Alasan Pemilihan Judul ... 7
4. Tujuan Penulisan ... 8
5. Metodologi ... 9
6. Pertanggungjawaban Sistematika ... 10
BAB II. PROSEDUR UNTUK MEMPEROLEH FASILITAS BANK GARANSI ... 13
1. Syarat-Syarat Pokok Yang Harus Dipenuhi 13 2. Ikatan-ikatan Yang Menyertai Dengan di- keluarkannya bank garansi ... 22
BAB III. HUBUNGAN DAN AKIBAT HUKUM DALAM BANK GA RANSI ... 26
1. Para Pihak Dalam Bank Garansi ... 26
2. Hak Dan Kewajiban Para Pihak ... 30
2.1. Hak Dan Kewajiban Bank Sebagai Penja-i min ... ... 30
2.2. Hak Dan Kewajiban Pemohon Sebagai Terjamin ... 33
BAB IV. BERAKHIRNYA BANK GARANSI DAN AKIBAT YANG
BITIMBULKANNYA ... 36
1. Pemenuhan Prestasi ... 36
2. Claim Sebagai Akibat Wanprestasi...1 40
2.1. Tindakan Bank Untuk Mengatasi Masalah
Yang Timbul ... J.. 40
BAB V. PENUTUP ... 47
1 . Kesimpulan ... 47
2 . Saran ... ... • * • • 48
DAi’TAR BACAAN
P E N D A H U L U A N
1. Permasalahan : Latar Belakang dan Rumusannya
Sejak dimulainya Pelita I sampai dengan Pelita IV
perkembangan sektor perekonomian merupakan sasaran utama
pembangunan nasional kita. Hal ini dapat dimaklumi karena
dari sektor perekonomianlah sebagian besar dana yang meno-
pang dan yang sekaligus menjadi roda penggerak pembangunan
Indonesia.
Bank sebagai salah satu sektor usaha perekonomian
ikut memberi andil yang cukup besar dalam pembangunan na
sional. Perkembangan perbankan mempunyai hubungan yang .
erat sekali dengan pertumbuhan perekonomian nasional, dan
setiap bentuk kegiatan lembaga perbankan menunjukkan ada
nya suatu usaha kearah kemajuan perdagangan yang lebih
lanjut akan mempengaruhiapula perekonomian nasional;
Sehubungan dengan itu, maka peranan perbankan diha-
rapkan dapat lebih ditingkatkan baik dari segi kualitas
maupun dari segi kuantitasnya. Peranan perbankan dalam me-
nunjang perekonomian nasional terlihat dari fungsi bank
sebagai alat pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi
moneter dan stabilitas keuangan. Stabilitas perekonomian
dan keuangan akan dapat tercapai apabila bank dapat melak-
sanakan fungsinya dengan sebaik-baiknya.
Salah satu bentuk usaha bank untuk ikut membantu
masyarakat adalah memberikan jaminan bank atau bank ga
ransi. Di .dalam masyarakat khususnya di kalangan para
pengusaha, bank garansi sudah cukup lama dikenal. Biasa-
nya fasilitas bank garansi diberikan kepada nasabah bank
dengan tujuan untuk member! bantuan yang bersifat menun-
jang usaha nasabah yang bersangkutan dalam melakukan ke-
giatan usahanya.
Bank garansi dalam pengertian yang umum adalah
suatu bentuk jaminan yang diberikan oleh bank. Maksudnya,
bank menjamin untuk memenuhi suatu kewajiban dari pihak
terjamin (pemohon bank garansi) apabila ternyata di kemu-
dian hari tidak memenuhi apa yang telah diperjanjikannya
bersama dengan pihak 'penerima jaminan (kreditor). Jadi
bila terjadi wanprestasi da^i pihak terjamin maka bank-
lah yang akan memenuhinya.
Bank garansi atau jaminan bank adalah merupakan
jaminan perorangan. Tentang jaminan perorangan atau juga
disebut penanggungan hutang ("borgtocht", "guaranty"),
maka untuk pengaturannya kita dapat melihat di dalam
ketentuan B.W. ( Burgerlijk V/etboek ) > yaitu tentang
penanggungan, buku ketiga, titel ketujuh belas, mulai pa-
sal 1820 sampai dengan pasal 1850.
Penanggungan hutang adalah merupakan suatu "per-
janjian accessoir" artinya bahwa keberadaan dari perjan-
jian itu mengikuti perjanjian pokoknya. Yang dimaksud
yang pemenuhannya ditanggung atau dijamJLn„dengan perjan-
jian penanggungan itu.1
Pemberian fasilitas "bank garansi merupakan salah
satu dari beberapa fungsi bank untuk memberikan jasa per-
bankan, dan fungsi ini dijalankan oleh bank umura dan bank
pembangunan disamping fungsi-fungsi yang lain. Mengenai
bank, garansi yang merupakan suatu jenis penanggungan di
mana bank bertindak sebagai penanggungnya. Berdasarkan
Undang-undang Pokok Perbankan UU No. 14 Th. 1967, Bank
Umum adalah tergolong jenis bank yang berhak memberikan
jaminan bank (bank garansi), di dalam usahanya (pasal 23
ayat 7). Selain ketentuan diatas , tentang bank garansi i
dapat kita lihat di dalam Keputusan Menteri Keuangan Re-
publik Indonesia No. 223/KMK.001/1987, tanggal 20 April
1987 tentang penunjukkan bank dan lembaga keuangan yang
dapat menerbitkan jaminan dalam rangka pelaksanaan Kepu
tusan Presiden No. 29 tahun 1984 tentang pelaksanaan ang-*5
garan pendapatan dan belanja negara.
Kalau kita amati peraturan-peraturan diatas pada
intinya adalah “pemberian jaminan1* dari pihak bank untuk
1
Subekti, Jaminan-.jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Alumni, Bandung, 1986, h. 32._
:2'Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan Di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan PeroranRan, Liberty, Jogjakarta, 1980, h.106.
ikut membantu pengusaha atau nasabah agar dapat meningkat-
kan usahanya. Meskipun pengusaha atau nasabah di dalam
me-lakukan usahanya terbentur masalah dana atau modal yang i
terbatas’dan relatif kecil, rnaka dengan bantuan bank mela-
lui fasilitas bank, garansi mereka memperoleh kesempatan
untuk mencari keuntungan dan lebih meningkatkan usahanya.
Dengan kata lain pengusaha atau nasabah menjadi lebih bo-
nafide dengan adanya jaminan dari pihak bank. bank., maupun yang tidak dibiayai dengan kredit dari bank.
- Garansi bankkuntuk mendapatkan Keterangan Pemasukan Pabean (KPP) atas barang-barang yang L/C-nya telah dibayar penuh oleh importir.
- Garansi bank untuk pengeluaran barang-barang yang L/C-nya belum dibayar penuh oleh importir.
sehubungan dengan suatu kegiatan tertentu yang di- kenal sebagai advence payment guarantee.^
Dengan dikeluarkannya bank., garansi oleh pihak
bank maka pada saat itu terjadilah perjanjian tertulis
yang intinya bahwa bank terikat pada perjanjian yang di-
buat antara pihak terjamin dengan kreditor (pihak peneri-
ma jaminan). Disini bank akan mcnanggung resiko yang di-
akibatkan wanprestasinya terjamin. Sebaliknya sebagai
perjanjian jaminan, maka bank garansi akan hapus apabila
perjanjian antara terjainin dengan kreditor sebagai pene-i rima jaminan sudah dlpenuhi. Hal ini karena sifat dari
perjanjian penanggungan adalah accessoir (mengikuti) ter-
hadap perjanjian pokoknya.
Di dalam;.praktek, biasanya bank berusaha membatasi
resiko yang ditimbulkan pihak terjamin atas pengeluaran
bank garansi. Pembatasan itu dilakukan dengan penyerahan
jaminan lawan dari pihak terjamin yang besarnya ditentu-
kan oleh bank. Dalam perjanjian bank garansi selalu di-
cantumkan suatu jangka waktu tertentu untuk berlakunya.
Kemungkinan jangka waktu berlakunya dapat diperpanjang
apabila terjamin merasa perlu untuk itu. Bila terjadi per-
panjangan masa berlakunya bank garansi maka bank dalam hal
ini akan mengeluarkan bank garansi yang baru.
Dengan berakhirnya masa berlakunya surat bank gar
ransi maka bank garansi itu sendiri berakhir. Sebagai kon-
sekwensi dari berakhirnya bank garansi tersebut maka ma-
sing-masing pihak, yaitu pihak bank dan pihak terjamin wa-
jib mengembalikan segala jaminan lawan, untuk pihak bank
harus mengembalikan jaminan lawan dan untuk pihak terjamin
harus menyerahkan surat bank garansi. Bila terjadi wan-
prestasi dan tank harus membayar pada kreditor maka bank
garansi akan mengalami perubahan menjadi fasilitas kredit
apabila terjamin tidak dapat membayar pada waktu yang di-
tentukan.
Dari uraian-uraian di atas maka timbul permasalah-
an yang kemudian saya rumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah prosedur permohonan untuk memperoleh fa
silitas bank garansi
2. Bagaimanakah hubungan dan akibat hukum yang terdapat
di dalam bank garansi .
3. Akibat -akibat apa saja yang timbul dengan berakhirnya
bank garansi .
2. Pen.jelasan Judul
Skripsi saya ini berjudul " TINJAUAN TENTANG- PE-'
LAKSANAAN BANK GARANSI DI BANK DUTA CABANG SURABAYA
Untuk lebih jelasnya maka akan saya uraikan pengertian
dari judul di atas.
Tinjauan berarti melihat sesuatu hal agar lebih jelas.
Pelaksanaan berarti melakukan kegiatan sesuai dengan ke-
Bank garansi adalah suatu bentuk jaminan yang dikeluarkan
oleh pihak bank, bahwa bank menjamin untuk memenuhi kewa-
jiban dari terjamin (pemohon bank garansi) apabila di ke~
mudian hari ternyata tidak memenuhi kewajibannya terhadap
perjanjian yang dibuat dengan penerima jaminan (kreditor).
Bank Duta Cabang Surabaya adalah bank swasta nasional
yang diperkenankan untuk mengeluarkan bank garansi.
Jadi pengertian dari judul diatas adalah melihat
lebih jelas mengenai kegiatan yang dilakukan Bank Duta
Cabang Surabaya dalam memberikan jaminan dalam bentuk
bank garansi, di mana bank menjamin terhadap_prestasi da
ri terjamin dan akan membayar kerugian kreditor apabila
ternyata terjamin cidera janji (wanprestasi). Dalam hal
ini bank mengambil alih resiko yang seharusnya ditanggung
oleh pihak terjamin.
Dengan dikeluarkannya surat bank garansi oleh bank
dan telah ditanda tangani maka pada saat itu bank terikat
untuk memberikan jaminan. Jaminan ini akan lebih menj.amin
terlaksananya perjanjian yang dibuat antara terjamin
dengan pihak kreditor sebagai penerima jaminan.
3. Alasan Pemilihan Judul
Dalam dunia perbankan, kerja sama antara pengusaha
dan atau nasabah dengan pihak bank telah lama terjalin
dengan baik. Masing-masing saling membantu untuk kelan-
caran usaha dan kemajuan usaha, yang tentunya berpengaruh
pereko-nomian nasional. r
Dikalangan dunia usaha istilah "bank garansi" ini
sudah cukup lama dikenal yang merupakan jaminan dari bank.
Dalam kaitannya dengan bank garansi, biasanya tiap-tiap
bank mempunyai peraturan-peraturan sendir.i selain pera-
turan umum mengenai bank garansi, Skripsi saya ini bertu-
juan untuk mengetahui bagaimana prosedur memperoleh fasi
litas bank garansi, bagaimana syarat-syaratnya, hubungan
hukum dan akibatnya, tujuan serta manfaat apa yang diper-
oleh dari pemberian bank garansi.
Masalah-masalah tersebut yang kemudian saya tulis
dalam skripsi ini. Dan karena dalam melakukan penelitian
saya memilih Bank Duta Cabang Surabaya maka saya menggu-
nakan judul " TINJAUAN TENTANG PELAKSANAAN BANK GARANSI
DI BANK DUTA CABANG SURABAYA » dalam skripsi ini.
4. Tu.juan Penulisan
a. Tujuan Umum.
Tujuan penulisan skripsi ini yang pertama-taina ada
lah untuk memenuhi persyaratan akademis dalam mencapai
gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum univercitas Airlang-
ga.
b. Tujuan Khusus.
Untuk turut serta membahas permasalahan yang tim
bul dalam perkembangan perbankan khususnya mengenai bank
garansi. Selain itu tulisan ini diharapkan dapat memberi
ga-ransi serta prosedur yang harus dipenuhi. Sehingga dapat
membantu masyarakat terutama yang banyak berhubungan de
ngan dunia perbankan.
5. Metodolofti
Sesuai dengan judul dan materi skripsi saya ini,
maka penulisan skripsi ini bersifat praktis dan teoritis.
Praktis, yaitu mendasarkan pada hal-hal yang sifatnya mu-
dah untuk dilaksanakan yang terdapat di dalam praktek se-
hari-hari di dalam dunia perbankan, khususnya di Bank Du
ta Cabang Surabaya mengenai bank garansi. Teoritis, yaitu
mendasarkan kepada pendapat, literatur-literatur, dan per-
aturan-peraturan yang mengatur bank garansi.
a. Pendekatan Masalah.
Pendekatan masalah dalam penulisan skripsi ini ada
lah melalui pendekatan yuridis sosiologis. Yuridis berarti
mendasarkan pada aturan-aturan hukum. Sosiologis berarti
melihat kenyataan yang ada di masyarakat. Jadi yuridis So
siologis disini dimaksudkan permasalahan yang berhubungan
dengan ba nk garansi banyak mengandung masalah hukum. Hu-
bungan hukum para pihak, akibat-akibatnya yang.timbul da
lam bidang hukum, sehingga didekati terutama dari segi
peraturan hukum yang mengaturnya, baik yang bersifat umurn
yang dikeluarkan pemerintah maupun peraturan khusus yang
dikeluarkan Bank Duta. Dan juga dilihat kenyataan dan hu-
bungannya dengan masyarakat luas, terutama yang banyak
b. Sumbcr Data.
Data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini
meliputi data primer dan data sekunder. Data primer bera-
sal dari wawancara dan peraturan-pcraturan dari bank Duta
Cabang Surabaya mengenai bank garansi. Data sekunder ber~
asal dari peraturan pemerintah, temuan atau kajian ilmiah
perpustakaan yang berhubungan dengan bank garansi.
c. Prosedur Pengumpulan Dan Pengolahan Data.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teh-
nik wawancara dengan terlebih dahulu menyiapkon dafl;ar
pertanyaan sebagai pedoman wawancara yang dilakukan; Juga
dikumpulkan dokumen-dokumen dari instansi yang terkait de
ngan masalah pemberian fasilitas bank garansi.
Hasil wawancara dan fakta yang diperoleh dari doku-
men-dokumen tadi, setelah terkumpul diadakan pengolahan
dengan'terlebih dahulu diklasifikasikan. Kemudian diban-
dingkan dengan pendapat para sarjana dan para ahli maupun
dengan ketentuan yang berlaku.
d. Analisis Data.
Dari data yang d.i.perolch, maka penganalisaan data
dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh
tersebut, baik dari hasil wawancara maupun dari dokumen
yang ada kaitannya dengan ketentuan-ketcntunn dan porun-
dangan yang mengatur bank garansi. Dari pcrbandingan yang
dilakukan itu kemudian diperoleh suatu kesimpulan.
6. PertanflKunfl.jawabab Sistcmatika
dalam 5 (lima) bab. Dalam bab I berini pembahacan mengenai
Pendahuluan yang berioi garis besar dari keseluruhan bab-
bab yang ada, sebagai pengantar kepada masalah yang men-
jadi pokok bahasan dalam bab-bab selanjutnya. Dengan di-
letakkannya Pendahuluan dalam bab I, diharapkan pembaca
dapat mengetahui garis besar isi dari penulisan skripsi
ini sebelum menuju pada bab-bab berikutnya.
Dalam pelaksanaan pemberian bank garansi oleh pi
hak bank, maka pertama-tama yang harus diperhatikan pe-
mohon adalah prosedur-prosedur yang harus dipenuhi untuk
memperoleh fasilitas bank garansi, pembatasan-pembatasan
oleh bank! tentang siapa-siapa yang dapat memperoleh fasi
litas bank garansi, serta perjanjian yang mengikuti de
ngan diterbitkannya bank garansi oleh pihak bank. Masalah
tersebut saya letakkan dalam bab II, setelah bab I menge-
nai Pendahuluan. Hal ini dimaksudkan agar seseorang yang
akan mengajukan permohonan untuk memperoleh fasilitas
bank garansi lebih mengetahuinya. Sehingga dapat membantu
memperlancar pihak pemohon untuk memperoleh bank garansi.
Dengan diterbitkannya bank garansi oleh pihak bank
maka akan mengikat para pihak yang terlibat dalam perjan-
.jian bank garansi. Dalam bab III dari skripsi saya ini
berisi tentang hubungan hukum dan akibat hukum yang ter-
dapat dalam bank garansi, hak dan kewajiban yang harus
dipenuhi para pihak. 1
Kemudian dalam bab IV akan dibahas mengenaij bera-
ditimbulkan-nya. Karena dalam perjanjian bank garansi dengan jelas di-
sebutkan tentang masa berlakunya, maka sudah barang tentu
mempunyai akibat yang timbal balik antara bank sebagai
pihak penjamin dengan pemohon sebagi pihak terjamin untuk
mengembalikan keadaan sebagaimana sebelum diterbitkannya
bank garansi.
Penutup saya letakkan dalam bab V, karena bab ini
berisi kesimpulan dan saran yang merupakan intisari dari
bab-bab sebelumnya dan yang sekaligus mengakhiri semua
PROSEDUR UNTUK MEMPEROLEH FASILITAS
BANK GARANSI
1. Syarat-Syarat Pokok Yan# Harus Dipenuhi
Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai kegiatan
kegiatan baik untuk menarik uang darx masyarakat maupun
menyalurkan uang kepada masyarakat yang membutuhkan. Sa-
lah satu bentuk kegiatan bank yang cukup penting adalah
bank garansi yang banyak membantumasyarakat dalam mening-
katkan usahanya.
Dalam praktek perbankan, khususnya di Bank Duta,
seseorang yang ingin mengajukan permohonan untuk memper
oleh fasilitas bank garansi harus memenuhi persyaratan -
persyaratan yang ditentukan oleh pihak Bank Duta Cabang
Surabaya.
Dalam rangka pemberian fasilitas bank garansi,
mengingat prosentase dan tingkat resiko yang cukup tinggi
maka biasanya sebelum mengeluarkan bank garansi pihak
.'Bank Duta melakukan penelitian/analisa yang cermat dan i teliti, baik mengenai jaminannya yang mempunyai nilai cu
kup memadai maupun pengikatan yang kuat dan lengkap.
Analisa/penelitian yang dilakukan itu meliputi ana-
lisa ekonomis dan analisa juridis. Maksud dari adanya ana-
lisa ini adalah untuk mengetahui kondisi dari pihak terja
min (pemohon bank garansi). Untuk itu pihak bank
nakan asas yang berlaku di dalam praktek pemberian fasili
tas perkreditan yaitu " The 5 C's of Credit ”, yang'meli-
puti :
- Character, apakah pemohon itu dapat dipercaya (bonafi -
de) ;
- Capital , yaitu bahwa pemohon dalam hal ini sudah mempu-
nyai usaha dan modal sendiri ;
- Capacity, yaitu bahwa kredit yang diberikan dapat membe-
ri manfaat bagi pemohon ;
- Collateral, ya itu ada jaminan bahwa kredit yang diberi
kan akan dikembalikan di kemudian hari ;
- Condition of Economics, yaitu pemberian kredit itu
di-5
maksudkan memberi prospek yang cerah bagi pemohon.
Penjabaran lebih lanjut dari "The 5 C’s of Credit"
untuk menganalisa kondisi pemohon, baik secara lengkap ma
upun dalam bentuk evaluasi yang disesuaikan dengan sifat,
bentuk, volume dan sasarannya atau aspeknya bagi Bank Du
ta, antara lain ;
- Meneliti pihak yang dijamin maupun penerima jaminan. - Meneliti sifat dan nilai transaksi yang akan dijamin
hingga dapat diberikan bank garansi yang-sesuai. - Menilai jumlah bank garansi yang akan dijamin, hing
ga dapat diberikan bank garansi yang sesuai.
- Menilai jumlah bank garansi yang akari diberikan me- nurut kemampuan bank.
- Meneliti adanya surat kontrak yang wajar dan dapat
Wawancara dengan Kepala Sekoi Pengendalian, Bagian Credit dan Management Bank Duta Cabang Surabaya, 22 Agus- tus 1988.
dipertanggung jawabkan mengenai suatu transaksi, dan dalam surat mana dengan jelas dicantumkan bahwa un
tuk keperluan pelaksanaan/realisasi kontrak tersebut oleh nasabah/pemohon bank garansi diperlukan surat
jaminan bank.
Menilai kemampuan pihak yang akan dijamin untuk mem berikan kontra jaminan/jaminan lawan yang cukup se-
suai dengan kemungkinan terjadinya resiko dan jamin an tersebut sedapat mungkin bersifat executeerbaar
(mudah dicairkan). i
Dari analisa yang dilakukan itu nampak bahwa Bank
Duta dalam memberikan fasilitas permohonan bank garansi
bertindak sangat berhati-hati. Hal ini dilakukan karena
mengingat bank garansi mempunyai resiko kerugian yang cu
kup tinggi , meskipun pada saat dikeluarkannya bank garan
si pihak bank belum mengeluarkan dana. Sehingga untuk pem-
berian bank garansi ini pihak Bank Duta mendasarkan pada
keperluan yang wajar dan dibenarkan hukum serta tidak ber-
tentangan dengan policy pemerintah.
Di Bank Duta Cabang Surabaya, pemohon fasilitas
bank garansi pada umumnya ada 2 (dua) golongan, yaitu:
- nasabah giro, adalah perorangan atau badan yang dalam
melakukan transaksi atau kegiatan perdagangan melalui
jasa Bank Duta ;
- calon debitor, adalah orang atau badan yang baru
perta-7
ma kali berhubungan dengan Bank Duta.
^Memorandum Direktur Utama Bank Duta.
Wawancara dengan Kepala Seksi Pengendalian, Bagian Credit dan Management Bank Duta Cabang Surabaya, 23 Agus- tus 1988.
Untuk kedua golongan tersebut tidak ada perbedaan
mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi agar dapat mem-
peroleh fasilitas bank’garansi. Disin terlihat ada unsur
keterbukaan dari pihak Bank Duta yang tidak membatasi pe
mohon hanya pada nasabahnya saja, tetapi juga pihak lain
yang baru pertama berhubungan dengan pihak Bank Duta da
pat mengajukan permohonan fasilitas bank garansi.
Bagi para pemohon fasilitas/bank garansi , Bank Du
ta mengeluarkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi,
yang meliputi :
1. harus ada proyek/kegiatan yang akan dikerjakan oleh pe
mohon ;
2. harus ada bukti bahwa pemohon telah memenangkan tender
(bila berkaitan dengan- tender garansi) ;
3. nilai proyek harus jelas ,*
4. minimal telah 1 (satu) bulan nasabah Bank Duta ;
5. mutasi rekening yang cukup aktip ;
6. tidak pernah menarik cek kosong ;
7. perusahaan mempunyai usaha yang berjalan baik, solvabel
dan merupakan bidang usaha yang tetap atau sering di-
laksanakan dalam bidang yang dimohonkan bank garansi
tersebut ;
8. dapat menyediakan jaminan dengan nilai yang cukup dan Q
ms mpunyai surat-?surat yang lengkap.
Wawancara dengan Kepala Bagian Credit dan Manage ment Bank Duta Cabang Surabaya, 25 Agustus 1988
Untuk butir 4 (empat) dan butir 5 (lima) sudah
ti-i
dak berlaku lagi dengan adanya kebijaksanaan baru yang
' dikeluarkan oleh pihak Bank Duta. Hal ini sesuai dengan
fungsi dan peranan bank untuk turut serta membantu masya
rakat melakukan kegiatan usahanya agar lebih meningkat.
1. Bank garansi tidak boleh diberikan dalam bentuk valuta asing kecuali bagi Bank-Bank Devisa untuk
(Rice Milling) non J3UUD/KUD.'3
Ketentuan diatas menunjukkan bahwa untuk memberikan v
fasilitas bank garansi meskipun pihak pcmcrintah (dalam
hal ini Bank Indonesia) tidak memberikan pembatasan-pemba-
tasan khusus namun ternyata masih mcngeluarkan surat edar-
an sebagai pedoman. Dengan demikian pengeluaran bank ga~
ransi diharapkan benar-benar tersalurkan kepada masyara
kat yang membutuhkan.
Bank Duta dalam memberikan fasilitas bank garansi,
walaupun tidak merupakan pengeluaran dana langsung, dalam
arti baru mengeluarkan dana bila terjamin wanprestasi dan
terjadi claim. Naniun resiko tersebut bagi. bank cukup ting-
gi karena waktu yang tidak tertentu. Dan hal ini tentunya
juga akan berpengaruh terhadap likwiditas Bank Duta. Jadi
dapat dikatakan bahwa selain sebagai sumber dana, bank
garansi juga merupakan sumber resiko. Sehingga untuk itu
bank meminta disediakan jaminan lawan atau kontra garansi
dari' pemohon. Tentunya hal ini dimaksudkan agar bank ti
dak terlalu banyak menderita kerugian, bila di kemudian
hari terjamin (pemohon) wanprestasi sehingga timbul claim
kepada bank.
Kontra garansi atau dalam pengertian perbankan di-
sebut dana cadangan yang dikenakan oleh Bank Duta adalah
minimal sebesar 10% (sepuluh prosen) dari nominal nilai
Q
bank garansi. Ketentuan diatas dapat saja lebih besar
atau lebih kecll dari batas minimal tersebut. Tergantung
kondisi "The 5 C !s of Credit" pemohon dan juga,hubungan-
nya selama ini dengan Bank Duta. Disamping itu tidak tcr-
tutup'kemungkinan untuk meminta dana cadangan mendekati
atau mencapai 100^, hal ini dibebankan kepada pemohon de
ngan memperhatikan sifat, bentuk, volume dan jaminan yang
kurang nilainya atau tidak dapat dinilai sama sekali baik
dari segi ekonomis maupun dari segi juridis.
Bagi pemohon bank garansi dapat memberikan kontra
garansi (dana cadangan) melalui 4 (empat) eara, yaitu : ^
1• pemohon menyetor uang sebesar nilai nominal bank ga
ransi yang diminta ;
I t
2. pemohon dapat member! kuasa kepada bank untuk memblokir
uangnya dalam rekening bank, deposito atau yang berupa
tabungan sebesar nominal nilai bank garansi yang di
minta ;
3. pemohon dapat memberikan kontra garansi berupa harta
benda baik yang bergerak maupun yang berupa barang te-
tap kepada bank. Untuk barang bergerak, misalnya ken-
daraan bermotor, dengan penyerahan secara F E 0 (fidu-
ciaire eigendomsoverdracht) dimana surat bukti pemilik-
an kendaraan disimpan bank. Sedang untuk barang tetap,
misalnya rumah dan tanah, maka harus dengan akta nota-
ris dan surat bukti pemilikan disimpan bank. Semua ini
ada jaminan tersebut ;
4. penggabungan cara pertama atau cara kedua dengan cara
yang ketiga.
Dalam hal pemohon telah memenuhi persyaratan yang
diten$ukan maka Bank Duta akan mengeluarkan bank garansi.
Bank garansi yang dikeluarkan tersebut memuat :
- judul bank garansi ;
- nama dan alamat bank penjamin ;
- nama dan alamat terjamin ;
- nama dan alamat penerima jaminan ;
- macam transaksi antara terjamin dan penerima jaminan ;
- tanggal diterbitkannya bank garansi ;
- besarnya bank garansi yang diberikan oleh bank ;
- tanggal berlaku dan berakhirnya bank garansi ;
- batas waktu untuk mengajukan claim kepada bank ;
- pernyataan bank untuk membayar dan. melepaskan haknya se-
suai dengan bunyi pasal 1832 K' U H Perdata ;
- pernyataan bahwa bank garansi ini tidak dapat dipindah
10
tangankan atau dijadikan jaminan pada pihak lain,
Surat bank garansi tersebut setelah diterima oleh \/
pemohon, selanjutnya diserahkan kepada pihak penerima ja
minan untuk dipergunakan sebagai alat bukti yang sah dan
kuat bila di kemudian hari terjamin wanprestasi terhadap
kewajibannya. Jadi surat bank garansi tersebut tidak lain
1
omerupakan pernyataan "bank yang akan membayar kepada kredi
tor bila' terjamin wanprestasi (adanya claim dari kreditor).
Kalau kita melihat ketentuan dalam bank garansi
yang sudah standart/baku artinya cudah ditentukan bentuk-
nya oleh bank, ma ka terlihat ponisi pemohon adalah lemah
karena hanya menyetujui saja syarat-syarat yang dibeban-
kan kepadanya. Seakan-akan disini hanya ada perjanjian se-
pihak saja. Padahal kalaui kita melihat ketentuan pasal
1320 B.W. yang menyatakan sebagai berikut :
Untuk sahnya perjanjian diharuskan adanya 4 syarat:
1. Kata sepakat dari mereka yang mengikatkan diri (toestemming).
2. Adanya kecakapan untuk mengadakan perikatan (bek- waamheid).
3. Mengenai suatu object tertentu (een bcpaald onder- werp).
4. Mengenai causa yang diperbolehkan (geoorloofde oorzaak).
Dalam butir pertama pasal tersebut diatas ada kata
kata sepakat-... , berarti masing-masing pihak dapat menentu-
kan kehendak. Memang dalam pasal 1338 ayat 1 B.W. menyata
kan bahwa persetujuan yang dibuat secara sah mengikat pa
ra pihak. Namun hal ini ada batasannya yaitu di dalam pa
sal 1320 B.W. Nampakny£ kesepakatan yang diberikan pemohon
terhadap persyaratan yang diajukan itu dengan maksud agar
pemohon dapat secepatnya memperoleh fasilitas bank garansi s
dari bank.dan selanjutnya segera dapat melaksanakan
jibannya, sesuai dengan perjanjian yang dibuatnya.
2• Ikatan-ikatan Yang Menyertai Denman Dikeluarkannya
Bank Garansi
Pada dasarnya, dalam bank garansi tidak ada ketentu-
an yang mengharuskan adanya pengikatan. Namun dalam'prak-
tek yang terjadi di Bank Duta terdapat ikatan-ikatan tam-
bahan ya ng menyertai dalam pemberian fasilitas bank garan
si. Jadi selain jaminan pokok yang harus dipenuhi seperti,
yang disebutkan terdahulu, perlu juga diperhatikan adanya
bentuk-bentuk pengikatan tambahan untuk menghindari resiko
akhir. Adapun bentuk-bentuk ikatan tambahan adalah ceperti
berikut :
a. Persyaratan/pengikatan dengan pihak-pihak yang di- jamirr. dan pihak penerima jaminan, bahwa sotiap pern- bayaran yang akan dilakukan pihak penerima jaminan
harus disalurkan melalui P.T. Bank Duta.
- ikatan notariel, yaitu apabila yang dijadikan jaminan
adalah barang tetap/tidak bergerak, sehingga untuk itu
diwajibkan pengikatannya dengan akta notaris.
- ikatan intern/dibawah tangan, yaitu bila yang dijadikan
jaminan adalah barang bergerak, sehingga cukup dibuat
dengan perjanjian antara para pihak saja. Ikatan intern
ini biasanya berupa formulir yang dikeluarkan oleh pi
hak Bank Duta.
Selain itu, ada kewajiban bagi pemohon yang beru
pa pembayaran provisi kepada bank. Pada umumnya besarnya
provisi bank garansi berkisar antara 1% - 1%% atas setiap
pengeluaran bank garansi untuk jangka yaktu selama-lama-
nya 3 (tiga) bulan. Provisi bisa dibayar dimuka pada saat
bank garansi dikeluarkan, dan bila waktunya kurang dari
3 (tiga) bulan dianggap 1 (satu) triwulan, sedang untuk
kurang dari 2 (dua) triwulan dianggap 2 (dua) triwulan,
demikian dan seterusnya.
Dengan demikian, melihat banyaknya persyaratan dan
jaminan yang harus dipenuhi oleh pemohon, maka bank'garan
si ini tidak lebih dari semacam tabungan saja, Sebab se-
ring terjadi jurnlah jaminan pokok dan jaminan tambahan
pemohon kalau dihitung adalah seimbang bahkan lebih besar
dari nilai nominal bank garansinya. Sehingga kalaupun ter
jadi wanprestasi dan kemudian timbul claim, maka bank akan
membayar dengan jalan mentransfer dana dari pemohon. Teta-
ke-rugian bila pemohon adalah nasabah bank dan dipercaya, sc-
hingga hanya memberikan sebagian jaminan saja, tetapi ter-
nyata nasabah itu wanprestasi, sehingga bank yang harus
membayarnya.
Kaldu- kita melihat dalam proses pemberian fasilitas
bank garansi, selain pemohon harus memberikan kontra ga
ransi juga diharuskan untuk memberikan jaminan tambahan,
apabila berdasarkan likwiditas bank dan bonafiditas pihak
pemohon dipandang perlu untuk itu. Disini terlihat bahwa
kewajiban bagi pemohon untuk memberikan kontra garansi
dan juga jaminan tambahan adalah tidak efektip. Sebalknya
pihak Bank Duta dalam pengaturan mengenai bank garansi ti
dak perlu menambahkan adanya jaminan tambahan dengan mak-
sud untuk lebih mengikat pemohon dalam memenuhi kewajiban
nya, Lebih tepat kiranya apabila pihak Bank Duta hanyalah
mewajibkan kepada pemohon untuk memberikan jaminan lawan
(kontra jaminan) saja.
Jadi cukup dengan memberikan jaminan lawan (kontra
jaminan) sebenarnya sudah cukup kuat untuk mengikat pihak
pemohon. Hanya saja jaminan lawan yang diminta oleh pihak
Bank Duta itu jumlahnya adalah sesuai dengan nilai nominal
bank garansi yang diminta oleh pemohon. Dengan kata lain,
bahwa ikatan tambahan yang diminta oleh Bank Duta kepada
pemohon dijadikan satu saja persyaratannya dengan pemberi
an kontra jaminan.
men-jadi lebih sederhana dan lebih cepat, sehingga pemohon da
pat segera memperoleh fasilitas bank garansi yang dibutuh-
kannya. Dan kekhawatiran bank akan resiko akhir yang nrung-
kin terjadi dapat teratasi karena semuanya sudah dijamin
dengan jaminan lawan (kontra jaminan) yang diberikan oleh
BAB III
HUBUNGAN DAN AKIBAT HUKUM
DALAM BANK GARANSI
1• Para Pihak Dalam Bank Garansi
Bank garansi yang merupakan lembaga jaminan per
orangan adalah suatu perjanjian antara seorang berpiutang
(penerima jaiainan) dengan seorang pihak ketiga (dalam hal
ini bank), yang menjamin akan membayar sejumlah uang bila
timbul wanprestasi dari si berutang (pihak terjamin/yang
dijamin). Demikian itu merupakan pengertian umum yang ada
di dalam praktek.
Bila kita melihat definisi yang diberikan oleh
ketentuan .1820 B.W. tentang penanggungan, disini di- ,
nyatakan bahwa penanggungan adalah suatu persetujuan de
ngan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan siberpi-
utang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si-
berutang manakala orang itu sendiri tidak memenuhinya.
Dari ketentuan dalam pasal 1820 B.W. ' tersebut
maka yang menjadi para pihak dalam bank garansi adalah :
- bank, yang dalam hal ini bertindak sebagai pihak pen-
jamin ;
- kreditor, yang dalam hal ini bertindak sebagai pihak
penerima jaminan ;
- pemohon atau debitor, yang dalam hal ini bertindak se
Dalam bank garansi harus dinyatakan dengan tegas
dan tidak diperbolehkan untuk dipersangkakan. Jadi harus
ada pernyataan kehendak secara tegas dari bank sebagai pi
hak penjamin. Ada nya pernyataan kehendak secara tegas da
ri bank ini adalah demi kepentingan dan perlindun^an bagi
pihak bank sendiri, seandainya terdapat hal-hal lain yang
bukan menjadi tanggung jawabnya maka bank mempunyai bukti
untuk menolaknya. Sedangkan bagi kreditor tidak
ada1keha-rusan pernyataan secara tegas dan tidak perlu pula adanya i
persetujuan mengenai bank garansi tersebut. Bagi kreditor
cukup dengan memegang surat bank garansi sebagai alat untuk
mengajukan claim (tuntutan) apabila pemohon wanprestasi
di dalam memenuhi kewajibannya.
Kalau kita lihat panal 182413 .W. yang menentukan dia-
dakannya pernyataan secara tegas ini tidaklah mengandung
arti bahwa bank garansi itu harus dibuat secara tertulis
atau harus dengan akta otentik. Bank garansi dapat juga
dengan cara lisan, hanya saja untuk memberi kepastian hu
kum maka kreditor meminta diadakan secara tertulis. Adalah
wajar apabila kreditor minta bukti tertulis sebab hal ini
bersangkut paut dengan beban pembuktian sampai sejauh mana
kesanggupan yang diberikan oleh pihak bank. Jadi arti pen-
ting dari pernyataan secara tertulis ini adalah sebagai
alat bukti dan kekuatan hukum bank garansi itu.
Untuk lebih jelasnya tentang hubungan para pihak
BANK DUTA
( penjamin )
NASABAH/DEBITOR
( terjamin )
3ura t
B^nk Garansi KREDITOR
(penerima jaminan)
Dalam skema tersebut kita dapat mengetahui bagaima
na hubungan para pihak dalam bank garansi. Disini terlihat
bahwa terdapat hubungan yang langsung antara Bank Duta de
ngan pinak pemohon (terjamin). Dari hubungan tersebut maka
terlihat bahwa bank garansi tersebut dapat dikatakan seba
gai bentuk pemberian kredit oleh pihak Bank Duta yang ter-
wujudnya bergantung pada suatu keadaan tertentu di waktu
yang akan datang. Dengan kata lain terwujudnya setelah ada
i
claim (tuntutan) dari pihak kreditor (penerima jaminan).
Sedang antara pihak Bank Duta dengan pihak penerima jamin
anta-ra bank dengan kreditor baru timbul dalam hal pihak terja
min wanprestasi atas perjanjian yang dibuatnya dengan kre
ditor. Dalam hal ini kreditor datang kepada bank dengan
menunjukkan surat bank garansi yang bersangkutan. 1
Kalau kita lihat hubungan yang terdapat antara bank
dengan kreditor maka bentuk perikatannya dapat digolongkan
ke dalam perikatan bersyarat, karena berlakunya
digantung-kan pada suatu peristiwa yang masih adigantung-kan datang dan masih
belum tentu akan terjadi, baik secara menaqgguhkan
lahir-nya perikatan sehingga terjadilahir-nya peristiwa semacam itu,
maupun secara membatalkan perikatan menurut terjadinya atau 13
tidak terjadinya peristiwa £ersebut.
Dalam bank garansi bentuk perikatan bersyaratnya.-.
adalah "perikatan bersyarat dengan suatu syarat tangguh"
dimana perikatan antara pihak' bank dengan pihak kreditor
itu lahir sejak diterbitkannya surat bank garansi oleh pi
hak bank tetapi pelaksanaan dari bank garansi itu sendiri
ditangguhkan sampai terjadi suatu peristiwa, yaitu bila
pemohon bank garansi'Wanprestasi. Jadi berlakunya perikat
an tersebut ditangguhkan sampai terjadi peristiwa itu, dan
dengan sendirinya bila peristiwa itu tidak terjadi sampai
batas waktu yang ditentukan maka perikatan itu akan hapus.
i
Yang menjadi permasalahan bagi kita adalah tidak
Subekti, Hukum Perjanjian, Cct. VII, Intermasa, Jakarta, 1983, h.
terda'patnya hubungan secara langsung antara pihak kredi
tor dengan bank. Memang kalau kita lihat sepintas lalu
maka hubungan yang terjadi selama ini sudah cukup lancar
dan sederhana. Tetapi apakah hal itu sudah cukup memadai,
dalam arti apakah pihak kreditor percaya begitu saja ten
tang kebenaran surat bank garansi itu. Dan juga bagaimana
bila ternyata terjadi pemalsuan dalam surat bank garansi
yang bersangkutan.
Sebaiknya untuk menghindari hal-hal yang tidak di-
inginkan seperti diatas, maka dalam perjanjian bank garan
si pihak kreditor juga diikutsertakan bersama-sama dengan
pihak bank dan pihak pemohon. Dengan demikian, dilibatkan-
nya pihak kreditor dalam perjanjian bank garansi akan le
bih menjamin kekuatan hukum dari berlakunya bank garansi
dan juga masing-masing pihak akan mengetahui apa yang men-
jadi hak dan kewajibannya.
Dengan’ demikian, maka dalam suatu surat bank ga-
ransi yang ikut menanda tangani bukan hanya pihak pemohon
dan pihak bank saja, tetapi pihak kreditor juga ikut me
nanda tangani surat bank garansi itu. Tentunya hal ini
akan mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan
yang mungkin timbul di kemudian hari.
2. Hak Dan Kewajiban Para Pihak
2,1. Hak Dan Kewajiban Bank Sebagai Penjamin.
Sebagaimana diketahui, bahwa dengan terbitnya su
kewajib-an bkewajib-ank untuk menkewajib-anggung pemenuhkewajib-an prestkewajib-aninya bila tcr-
nyata di kernudian hari pemohon wanprestasi torhadap per
janjian yang dibuat bersama kreditor (dalam pasal 1820
B.W.). Dengan kata lain, tujuan dan isi perjanjian bank
garansi itu adalah memberikan jaminan untuk dipenuhinya
perutangan dalam perjanjian pokok.1^ Namun perlu diingat,
bahwa kewajiban bank adalah terbatas pada apa yang ada da
lam surat bank garansi, dalam arti sebesar nilai nominal
bank garansi yang dikeluarkan oleh bank.
Meskipun bank garansi nampaknya hanya membebankan v
kewajiban-kewajiban kepada bank karena telah mengikatkan
diri untuk memenuhi prestasinya untuk kepentingan kreditor.
Namun dalam hubungan hukum tersebut ternyata juga menimbul-
kan hak-hak tertentu kepada bank yang bertindak sebagai
penjamin. Undang-undang memberikan hak-hak tertentu kepada
bank yang sifatnya memberikan perlindungan bagi si penja
min. Hak-hak bank menurut ketentuan undang-undang berupa :
1. hak untuk menuntut lebih dahulu (voorecht van uit- winning) ;
2. hak untuk membagi hutang (voorecht van schulds- splitsing) ;
3. hak untuk mengajukan tangkisan gugat (pasal '1049, 1850 K U H Perdata) ;
4. hak untuk diberhentikan dari penanggungan (karena 'terhalang melakukaD(-subrogasi akibat perbuatan ke-
salahan kreditor).
1^Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, op. cit. , h. 81,
Hak untuk menuntut lebih dahulu ini ternyata tidak
lagi dimiliki oleh pihak bank, karena dalam bank garansi
terdapat klausula yang menyatakan bahwa, "Dengan ini
me-nyatakan akan membayar uang dengan melepaskan hak
utama-nya yang oleh undang-undang diberikan kepada seorang
pen-1 6 v
jamm sesuai dengan bunyi pasal 1832 K U H Perdata."
Dalam praktek yang terjadi di Bank Duta, ternyata
tidak hanya hak untuk menuntut lebih dahulu saja yang di-
lepaskan oleh bank, tetapi juga hak untuk membagi hutang,
hak untuk mengajukan tangkisan gugat dan hak untuk diber-
hentikan dari penanggungan karena terhalang melakuk;an su-
brogasi akibat perbuatan atau kesalahan kreditor (pasal
1848 B.W. disini - menyatakan bahwa si penanggung berhak i untuk diberhentikan dari penanggungan jika karena perbu
atan si kreditor si penanggung menjadi terhalang atau ti
dak dapat lagi bertindak terhadap hak-haknya, hipotiknya,
dan hak -hak utama dari kreditor). Jadi praktis yang ada
pada bank adalah kewajiban saja karena bank sengaja mele-
paskan hak-haknya.
latar belakang pelepasan hak oleh pihak bank (da-r
lam hal ini pihak Bank Duta), karena bila hak-hak terse
but tetap dimiliki bank maka hal itu tentunya akan meru-
gikan kreditor dan bank garansi tidak akan dapat memasya-
rakat. Dengan pelepasan hak itu maka kreditor merasa le-V
bib terjamin hak-haknya dan bagi pcinohon dapat segera me-
laksanakan'kewajibannya dengan jaminan bank. Dalam prak-
tek mengenai pelepasan hak ini selalu diperjanjikan seca
ra tegas, sehingga dapat dikatakan bahwa disini terjadi
kebiasaan yang senantiasa diperjanjikan atau "bestendig
gebruiklijk beding1’ sebagaimana yang dimaksudkan dalam
pasal 1347 K U H Perdata. Sehingga bila tidak dicantumkan
janji::itu maka kebiasaan untuk mengadakan janji pelepasan
hak demikian harus dianggap diam-diam telah tercantum da-17
lam perjanjian penanggungan.
Selain dari hak-hak yang disebutkan diatas, maka «/
bank yang mempunyai-'kewajiban untuk memberi jaminan bagi
pemohon juga mempunyai hak-hak tertentu. Hak tersebut ya
itu hak regres yang merupakan hak untuk menuntut kembali
sebagai akibat tuntutan pihak kreditor kepada bank untuk
membayar sejumlah uang. Hak regres ini lebih lanjut akanv
diuraikan dalam pembahasan bab berikutnya.
2.2. Hak Dan Kewajiban Pemohon Sebagai terjamin.
Dengan diterbitkannya bank garansi oleh bank, maka
pada saat itu terjadi perjanjian penanggungan antara bank
dan pemohon. Sebagai konsekwensi dari diterbitkannya bank
garansi itu, maka pada saat itu juga lahirlah akibat-aki-
bat hukum yaitu hak-hak kewajiban-kewajiban tertentu yang
harus diperhatikan para pihak yang terlibat didalamnya.
Dalam hubungannya dengan pihak bank, pemohon mem-v
punyai hak untuk dijamin oleh bank, bilamana pemohon ti
dak dapat menyelesaikan kewajibannya terhadap kreditor.
Dan apabila ternyata pihak pemohon telah memenuhi presta-
sinya, maka bank garansi akan berakhir tanpa adanya claim
dari kreditor, sehingga dengan sendirinya pemohon berhak
untuk mengambil kembali semua jaminannya yang diberikan V
kepada bank.
Sedang yang menjadi kewajiban pemohon terhadap pi
hak bank pada umumnya telah terpenuhi pada saat pemohon
memenuhi semua persyaratan yang diminta oleh bank agar da
pat memperoleh fasilitas bank garansi, seperti menyerahkan
jaminan lawan, jaminan tambahan dan membayar provisi pada
bank. Sehingga pada saat bank garansi berlangsung pemohon
praktis hampir tidak mempunyai kewajiban terhadap bank.
Dalam hubungan antara pemohon bank garansi dengan
kreditor, maka hal ini adalah diluar perjanjian garansi,
sehingga mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajibannya ter-
gantung perjanjian yang dibuat antara pemohon dengan kre
ditor. Namun dalam praktek yang terjadi, biasanya pemohon
meminta kepada kreditor sejumlah uang (uang muka) untuk
melaksanakan kewajibannya. Dan apabila semua prestasi yang
diperjanjikan telah terpenuhi, barulah pihak kreditor me-
lunasi semua kekurangannya; Meskipun perjanjian antara pe
mohon dengan kreditor diluar bank garansi namun akibatnv-
2.3. Hak Dan Kewajiban Penerima Jaminan.
Seperti telah dijelaskan dalam pembahasan diatas?, v
maka hubungan hukum antara kreditor sebagai penerima ja
minan dengan pemohon adalah terpisah dari bank garansinya,
sehingga mengenai hak dan kewajibannya tergantung pada
perjanjian yang mereka buat sendiri. Dan biasanya kreditor
mempunyai hak yang berupa prestasi dari pemohon, dan ber-
kewajiban untuk membayar sejumlah uang kepada pemohon yang
telah melaksanakan prestasinya.
Sedang hubungannya dengan pihak bank, maka kreditor
hanyalah mempunyai hak saja, yaitu menuntut atau mengaju-
kan claim kepada bank bila ternyata pemohon wanprestasi.
Jadi meskipun' kreditor tidak terlibat langsung di dalam
bank garansi tersebut, tetapi ternyata bank garansi itu H O
justru memberikan hak kepada kreditor.
Demi kepastian hukum dan kekuatan berlakunya bank
garansi, seharusnya pihak kreditor juga dilibatkan secara
langsung. Seperti dalam pembahasan sebelumnya, hal ini per-
lu dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diingin-
kan. Dengan demikian berlakunya bank garansi itu memang
menjadi kehendak dari semua pihak yang terlibat didalamnya.
1 ft
■BERAKHIRNYA BANK GARANSI BAN AKIBAT
YANG DITIMBULKANNYA
1. Pemenuhan Prestasl
Dalam surat bank garansi yang dikeluarkan pihak
bank dengan jelas dicantumkan mengenai batar, waktu herla-
kunya bank garansi. Bank garansi sendiri berakhirnya da
pat disebabkan oleh karena adanya claim dari kreditor se
bagai akibat wanprestasinya pemohon, selain itu bank ga
ransi juga dapat berakhir tanpa adanya claim dari kredi
tor.
Dalam hal bank garansi berakhir tanpa adanya claim
dari kreditor, menunjukkan bahwa prestasi yang harus
di-laksanakan oleh pemohon dalam perjanjian. pokoknya telah
dipenuhinya. Dapat juga karena satu dan lain hal tidak
ja-di ja-dipergunakan atau karena kelalaian dari pihak kreja-ditor
sehingga terlambat mengajukan claim, maka bank garansi
tidak lagi mengikat. bank. Berarti bank garansi tersebut
telah dapat diselesaikan dengan wajar oleh yang
bersang-kutan (antara pemohon dengan kreditor), maka hal ini harus
dibuktikan'dengan diterimanya kembali surat bank garansi
i
oleh pihak bank.
Adakalanya surat bank garansi yang asli tidak da
pat diserahkan kepada bank, misalnya karena hilang atau
rusak, untuk itu sebagai penggantinya harus ada surat pern-B A pern-B I V
beritahuan ataupun penegasan dari pihak kreditor bahwa
bank garansi tersebut telah selesai dan dengan sendirinya
tidak berlaku lagi,
Seperti telah dijelaskan terdahulu, bank garansi itu
sendiri merupakan perjanjian ikutan (accessoir). Sehingga
berakhirnya bank garansi adalh mengikuti perjanjian pokok-
nya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa berakhirnya
bank garansi adalah sebagaimana yang ditetapkan dalam su
rat bank garansi yang bersangkutan. Hal ini dapat kita li-
hat dalam ketentuan pasal 1821 B.W. tersebut. yang menyata-
kan bahwa tiada suatu penanggungan jika tidak ada suatu
perikatan pokok yang sah. Dari ketentuan itu jelas terlihat
sifat accessoir dari bank garansi, yaitu mengikuti perjan
jian pokoknya.
Bank garansi dapat juga berakhir tanpa adanya claim
(tuntutan) kepada pihak bank karena terdapat kesepakatan
antara pemohon dengan kreditor, tetapi bila hal ini terja-
di maka harus dipenuhi syarat sebagai berikut : '
1. Bank garansi yang telah selesai tersebut, maka surat i bank garansi yang asli harus diserahkan kepada bank ;
2. adanya penegasan dari pihak kreditor mengenai kesepa -
): katan tersebut kepada bank ;
3. pemindah bukuan dana cadangan ke rekening pemohon pada
bank ;
4. menghapuskan pos pengeluaran dan kewajiban bank garan
5. mengembalikan surat-surat jaminan lawan sepengetahuan
Bagian Hukum/Pengawasan Kredit.^
Apabila terjadi wanprestasi oleh pemohon dalam me
menuhi prestasinya, namun ternyata sampai batas waktu pe-
ngajuan claim seperti yang tertulis dalam surat garansi
bank, pihak kreditor tidak mengajukan claim secara tertu
lis kepada bank. Sehingga dengan demikian secara mutlak
bank garansi itu tidak berlaku/mengikat bank.
Dalam praktek pemberian fasilitas bank garansi,
maka pihak bank dalam hal ini ternyata tetap melakukan
pengawasan selama berlakunya bank garansi tersebut. Mak
sud dari pengawasan atas setiap fasilitas bank garansi
yang dikeluarkan tidak lain karena bank garansi ini sangat
menentukan sekali dan bahkan untuk pengawasannya harus le
bih ketat dari pemberian fasilitas perkreditan. Seperti
diketahui bahwa bila terjadi pengajuan claim dari kreditor
maka bank akan mengeluarkan dana yang tidak terduga sebe-
lumnya, sedangkan sasaran pemberian fasilitas bank garan
si yang memenuhi harapan bank adalah penyelesaian bank
garansi yang terjadi tanpa pengajuan claim oleh kreditor.
Menyadari kemungkinan timbulnya resiko yang cukup
tinggi dari pemberian fasilitas bank garansi itulah dia-
dakan pengawasan yang ketat. Minimal mengurangi beban
na atau dengan kata lain pihak bank hanya sekedar menutpi nya sesuai dengan termyn (waktu) yang ditetapkan pada kontrak/transaksi.
telitinya pihak bank dalam melakukan pengawasan tcrhadap
berlakunya bank garansi. Terutama hal ini untuk tetap men-
jaga likwiditas dari bank dan juga sebagai upaya preven-
tif (pencegahan) atas kemungkinan pengajuan claim oleh pi
hak kreditor sebagai akibat wanprestasinya pemohon. Dengan
demikian bank akan terhindar dari beban pengeluaran dana
yang tidak terduga dan sasaran pemberian fasilitas bank
garansi oleh pihak bank akan dapat berjalan dengan sukses,
yaitu berakhirnya bank garansi tanpa adanya pengajuan tun-
tutan dari pihak kreditor.
2. Claim Sebagai Akibat T e r j a m i n Wanprestasi
2.1. Tindakan Bank Untuk Mengatasi Masalah Yang Timbul.
Sebagai bentuk perjanjian penanggungan, m a k a bank
» '• *
garansi tentunya mempunyai resiko terjadinya claim,yang
• > i i
diajukan Qleh pihak kreditor. Hal ini karena pihak bank ♦
telah menyatakan kesanggupannya untuk membayar sejumlah
uang kepada pihak kreditor apabila pemohon (terjamin) ter
nyata wanprestasi terhadap perjanjian yang telah dibuat
bersama dengan kreditor.
Apabila terjadi wanprestasi dan pihak kreditor me-
minta pembayaran kepada pihak bank dengan jalan mengajukan
permintaan secara tertulis dengan disertai surat bank
ga-( .
ransi yang bersangkutan. Pengajuan tersebut harus memper-
hatikan tenggang waktu yang terdapat dalam surat bank ga
ransi itu sendiri. Dengan sendirinya pihak kreditor haru3
yang dilakukan pemohon sesuai dengan apa yang telah dise-
pakati para pihak di dalam perjanjiannya.
Dalam proses pembayaran claim oleh pihak bank ter-
hadap pengajuan claim dari pihak kreditor, maka sep^injang
pemohon telah menyediakan dananya pada bank dengan jumlah
yang sesuai dengan nilai nominal bank garansi yang llimin-
ta, atau dengan kata lain telah menyetor jaminan lawan
yang berupa uang tunai yang besarnya sama dengan bank ga
ransi yang bersangkutan, dimana penyetorannya dapat, dila
kukan oleh pemohon baik dengan cicilan maupun sekaligus
disetorkan pada saat bank garansi akan jatuh tempo. Dalam
hal ini pihak bank tidak mengalami kerepotan, sehingga
tinggal mentransfer/memindahkan uang jaminan tersebut ke
pada pihak kreditor, serta sekaligus meminta kembali surat
bank garansi yang dipegang oleh pihak kreditor.
Yang menjadi masalah adalah apabila pemohon belum
menyetorkan dana/uang jaminan baik seluruhnya maupun se-
bagian kepada bank, sehingga disini pihak bank dibebani
risiko waktu, yaitu jatuh temponya masa berlaku bank ga
ransi. Tindakan bank untuk mengatasi masalah tersebut ada
lah sebagai berikut :
2. Segsra disaat claim diterirna, dilaksanakan lagi pe- litian sempurna apakah. jumla h claim tersebut sudah benar adanya dan apakah ada syarat-syaratjSer jan jian perjanjian yang tidak dipenuhi pihak penerima ja minan dan dalam proses ini Account Officer telah mengikut sertakan Bangian Hukum/Pengav/asan Kredit. Dalam hal ini diusahakan juga mcnunda dulu penca-
irah Bank Garansi sepanjang dimintakan pihak yang dijamin dan disetujui pihak penerima jaminan (semua-* nya; tertulis), sehingga Bank Duta punya kesempatan lagi untuk ikut memforsir cumber dana/penetoran pi hak yang dijamin.
3. Sebelum Bank Garansi tersebut tcrpaksa dicairkan, dilakukan pengawasan physik dan kesempurnaan surat- surat/pcngikatan jaminan kalau masih diperlukan, sehingga apabila diperlukan barang-barang jaminan tersebut telah dapat pula dijual segera, jika rne- mang tidak terlihat kemungkinan penyetoran tunai sampai jangka waktu satu 'bulan semenjak Bank Garan si dicairkan.
4. Pencairan Bank Garansi dapat dilaksanakan setelah penyelesaian syarat-syarat pengikatan sempurna dan selanjutnya diperlukan ketentuan-ketentuan pada per- kreditan, formulir-formulir kontrak perkreditan da pat saja ditanda tangani dulu disaat pemberian Bank Garansi tapi harus dihindarkan kemungkinan penafsir-
6. Dalam hal ini apabila kemungkinan dari pihakI yang
sebagai akibat adanya pengajuan claim dari kreditor. Nainun
seandainya tetap terjadi claim sehingga pihak bank:.harus
mencairkan dana, maka hal ini benar-benar merupakan jalan
akhir yang harus ditempuh. Sebagaimana dijelaskan sebelum-
nya bahwa pencairan bank garansi ini dapat mempengaruhi
likwiditas Bank Duta apalagi bila volumenya besar karena
bersifat pemberian kredit yang tidak direncanakan sebelum-
nya, sehingga dilakukan tindakan-tindakan yang .sangat ce'r-
mat dan teliti sekali oleh pihak bank.
Dalam hal pihak bank telah membayar kepada kreditor
sejumlah uang sebesar nilai bank garansi yang tertulis,
maka disini pihak bank akan menggantikan hak-hak kreditor
untuk menuntut kembali haknya atas prestasi yang telah di-
lakukannya. Hak menuntut kembali ini lazimnya disebut hak
regres, yang merupakan hak yang timbul karena undang-undang.
Hak regres yang dimiliki oleh penanggung (bank) da
pat kita bedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. si penanggung mempunyai hak menuntut kembali yang meru
pakan haknya sendiri terhadap debitor (pemohon), hal
ini dapat kita lihat di dalam ketentuan pasal 1839 B.W.
Terlihat disini bank mempunyai hak untuk menuntut kemba
li tidak hanya mengenai hutang yang telah dibayarnya,
melainkan juga berhak menuntut kerugian yang timbul ka
rena akibat penjualan ataupun uitwinning terhadap barang
si penanggung, yang dalam perbankan adalah pencairan da
2. si penanggung yang telah membayar itu karena hukum (van
rechtswege) bertindak monggantikan kedudukan kreditor
mengenai hak-haknya terhadap debitor. Hak inilah yang
disebut hak subrogasi, yang dalam pasal 1840 . B.W. di —
sini dinyatakan bahwa si penanggung yang telah memba
yar menggantikan karena hukum segala hak si berpiutang
terhadap si berhutang. Disini penanggung memperoleh
hak-hak kreditor terhadap si berhutang, termasuk
jamin-an-jaminan accessoir yang melekat pada hak kreditor yang 2 2
digantikannya.
Terhadap kedua macam hak regres ini pihak bank dapat
melaksanakan^bersama-sama. Hanya saja kalau dilihat maka
hak subrogasi sifatnya lebih praktis karena pihak bank mem-
peroleh hak-hak jaminan dari kreditor yang berpindah kepada
penanggung. Sedang pada hak regres yang merupakan haknya
sendiri, maka penanggung hanya mempunyai hak untuk menuntut
pembayaran. hutang yang telah dibayarnya. kepada kreditor,
namun hak ini dimiliki bank bersama-sama kreditur lain.
Dalam praktek yang terjadi di Bank Duta, apabila pe
mohon wanprestasi dan pihak kreditor mengajukan claim kepa
da bank, maka dengan sendirinya bank akan mcmbayarnya. Pem
bayaran oleh bank ini diambilkan dari jaminan lawan/dana
cadangan pemohon yang jumlahnya sebesar nilai nomina bank
garansinya, sehingga disini pihak bank hanya mentransfer/
Sri Soedewi Masjchoen Solwan, op. cit. , h. 100.
memindahkan dana tersebut kepada kreditor. Tetapi bila pe
mohon belum menyetorkan dana kepada bank baik seluruh atau
sebagian, maka bank akan mencairkan dananya sendiri dan
ini berarti mempengaruhi likwiditas bank. Dengan kata lain
bank terpaksa mencairkan bank garansi tersebut dengan dana
bank sendiri. Namun perlu diingat bahwa pengajuan claim
tersebut harus memperhatikan tenggang waktu yang telah di-
tentukan di dalam bank garansi, yaitu 14 (empat belas) ha-
ri sejak jatuh tempo dan pihak bank akan membayarnya 30
(tiga puluh) hari sejak claim dari kreditor diterirna.
Selanjutnya dalam hal pemohon tidak dapat memenuhi
pembayaran sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan, ma
ka fasilitas bank garansi yang diberikan oleh bank akan
berubah menjadi fasilitas kredit biasa. Hal ini dapat kita
lihat dalam formulir perjanjian kredit dari Bank duta,
Bilamana Bank Garansi karena sesuatu sebab di claim untuk minta dicairkan oleh pihak ketiga (Pemegang Bank Garansi), maka debitor harus berusaha semaksimal mung- kin paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari terhi- tung sejak tanggal pemberitahuan bank untuk membayar kepada bank sejumlah uang yang di claim tersebut;.
Bilamana debitor tidak dapat memenuhi pembayaran terce- but, bank akan melakukan pembayaran kepada pihak ketiga maka pada saat itu pula debitor berhutang kepada bank
sejumlah uang yang dibayar oleh bank kepada pihak keti ga, ka renanya fasilitas ini berubah men.jadi fasilitas kredit (garis bawah dari penulis). Pada saat mana ke- tentuan-ketentuan fasilitas kredit ... berlaku terhadap fasilitas tersebut.'**
Dengan berubahnya fasilitas bank garansi menjadi
21
fasilitas kredit, maka jaminan lawan yang bukan berupa
uang tunai yang diserahkan oleh pemohon kepada pihak bank
akan juga mengalami perubahan, yaitu dari jaminan lawan
dalam bank garansi menjadi jaminan untuk pemberian fasi
litas kredit. Setelah berubah menjadi fasilitas kredit
yang dengan sendirinya tunduk pada ketentuan perkreditan,
maka bila pemohon tidak dapat memenuhi pembayaran hutang-
kepada bank berdasarkan pemberian fasilitas kredit terse
but, bank dapat menjual (melelang) barang-barang yang men
jadi jaminan terhadap fasilitas kredit yang diberikannya
kepada pemohon.
Kalau kita melihat uraian-uraian sebelumnya, maka
terlihat bahwa dalam hal pihak pemohon melakukan wanpres
tasi sehingga pihak kreditor mengajukan claim kepada bank
untuk menuntut sejumlah uang sebagaimana tertulis dalam
bank garansi yang bersangkutan. Disini bila pemohon tidak
dapat meny^diakan dana untuk pembayaran claim, maka bank
yang akan membayarnya, dan pada saat itu pula bank garan
si akan berubah menjadi fasilitas kredit biasa. Dengan
demikian jaminan lawan dalam bank garansi berubah menjadi
jaminan kredit, dan menjadi tanggungan bila pemohon tidak
dapat membayar hutangnya. Jadi perubahan tersebut tidak
lain agar pemohon tetap terikat dengan kewajibannya ter
hadap bank, sehingga bila pemohon tetap tidak dapat mem
bayarnya maka barang jaminan itulah yang akan dipakai
BAB V
P E N U T U P
1 • Kesimpulan
a. Dalam praktek pemberian fasilitas bank garansi oleh pi
hak Bank Duta Cabang Surabaya, nampaknya kurang meme
nuhi unsur kesepakatan dalam ketentuan pasal 1320 B.W.
Hal ini dapat kita lihat dalam formulir persyaratannya
yang sudah standart/baku yang dikeluarkan oleh pihak
Bank Duta. Sehingga pemohon hanya menyetujui saja per-
syaratan tersebut dengan maksud agar secepatnya memper
oleh fasilitas bank garansi yang dibutuhkannya.
b. Pihak Bank Duta dalam memberikan fasilitas bank garan
si, selain meminta jaminan lawan (kontra garansi) atau
dalam istilah perbankan disebut dana cadangan, maka pi
hak bank juga meminta disediakan jaminan tambahan. Ke
tentuan ini tidak lain untuk lebih mengikat pemohon
dalam memenuhi kewajibannya terhadap kreditor, sehingga
bank tidak perlu mencairkan dana untuk itu.
c. Dalam surat bank garansi yang dikeluarkan oleh pihak
Bank Duta disitu terdapat nama bank penjamin, nama pe
mohon dan juga nama kreditor sej-bagai pihak penerima ja-
minan. Namun ternyata antara pihak bank dengan pihak
kreditor tidak ada hubungan secara langsung. Dalam arti
pihak kreditor tidak ikut serta menanda tangani perjan
d. Apabila bank garansi telah selesai/berakhir karena ada
nya claim dari pihak kreditor dan pihak bank yang mem
bayar dengan dananya sendiri, ma ka pihak bank selanjut
nya akan memperingatkan pemohon untuk membayar kepada
bank. Dan bila sampai batas waktu yang ditentukan juga
belum membayarnya, disini bank garansi tersebut akan
berubah menjadi fasilitas kredit biasa.
2. Saran
a. Persyaratan yang ditentukan pihak Bank Duta dalam
for-mulir persyaratannya hendaknya tetap memperhatikan kon-i
disi dan kebutuhan yang mendesak dari pemohon. Untuk
itu perlu keluwesan pihak bank dalam memberikan fasili
tas bank garansi, meskipun formulir persyaratannya su
dah baku, bentuknya.
b. Sebaiknya pihak bank tidak perlu meminta jaminan tambah-
an kepada pemohon, tetapi .tcukup meminta jaminan lawan
(kontra garansi) saja. Dengan kata lain jaminan tambahan
tersebut dijadikan satu dengan jaminan .lawan. Dengan de
mikian persyaratan yang harus dipenuhi pemohon tidak be-
gitu banyak dan prosedurnya cukup sederhana.
c. Dalam pemberian/penerbitan surat bank garansi sebaiknya
pihak kreditor (penerima jaminan) ikut serta secara
langsung, yaitu ikut serta menanda tangani surat bank
garansi yang bersangkutan. Hal ini untuk lebih nicrijamln
keterikatannya^ dan juga sebagai alat bukti yang kuat.
hal-hal yang tidak diinginkan dapat dihindari.
d. Apabila terjadi claim sebagai akibat v/anprestasinya pe
mohon, dan pemohon tidak dapat membayarnya, nehingga
pihak bank yang harus membayarnya. Dalam hal ini maka
terjadi perubahan bentuk dari faoilitan bank garansi
menjadi fanilitas perkreditan biasa. Disini perlu di-
perhatikan kewenangan bank untuk menjual barang jaminan
baik dimuka umum ataupun dibawah tan^aru Kcwenangan
ini harus benar-benar dapat dilaksanakan cebagaimana
mestinya dengan tetap memperhatihan hak pemohon atas
DAFTAR BACAAN
Achmad Anwari, Bank Rekan Torpercaya Dalam Usaha And a , Cet.II, Balai Aksara, Jakar ta, T984.
Bank Duta, Memorandum Direktur Utama Bank Duta.
Huyasro-Achmad Anwari, Garansi Bank Men.jamin Borhasllnya Usaha And a , Cet. II, 'Balai Aksara, Jakarta, 1984 .
Kartono, Hak-Hak Jaminan Kredit. Cet. II, Pradnya Para- mita, Jakarta, 1977.
Mgs. Edy Putra Tje'Aman, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, Cet. I, Liberty, Yogyakarta ,”T98£"!
R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan, Hukum Perikatan, Cet. II, Bina Ilmu, Surabaya, 1904.
R. Subekti, Jaminan-Jaminan Untuk pemberian kredit Menurut Hukum Indonesia, Cet. il'1'7 inAlumni , Bandung , 1906 .
_________ , Aneka Perjanjian, Cet. VII, Alumni, Bandung, 1985.
I
_________ , Hukum Perjanjian, Cet. VII, Intermasa, Jakarta 1993.
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, IC.Ltab Und ang-undang Hukum Perd ata , Cet. XIII, Pradnya Par am rf; a, Jakarta, 1980