KETERSEDIAAN DAN SERAPAN FOSFOR PADA JAGUNG
MANIS (
Zea mays saccarata sturt
) AKIBAT PEMBERIAN
BOKASHI SERESAH JAGUNG DAN FUNGI MIKORIZA
ARBUSKULA PADA ENTISOLS SIDERA
USULAN PENELITIAN
MOH. RIZQI CHALDUN TOANA
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
ii
KETERSEDIAAN DAN SERAPAN FOSFOR JAGUNG MANIS
(
Zea mays saccarata sturt
) AKIBAT PEMBERIAN BOKASHI
SERESAH JAGUNG DAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA
PADA ENTISOLS SIDERA
USULAN PENELITIAN
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian
Universitas Tadulako
Oleh
MOH. RIZQI CHALDUN TOANA
E 281 09 008
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
iii
PENGESAHAN
Judul : Ketersediaan dan Serapan Fosfor Jagung Manis (Zea mays
saccarata strut) Akibat Pemberian Bokashi Seresah Jagung dan Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Entisols Sidera
Nama : Moh. Rizqi C. Toana
Stambuk : E 281 09 008
Program Studi : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
Universitas : Tadulako
Palu, Februari 2013
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Dr. Ir. Yosep Soge Pata’dungan MP.
NIP. 19590717 198503 1 002
Pembimbing Anggota
Ir. Uswah Hasanah M. Agr. Sc., Ph.D NIP. 19650815 198903 2 001
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji dan syukur tak
henti-hentinya kita ucapkan kepada sang Maha Pencipta, Maha Pengasih, Maha
Penyayang, Maha Pemberi Rezeki, dan yang Maha memberi Nikmat yang tak
dapat terhitung jumlahnya walau ranting pohon dijadikan penanya daun sebagai
kertasnya serta lautan sebagai tintanya, tak dapat menuliskan miliaran kenikmatan
yang telah Dia berikan pada mahkluk-mahkluknya. Berkat pertolonganNya dan
petunjukNya Sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Usulan Penelitian
yang disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pa
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.
Salawat terangkaikan salam dan do’a senantiasa kita kirimkan kepada
Baginda Rasulullah kekasih Allah, Rahmatan lil Alamin, nabi Muhammad SAW.
Nabi penutup mata rantai kenabian, bapak revolusioner pemimpin terbaik umat
manusia, penebar kasih dan damai, dan berhasil menaklukkan 2/3 belahan bumi
dalam kurun waktu 23 tahun. Semoga apa yang engkau wariskan (Al-Qur’an dan
As-sunnah) menjadi pegangan hidup kami hingga akhir zaman.
Kami mengangkat judul ini, untuk memberikan informasi kepada
rekan-rekan mahasiswa, bapak ibu Dosen, petani, peneliti dan petani tentang
ketersediaan unsur P pada tanah Entisols akibat pemberian bokasi seresah jagung
dan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan serapannya pada tanaman Jagung..
Dalam penyusunan Laporan usulan penelitian ini terdapat banyak kekurangan
v yang membangun agar kiranya kedepan penyusun dapat lebih mnyempurnakan
hasil-hasil karya tulisnya.
Tak lupa kami ucapan terima kasih kami kirimkan kepada :
Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah memberi karunia dan
petunjuk kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan Laporan usulan
Penelitian.
Kepada Rektor Universitas Tadulako bapak Prof. Dr. Ir Muh. Basir Cio,
M.Si.
Kepada Dekan Fakultas Pertanian bapak Prof. Dr. Ir. H. Alam Anshary,
M.Si.
Kepada Wakil Dekan Bidang Akademik bapak Dr. Ir. Saka Samuddin
M.P.
Kepada Wakil Dekan Bidang Kepegawaian dan Kuangan ibu Ir. Uswah
Hasanah M. Agr. Sc., Ph.D yang sekaligus menjadi pembimbing kami
dalam melaksanakan penelitian ini.
Kepada Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Dr. Ir. Iskandar M.
Lapanjang MP.
Kepada Ketua Jurusan Budidaya Pertanian bapak Dr. Ir Nur Hamid M.Si
Kepada Ketua Program Studi Agroteknologi ibu Dr. Ir. Muhardi MP
Kepada Dosen Pembimbing utama Penelitian kami bapak Dr. Ir. Yosep
Soge Pata’dungan M.P., yang telah bersedia menjadi pembimbing
vi berikan dapat bermanfaat dan mendapat balsan yang lebih baik dari yang
maha luas ilmuNya.
Kepada dosen wali kami Dr. Sahabuddin MP. Yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada kami.
Kepada Bapak Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu-ilmu yang sangat
bermanfaat yang tak dapat kami sebutkan satu per satu nama-namanya.
Kepada seluruh pegawai dan staf administrasi Fakultas Pertanian yang
telah banyak membantu dalam proses adminitrasi dan memperlancar
kegiatan Akademik di Fakultas Pertanian
Kepada sahabat-sahabat saya Alan, Rirhy, Ita, Umank, Buyung, Itrah,
Adank, Anca, Ruli, Sukma, Rhya, Ibe, Agung, Handri, Anca dan
lain-lain yang tak bisa disebutkan satu per satu namanya yang saling
mendukung dalam keadaan suka dan duka, semoga kalian sukses dan
bahagia selalu, terkhusus kepada Zein Lihawa yang selalu memberi
motivasi dan dukungan.
Terakhir kepada kedua Orang tua saya yang telah berkorban dan sangat
berjasa memberikan bimbingan, arahan serta motivasi belajar hingga
penyusun dapat melanjutkan studi ke perguruan tinggi sampai saat ini.
Every body Thanks.. And Thanks Mom, Thanks Dad..
Akhir kata, semoga apa yang kita lakukan bernilai ibadah disisiNya dan juga
semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
vii 2.2.1 Serapan F osfor Oleh Tanaman... 2.2.2 Fungsi Fosfor Pada Tanaman... 2.2.3 Fiksasi Fosfor... 2.3 Bokashi... 2.4 Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)...
2.5 Syarat Tumbuh Jagung Manis (Zea mays saccarata sturt)...
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kombinasi perlakuan Fungi Mikorza Arbuskula dan Bokashi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesuburan tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan hasil
pertanian. Rendahnya status kesuburan tanah menjadi ancaman kemungkinan
gagalnya usaha tani masyarakat. Salah satu jenis tanah yang memiliki kendala
dalam hal kesuburan tanah maupun produktivitasnya yaitu Entisols.
Young (1980) menjelaskan Entisols merupakan tanah-tanah yang belum
berkembang dengan sifat fisik dan kimia yang kurang menguntungkan.
Sifat-sifat tersebut antara lain kapasitas menahan air maupun hara rendah, rentan
terhadap erosi, kapasitas tukar kation (KTK) rendah, serta kandungan liat rendah.
Lembah Palu didominasi oleh Entisols dengan kondisi iklim kering.
Pertumbuhan tanaman pada Entisols terhambat karena keterbatasan fosfor dan
hilangnya nitrogen dari dalam tanah karena penguapan. Hal ini disebabkan oleh
karakteristik Entisols yang terbentuk dimana sifat tanah Alluvial dipengaruhi
langsung oleh sumber bahan asal sehingga kesuburannya pun ditentukan sifat
bahan asalnya. (Basir, 1994).
Darmawijaya (1992) menambahkan, pada Entisols yang diusahakan secara
intensif untuk budidaya pertanian mempunyai kadar unsur hara esensial yang
rendah terutama unsur hara nitrogen (N), sedangkan fosfor (P), dan kalium (K)
cukup namun belum tersedia bagi tanaman, sehingga perlu penambahan unsur
hara melalui pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah dan diharapkan dapat mencukupi
2
Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi permasalahan pada
Entisols adalah dengan pemberian bahan organik. Hasil dekomposisi dari bahan
organik dapat menyumbangkan sejumlah unsur kedalam tanah yang tersedia bagi
tanaman seperti N, P, K, S, Ca, Mg dan unsur-unsur lainnya(Stevenson 1994).
Menurut Kurnia (2004) Bahan organik berperan penting untuk menciptakan
kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah yaitu dapat merubah sifat
fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Salah satu fungsi bahan organik dalam
merubah sifat fisik tanah adalah pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat
penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Fungsi bahan organik
dalam merubah sifat kimia tanah yaitu dapat menaikkan ketersediaan P salah
satunya dengan menaikan jumlah mineralisasi P organik menjadi P anorganik.
P diambil tanaman dalam bentuk HPO42− dan H2PO4−. Unsur P merupakan anion
yang memiliki mobilitas dan ketersedian yang rendah di dalam tanah. Sumber P
dalam tanah diantaranya adalah apatit, sisa tanaman dan binatang yang telah mati.
Mikroorganisme menguraikan sisa tanaman yang mengandung P dan
menghasilkan P organik yang mengalami mineralisasi.
Selain itu upaya lain yang dapat dilakukan dalam menaggulangi
permasalahan pada tanah Entisols adalah dengan penggunaan pupuk hayati atau
“biofertilizers”. Biofertilizer adalah jenis pupuk yang mengandung mikro
organisme tanah yang ramah lingkungan (Sinwin, 2012). Salah satu jenis mikro
organisme yang saat ini mendapat banyak mendapat perhatian adalah Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) yang dapat digunakan dan efektif dalam memenuhi
3
merupakan suatu hubungan simbiosis mutualisme antara jamur (mykes) dan akar
(rhiza) tanaman tingkat tinggi (Bethlenfalvay et al., 1991; Sieverding, 1991
dalam Sinwin 2012).
Funigi Mikoriza Arbuskula (FMA) berperan dalam meningkatkan serapan
hara oleh tanaman, utamanya unsur hara P. Musfal (2008) dan Kabirun (2002)
dalam Musfal (2010), melaporkan bahwa tanaman yang terinfeksi FMA mampu
menyerap unsur P yang lebih tinggi dibandingkan tanaman yang tidak terinfeksi.
Tingginya serapan P oleh tanaman yang terinfeksi FMA disebabkan hifa FMA
mengeluarkan enzim fosfatase sehingga P yang terikat di dalam tanah akan
terlarut dan tersedia bagitanaman. Sehingga Sifat Entisols yang memiliki kendala
dalam hal kesuburan tanah diharapkan apabila menggunakan kombinasi antara
pupuk organik dan pupuk hayati dapat merubah sifat tanah tersebut yang tadinya
kurang subur menjadi lebih subur bagi lahan pertanian yang digunakan secara
intensif.
Dari uraian latar belakang diatas, maka perlunya diadakan penelitian
mengenai Ketersediaan Dan Serapan Fosfor Tanaman Jagung Manis (Zea mays)
Akibat Pemberian Bokashi Seresah Jagung dan Fungi Mikoriza Arbuskula
4
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
1. Menentukan dosis yang tepat Bokashi seresah jagung dalam
meningkatkan ketersediaan unsur P pada Entisols Sidera.
2. Mengetahui pengaruh Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) terhadap serapan
P pada tanaman Jagung manis (Zea mays).
3. Mengetahui interaksi yang terjadi anatara Bokashi dan Fungi Mikoriza
Arbuskula (FMA).
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang solusi
dalam menangani permasalahan pada tanah Entisols dengan menggunakan
teknologi yang ramah lingkungan, juga sebagai referensi atau acuan dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Entisol
Entisols merupakan tanah yang baru berkembang dimana sifat-sifatnya
sebagian besar ditentukan oleh bahan induk. Maka secara umum dapat dikatakan
bahwa Entisols mempunyai potensi terabatas untuk dikembangkan dalam bidang
pertanian (Munir, 1996).
Entisols merupakan tanah-tanah yang cenderung menjadi tanah asal yang
baru yang dicirikan tanpa horizon genetik penciri atau hanya mempunyai
horizon-horizon permulaan. Entisols biasanya dicirikan dengan stratifikasi tekstur
dihubungkan dengan laju dimana air mengendapkan alluvium dan cenderung
bertekstur kasar didekat arus air dan berteskstur halus didekat tepi-tepi luar dari
dataran banjir (Foth, 1995)
Soil Survey Staff (1998) memilahkan Entisols menjadi 5 Sub ordo, yaitu
Aquents, Arents, Flufents, Orthents, dan Psamments. Sifat fisik Entisols sebagian
besar tidak baik. Umumnya penghambat utama tanah ini adalah sifat fisik disertai
kurangnya air. Entisols mempunyai kadar lempung dan bahan organik rendah,
sehingga daya menahan airnya rendah struktur remah sampai berbutir dan sangat
sarang, hal ini menyebabkan tanah tersebut mudah melewatkan air dan air mudah
hilang karena perkolasi. Karena kandungan bahan orgniknya rendah maka usaha
untuk memoperbaiki sifat fisik dan kimia tanah ini adalah dengan menambahkan
bahan organik, sehingga sifat fisik dan kimia tanah dapat diperbaiki dengan fungsi
6
Entisols lembah Palu terbentuk dibawah pengaruh iklim kering dengan bahan
induk yang didominasi mineral kuarsa yang sangat resisten terhadap perlakuan.
Iklim kering menyebabkan pelapukan dan reaksi-reaksi kimia dalam tanah
berlangsung sangat lambat, keadaan ini diperburuk dengan bahan induk yang
resisten terhadap pelapukan sehingga air meresap kedalam tanah dan reaksi-reaksi
kimia tidak dapat berjalan dengan baik (Thaha, 1996).
2.2 Ketersediaan Fosfor
Fosfor (P) merupakan unsur yang diperlukan dalam jumlah besar (hara
makro). Jumlah P dalam tanaman lebih kecil dibandingkan dengan nitrogen dan
kalium. Tetapi, P dianggap sebagai kunci kehidupan (Key Of Life). P dalam tanah
yang diserap tanaman dalam bentuk ion H2PO4− dan HPO42−. Ion tersebut tidak
diikat oleh lempung ataupun koloid organik karena muatannya sama
(Rosmarkam, 2002).
Rosmarkam (2002), menjelaskan umumnya P sukar tercuci oleh air hujan
ataupun air pengairan. Hal ini diduga desebabkan karena P bereaksi dengan ion
lain dan membentuk senyawa yang tingkat kelarutannya berkurang, sehingga
menjadi senyawa yang tidak mudah tercuci. Bahkan mungkin sebagian menjadi
ion yang tidak tersedia bagi tanaman atau terfiksasi oleh senyawa lain. P dalam
tanah dapat digolongkan menjadi P-organik dan P-anorganik. P-organik berasal
dari humus atau bahan organik lain yang mengalami dekomposisi dan melepaskan
P kedalam larutan tanah. Senyawa anorganik terdapat dalam berbagai ikatan
dengan Al, Fe, Ca, dan Mn. Senyawa tersebut hanya sedikit larut dalam air.
7
phitin, dan inositol phsopat. Lebih lanjut Ia menjelaskan unsur P tersebut dapat
dengan mudah diubah atau didekomposisi oleh mikrobia.
Anggaria (2010) menjelaskan, penambahan bahan organik ke dalam tanah
dapat meningkatkan kualitas tanah, nutrisi lebih optimal dan efisiensi air. Bahan
organik dalam tanah menaikkan ketersediaan P salah satunya dengan menaikan
jumlah mineralisasi P organik menjadi P anorganik. Unsur P diambil tanaman
dalam bentuk H2PO4− dan HPO42− (orthophosphate) tergantung pH tanah.
P merupakan anion yang memiliki mobilitas dan ketersedian yang rendah di
dalam tanah. Sumber P dalam tanah diantaranya adalah apatit, sisa tanaman dan
binatang yang telah mati. Mikroorganisme menguraikan sisa tanaman yang
mengandung P dan menghasilkan P organik yang mengalami mineralisasi. Secara
umum, mineralisasi dan imobilisasi P sama dengan N yang terjadi secara
berkesinambungan di dalam tanah seperti berikut.
mineralisasi
P organik P anorganik (H2PO4− dan HPO42−)
Imobilisasi
P-tersedia dalam tanah dalam bentuk anion H2PO4− dan HPO42−.
Perbandingan dua skala ini sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Pada pH 5.0,
hampir tidak ditemukan HPO42− dan pada pH 9.0 tidak terdapat H2PO4−
Sementara itu pada pH anatara 6,5 sampai 7,0 perbandingan keduanya relatif
8
2.2.1 Serapan Fosfor oleh Tanaman
Unsur P diserap tanaman dalam bentuk ion orthofosfat primer (H2PO4−) dan
ion orthofosfat sekunder (HPO42−). Proporsi penyerapan kedua ion ini dipengaruhi
pH area perakaran tanaman. Pada pH lebih rendah, tanaman lebih banyak
menyerap ion orthofosfat primer, tetapi Pada pH yang lebih tinggi ion orthofosfat
sekunder yang lebih banyak diserap tanaman. Bentuk P lain yang diserap tanaman
adalah pirofosfat dan metafosfat, dan P-organik hasil dekomposisi bahan organik
seperti fosfolipid, asam nukleat dan phytin (Hanafiah, 2005)
Penyerapan unsur P dalam sel-sel tanaman terjadi melalui 3 fase, yaitu :
1. P-anorganik diserap akar dan diinkorporasikan (digabung) ke
molekul-molekul organik atau dengan P-radikal lainnya;
2. Transfosforilasi, proses transfer gugus fosforildari senyawa-senyawa P ke
molekul-molekul lain.
3. Proses pelepasan energi kimiawi melalui hidrolisis ytang melepaskan fosfat.
Dalam metabolisme tanaman, proses fotosintesis dan respirasi tidak akan
berlangsung jika tidak tersedia energi dai ATP atau NADPH2. Senyawa P
berperan penting dalam perubahan-perubahan karbohidrat dan senyawa-senyawa
terkait, glikolisis, metabolisme asam-asam amino, lemak dan belerang, oksidasi
biologis dan reaksi-reaksi metabolisme lainnya terkait dengan fungsi utamanya
sebagai pembawa energi kimiawi (Hanafiah, 2005).
Kekurangan unsur P umumnya menyebabkan volume jaringan tanaman
9
disamping kung baik pertumbuhannya warna daun juga menjadi keunguan dan
kecoklatan (Rosmarkam, 2002).
2.2.2 Fungsi P pada Tanaman
Hanafiah (2005) menjelaskan unsur P rerata menyusun 0.2% bagian
tanaman. Yang antara lain berfungsi :
1. Sebagai komponen beberapa enzim dan protein ATP, DNA, RNA dan fitin.
2. Sebagai aktifator enzim, unsur P berperan dalam mengatur reaksi-reaksi
enzimatik.
3. Menentukan awal fase pematangan terutama untuk serealia, sehingga jika
suplai P terbatas, tidak saja akan menyebabkan pertumbuhan terhambat tetapi
kualitas dan kuantitas hasil panen.
4. Berperan vital dalam pembentukan biji dan buah.
Rosmarkam (2002) menambahkan fungsi P yang lain adalah mendorong
pertumbuhan akar tanaman. Menurut Tisdale (1983), perubahan P akar tanaman
dibedakan 3 fase yakni
1. Perubahan P-organik yang baru diserap tanaman menjadi bentuk senyawa
organik.
2. Perubahan ATP menjadi ADP
10
2.2.3 Fiksasi Fosfor
Masalah yang sering timbul dilapangan adalah adanya fiksasi P. Terikatnya
unsur P oleh tanah sebegitu kuat sehingga unsur P yang tadinya tersedia untuk
tanaman berubah menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Macam-macam fiksasi P :
1. Fiksasi oleh ion Fe dan Al dalam larutan tanah. Kelarutan Fe dan Al
dalam tanam asam relatif besar jika dibandingkan dengan tanah alkalis.
2. Pada tanah alkalis yang banyak mengandung CaCO3, ion fosfat yang
tersedia bertemu CaCO3 akan diendapkan pada partikel tanah. Jumlah ion
fosfat yang diendapkan sesuai dengan konsentrasi fofat sendiri dan jumlah
CaCO3.
3. Fiksasi lain yang umumnya dikenal ialah yang berperanan fiksasi, yakni
tanah yang bereaksi alkalis. Reaksi lempung dengan fosfat.
2.3 Bokashi
Bokashi (bahan organik kaya akan sumber hayati) adalah pupuk kompos yang
dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik dengan teknologi
EM4 (Effective Microorganisms 4). Keunggulan penggunaan teknologi EM4
adalah pupuk organik (kompos) dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat
dibandingkan dengan cara konvensional (IP2TP, 2000).
Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan
bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat
tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan
11
tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada
taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi
berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau
infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran
permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi
lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya
agregat (Kurnia, 2004).
Sanchez (1976) menjelaskan dalam Wahyudi (2009) penggunaan bahan
organik sebagai bahan pembenah tanah mempunyai fungsi penting antara lain:
menyediakan sebagian besar nitrogen dan belerang serta fosfor, meningkatkan
KTK tanah, pH, kapasitas penyanggaan {buffering capa city), meningkatkan
proses agregasi tanah yang pada akhirnya dapat memperbaiki sifat fisika tanah
dan dapat mengurangi kerentanan terhadap pengikisan tanah, meningkatkan
kapasitas pegang air, membantu daur hara, mineralisasi, jerapan pestisida serta
keragaman dan aktivitas biota tanah. Lebih lanjut dijelaskan oleh Setijono (1996)
dalam Wahyudi (2009) secara ringkas, mengemukakan bahwa bahan organik dan
hasil - hasil pelapukannya dalam perbaikan kesuburan tanah berfungsi: (1)
sebagai sumber C bagi jasad mikro, (2) sebagai sumber hara bagi tanaman (bagi
bahan organik mudah lapuk), (3) asam - asam organik, termasuk humus, hasil
dekomposisi bahan organik mempunyai fungsi penting antara lain: (a) sebagai
sumber kemasaman potensial tanah, (b) hasil ionosasi asam - asam organik akan
menghasilkan muatan negatif yang mempunyai kemampuan untuk
12
(Mn), seng (Zn), tembaga (Cu), cobalt (Co), tiraah (Pb), dan air raksa (Hg).
Proses khelasi logam tersebut dapat menyebabkan gejala kekahatan atau
dapat mengurangi keracunan unsur-unsur tersebut, (c) mengurangi daya fiksasi
fosfat (P) oleh Al, (d) meningkatkan ketersediaan P dalam tanah akibat
menurunnya daya jerap Al terhadap anion fosfat, (e) meningkatkan KTK tanah,
(4) meningkatkan kemampuan tanah menahan air, (5) memperbaiki struktur
tanah, dan (6) memperbaiki dan meningkatkan jasad hidup tanah.
2.4 Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) merupakan suatu hubungan simbiosis
mutualisme antara jamur (mykes) dan akar (rhiza) tanaman tingkat tinggi
(Bethlenfalvay et al., 1991; Sieverding, 1991 dalam Sinwin 2012).
FMA termasuk dalam ordo Glomales (Zygomycotona) dan terdiri dari dua
subordo, yaitu Glomineae dan Gigasporineae. Subordo Glomineae dibagi dalam
dua famili, yaitu Glomaceae dan Acaulosporaceae, sedangkan Gigasporineae
terdiri atas dua genus, yaitu Gigaspora dan Scutellospora. Kedua genus tersebut
dapat dibedakan berdasarkan pembentukan sporanya (Mansur, 2003).
Berdasarkan struktur dan cara cendawan menginfeksi akar, mikoriza dapat
dikelompokkam ke dalam tiga tipe :
1. Ektomikoriza, merupakan jamur yang pendek, bercabang dua, dan
terkadang seperti tandan yang rapat. Ektomikoriza mempunyai sifat antara lain
akar yang kena infeksi membesar, bercabang, rambut-rambut akar tidak ada, hifa
menjorok ke luar dan berfungsi sebagi alat yang efektif dalam menyerap unsur
13
dinding-dinding sel jaringan korteks membentuk struktur seperti pada jaringan
Hartiq.
2. Ektendomikoriza, merupakan bentuk antara (intermediet) kedua
mikoriza yang lain. Ciri-cirinya antara lain adanya selubung akar yang tipis
berupa jaringan Hartiq, hifa dapat menginfeksi dinding sel korteks dan juga
sel-sel korteknya.
3. Endomikoriza, Jamur ini tidak membentuk selubung yang padat,
namun membentuk meselium yang tersusun longgar pada permukaan akar. Jamur
juga membentuk vesikula dan arbuskular yang besar di dalam sel korteks.
Vesikular merupakan suatu struktur berbentuk lonjong atau bulat yang
mengandung cairan lemak dan berfungsi sebagai organ penyimpanan makanan
atau berkembang menjadi klamidospora yang berfungsi sebagai organ reproduksi
dan struktur tahan. Sedangkan yang dimaksud dengan Arbuskular adalah struktur
hifa yang bercabang-cabang seperti pohon kecil yang mirip haustorium
(membentuk pola dikotom) berfungsi sebagai tempat pertukaran nutrisi antara
tanaman inang dengan jamur. Endomikoriza tidak membentuk mantel yang
menyelimuti akar, karena jamur ini berada di dalam korteks akar. Tipe jamur ini,
adalah dengan adanya arbuskula yang berada di dalam korteks akar. Arbuskula ini
digunakan untuk menyerap nutrisi yang berada di area perakaran (Musfal, 2010).
Rhode dan Gerdemann (1980) dalam Simanungkalit (2012) membagi proses
bagaimana hara dipasok ke tanaman oleh FMA menjadi tiga fase :
14
2. Translokasi hara dari hifa eksternal ke misselium internal dalam akar
tanaman inang
3. Pelepasan hara dari misselium internal ke sel-sel akar
Lebih lanjut Simanungkalit (2012) menambahkan P diangkut melalui hifa
eksternal dalm bentuk polifosfat. Adanya granul polifosfat dalam vakuola hifa
telah dibuktikan melalui mikroskop elektron.
Musfal (2008) dan Kabirun (2002) melaporkan bahwa tanaman yang
terinfeksi FMA mampu menyerap unsur P yang lebih tinggi dibandingkan
tanaman yang tidak terinfeksi. Tingginya serapan P oleh tanaman yang terinfeksi
FMA disebabkan hifa FMA mengeluarkan enzim fosfatase sehingga P yang
terikat di dalam tanah akan terlarut dan tersedia bagi tanaman. Penelitian pada
tanah Inceptisols Tiga Binanga Sumatera Utara memperlihatkan bahwa serapan P
pada tanaman jagung jauh lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian FMA
(Musfal, 2010).
Peran agronomis yang paling utama mikoriza yang diterima hingga saat ini
adalah kemampunnya untuk meningkatkan serapan hara oleh tanaman.
Penyerapan P pada permukaan akar lebih cepat dari pergerakan P ke permukaan
akar, sehingga zona terkurasnya P terjadi disekitar akar. Hifa yang meluas dari
permukaan akar membantu tananaman melintasi zona ini, sehingga dapat
menyerap P dari zona yang tidak dapat dicapai oleh akar yang tidak bermikoriza
15
2.5 Jagung Manis {Zea mays saccarata Sturt)
Tanaman jagung dapat tumbuh baik hampir di semua tempat dan macam
tanah, tetapi tanaman ini akan tumbuh Iebih baik pada tanah yang gembur dan
kaya humus. Tanah yang padat serta kuat menahan air tidak baik untuk
pertumbuhan jagung Karena pertumbuhan akar menjadi tidak sempurna, pada pH
netral unsur hara yang dibutuhkan tanaman jagung banyak tersedia di dalam
tanah (Soeprapto, 1993).
Tanaman jagung terdiri atas akar serabut, menyebar kesamping dan
kebawah sepanjang ± 25 cm, batang berwarna hijau sampai keunguan, berbentuk
bulat sampai dengan penampang melintang 2-2,5 cm. tinggi tanaman antara 125
cm-250 cm, dan daun terdiri atas pelepah daun dan helaian daun, helai daun
memanjang dengan ujung daun meruncing (Suprapto, 1993).
Jagung manis atau sweet corn sangat cocok ditanam di daerah yang beriklim
sedang hingga daerah beriklim subtropis/ tropis basah. Faktor-faktor iklim yang
paling mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah curah hujan dan suhu.
Jumlah dan sebaran curah hujan merupakan dua faktor lingkungan yang
memberikan pengaruh yang terbesar terhadap kualitas jagung manis. Secara
umum sweet corn memerlukan air sebanyak 200-300 mm/bulan, sedangkan
selama pertumbuhannya sebanyak ± 300-660 mm, jika terjadi kekurangan air
akibat kelembaban rendah dan cuaca panas, maka pembentukan fotosintat akan
berkurang dan hasilnya rendah. Keadaan suhu yang baik untuk pertumbuhan
sweet corn adalah 21-30°C. Namun, pada suhu rendah sampai 16°C dan suhu
16
perkecambahan benih berkisar antara 21-27° C. Jagung manis dapat tumbuh
hampir pada semua jenis tanah, asalkan drainasenya baik serta persediaan
hara tercukupi. pH tanah yang baik untuk pertumbuhan jagung manis adalah
5,5-7,0 (Purwono, 2002).
2.6 Hipotesis
1. Semakin tinggi dosis Bokashi seresah jagung semakin tinggi P-tersedia
dalam tanah
2. Penggunaan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) meningkatkan
ketersediaan P dan serapan P oleh tanaman Jagung manis.
3. Terdapat interaksi antara Bokashi seresah jagung dan FMA dalam
meningkatkan P-tersedia dalam tanah dan serapan P oleh tanaman Jagung
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2013 sampai dengan
bulan April 2013, dengan lokasi pengambilan sampel tanah di Desa Sidera
Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Propinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini
akan dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.
Analisis tanah, jaringan tanaman dan bokashi akan dilakukan di Laboratorium
Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.
3.2 Materi Penelitian
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah skop, cangkul, ring
sampel, parang, timangan, mistar, gunting, ember, terpal, serta seperangkat alat
-alat laboratorium yang digunakan untuk analisis laboratorium.
Bahan yang akan digunakan yaitu tanah Entisols, benih jagung manis,
inokulan FMA, air, gula, seresah jagung, EM4, dedak padi, karung, tali dan
seperangkat bahan-bahan laboratorium yang digunakan untuk analisis
laboratorium.
3.3 Desain Penelitian
Desain Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola
Faktorial dengan 2 faktor, faktor pertama Fungi Mikoriza Arbuskula (M) yang
18
M0 (tanpa mikoriza)
M1 (dengan mikoriza),
faktor kedua yaitu Bokashi seresah jagug (T) dengan 5 Level yaitu :
T0 ( Bokashi 0 Ton/ha)
Tabel 1. Kombinasi perlakuan Fungi Mikorza Arbuskula dan Bokashi seresah jagung
Dari tabel diatas diperoleh 10 kombinasi perlakuan masing-masing
kombinasi diulang 3 kali sebagai kelompok sehingga terdapat 30 (10 x 3) unit
percobaan. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan digunakan
anlisis keragaman atau uji Anova. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antar
perlakuan dilakukan uji nilai tengah menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ)
taraf α 0.05.
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Pembuatan Bokashi
Cara pembuatan bokashi :
Menyiapkan seluruh bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan bokashi.
19
Mencincang bahan tersebut sampai tersebut sampai halus dengan tujuan
untuk mempercepat proses dekomposisi.
Membuat larutan EM4 dengan komposisi air, larutan EM4 dan
gula secukupnya.
Menambahkan bahan tambahan berupa dedak padi.
Bahan-bahan dicampurkan menjadi satu adonan yang apabila adonan
tersebut diremas menggumpal dan tidak mengeluarkan air.
Adonan kemudian dibiarkan selama 7 hari. Dan setiap 12 jam dikontrol
suhunya sekitar 50° C. Apabila suhu melebihi 50° C adonan dibolak-balikan
sehingga suhunya turun.
Bokashi yang matang dengan ciri-ciri berwarna kehitaman dan menyerupai
tanah, tidak bebau, serta suhunya konstan.
3.4.2 Pengambilan dan Penyiapan Sampel Tanah
Penelitian ini akan menggunakan jenis tanah Entisol di Desa Sidera,
Pengambilan sampel tanah diambil 0-20 cm dari permukaan tanah. Tanah yang
diambil kemudian dikering anginkan selama +7 hari dengan naungan dari cahaya
matahari.
3.4.3 Pelaksanaan Percobaan
Pelaksanaan percobaan akan menggunakan Polybag/Pot yang diisi
dengan 10 kg Tanah untuk setiap perlakuan. Sebelum di isi ke polybag tanah
terlebih dahulu diayak menggunakan ayakan 8 ml untuk menyeragamkan kodisi
20
tanaman. Polybag yang berisi 10 kg tanah yang telah di ayak kemudian
dicampur dengan bokashi sesuai perlakuan lalu dibiarkan selama + 7 hari
sebelum penanaman. Aplikasi FMA dilakukan pada saat penanaman benih
jagung.
3.4.4 Penanaman dan Pemeliharaan
Setelah dibiarkan selama + 7 hari, polybag yang telah diberi perlakuan
Masing-masing ditanami 2 benih jagun. Kemudian diberi pupuk dasar Urea
sebagai sumber N 200 Kg/ha dan pupuk KCl sebagai sumber K 50 Kg/ha.
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari. penjarangan
dilakukan 2 minggu setelah penanaman dengan memilih tanaman yang memilki
pertumbuhan yang baik dan seragam sehingga tersisa 1 tanaman per lubang.
Pengamatan dilakukan 7 hari sekali selama masa pertumbuhan vegetative
tanaman jagung (45 hari).
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Analisis Tanah Awal
Analisis tanah awal yang mencangkup analisis sifat fisik dan kimia tanah,
sifat fisik tanah yang dianalisis berupa tekstur tanah dan Bulk Density.
Sedangkan sifat kimianya berupa pH, Aldd, C-Organik, P-tersedia, P-total.
3.5.2 Pertumbuhan tanaman
Pengamatan pertumbuhan tanaman berupa tinggi tanaman, jumlah
21
3.5.3 Analisis Jaringan Tanaman
Pengukuran konsentrasi unsur P dalam jaringan tanaman.
3.5.4 Bobot kering tanaman
Pengukuran bobot kering tanaman dilakukan pada semua perlakuan.
3.5.5 Analisis Bokashi
Analisis dilakukan terhadap bokasi dan pupuk kandang untuk mengetahui
kadar atau kandungan C-organik, N, P, dan K pada setiap bahan organik yang
telah siap di aplikasikan.
3.5.6 Pengamatan Spora FMA
Pengamatan spora FMA dilakukan untuk melihat koloni FMA yang
menginfeksi akar tanaman.
3.5.7 Analisis Tanah Setelah Panen
Analisis tanah setelah panen mencangkup analisis pH, Aldd, C-Organik,
DAFTAR PUSTAKA
Basir, C. Muhammad., 1994. Pengaruh Pemberian Fosfor dan Nitrogen Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays L.) Varietas
Lokal Ditanah Alluvial Lembah Palu. Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Tadulako, Palu.
Darmawijaya, M.I. 1992. Klasifikasi Tanah. Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. Fakultas Pertanian. UGM. Yogyakarta.
Darmono dan Tri Panji., 1999. Penyediaan Kompos Kulit Buah Kakao Bebas Phytophthora palmivora. Warta Penelitian Perkebunan. V (1). : 33-38.
Didiek H.G dan Yufnal Away., 2004. Orgadek, Aktivator Pengomposan. Pengembangan Hasil Penelitian Unit Penelitian Bioteknologi Perkebunan Bogor.
Foth, H., 1995. Fundamentals Of Soil Science. John Willey and Sonc Inc. Penerjemah Purbayanti, E.D, Lukiwati. D.R dan Trimulastih, R. Gadjhmada University Press. Yogyakarta.
Hanafiah, Kemas Ali., 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers. Jakarta.
IP2TP., 2000. Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai Pupuk Organic. Instalasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta.
Kurnia Undang, et al., 2004. Sifat Fisika Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Besar Litbang Sumberdaya Pertanian. Bogor.
Munir, M., 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Karakteristik, Klasifikasi dan Pemanfaatannya. Pusstaka Jaya, Jakarta.
Musfal, 2010. Potensi Cendawan Mikoriza Arbuskula Untuk Meningkatkan Hasil Tanaman Jagung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Medan Sumatera Utara.
Purwono., 2002, Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rosemarkam, Ali dan Yuwono Nasih Widya., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.
Kanisius. Yogyakarta.
Soeprapto., 1993. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soil Survey Staff, 1998. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua Bahasa Indonesia. 1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Stevenson, 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition, and Reaktion. Second Ed. John Wiley & Son. Inc. USA.
Thaha, A.R., D, Widjayanto dan Warda., 1996. Evaluasi Kesesuaian Lahan Kebun Percontohan Sibalaya Untuk Penggunaan Lahan Berkelanjutan. Lembaga Penelitian Universitas Tadulako, Palu.
Wahyudi, I., 2009. Manfaat Bahan Organik Terhadap Peningkatan Ketersediaan Fosfor dan Penurunan Toksisitas Aluminium di Ultisol. Desertasi Program Doktor. Universitas Brawijaya. Malang