• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Pembelajaran dalam Perubahan Bela

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proses Pembelajaran dalam Perubahan Bela"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES PEMBELAJARAN DALAM PERUBAHAN BELAJAR AGAMA DI KELOMPOK MENTORING

Diajukan Kepada Dosen Ilmu Jiwa Belajar Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Semester Genap Pada Semester IV

Oleh: LILIS MUSLICHA

12214210410

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TARBIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

(2)

HALAMAN MOTTO

       

Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al-Hujurat [49]: 10)

(3)

KATA PENGANTAR

  

Alhamdulillah, puji dan syukur yang sangat dalam penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya turunlah segala kebaikan dan dengan taufik-Nya tercapailah segala tujuan. Bagi Allah juga segala puji sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh apa saja yang dikehendaki-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penelitian ini.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah saw sebagai pendidik dan pembawa petunjuk bagi manusia dan sebagai hujjah atas semua manusia untuk menyempurnakan akhlak mulia, untuk mengeluarkan dunia dari kegelapan menuju cahaya dan menunjukkan mereka ke jalan Allah yang lurus. Semoga shalawat dan salam juga terlimpahkan kepada keluarga Nabi saw, para sahabatnya dan orang yang mengikutinya dengan baik sampai Hari Pembalasan.

Dengan izin Allah SWT., penulis mampu menyelesaikan penelitian ini sebagai tugas akhir semester dari perkulian Ilmu Jiwa Belajar yang berjudul “Proses Pembelajaran dalam Perubahan Belajar Agama di Kelompok Mentoring”.

Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ayahanda Ahmad Muslich Prasetyo dan Ibunda Daryanti tercinta yang dengan ikhlas memberikan dukungan baik moril, materiil, dan spiritual serta menaruh perhatian yang besar dalam membesarkan ananda dengan penuh kasih sayang. Semoga Allah SWT. menjadikan mereka orang-orang yang selalu dimuliakan.

(4)

3. Ibu Santi Lisnawati, selaku Dosen Ilmu Jiwa Belajar Fakultas Agama Islam di Universitas Ibn Khaldun Bogor yang dengan ikhlas membagikan waktu, tenaga, dan fikiran Beliau dalam upaya memberikan bimbingan dalam penyelesaian penelitian ini.

4. Teh Ajeng, selaku Mentor pada Mentoring, yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan pada Mentoring sehingga penulisan penelitian ini dapat terselesaikan.

5. Teman-teman Mentoring, terima kasih atas dukungan dan motivasi yang diberikan sehingga penulisan penelitian ini dapat terselesaikan.

6. Seluruh teman-teman mahasiswa/I PAI 4B angkatan 2012 yang telah membantu memberikan semangat dan dorongan hingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

7. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan yang sangat bermanfaat bagi penulis demi terselesainya penyusunan skripsi ini.

Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali “Jazaakumullah Ahsanal Jazaa” semoga semua amal baiknya diterima oleh Allah SWT dan dicatat sebagai amalan yang sholeh. Aamiin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, penulis hanya berusaha atas dasar kelebihan yang sangat kecil, penuh kesalahan dan khilaf yang telah diberikan Allah berupa akal fikiran, hari dan juga kesempatan. Kesempurnaan semua milik Allah SWT, untuk itu kritik dan saran dari pembaca, penulis nanti-nantikan dan harapkan demi kesempurnaan penelitian ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian ini dan mohon maaf atas segala khilaf serta kekurangan.

(5)
(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN MOTTO ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan Penelitian ... 2

D. Manfaat Penelitian ... 2

BAB II KAJIAN TEORI ... 3

A. Belajar ... 3

1. Pengertian Belajar ... 3

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 5

3. Pentingnya Belajar dalam Kehidupan ... 6

B. Agama ... 8

1. Pengertian Agama ... 8

2. Aspek-aspek Ajaran Agama ... 10

3. Urgensi Agama dalam Kehidupan ... 16

C. Mentoring ... 18

1. Pengertian Mentoring ... 18

2. Pengertian Tarbiyah ... 19

3. Proses Belajar Agama ... 21

BAB III METODOLOGI ... 23

A. Metode Penelitian ... 23

B. Lokasi Penelitian ... 23

C. Teknik Pengumpulan Data ... 24

D. Analisis Data ... 25

(7)

A. Deskripsi Lokasi dan Subyek Penelitian ... 26

1. Sejarah Mentoring pada Zaman Nabi ... 26

2. Struktur Organisasi Kelompok Mentoring ... 32

3. Kurikulum ... 36

4. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 42

5. Sarana dan Prasarana ... 42

6. Kegiatan Kelompok Mentoring ... 43

B. Deskripsi Proses Belajar Agama ... 45

1. Paparan dan Analisis Data ... 45

2. Metode Proses Belajar Agama ... 47

BAB V PENUTUP ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 51

C. Penutup ... 52

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi dari pengalaman-pengalaman dari proses memperoleh pengetahuan yang dilakukan dalam bentuk perilaku atau latihan.

Proses pembelajaran dalam perubahan belajar agama membutuhkan beberapa komponen untuk menunjang terciptanya suatu keberhasilan dalam proses pembelajaran tersebut. Terutama yang menjadi permasalahan saat ini ialah bagaimana dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan dapat dipahami dengan baik oleh komponen-komponen yang ada di suatu Mentoring.

Dengan adanya pembinaan agama pada setiap diri manusia, maka mereka memiliki pengetahuan agama yang lebih banyak, menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran untuk melaksanakan ajaran-ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berhubungan dengan akidah, akhlak, syariah, dan ibadah.

Dalam hal ini, proses pembelajaran agama sangat diperlukan dan merupakan salah satu cara untuk membina dan mendidik manusia di lembaga pendidikan formal atau informal maupun nonformal, termasuk di kelompok Mentoring.

B. Rumusan Masalah

Adapun perumusunnya adalah:

1. Apakah yang dimaksud dengan Belajar dan Agama? Berikan penjelasannya!

2. Apakah yang dimaksud dengan Mentoring? Berikan penjelasannya!

3. Bagaimanakah pengaruh terhadap proses pembelajaran dalam perubahan belajar agama di kelompok Mentoring?

(9)

1. Mengetahui maksud Belajar dan Agama dengan memberikan penjelasan secara rinci.

2. Mengetahui maksud Mentoring dengan memberikan penjelasan secara rinci.

3. Menganalisis proses pembelajaran dalam perubahan belajar agama pada kelompok Mentoring.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi guna melakukan penelitian pada masalah serupa yang lebih mendalam. 2. Penelitian ini dilakukan dalam rangka mencari informasi tentang

pembelajaran yang diberikan di kelompok Mentoring. Selain itu, juga menjadi bahan pertimbangan bagi pendidikan Mentoring dalam perubahan belajar agama.

(10)

BAB II KAJIAN TEORI

Kajian ini dibagi menjadi 2 (dua) fokus yaitu mengenai belajar dan agama, jika ditinjau dari berbagai perspektif kajian maka keduanya memiliki cakupan yang luas. Namun, pada kajian belajar mencakup; pengertian, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, dan pentingnya belajar dalam kehidupan. Sedangkan kajian agama mencakup tentang pengertian, aspek-aspek ajaran agama, dan urgensi agama dalam kehidupan.

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar, seringkali didefinisikan sebagai perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman. Belajar itu sendiri merupakan satu kegiatan yang terjadi di dalam diri seseorang, yang sukar untuk di amati secara langsung, tapi dapat dilihat dari hasil proses belajar yang telah dialami.

Pendapat para ahli pendidikan modern yan merumuskan perbuatan belajar sebagai berikut:

Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman.

Beberapa definisi dari para ahli pendidikan modern.

(11)

kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang misalnya; kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya.”

b) Gagne, dalam buku The Condition of Learning (1977) menyatakan bahwa: “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama-sama dengan isi ingatan memengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.”

c) Morgan, dalam buku Introduction of Psychology (1978) mengemukakan: “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.”

d) Witherington, dalam buku Educational Psychology, mengemukakan: “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”1

Menurut Djamarah belajar yaitu “serangkaian kegiatan jiwa pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik”2

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi dari pengalaman-pengalaman dari proses memperoleh pengetahuan yang dilakukan dalam bentuk perilaku atau latihan. Dan dapat dikatakan juga bahwa dalam proses pembelajaran Mentoring, belajar juga diperlukan karena belajar merupakan proses transformasi dari tidak memiliki ilmu dan tidak tahu menjadi memiliki ilmu dan tahu; dari tidak mempunyai kehendak menjadi memiliki kehendak; dari tidak mempunyai amal menjadi memiliki produktivitas.

1 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana), 2004, Cet. Pertama, hlm. 209-210

(12)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor, adapun faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua golongan:

a) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual. Faktor yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain; faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

1. Kematangan/Pertumbuhan

Mengajarkan sesuatu baru dapat berhasil jika pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya dalam arti potensi-potensi jasmani dan rohaninya telah matang untuk itu.

2. Kecerdasan dan Intelegensi

Selain kematangan, dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dengan baik ditentukan juga oleh taraf kecerdasan.

3. Latihan dan Ulangan

Karena terlatih seringkali mengulangi sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi makin dikuasai dan makin mendalam. Sebaliknya, tanpa latihan pengalaman-pengalaman yang telah dimilikinya dapat menjadi hilang atau berkurang.

4. Motivasi

Motivasi merupakan pendorong suatu organism untuk melakukan sesuatu.

b) Faktor yang ada di luar individual yang disebut sosial. Faktor yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam mengajar, lingkungan, dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.

5. Keadaan Keluarga

(13)

dan sampai di mana belajar dialami dan dcapai oleh anak-anak.

6. Guru dan Cara Mengajar

Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan cara guru mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya juga turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai. 7. Motivasi Sosial

Karena belajar itu suatu proses yang timbul dari dalam, maka motivasi memegang peranan penting. Jika guru atau orangtua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak, maka timbullah dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik.

8. Lingkungan dan Kesempatan

Pengaruh lingkungan dan kesempatan untuk belajar juga dapat mempengaruhi belajarnya.3

3. Pentingnya Belajar dalam Kehidupan

Belajar itu tidak hanya melatih kematangan, menyesuaikan diri, memperoleh pengalaman, pengertian atau latihan. Dilihat dari sudut ilmu mendidik, belajar berarti perbaikan tingkah laku dan kecakapan (manusia), atau memperoleh kecakapan-kecakapan dan tingkah laku yang baru. Belajar juga diarahkan kepada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu sendiri karena belajar.

           

   

 

(14)

     

mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang Dihalalkan bagi mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu[399]. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu[400], dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya)[401]. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat cepat hisab-Nya. (QS. Al-Maidah: 4)

Maksudnya: binatang buas itu dilatih menurut kepandaian yang diperolehnya dari pengalaman; pikiran manusia dan ilham dari Allah tentang melatih binatang buas dan cara berburu. Begitupun dengan manusia, harus dilatih otaknya agar pandai dan cerdas sesuai dengan fitrahnya, yakni manusia yang berilmu.

Jadi, perubahan/perbaikan dari fungsi-fungsi psikis yang menjadi syarat dan mendasari perbaikan tingkah laku dan kecakapan-kecakapan, termasuk di dalamnya perubahan di dalam pengetahuan, minat dan perhatian yang dibentuk oleh tenaga-definisi secara umum. Karenanya semua keyakinan tentang dzat ketuhanan disebut agama, walaupun itu murni hasil “kreatifitas” otak manusia.4

(15)

Dalam bahasa Sanskerta disebutkan pula arti agama terdiri dari dua kata, yaitu a = tidak; gama = kacau. Jadi, agama dimaksudkan sebagai ajaran yang datang dari Tuhan untuk diamalkan manusia supaya terhindar dari kekacauan. Ajaran agama memang menjamin jika manusia mengamalkan ajaran Tuhan-Nya, mereka akan aman tenteram dan sejahtera.

Adapun beberapa ahli mendefinisikan agama, sebagai berikut:

a) Prof. Dr. Bouquet mendefinisikan agama sebagai hubungan yang tetap antara diri manusia dengan yang bukan manusia yang bersifat suci dan supernatural yang berada dengan sendirinya dan mempunnyai kekuasaan absolut yang disebut Tuhan. Memang dalam ajaran agama menekankan hubungan ini adalah hubungan pencipta dengan yang diciptakan, bukan seperti hubungan manusia dengan sesamanya ataupun dengan alam lingkungannya.

b) Dalam bahasa Al-Qur’an, agama sering disebut ad-din yang artinya hukum, kerajaan, kekuasaan, tuntunan, pembalasan, dan kemenangan. Dan arti ini dapat disimpulkan bahwa agama

(ad-din) adalah hukum serta I’tibar

(contoh/permasalahan/ajaran) yang berisi tuntunan cara penyerahan mutlak dari hamba kepada Tuhan Yang maha Pencipta melalui susunan pengetahuan dalam pikiran, pelahiran sikap serta gerakan tingkah laku, yang di dalamnya tercakup akhlaqul karimah (akhlak mulia) yang di dalamnya terliput moral, susila, etika, tata karma, budi pekerti terhadap Tuhan, serta semua ciptaan-Nya: kitab suci-Nya, malaikat-Nya, rasul-Nya, manusia termasuk untuk dirinya sendiri, hewan, tumbuhan, serta benda di sekitarnya atau ekologinya.

(16)

mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan. Agama memang membawa peraturan yang merupakan hukum yang harus dipatuhi orang. Agama selanjutnya memang menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dan menjalankan ajaran agama. Agama lebih lanjut lagi membawa kewajiban yang jika tidak dijalankan oleh seseorang menjadi hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula kepada paham balasan. Mereka yang menjalankan kewajiban dan patuh akan mendapat balasan baik dari tuhan dan yang tidak menjalankan kewajiban serta tidak patuh akan mendapat

2) Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.

3) Meningkatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan memengaruhi perbuatan manusia. 4) Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan

cara hidup tertentu.

5) Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari suatu kekuatan gaib.

6) Pengakuan terhadap adanya kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.

7) Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.

8) Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.6

5 Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, M.A., Ilmu Jiwa Agama (The Psychology of Religion), (Jakarta: Penerbit Kencana), 2014, hlm 3-5

(17)

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa agama adalah ajaran yang berasal dari Allah swt. yang di dalamnya terdapat ketetapan-ketetapan Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia. Jadi, agama adalah “Hubungan antara makhluk dan Khaliq-Nya”.

2. Aspek-aspek Ajaran Agama

Islam merupakan agama yang sangat diridhoi oleh Allah SWT. Para mudjahid membagi Islam ke dalam tiga kerangka pokok yaitu aqidah, Syariah dan akhlak. Semuanya merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Untuk lebih jelasnya, maka kita akan membahas lebih dalam mengenai ketiga aspek ajaran Islam di bawah ini.

a) Aspek akidah

Aqidah secara etimologi, Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan “Dia mempunyai aqidah yang benar” berarti aqidahnya bebas dari keraguan. Aqidah merupakan perbuatan hati yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya.

Aqidah scara syara’ yaitu iman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab-kitabNya, Para RasulNya dan kepada hari akhir serta kepada qadar yang baik mupun yang buruk. Hal ini disebut juga sebagai rukun iman.7

                               

(18)

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Yunus: 3)

Aqidah adalah pokok kepercayaan dalam agama Islam. Aqidah Islam disebut tauhid dan merupakan inti dari kepercayaan. Tauhid adalah suatu kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Islam, aqidah merupakan I’tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Masalah aqidah ini secara garis besar ditunjukkan oleh Rasulullah saw.

Sabda Rasulullah: tertuju pada masalah-masalah yang wajib diimani, akan tetapi materi dakwah dalam ke-Mentoring-an juga diperlukan yang meliputi masalah-masalah yang dlarang sebagai lawannya, misalnya syirik (menyekutukan adanya Tuhan), ingkar dengan adanya Tuhan dan sebagainya. Jadi, akidah adalah kepercayaan atau keimanan seseorang yang kuat dari seorang mukmin yang telah mengikatkan diri kepada Sang Pencipta dan mengesampingkan penyembahan selain kepada Allah.

b) Aspek syariah

(19)

Syariah secara bahasa berarti “jalan yang harus dilalui” sedangkan menurut istilah berarti “ketentuan hukum Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, manusia dengan flora dan founa serta alam sekitarnya.9

Syariah adalah seluruh hukun dan perundang-undangan yang terdapat dalam Islam, baik yang berhubungan manusia dengan Tuhan, maupun antar manusia sendiri.

Dalam Islam, syariat berhubungan erat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka menaati semua peraturan atau hukum Allah, guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur antara sesama manusia.

Hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi saw:

ةاكزلا يدؤتو ةلصلا ميقتو ءءيش هب كرشت لو هللا دبعت نأ ملسلا تيبلا جحتو ناضمر موصتو ةضورفملا Islam adalah bahwasanya engkau menyembah kepada Allah swt, dan janganlah engkau mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mengerjakan shalat, membayar zakat-zakat yang wajib, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji di Mekah (Baitullah). (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Hadits tersebut mencerminkan hubungan antara manusia dengan Allah swt. artinya, masalah-masalah yang berhubugan dengan syariah bukan saja terbatas pada ibadah kepada Allah, akan tetapi masalah-masalah yang berkenaan dengan pergaulan hidup antar sesama manusia juga diperlukan.10

Diantaranya yaitu berumah tangga, bertetangga, hukum jual beli, warisan, dan amal-amal saleh lainnya. Demikian juga larangan-larangan Allah seperti berzina, meminum minuman keras, mencuri, berjudi, dan membunuh, serta

masalah-9 http://mikowicaksono.blogspot.com/2012/11/aspek-aspek-ajaran-islam.html Diakses pada 31 Mei 2014 pukul 9:58 WIB.

(20)

masalah yang menjadi materi dakwah Islam (nahyi an al-maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:

1) Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.

2) Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. 3) Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang

dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia.11

Allah berfirman:

dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. (QS. Adz-Dzaariyaat: 56-58)

Allah memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada

(21)

Allah. Dan Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan mereka kepada Allah , maka mereka menyembah-Nya sesuai dengan aturan syari’at-Nya. Oleh karena itu, pada kelompok Mentoring juga membahas mengenai ibadah yang didalamnya mencakup hal ketaatan manusia kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

d) Aspek akhlak

Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan “khalkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungan ” Khaliq” yang berarti Pencipta dan “Makhluk” yang berarti yang diciptakan.

Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.

(22)

   

   

   

“Hai orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah: 8)12

Akhlak dalam aktivitas dakwah pada suatu kelompok Mentoring merupakan pelengkap, yaitu melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Tetapi, akhlak ini berfungsi penyempurna keimanan dan keislaman seseorang. Sebab Rasulullah saw sendiri pernah bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Selain itu, ajaran akhlak dalam Islam termasuk ke dalam materi dakwah suatu kelompok Mentoring yang penting untuk disampaikan kepada anggota kelompoknya oleh seorang Mentor. Dengan akhlak yang baik dan keyakinan agama yang kuat maka Islam menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas dalam kehidupan manusia. Jadi, akhlak adalah tingkah laku yang sudah terbiasa dilakukan untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari semata-mata taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

3. Urgensi Agama dalam Kehidupan

Dalam catatan sejarah, ada tiga masalah besar yang pernah menimpa umat manusia; kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Sampai sekarang pun, ketiga masalah sosial ini

(23)

masih mewarnai kehidupan sebagian besar bangsa-bangsa dunia termasuk Indonesia.

Menghadapi kenyataan tersebut, maka Islam menaruh perhatian pada masalah seperti ini. Dalam hal kebodohan, Allah swt. berfirman:

                Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. (QS. Al-Ankabut: 49)

Maksud ayat di atas adalah ayat-ayat Al Quran itu terpelihara dalam dada dengan dihapal oleh banyak kaum muslimin turun temurun dan dipahami oleh mereka, sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mengubahnya. Jadi, tidak ada manusia yang tidak memiliki ilmu, karena Allah telah menaruh ilmu-Nya dalam dada mereka, hanya manusia yang tidak berilmu yang akan tersesat. Dan manusia yang berilmu sajalah yang akan memanfaatkan dan menggunakan ilmu Allah dengan sebaik-baiknya.

Terkait dengan kemiskinan, Allah berfirman:

            

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku". (QS. Al-Fajr: 15)

(24)

keadaan yang telah Allah berikan, wajiblah untuk disyukuri. Sebesar ataupun sekecil kekayaan yang dimiliki, tetap dipakai dan digunakan dalam jalan-Nya. Karena setiap manusia melakukan sesuatu di dunia akan diminati pertanggungjawaban.

Bergerak untuk maju merupakan suatu keniscayaan bagi kita umat Islam, terutama dalam hal-hal yang menyangkut kebutuhan pokok hidup. Disinilah pentingnya agama dalam kehidupan manusia. Pada prinsipnya, Allah swt mengutus para Rasul untuk menyempurnakan akhlak manusia demi membenahi kehidupan suatu kaum yang telah rusak, baik keyakinan maupun tatanan kehidupan sosialnya. Sebab, manusia membutuhkan agama karena manusia itu memiliki banyak keterbatasan dan membutuhkan sesuatu yang dapat menguatkan iman manusia yaitu Allah swt. Oleh karena itu, agama dalam kehidupan manusia sangat penting bahkan sangat dibutuhkan.

C. Mentoring

1. Pengertian Mentoring

Halaqah atau Usrah merupakan istilah yang berhubungan dengan dunia pendidikan, khususnya pendidikan atau pengajaran Islam (tarbiyah Islamiyah). Istilah Mentoring (lingkaran) biasanya digunakan untuk menggambarkan sekelompok kecil Muslim yang secara rutin mengkaji ajaran Islam. Jumlah peserta dalam kelompok kecil tersebut berkisar antara 3-12 orang. Mereka mengkaji Islam dengan manhaj13 (kurikulum) tertentu. Biasanya

kurikulum tersebut berasal dari mentor/naqib yang mendapatkannya dari jamaah (organisasi) yang menaungi Mentoring/usrah tersebut. Di beberapa kalangan, Halaqah/usrah disebut juga dengan Mentoring, ta’lim, pengajian kelompok,

13 Arti “manhaj” atau kurikulum dalam pendidikan Islam sebagaimana yang terdapat dalam kamus Al-Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.

(25)

tarbiyah atau sebutan lainnya.14 Tapi, disini penulis menyebutnya

sebagai Mentoring.

Mentoring adalah sekumpulan orang yang terdiri dari 3-12 orang yang bergabung dalam satu kelompok yang kesemuanya ingin mempelajari dan mengamalkan Islam secara serius. Biasanya anggota (mentee/murid) kelompok Mentoring dipimpin oleh seorang mentor (guru/Pembina). Mentor bekerjasama dengan peserta kelompok Mentoring untuk mencapai tujuan Mentoring, yaitu terbentuknya Muslim yang islami dan berkarakter da’I yakni dengan berusaha agar peserta kelompok Mentoring hadir secara rutin dalam pertemuan Mentoring.

2. Pengertian Tarbiyah

Dalam pengertian etimologi, menurut muj’am (kamus) kebahasaan, kata Al-Tarbiyat memiliki tiga akar kebahasaan, yaitu: a) Tarbiyah, Yarbu, Rabba, yang memiliki arti tambah (Zad) dan

berkembang (Nama). Pengertian ini berdasarkan atas Q.S. Al-Rum ayat 39.

   

     

           

dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).

(26)

b) Yarbi, Tarbiyah, Rabbi, yang memiliki arti tambah (Nasya’a) dan menjadi besar (Tara’a).

c) Tarbiyah, Yarbi, Rabba, yang memiliki arti memperbaiki (Ashalala), menguasai urusan, memelihara, merawat,

menunaikan, memperindah, memberi makan, mengasuh, tuan memiliki, mengatur dan menjaga kelestarian dan eksistensinya.

Dalam pengertian terminology, Musthafa Al-Maraghi membagi kegiatan Al-Tarbiyat dengan dua macam. Pertama, Tarbiyah Kholqiyat. Yaitu, penciptaan, pembinaan dan pengembangan jasmani pesreta didik agar dapat dijadikan sebagai sarana bagi pengembangan jiwanya. Kedua, Tarbiyat Diniyat Tahsiniyat. Yaitu, pembinaan jiwa manusia dan kesempurnaannya melalui petunjuk wahyu Allah.

Menurut Dr. Zakiah Daradjat, pendidikan Islam secara terminologi (istilah) adalah usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim.15

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam atau tarbiyah adalah suatu proses edukatif yang mengarak kepada pengembangan jiwa, penbentukan pribadi atau akhlak dan penyampaian ajaran Islam dengan memberikan contoh serta menciptakan lingkungan yang baik untuk membentuk kepribadian muslim.

3. Proses Belajar Agama

(27)

kehidupan beragama, yang ditandai dengan manusia yang rabbani.

Pada dasarnya, di lembaga pendidikan manapun, yaitu pendidikan formal, informal, nonformal, termasuk pendididkan Islam (Tarbiyah) di kelompok Mentoring, semuanya mengalami pembelajaran Agama. Pembelajaran tersebut disampaikan oleh seorang Mentor kepada Mentee-nya. Adapun materi yang disampaikan sesuai dengan manhaj. Mentoring sekarang ini menjadi alternative sistem pendidikan Islam yang cukup efektif untuk membentuk Muslim berkepribadian islami. Hal ini dapat terlihat dari hasil pembinaannya yang berhasil membentuk sekian banyak Muslim yang serius mengamalkan Islam dengan memulainya dari belajar dan mengalami proses belajar agama, tadinya tidak tahu menjadi tahu.

               

dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl: 78)

(28)
(29)

BAB III METODOLOGI

A. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan yang akan diteliti pada penulisan penelitian ini, maka metode penilitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai bentuk pada proses pembelajaran dalam perubahan belajar agama di kelompok Mentoring.

Penelitian kualitatif lebih memiliki perhatian pada proses daripada hasil atau produk. Dan bersifat deskriptif, dalam arti peneliti tertarik pada proses, makna, dan pemahaman yang diperoleh melalui pengamatan yang dilakukan. Maka, adapun penunjang guna mendukung penyelesaian penelitian ini ialah dengan adanya berbagai buku, artikel, jurnal, serta laporan penelitian yang sudah ada yang berkenaan dengan tema penelitian untuk menggali informasi sebagai panduan pelaksanaan penelitian dimana dimensi waktu dilaksanakan dalam kurun waktu empat kali. Oleh karena itu, metode kualitatif ini memberikan informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat bagi perkembangan perubahan belajar agama di berbagai tempat.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelompok Mentoring – Bogor, yang letaknya di daerah Indraprasta Warung Jambu. Adapun alamat lengkapnya yaitu Jalan Arjuna Raya No. 4 RT 02 RW 15 Indra Prasta Bogor 16152. Meskipun demikian, waktu dan tempat penelitian dikondisikan dengan jadwal dan keinginan subjek peserta kelompok Mentoring.

(30)

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Pada teknik pengumpulan data ini peneliti menggunakan teknik observasi.

Menurut Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan electron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.16

Metode ini yaitu mengadakan pengamatan secara sistematis peneliti juga terlibat sebagai anggota kelompok Mentoring tersebut.

Kehadiran dan keikutsertaan peneliti dalam penelitian ini mutlak diperlukan, maka penulis berperan sebagai anggota kelompok Mentoring. Jadi, selain melakukan pengamatan secara langsung tentang proses pembelajaran dalam perubahan belajar agama di kelompok Mentoring, maka penulis juga berpartisipasi dengan anggota kelompok lainnya dalam pembinaan Mentoring.

Di samping itu, kehadiran peneliti pada beberapa pengamatan, berbaur dengan sesama anggota tidak diketahui statusnya bahwa peneliti sedang melakukan pengamatan. Barulah saat terakhir pertemuan pengamatan, peneliti mengutarakan kepada Mentor dan anggota yang lain bahwa peneliti sedang melakukan pengamatan. Hal ini dilakukan semata-mata agar saat proses pembinaan dalam Mentoring tidak terganggu dengan adanya pemberitahuan bahwa peneliti sedang melakukan pengamatan. Alhamdulillah, tujuan yang

(31)

telah ditentukan tercapai. Yaitu adanya proses perubahan belajar agama di kelompok Mentoring.

D. Analisis Data

Data yang dikehendaki dalam penelitian ini pada dasarnya bersifat deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari catatan observasi yang dicatat secara pribadi dan disimpan dalam dokumen pribadi yang kemudian diambil kesimpulan dari data tersebut.

(32)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Sejarah Mentoring pada Zaman Nabi

Dengan menggunakan manhaj tarbiyah melalui sistem pelaksanaan Mentoring, didapatkan kearifan, kejelian, dan langsung di bawah asuhan seorang mentor. Karena pertama Allah yang memerintahkan dan kedua Nabi yang mencontohkan modelnya. Rasul membina umatnya yaitu dengan proses bentuk pertemuan ketika Rasulullah menyebarkan Islam kepada orang-orang terdekatnya yaitu istrinya, sahabatnya Abu Bakar ash-Shiddiq yang kemudian menyebarkan kepada teman-teman bisnisnya lalu merekrut Utsman bin Affan, kemudian Khadidjah mengajak kepada keluarga terdekatnya yaitu Ali bin Abi Thalib, lalu Ali mengajak kepada orang terdekatnya dirumah yaitu pembantunya (khodimat) Zaid bin Haritsah kemudian kepada teman dekatnya yang sesama budak yaitu Bilal hingga seterusnya.

Jadi, begitulah Islam yang melebar atau menyebarluakan lewat kedekatan hubungan yang seharusnya manhaj itu harus dipertahanlan. Jika kita ingin mengajak orang kepada kebaikan haruslah pada orang-orang terdekat kita dahulu. Dan ketika assabiqunal awwalun masuk Islam itu melakukan proses transfer of knowledge, ada pengajian, ada proses interaksi.17

Ketika ada 12 orang masuk Islam, strategi Nabi yaitu masuk pada kemah-kemah. Pada musim haji tahun kesebelas dari nubuwah, tepatnya pada bulan Juli tahun 620 M, dakwah Islam memperoleh benih-benih yang baik, dan secepat itu pula tumbuh menjadi pohon yang rindang. Di bawah lindungannya, orang-orang

(33)

Muslim bia melepaskan diri dari lembaran-lembaran kezhaliman dan kesewenang-wenangan yang telah berjalan beberapa tahun.

Ada satu langkah bijaksana yang dilakukan Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam dalam menghadapi tindakan penduduk Makkah yang selalu mendustakan dan menghalang-halangi orang yang mengikuti jalan Allah, yaitu beliau menemui berbagai kabilah pada malam hari, sehingga tak seorang pun dari orang-orang musyrik Makkah yang bisa menghalang-halanginya.

Suatu malam dengan ditemani Abu Bakar dan Ali, beliau keluar dan melewati perkampungan Dzuhl dan Syaiban bin Tsa’labah. Beliau menyampaikan Islam kepada mereka. Abu Bakar dan seseorang dari Dzuhl mengadakan perdebatan yang cukup seru. Adapun Bani Syaiban memberikan jawaban yang tuntas, namun mereka masih menunda untuk menerima Islam.

Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam melewati Aqabah di Mina. Di sana beliau mendengar beberapa orang yang sedang mengobrol. Maka beliau mendekati mereka. Ternyata mereka ada enam oran dari pemuda Yastrib, yang semuanya berasalah dari Khazraj, yaitu:

a) As’ad bin Zurarah, dari Bani An-Najjar.

b) Auf bin Al-Harits bin Rifa’ah bin Afra, dari Bani An-Najjar. c) Rafi’ bin Malik bin Al-Ajlan, dari Bani Zuraiq.

d) Qutbah bin Amir bin Hadidah, dari Bani Zuraiq. e) Uqbah bin Amir bin Nabi, dari Bani Ubaid bin Ka’ab. f) Jabir bin Abdillah bin Ri’ab, dari Bani Ubaid bin Ka’ab.

Untungnya mereka sudah pernah mendengar dari sekutu-sekutu mereka dari kalangan Yahudi Madinah, bahwa ada seorang nabi yang diutus pada masa ini, yang akan muncul dan mereka mengikutinya, sehingga mereka bisa memerangi Khazraj seperti peperangan yang menghancurleburkan kaum Ad dan Iram.

“Siapakah kalian ini?” tanya beliau setelah saling bertemu muka dengan mereka.

(34)

“Maukah kaliah duduk-duduk agar bisa berbincang-bincang dengan kalian?”

“Baiklah.”

Mereka pun duduk-duduk bersama beliau, lalu beliau menjelaskan hakikat Islam dan dakwahnya, mengajak mereka kepada Allah dan membacakan Al-Qur’an. Mereka berkata, “Demi Allah, kalian tahu sendiri bahwa memang dia benar-benar seorang nabi seperti apa yang dikatakan orang-orang Yahudi. Janganlah mereka mendahului kalian. Oeh karena itu segeralah memenuhi seruannya dan masuklah Islam!”

Mereka ini termasuk pemuda pemuda Yastrib yang pandai. Setiap saat peperangan antarpenduduk siap meluluhlantahkan, yang saat itu pun baranya masih tetap menyala. Maka mereka berharap dakwah beliau ini bisa menjadi sebab untuk meredakan peperangan. Mereka berkata, “Kami tidak akan membiarkan kaum kami dan kaum yang lain terus bermusuhan dan berbuat jahat. Semoga Allah menyatukan mereka dengan engkau. Kami akan menawarkan agama yang telah kami peluk ini. Jika Allah menyatukan mereka, maka tidak ada orang yang lebih mulia selain daripada engkau.”

Sekembalinya ke Madinah18, mereka membawa risalah Islam

dan menyebarkannya di sana. Sehingga tidak ada satu rumah pun di Madinah melainkan sudah menyebut nama Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam.19

Sudah disebutkan di atas bahwa terdapat enam orang dari penduduk Yastrib yang masuk Islam pada musim haji tahun kesebelas dari nubuwah, dan mereka berjanji kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam untuk menyampaikan risalah di tengah kaumnya.

Hasilnya, ada duabelas orang yang datang ke Makkah pada musim haji berikutnya. Lima orang di antara adalah enam orang

18 Dahulunya adalah Yastrib.

(35)

yang sudah berhubungan dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam sebelumnya. Orang yang keenam tidak ikut bergabung kali ini adalah Jabir bin Abdillah bin Ri’ab. Adapun tujuh orang sisanya adalah:

a) Mu’adz bin Al-Harits bin Afra’ dari Bani An-Najjar dari Khazraj. b) Dzakwan bin Abdul-Qais dari bani Zuraiq dari Khazraj.

c) Ubadah bin Ash-Shamit, dari Bani Ghanm dari Khazraj. d) Yazin bin Tsa’labah, dari sekutu Bani Ghanm dari Khazraj. e) Al-Abbas bin Ubadah bin Nadhlah, dari Bani Salim dari Khazraj. f) Abul-Haritsam bin At-Taihan, dari Bani Salim dari Khazraj. g) Uwaim bin Sa’idah, dari Bani Amr bin Auf dari Aus.

Mereka bertemu Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam di Aqabah di Mina, lalu mengucapkan baiat seperti butir-butir baiat para wanita saat penaklukan Makkah.

Al-Bukhari meriwayatkan dari Ubadah bin Ash-Shamit, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda, “Kemarilah dan berbaiat kalian kepadaku untuk tidak menyekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak sendiri, tidak akan berbuat dusta yang kalian ada-adakan antara tangan dan kaki kalian, tidak mendurhakai dalam urusan yang baik. Barang siapa di antara kalian yang menepatinya, maka pahala ada pada Allah. Barang siapa mengambil sesuatu dari yang demikian ini, lalu dia disiksa di dunia, maka itu merupakan ampunan dosa baginya, dan barang siapa mengambil sesuatu dari yang demikian itu lalu Allah menutupinya, maka urusannya terserah Allah. Jika menghendaki Dia menyiksanya dan jika menghendaki Dia akan mengampuninya.” Lalu aku pun berbaiat kepada beliau.

(36)

kepada orang-orang Muslim di sana, sekaligus menyebarkan Islam di antara penduduk yang masih musyrik. Tugas sebagian duta ini diserahkan kepada seorang pemuda Islam yang termasuk pendahulu Islam, yaitu Mush’ab bin Umair al-Abdari.20

Mush’ab bin Umair inilah mentor pertama, grup Mentoring pertama di Madinah. Jadi 12 orang yang masuk Mentoring itu pas dengan yang sama-sama kita ketahui bahwa dalam satu grup Mentoring itu terdiri dari 12 orang, itu karena pada zaman Nabi juga terdiri dari 12 orang.

Dalam prosesnya selama 1 tahun, Mush’ab bin Umair berhasil menyebarluaskan dakwah dengan luas dan mampu mengajak orang banyak untuk masuk Islam, sehingga pada musim haji tahun berikutnya medapatkan banyaknya 72 orang dalam 6 kelompok. Mereka berbaiat kepada Nabi dan disebut dengan Bait Aqabah II. Kemudian, Mush’ab melapor kepada Nabi tidak ada satu rumah pun di Madinah melainkan sudah menyebut nama Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam.21

Fenomena halaqah/usroh22 berawal dari berdirinya jama‘ah

Ikhwanul Muslimin pada tahun 1928 M di Mesir. Pendiri Ikhwanul Muslimin, Hasan Al Banna –semoga Allah merahmatinya– sangat prihatin dengan kondisi umat Islam saat itu yang jauh dari nilai-nilai Islam. Beliau berusaha keras mengembalikan umat kepada

20 Ibid, 159-160.

Dibalik kesuksesan Mush’ab bin Umair yaitu di Madinah banyak keluarga Nabi saw dari ibu kakeknya tapi Mush’ab bukan dari keluarga Nabi saw. sehingga, penduduk Madinah menganggap dakwah Mush’ab dengan objektif; mush’ab adalah seorang pemuda kaya dan tampan serta berwibawa; Mush’ab seorang ahli diplomasi dan

coaching yang handal; Mush’ab punya pengalaman hijrah ke Habasyah; dan sengaja tidak dikirim Abu Bakar atau Utsman, agar tidak muncul anggapan bahwa Islam hanya untuk orang kaya. Tidak juga dikirim Bilal agar tidak dilecehkan. Dikutip dari buku 365 Soal Jawab Sirah Nabawiyah oleh Hepi Andi Bastoni, 2014, hlm 62-63.

21 Taujih oleh Ust. Pada acara Mentor Schooling tema “Urgensi Membina” di Masjid At-Tarbiyah, SMAN 6 Bogor.

(37)

Masulah

Diar Nuricha P. Susun TarbawiNada

Anggota

agamanya. Dari pengamatannya yang mendalam tentang kondisi umat Islam, beliau sampai pada satu kesimpulan bahwa jauhnya umat dari Islam disebabkan mereka tidak terdidik secara Islami. Lalu beliau mengenalkan sistem pendidikan alternatif yang harus dilakukan oleh anggota jama’ahnya. Sistem itu disebut dengan sistem usroh. Anggota jama‘ahnya dibagi dalam kelompok-kelompok kecil berdasarkan tingkat pemahamannya terhadap Islam. Dengan dibimbing oleh seorang naqib23, para anggota

Ikhwanul Mulimin saat itu secara serius mempelajari Islam yang berorientasi pada pengamalan Islam. Hasilnya, jama‘ah Ikhwanul Muslimin saat itu dikenal oleh kawan dan lawannya sebagai jama‘ah yang anggotanya sangat konsisten menegakkan Islam di dalam diri dan di masyarakat. Sepeninggal Hasan Al Banna, sistem usroh dilanjutkan oleh para pengikutnya. Sistem ini akhirnya menyebar –dengan berbagai modifikasinya– ke berbagai gerakan Islam lainnya.24

Dengan adanya mentor, materi yang disampaikan pun sesuai yang dialami sebelumnya saat masuk Islam dan kemudian mengajarkan pada kelompok Mentoringnya. Jadi, perbahan dakwah Nabi itu karena terjadi proses tarbiyah yang dapat memepngaruhi orang lain dan pada fase inilah yang merupakan satu momentum strategis untuk membentuk formasi baru dalam pengembangan dakwah dan pendidikan Islam (tarbiyah).

2. Struktur Organisasi Kelompok Mentoring

23 Bisa disebut dengan Mentor.

(38)

Tugas Masing-Masing Bagian

Untuk menyelenggarakan pertemuan kelompok Mentoring tiap pertemuan pekanan sebagaimana tersebut diatas, maka tugas masing-masing bagian pada kelompok Mentoring antara lain:

1) Masulah

 Mengetahui kabar masing-masing atau kesibukan atau aktivitas para anggota kelompok Mentoring.

 Menjadwalkan agenda pekanan Mentoring.

 Men-jarkom25 anggota kelompok Mentoring dengan

format menanyakan siapa sajakah yang bisa hadir.  Mengetahui anggota kelompoknya siapa saja yang bisa

hadir.

 Mengetahui siapa saja yang tidak bisa hadir dengan memberikan alasan yang syar’I bagi anggota kelompoknya.

 Mengikuti semua kegiatan dalam kelompok Mentoring.

(39)

 Melaporkan amalan Yaumiyah atau Mutaba’ah kepada masing-masing PJ.

 Membayar infaq seikhlasnya kepada bendahara. 2) Sekretaris

 Mengatur administrasi dalam kelompok Mentoring.  Merekap hasil Mutaba’ah.

 Mengikuti semua kegiatan dalam kelompok Mentoring.  Melaporkan amalan Yaumiyah atau Mutaba’ah kepada

masing-masing PJ.

 Membayar infaq seikhlasnya kepada bendahara.

3) Bendahara

 Mengikuti semua kegiatan dalam kelompok Mentoring.  Melaporkan amalan Yaumiyah atau Mutaba’ah kepada

masing-masing PJ.

 Membayar infaq seikhlasnya. 4) Suun Mutaba’ah

 Memantau mutaba’ah atau amalah Yaumiyah anggota kelompok Mentoring.

 Mengikuti semua kegiatan dalam kelompok Mentoring.  Melaporkan amalan Yaumiyah atau Mutaba’ah kepada

masing-masing PJ.

 Membayar infaq seikhlasnya kepada bendahara. 5) Suun Tarbawi

 Memantau pembagian kultum anggota kelompok Mentoring.

 Mengikuti semua kegiatan dalam kelompok Mentoring.  Melaporkan amalan Yaumiyah atau Mutaba’ah kepada

masing-masing PJ.

 Membayar infaq seikhlasnya kepada bendahara. 6) Suun Qur’an

 Mencatat hafalan Qur’an para anggota kelompok Mentoring tiap pertemuan pekanan.

(40)

 Membuat hasil sun qur’an tiap 2 bulan sekali dalam bentuk diagram dan kemudian dilaporkan dalam forum pertemuan kelompok Mentoring.

 Mengikuti semua kegiatan dalam kelompok Mentoring.  Melaporkan amalan Yaumiyah atau Mutaba’ah kepada

masing-masing PJ.

 Membayar infaq seikhlasnya kepada bendahara. 7) Anggota

 Mengingatkan anggota lainnya jika ada yang kelupaan mengenai jadwal agenda pekanan Mentoring.

 Mengikuti semua kegiatan dalam kelompok Mentoring.  Melaporkan amalan Yaumiyah atau Mutaba’ah kepada

masing-masing PJ.

(41)

3. Kurikulum

No Materi

Mentoring Tujuan

Metode

Pendekatan Referensi

1 Amal Jama’I  Peserta mengetahui

pengertian amal jama’I

 Mushtafa Masyhur, Amal Jama'i: Gerakan Bersama, Al-Islahi Press

 Abdurrahman bin Abdul Khaliq Al-Yusuf, Legitimasi Amal Jama'i: Kupasan

Gamblang tentang Keharusan Beramal Jama'i, Pustaka Tadabbur

 Mushtafa Masyhur, Al-Qiyadah wal Jundiyah, Al-Islahi Press

 Dr.Yusuf Al-Qardhawi, Prioritas Gerakan Islam Jilid I, Usamah Press

2 Makna

 Paket BP Nurul Fikri , Syahadahmu Syahadahku

 Muh. Bin Sid bin Salim Al-Qahthany, Loyalitas Muslim Terhadap Islam  Muh. Said Al-Qaathani, Muh. Bin Abd.

Wahhab, Muh. Qutb, Memurnikan Laa Ilaaha Illallah

(42)

 Peserta termotivasi untuk

 Aqidah Seorang Muslim, Al Ummah

3 Karakteristik

 Dr.Ali Gharisah, Beriman yang Benar, GIP

 Abdul Majid Aziz Azzindani, Jalan Menuju Iman

 Materi Mentoring Islamic Study 1994-/1995

 Panduan Aktivis Harokah, Pustaka Al-Ummah, Jakarta

 Dr.Yusuf Al-Qaradhawi, Karakteristik Islam: Kajian Analitik, Risalah Gusti 5 Hal-hal yang

Menguatkan

(43)

Iman sebab bertambahnya iman. Lemahnya Iman, Darul Falah  Dr. Muhammad Na'im Yasin, Yang

menguatkan yang membatalkan Iman,

 Muhammad Sholih Al Munajjid, Obat Lemahnya Iman, Darul Falah

 Hasan Al-Banna, Dakwah islam, Kemarin, Kini dan Esok

 Dr. Abdullah 'Azzam, Islam dan Masa Depan Umat Manusia, Bayan Press

(44)

pengertian sabar

 Peserta mengetahui macam-macam sabar

 Peserta mermahami hikmah cobaan bagi kaum mukmin

dan Diskusi Menyuruh kita sabar, GIP.

 ISNET, Koleksi Bahan Tarbiyah, 1996  Ibnu Qoyyim Al-Jauuziyah, Hikmah

Cobaan, Pustaka Al-Kautsar  Prof. Dr.Hamka,Tafsir al-Azhar Juz IV,

Pustaka Panjimas

 Majalah Nurul Fikri,Ulil Albab, Sosok Cendekiawan Versi al-Qur'an,

 Muhammad bin Sa'id bin Salim Al-Qahthany, Loyalitas Muslim terhadap Islam, Ramadhani

(45)

siapa Wala' seorang muslim

 Muhammad bin Sa'id bin Salim Al-Qahthany, Loyalitas Muslim Terhadap Islam, Ramadhani.

 Muhammad bin Sa'id bin Salim Al-Qahthany, Muh. Bin Abdul Wahhab dan Muhammad Qutb, Memurnikan Laa Ilaaha Illallah, GIP.

 Dr. Ibrahim Muhammad Abdullah Al-Buraikhan, Pengantar Studi aqidah Islam, Litbang Pusat Studi Islam Al-Manar.

 DR.Ibrahim Muhammad bin Abdullah al-Buraikan, Pengantar Studi Aqidah Islam.

 Aqidah Seorang Muslim, Al-Ummah  Sayyid Sabiq, Aqidah Islam, Pola Hidup

(46)

nilai aqidah Islam

(47)

4. Lokasi dan Subjek Penelitian a) Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelompok Mentoring – Bogor, yang letaknya di daerah Indraprasta Warung Jambu. Adapun alamat lengkapnya yaitu Jalan Arjuna Raya No. 4 RT 02 RW 15 Indra Prasta Bogor 16152. Meskipun demikian, waktu dan tempat penelitian dikondisikan dengan jadwal dan keinginan subjek peserta kelompok Mentoring.

Pada kelompok Mentoring ini memiliki 8 orang anggota dan 1 orang mentor. latar belakang pendidikan yang berbeda tidak menyurutkan semangat untuk hadir pada pertemuan tiap pekannya.

b) Subjek Penelitian

Penelitian kualitatif bertujuan untuk membuat generalisasi hasil penelitian. Hasil penelitian lebih bersifat kontekstual. Pada penelitian kualitatif disebut informan atau subjek penelitian, yaitu orang-orang yang terpilih untuk diamati atau diobservasi sesuai tujuan penelitian. Melalui metode kualitatif kita dapat mengenal orang (subjek) secara pribadi dan melihat mereka mengembangkan definisi mereka sendiri tentang ke-Islaman dan komunikasi yang mereka lakukan.

Maka, subjek penelitian ini adalah anggota kelompok Mentoring yang sedang haus akan Ilmu pengetahuan Islam.

5. Sarana dan Prasarana

Dalam suatu lembaga pendidikan maupun lembaga lainnya, termasuk kelompok Mentoring mutlak mempunyai sarana dan prasarana sebab keberadaannya berfungsi penting di dalam proses menjalankan program yang telah dipersiapkan oleh lembaga atau kelompok Mentoring tersebut.

(48)

ide-ide. Namun, yang lebih dominan adalah yang berupa non fisik, tapi keberadaan fisik juga berarti.

Yang lebih dominan ialah berupa non fisik dikarenakan pada kelompok Mentoring itu diajarkan Islam melalui ceramah dan penjabaran yang terkonsep oleh mentor. Ia menjelaskan secara detail mengenai tema yang akan dibahas tiap pertemuannya. Contoh, pada suatu pertemuan kami membahas mengenai tema “Persiapan Menuju Ramadhan”. Dengan dikomandoi oleh mentor, kami diarahkan untuk mempersiapkan amalan plus plus saat Ramadhan tahun ini. Jika pada bulan selain bulan Ramadhan kita dapat mengkhatamkan 1 juz Al-Qur’an per harinya, maka pada bulan Ramadhan diharapkan dapat lebih dari target awal. Lalu, jika pada bulan selain bulan Ramadhan kita dapat menunaikan shalat dhuha maupun qiyamul lain hanya 4 rakaat, maka pada bulan Ramadhan harus bisa lebih dari itu.

Selain target amalan Yaumiyah yang dibahas, mengenai akhlak yang baik pun dibahas. Kita diharapkan mampu memperbaiki akhlak yang tadinya tidak baik menjadi baik, juga mampu mengamalkan akhlak tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Amalan Yaumiyah/Mutaba’ah inilah yang mengantarkan peserta kelompok Mentoring memiliki akhlaqul karimah yang baik sesuai dengan tuntunan syariat Islam yang dibawakan oleh Nabi Muhammad saw.

6. Kegiatan Kelompok Mentoring

Adapun kegiatan kelompok Mentoring berupa kegiatan yang rutin dilaksanakan tiap pekannya dengan di komandoi oleh seorang mentor. Kegiatannya seperti dalam tabel berikut ini:

N o

Rentang Waktu

Kegiatan Keterangan

1 2 menit Pembukaan Oleh MC

2 25 menit Tilawah dan pembacaan terjemah Al-Qur’an

(49)

3 15 menit Hafalan Al-Qur’an Oleh masing-masing anggota

4 7 menit Kultum Oleh seorang anggota

dan telah ditentukan oleh Suun Tarbawi 5 30 menit Materi Mentoring Oleh Mentor 6 15 menit Diskusi Materi Mentoring Semua terlibat

7 8 menit Pengisian form Mutaba’ah Oleh masing-masing anggota

8 10 menit Qadhaya (Tanya jawab mengenai kondisi masing-masing)

Semua terlibat

9 5 menit Pembacaan Do’a Rabithah Oleh Mentor

10 3 menit Penutupan Oleh MC

Kegiatan pertemuan Mentoring jika dijumlah, menghabiskan selama kurang lebih 2 jam penuh atau 120 menit. Tidak selamanya kegiatan Mentoring dalam waktu 2 jam. Kadangkala, bisa kurang dari 2 jam. Dan juga terkadang bisa lebih dari 2 jam. Hal ini disesuaikan dengan bobot materi dan estimasi keterlambatan datangnya para anggota kelompok Mentoring, dikarenakan ragamnya aktivitas tiap individu, juga tidak bisa memperkirakan lamanya perjalanan untuk sampai pada waktunya karena yang terjadi selama dalam perjalanan –kendaraan bermotor– tidak dapat diperkirakan.

Acuan penulis menuliskan pada tabel selama 2 jam atau 120 menit hanyalah estimasi rentang waktu yang memang idealnya pertemuan kelompok seperti pada tebel tersebut. Jika ada percepatan atau perlambatan dalam pertemuan yang lainnya, itu disesuaikan dengan kondisi semua yang terlibat di dalamnya.

B. Deskripsi Proses Belajar Agama 1. Paparan dan Analisis Data

(50)

persatuan, mengangkat konsep persaudaraan dalam setiap keadaan, dan merasakan nikmatnya ukhuwah sepanjang perjalanan Mentoring.

Karena itu, salah satu cara yang paling efektif untuk mengatasi kebodohan umat adalah dengan memasyarakatkan kegiatan Mentoring dan mentarbiyahkan masyarakat, sehingga umas terdidik secara islami. Umat yang terdidik secara islami akan mampu mengatasi berbagai masalah yang muncul dengan solusi yang lebih tepat yakni yang datangnya dari Allah swt.

Selain itu, untuk menjadikan kegiatan Mentoring sebagai wadah tarbiyah (pendidikan Islam) yang efektif, maka para aktivis dakwah (termasuk Mentor dan Mentee) harus berupaya agar kegiatan ini dapat berjalan dengan sukses (muntijah). Dengan demikian, kegiatan Mentoring dapat berorientasi pada kesuksesan dalam pembangunan umat yang islami. Tercapainya kegiatan Mentoring haruslah dinamis dan produktif. Dinamis, jalannya kegiatan Mentoring berlangsung dengan menggairahkan dan tidak membuat terasa jemu. Produktif, tujuan kegiatan Mentoring dapat terwujud, yakni pada tercapainya muwashafat.

Dinamis dan produktif menjadi faktor yang penting dalam mengukur kegiatan Mentoring yang sukses, sebab kesuksesan harus dilihat dari dua paradigm, yaitu proses dan hasil. Kita tidak bisa mengukur kesuksesan suatu sistem hanya dengan melihat satu paradigma saja, apakah proses atau hasil. Dalam sistem sosial seperti kegiatan Mentoring, keberhasilah tidak dapat diukur dari proses atau hasilnya saja. Namun, kedua-duanya penting sebagai indikator untuk mengukur keberhasilan sebuah sistem sosial yaitu kegiatan Mentoring.

(51)

terwujud tanpa perhatian terhadap dinamisasi kegiatan Mentoring. Aktivitas kegiatan Mentoring tidak cukup hanya sekedar memberikan taujih (arahan) saja tentang ukhuwah untuk mewujudkan nikmat ukhuwah, akan tetapi perlu dipraktikan di dalam kegiatan Mentoring itu sendiri.

Hal ini akan terwujud dengan adanya peran Mentor dalam mewujudkan kegiatan Mentoring yang sukses. Perannya jauh lebih penting dan dominan dari peserta anggota kelompok Mentoring itu sendiri, boleh dikatakan sukses atau tidaknya sebuah kegiatan Mentoring ada di tangan Mentor, hal ini dikarenakan ia adalah pemimpin dalam kelompok Mentoring. Ia yang memotivasi, mengarahkan, membimbing, mendidik, mengevaluasi, dan mengendalikan perjalanan kegiatan Mentoring. Peran peserta dalam menyukseskan kegiatan Mentoring lebih sebagai faktor sekunder, mereka memiliki kemauan dan kemampuan yang tinggi untuk menyukseskan kegiatan Mentoring.

Saat ini laju dakwah bergerak lebih cepat, dibutukan keseriusan untuk menanganinya. Dakwah yang serius hanya bisa ditangani oleh orang yang serius pula. Tanpa keseriusan, dakwah tidak mungkin berhasil. Oleh karena itu, pembentukan kegiatan Mentoring yang sukses menjadi urgen adanya, yaitu meningkatkan dinamisasi dan mencapai produktivitas. Kedua-duanya harus dilakukan secara simultan untuk mencapai kesuksesan Mentoring. Jadi, meningkatkan dinamisasi dan mencapai produktivitas Mentoring harus dilakukan secara bersama-sama sehingga kegiatan Mentoring dapat mencetak kader-kader yang tangguh untuk dakwah dan umat.

2. Metode Proses Belajar Agama

(52)

kesan yang tidak menggembirakan. Tetapi sebaliknya, walaupun materi kurang sempurna, bahan sederhana dan isu-isu yang disampaikan kurang aktual, namun disajikan dengan cara yang menarik dan menggugah, maka akan menimbulkan kesan yang menggembirakan. Untuk itu, Mentoring haruslah dikemas dengan cara dan metode yang tepat. Mentoring harus tampil secara aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat di tengah masyarakat, faktual dalam arti konkret dan nyata, dan konstektual dalam arti relevan dan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh masyarakat.

Metode dakwah dalam Mentoring. Yaitu sudut pandang kita terhadap proses dakwah. Umumnya, penentuan pendekatan di dasarkan pada mentee atau penerima dakwah dan suasana yang melingkupinya. Maka, dalam metode dakwah tersebut melibatkan semua unsur dakwah, bukan hanya mitra dakwah (mentee) saja. Terdapat dua pendekatan dakwah, yaitu pendekatan yang terpusat pada pendakwah dan pendekatan dakwah yang terpusat pada mitra dakwah (mentee).

Adapun metode ke-Mentoring-an yang dipakai yaitu mendorong mentee untuk bertukar pikiran tentang suatu masalah keagamaan sebagai pesan dakwah antar beberapa orang dalam tempat tertentu. Biasanya, peserta terdiri antara 3 sampai 12 orang dalam satu kelompok dan kegiatan Mentoring diadakan seminggu sekali. Dalam Mentoring, pasti ada dialog yang tidak hanya sekadar bertanya, tetapi memberikan sanggahan atau usulan dan dapat dilakukan dengan komunikasi tatap muka ataupun komunikasi kelompok.

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran pendidikan agama Islam yang menerapkan prinsip- prinsip CTL di SMP Al-Azhar Syifa Budi Solo memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan mutu

Berdasarkan analisis data penelitian dapat disimpulkan, tercapainya ketuntasan belajar, adanya pengaruh positif motivasi siswa dan keterampilan proses siswa terhadap hasil

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan belajar yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar /

Sehingga tercapainya tujuan pembelajaran tidak terlepas dari peran guru yang professional (Prastianingsih, 2013). SD Negeri 1 Torongrejo Kota Batu merupakan salah satu

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan oleh peneliti memberikan dampak positif terhadap dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran pendidikan agama

3. Pada masa sekarang ini kehidupan masyarakat sudah semakin maju terutama karena kemajuan teknologi dan informasi. Dampak yang ditimbulkan karena adanya perubahan tersebut dalam

Dengan adanya video pembelajaran berbantuan youtube pada muatan IPA materi perubahan wujud benda dapat memotivasi siswa dalam belajar sehinga tujuan pembelajaran dapat terlaksana dan

Dampak positif dari perubahan sosial yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat haruslah kita dukung, karena dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan pekerjaan atau