Dalam artikel selanjutnya saya akan membahas tentang kepentingan geopolitik AS yang tidak lagi sejalan. Analisa ini dikemukakan oleh David P Calleo yang membahas tentang konstelasi politik global yang menyebabkan hubungan Eropa dan Amerika mulai renggang serta memperhitungkan prospek hubungan keduanya di masa yang akan datang.
Geopolitik adalah membentuk kepentingan berdasarkan pengaruh geografi. Analisisnya berawal dari munculnya kepentingan bersama antara AS dan beberapa bagian negara di Eropa dalam melawan pengaruh Jerman di masa perang dunia, dan Rusia pada masa perang dingin. Hal ini memunculkan kepentingan geopolitik di translantik antara AS dan sebagian negara Eropa melawan yang lain. Pada masa perang dingin sistem internasional berada pada level bipolar, yakni dominasi antara AS dan Soviet. Menurut konstruksi geopolitik klasik, negara Eropa barat bersatu menjadi blok barat yang dipimpin oleh AS karena negara-negara tersebut mempunyai kepentingan geopolitik yang sebagian besar sama. Saat kekuasaan soviet mulai mengendur, Jerman memperkuat geopolitiknya. Dengan adanya detente perdagangan serta pertukaran budaya di Eropa mulai tumbuh yang dapat
mendorong Pan Eropa yang dimana bisa memudahkan Jerman untuk reunifikasi.
Pada masa perang dingin negara-negara Eropa Barat mulai sadar untuk membangun kerjasama politik dan ekonomi di wilayah tersebut. Runtuhnya Uni Soviet menjadi awal dari munculnya geopolitik baru di wilayah Eropa. Di masa itulah aliansi translantik menjadi ide lama yang menghadapi realitas baru. Eropa dan AS meredefinisi kepentingannya masing-masing.
Berakhirnya perang dingin ditandai dengan munculnya ide Mitteleuropa serta penyatuan Jerman. Eropa Barat berevolusi dari komunitas ke Uni. Keterikatan negara Eropa terhadap perlindungan AS mulai berkurang. Analis mulai memprediksi akhir dari NATO. Pemerintah AS ingin tetap melestarikan NATO dan menjadikan Eropa menjadi Uni Eropa. Hal ini dilakukan untuk memperluas pengaruh NATO di wilayah tersebut.
Hal tersebut menjadikan pemerintah Rusia merasa kehilangan kendali atas wilayah bekas Soviet yang memunculkan kembali sistem bipolar. Akan tetapi dengan kekuasaan Rusia yang jauh berkurang. Di lain sisi berinisiatif untuk mengubah NATO dari aliansi regional yang bersifat defensif menjadi kekuatan intervensi global. Awal dari ide tersebut adalah ketika aliansi barat mengirimkan pasukan mereka ke Afghanistan dan Irak. Runtuhnya Uni Soviet mendorong elit politik AS untuk membangun dunia yang unipolar.
Hal tersebut menimbulkan kesenjangan hubungan antara AS dengan Prancis dan Jerman. Keduanya menolak untuk mendukung resolusi untuk invasi tersebut. Penolakan tersebut didukung oleh Rusia dan Cina. Adanya pertentangan tersebut memunculkan pandangan bahwa telah muncul sebuah blok yang ingin membendung ambisi unipolar AS. Walaupun pertentangan keduanya tidak didukung oleh negara Eropa Barat lainnya, akan tetapi perlawanan tersebut patut diperhitungkan.
Popularitas AS dalam benak masyarakat Eropa mulai menurun. Hal ini ditandai dengan mulai bersatunya lagi Eropa dalam diplomasinya untuk menentang rencana AS dalam menyerang Iran. Memburuknya struktur keuangan dan kondisi ekonomi menjadi alasan bagi Eropa untuk mencegah intervensi global AS. Harus diakui bahwa tidak selamanya kepentingan AS dan Eropa sejalan. Eropa tidak bisa selalu menerima visi strategis AS, dan AS tidak akan bisa mewujudkan visinya tanpa dukungan Eropa. Alasan utama Eropa untuk tidak sejalan lagi dengan AS adalah karena kondisi geopolitik yang telah berubah.