IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
PIMPINAN PUSAT
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
TANFIDZ
Editor
Azaki Khoirudin Jamaludin Kiroma Akhmad
Desain Cover
Agung
Lay Out &
Kirman
Penerbit
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jl. KHA. Dahlan No. 103 Yogyakarta
Telp./Fax. 0274-411293 Jl. Menteng Raya No. 62 Jakarta
Telp./Fax. 021-3103940 email: sekretariat@ipm.or.id
web: www.ipm.or.id
Dicetak oleh :
Percetakan Muhammadiyah “GRAMASURYA”
Jl. Pendidikan No. 88 Sonosewu Yogyakarta 55182 Telp. (0274) 377102, Fax. (0274) 413364
E-Mail : gramasurya@gmail.com, gramasurya_jogja@yahoo.com
PENGANTAR
KETUA UMUM PIMPINAN PUSAT
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
2010-2012
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur atas limpahan
Hidayah dan Rahmat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan segala hal, bahkan yang tidak diminta oleh hamba-hambanya pun Allah selalu mencurahkan perhatian-Nya. Tak hentinya sholawat
dan salam semoga tetap kita haturkan kepada suri tauladan kita Rosulullah Muhammad SAW, yang sepatutnya kita merasa malu
jika tidak sanggup melanjutkan misi kekhalifahan di dunia ini.
Apalagi jika menyombongkan diri menjadi yang paling benar,
padahal di bumi yang kita injak ini terdapat jasad Rosulullah SAW.
Berkat ridho Allah SWT, akhirnya Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar
Muhammadiyah periode 2012-2014 berhasil menghimpun putusan Muktamar ke-18 untuk dintanfidzkan dan dijadikan pedoman organisasi untuk periode ini. Tentunya tanpa usaha yang gigih dilengkapi dengan tekad dan semangat juang yang tinggi, tanfidz Muktamar ke-18 ini tidak akan berada di hadapan pembaca sekalian. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut andil memperjuangkan terbitnya tanfidz ini.
Sidang komisi A di arena Muktamar Sumatera Selatan membutuhkan pemikiran yang lebih, sehingga memutuskan untuk
membentuk tim yang bertugas menyusun rumusan yang ada di
komisi tersebut, yaitu pondasi utama organisasi sehingga gerakan
dakwah ini terus berjuang di tengah kondisi dunia saat ini. Tim yang
untuk merumuskan agenda terpenting di komisi A. Hal inilah yang menjadikan tanfidz ini baru bisa dinikmati oleh pembaca sekalian.
Maka dari itu, Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar
Muhammadiyah mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila kurang bisa memberikan pelayanan yang maksimal.
Gerakan Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang memasuki paruh abad kedua ini terus menyinergikan dengan gerakan
Muhammadiyah. Lebih dari itu, keseriusan yang semakin nyata
IPM tunjukkan dengan memantapkan basis utama ikatan, yaitu
pelajar. Tanfidz ini merupakan gagasan besar Ikatan Pelajar Muhammadiyah untuk fokus terhadap gerakan pelajar di Indonesia. IPM siap menjadi basis utama pelajar Indonesia, dan tentunya IPM siap menjadi wadah untuk mempersiapkan pelajar-pelajar Indonesia untuk menuju bangsa yang lebih bermartabat.
Kondisi dunia yang bergerak begitu cepat, memicu IPM juga harus selalu dinamis dalam hal gagasan maupun gerakan
untuk memfasilitasi aktualisasi pelajar. Tawaran gerakan IPM yang termaktub dalam tanfidz ini merupakan gagasan gerakan terkait kondisi pelajar hari ini. Maka, Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah memiliki harapan dan cita-cita luhur untuk membuktikan kepada dunia, bahwa setiap level pimpinan
di Ikatan Pelajar Muhammadiyah terus berjuang dan bergerak
merealisasikan maksud dan tujuannya tidak terhenti di level persyarikatan. Akan tetapi, Ikatan Pelajar Muhammadiyah menjadi perhatian dan referensi utama bagi pelajar dunia. Semoga Allah meridhoi niat tulus IPM ini. Nuun, Walqolami Wamaayasthuruuna.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ketua Umum PP IPM
DAFTAR ISI
Pengantar Ketua Umum Pimpinan Pusat IPM __ iii
SK Pengesahan Keputusan Tanfidz Muktamar XVIII IPM __ vi Surat Instruksi Pelaksanaan Keputusan Tanfidz Muktamar XVIII IPM __ vii
Keputusan Induk Muktamar XVIII IPM __ viii
SK Pengesahan Susunan Pimpinan Pusat IPM __ x
Tanfidz Muktamar XVIII IPM __ 1
Dasar-Dasar Gerakan __ 3
Ikatan Pelajar Muhammadiyah __ 3
Paradigma Gerakan __ 10
Ikatan Pelajar Muhammadiyah __ 10 Gerakan Pelajar Berkemajuan __ 16 Strategi Gerakan __ 21
Ikatan Pelajar Muhammadiyah __ 21 Agenda Aksi __ 25
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IPM __ 39
Anggaran Dasar IPM __ 41
Anggaran Rumah Tangga IPM __ 56
Kebijakan dan Program-Program Bidang IPM __ 92
Rekomendasi Muktamar XVIII IPM __ 104
Lampiran-Lampiran __ 109
Lagu-Lagu IPM __ 111
Contact Person PP IPM __ 116
Daftar Alamat dan Kontak Person PW IPM __ 118
KEPUTUSAN INDUK MUKTAMAR XVII
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH(IPM) TAHUN 2012 No. 09-SK/ MUKT/ 2012
Muktamar XVIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah tahun 2012 setelah:
Menimbang : Tema Muktamar “Menumbuhkan Kesadaran Kritis, Mendorong Aksi Kreatif untuk Pelajar
Indonesia yang Berkarakter”
Memperhatikan : 1. Sambutan Ketua Umum PP IPM
Ipmawati Danik Eka Rahmaningtias
2. Sambutan dan Amanah Ketua Umum PP
Muhammadiyah
Prof. Dr. Din Syamsuddin, MA.
3. Sambutan Menteri Koordinator
Perekonomian
Dr. (HC) Ir. Hatta Radjasa
4. Usul dan saran dari peserta Muktamar
Mengingat : 1. Anggaran Dasar IPM Pasal 28
2. Anggaran Rumah Tangga IPM Pasal 30
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama : Mengesahkan Laporan
Pertanggungjawab-an PimpinPertanggungjawab-an Pusat IkatPertanggungjawab-an Pelajar Muham
-madiyah Periode Muktamar XVII di Yogya-karta (2010-2012)
Kedua : Mengasahkan Laporan Perkembangan dan
Pandangan Umum Pimpinan Wilayah Ikatan
Pelajar Muhammadiyah se-Indonesia
Ketiga : Mengesahkan Anggota Sidang Komisi A, B, dan C
Muktamar XVIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Keempat : Mengesahkan hasil pembahansan Sidang
Muhammadiyah, yaitu;
Komisi A : Paradigma Gerakan dan Agenda
Aksi
Komisi B : AD dan ART Ikatan Pelajar
Muhammadiyah
Komisi C : Kebijakan Bidang dan Rekomendasi
Kelima : Mengesahkan dan menetapkan hasil
pemilihan formatur periode Muktamar IPM ke XVIII di Palembang sebagai berikut: 1. Lesti Kaslati Siregar
Keenam : Mengesahkan dan menetapkan Ipmawan
Fida Afif sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiya Periode
Muktamar XVIII (2012-2014) di Palembang sesuai dengan hasil rapat formatur
Ketujuh : keputusan ini berlaku sejak ditetapkannya
Ditetapkan di Wisma Atlet Jakabaring Sport City
Pada Tanggal 16 Muharram 1434 H Atau bertepatan dengan tanggal 30 November 2012 Pada pukul 15.40 WIB
TANFIDZ MUKTAMAR XVIII
DASAR-DASAR GERAKAN
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah metamorfosa dari Ikatan Remaja Muhammadiyah yang awalnya bernama Ikatan
Pelajar Muhammadiyah sebagai salah satu dari organisasi
otonom Persyarikatan Muhammadiyah berbasiskan pelajar. Kelahiran IPM pada tanggal 18 Juli 1961 M, tidak dapat dielakkan sebagai upaya untuk memfilter pengaruh gerakan komunisme yang waktu itu mengancam eksistensi keagamaan dan kebangsaan. Sekaligus juga sebagai wadah gerakan keislaman,
keilmuan dan kemasyarakatan di kalangan pelajar serta sebagai
institusi kader Muhammadiyah yang dapat mengemban cita-cita Muhammadiyah di masa depan.
Selanjutnya pada tahun 1992, atas tekanan dari pemerintah orde Baru yang hanya menginstruksikan OSIS sebagai
organisasi tunggal kepelajaran yang diperbolehkan eksis,
menggiring IPM untuk melakukan perubahan nama. Dalam
rangka mempertahankan eksistensinya, maka diadakanlah Tim Eksistensi IPM untuk melakukan kajian yang mendalam tentang
permasalahan tersebut. Akhirnya, pada tanggal 18 November 1992 M bertepatan dengan tanggal 22 Jumadil Awal 1413 H, IPM berubah nama menjadi IRM (Ikatan Remaja Muhammadiyah).
Pasca perubahan nama menjadi IRM, IPM kemudian
memiliki jangkauan gerakan yang lebih luas yakni remaja. Meskipun demikian, IPM tetap memiliki filosofi gerakan yang sama dengan IPM. IPM dengan wilayah garapan yang lebih luas
mendapatkan tantangan yang lebih berat dikarenakan tanggung
yang semakin kompleks di tengah dinamika masyarakat yang
senantiasa berubah.
Dalam perkembangan selanjutnya, pasca runtuhnya rezim Orde Baru gejolak untuk mengembalikan nama IPM menjadi IPM kembali muncul pada Muktamar XII di Jakarta tahun 2000. Di setiap permusyaratan muktamar, isu ini selalu saja menjadi
topik diskursus para muktamirin yang terus bergulir dan tanpa
menemui titik terang. Barulah di Muktamar XV IPM di Medan pada tahun 2006, isu ini dirasakan menemui titik terang saat
dibentuknya Tim Eksistensi IPM yang bertugas untuk mengkaji
basis massa IPM yang nantinya akan berimplikasi pada perubahan nama.
Namun, di tengah berjalannya Tim Eksistensi ini, PP Mu-hammadiyah berdasarkan rekomendasi Tanwir MuMu-hammadiyah Yogyakarta tahun 2007 mengeluarkan SK Nomenklatur tentang
perubahan nama Ikatan Remaja Muhammadiyah menjadi Ika -tan Pelajar Muhammadiyah sebagai bentuk dukungan terhadap
keputusan perubahan nama tersebut. Alhasil, terjadi gejolak di
internal IPM saat itu antara pro dan kontra terhadap keputusan
tersebut.
Akhirnya, untuk menyikapi SK PP Muhammadiyah tersebut, Pimpinan Pusat IRM kemudian melakukan konsolidasi dengan
seluruh PW IRM Se-Indonesia di Jakarta, Juli 2007 dengan
menghadirkan PP Muhammadiyah guna untuk mendengarkan
penjelasan perihal SK tersebut. Setelah melewati proses dialektika yang panjang, forum akhirnya memutuskan bahwa IRM akan berganti nama menjadi IPM. Namun, perubahan nama itu secara resmi akan dilakukan pada Muktamar XVI IRM Tahun 2008 di Surakarta. Olehnya itu, nama IPM baru secara resmi disahkan pada tanggal 28 Oktober 2008 di Surakarta.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah gerakan Islam dakwah amar makruf nahi mungkar di kalangan pelajar dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
IPM memandang Islam merupakan agama yang berkemajuan
yang bersifat rahmatan lil alamin. Hal ini dimaknai bahwa
mengandung nilai-nilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang tercerahkan. Islam yang berkemajuan dan menghadirkan pencerahan sebagai refleksi dari nilai-nilai
emansipasi (yad’uuna ilal khair), humanisasi (ya’muruuna bil ma’ruf) dan liberasi (yanhauna ‘anil munkar), sebagaimana yang
terkandung dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 104:
ِفوُرْعَم
ْلاِب َنوُرُمْأَيَو ِ ْيَْلا َلِإ َنوُعْدَي ٌةَّمُأ ْمُكْنِم ْنُكَْلَو
﴾١٠٤﴿ َنوُحِلْفُم
ْلا ُمُه َكِ َلوُأَو ِرَكْنُمْلا ِنَع َنْوَهْنَيَو
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S.Ali-Imran : 104)
Spirit inilah yang menjadi landasan atas setiap proses pencerahan yang dilakukan IPM. Pencerahan sebagai jalan
Islam yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan
kehidupan dari segala bentuk keterbelakangan, ketertindasan, kejumudan, dan ketidakadilan hidup umat manusia. Sehingga,
atas dasar pandangan Islam yang berkemajuan dengan gerakan pencerahan, maka IPM sebagai sayap gerakan pelajar harus
menjadi gerakan ilmu atau gerakan pencerdasan.
Namun, proses pencerdasan yang dilakukan IPM mesti berdasarkan ilmu pengetahuan. Karena IPM menganggap bahwa ilmu pengetahuan merupakan awal dari sebuah peradaban. Olehnya itu, IPM sebagai sebuah gerakan pencerdasan untuk mewujudkan transformasi sosial mesti melandaskan setiap gerak langkah perjuangannya pada perkembangan ilmu pengetahuan.
Sebab, dari kemajuan ilmu pengetahuanlah sebuah perubahan
﴾١﴿ َنوُر ُط ْسَي اَمَو ِم
َلَقْلاَو
جن
“Nuun, demi pena dan segala apa yang mereka tuliskan” (Q.S.Al-Qalam : 1)
Proses pencerdasan yang dilakukan tentunya tidak terlepas dari identitas IPM sebagai aksentuator dakwah dan lembaga kaderisasi Muhammadiyah di kalangan pelajar. Proses kaderisasi ini dimaksudkan untuk mewujudkan kader berkemajuan
(imajinatif, kreatif, dan kontemplatif) yang dapat menjadi
pelopor, pelangsung, penyempurna gerakan Muhammadiyah di
masa yang akan datang. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah dalam Al-Qur’an Surah an-Nisa ayat 9, dan al-Hasyr ayat 18, yaitu:
ْمِهْي
َلَع اوُفاَخ اًفاَع ِض ًةَّيِّرُذ ْمِهِفْلَخ ْنِم اوُكَرَت ْوَل َنيِ َّلا َشْخَ ْلَو
﴾٩﴿ اًديِدَس لاْوَق اوُلوُقَ
لَو َللها اوُقَّتَيْلَف
ْ
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yangmereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”(Q.S. An-Nisa’:9)
ٍدَغِل ْتَمَّدَق اَم ٌسْفَن ْر ُظْنَ
لَو َللها اوُقَّتا اوُنَمآ َنيِ
ْ
لا اَهُّي
َّ
أ اَي
َ
﴾١٨﴿ َنوُلَمْعَت اَمِب ٌيِبَخ َللها َّنِإ َللها اوُقَّتاَو
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah danhendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Q.S. al-Hasyr: 18).
mengupayakan kemandirian pelajar. Kemandirian yang dicapai melalui proses pemberdayaan segala potensi dan kreatifitas yang dimilikinya. Hal ini dianggap perlu, sebab kemandirian adalah sebuah keniscayaan dalam diri setiap manusia, termasuk pelajar. Kesemuanya ini akan melepaskan kita dari segala bentuk
ketergantungan baik secara personal maupun gerakan sehingga kita mampu menjaga independensi dalam menentukan sikap
dan langkah perjuangan untuk perubahan komunitas pelajar. Keyakinan ini dilandaskan pada Al-Qur’an Surah Ar-Ra’d ayat 11, yaitu:
﴾١١﴿ ... ْمِه ِسُفْن
َ
أِب اَم اوُ ِّيَغُي َّتَح ٍمْوَقِب اَم ُ ِّيَغُي لا َللها َّنِإ ...
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S.
Ar-Ra’d: 11)
Selanjutnya, dengan kemandirian sebagai sebuah gerakan
pelajar IPM mengupayakan terjadinya (transformasi sosial), yakni perubahan ke arah yang lebih baik di kalangan pelajar. IPM
harus melakukan proses aggregasi dan mengartikulasikan segala
kepentingan pelajar. Segala bentuk ketimpangan, penindasan, pembodohan, ketidakadilan dan kejahatan kemanusiaan harus segera dihapuskan dalam kehidupan pelajar di Indonesia. Karena
kehidupan bukanlah suatu hal yang given (diam, stagnan).
Realitas yang timpang ini dapat diubah didasari dengan kesadaran kritis dan melakukan perubahan. Kritis yang dimaksud adalah kesadaran yang menghendaki perubahan struktur ketidakadilan secara fundamental menuju sistem sosial yang lebih adil.
Perjuangan sistem social atas dasar humanisasi, liberasi, dan
transendesi. Pandangan ini berdasarkan pada firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 110, yaitu:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…” (Q.S. Ali-Imran : 110)
IPM berkomitmen untuk terus memperjuangakan pandang
-an d-an misi Islam y-ang berkemaju-an sebagaim-ana spirit awal
kelahirannya sebagai ideologi kemajuan untuk pencerahan kehi
-dupan. Sehingga, masyarakat Islam yang maju, adil, makmur, de-mokratis, mandiri, bermartabat, berdaulat, dan berakhlak-mulia
(al-akhlaq al-karimah) yang dijiwai nilai-nilai Ilahiah. Masyarakat
Islam menjunjung tinggi pemihakan terhadap kepentingan pela-jar, perdamaian dan nir-kekerasan, serta menjadi rumah besar
bagi golongan dan kelompok pelajar tanpa diskriminasi sepan
-jang zaman akan senantiasa diperjuangkan oleh IPM.
Dari uraian dasar-dasar gerakan IPM di atas, maka IPM menetapkan nilai-nilai Islam berkemajuan dalam bergerak memperjuangkan idealitas yang dipahaminya sebagai berikut :
1. Nilai Ketauhidan
Tauhid yang dimaksud dimaknai tidak hanya sekedar konsepsi teologis semata. Tetapi bagi IPM, konsep Tauhid
hadir sebagai substansi ajaran Islam yang rahmatan lil alamin yang menghendaki kebenaran, kemaslahatan, kemajuan dan pencerahanmelalui pengejawantahan dalam
bentuk praksis dan implementatif untuk menjawab semua permasalahan kehidupan.
2. Nilai Keilmuan
IPM memandang ilmu pengetahuan merupakan awal dari sebuah peradaban. Karena dari perkembangan ilmu pengetahuanlah sebuah perubahan dimulai dan dikreasikan. Ilmu merupakan variabel independen bagi perkembangan masyarakat. Olehnya itu, IPM menaruh perhatian yang
besar pada perubahan dan pembaruan ilmu (ideas). IPM
pencerdasan, pencerahan dan pembebasan dari kesalahan
berpikir sebagai upaya mewujudkan transformasi sosial.
3. Nilai Kekaderan
Selain mengisyaratkan keniscayaan IPM sebagai organisasi kader Muhammadiyah yang mengharuskan IPM melahirkan anak panah Muhammadiyah di lingkungan pelajar, nilai ini
juga menegaskan bahwa IPM berupaya untuk mewujudkan
kader yang berkemajuan (imajinatif, kreatif dan
kontemplatif) yang ditopang dengan akhlak mulia menuju
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
4. Nilai Kemandirian
Nilai ini ingin mewujudkan kader-kader IPM yang memiliki jiwa independen dan mempunyai keterampilan pada
bidang tertentu (skill) sebagai upaya untuk mengoptimalkan
potensi fitrah insaniah dalam bentuk kemandirian personal dan gerakan tanpa tergantung pada pihak lain.
5. Nilai Kemasyarakatan
Nilai ini berasal dari pandangan IPM yang meyakini bahwa masyarakat (kaum pelajar) dapat mempengaruhi terjadinya perubahan sosial. Perubahan yang dimulai dari
human action (tindakan manusia) yang berlandaskan pada
PARADIGMA GERAKAN
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
Paradigma merupakan seperangkat konsep yang
berhubungan satu sama lain secara logis membentuk sebuah
kerangka pemikiran yang berfungsi untuk memahami, menafsirkan dan menjelaskan kenyataan dan atau masalah yang dihadapi. Olehnya itu, dalam merumuskan paradigma gerakan IPM, maka terlebih dahulu kita mesti memetakan segala dinamika yang dihadapi IPM untuk bisa menafsirkan realitas yang terintegrasi dalam mata rantai pergerakan IPM.
Realitas yang dimaksud adalah kondisi terkini yang dianalisis
secara objektif dengan mencoba menghubungkan suatu subjek dengan subjek lainnya dalam sebuah jalinan kompleks. Dalam melakukan pergerakan IPM harus memiliki titik pijak dalam menafsirkan dan memahami kondisi realitas kontemporet.
Dimana dalam pergerakannya, IPM dihadapkan pada kondisi
internal dan kondisi eksternal. Oleh karena itu ada beberapa hal hasil dari pembacaan realitas oleh IPM:
1. Kondisi Eksternal
a. Globalisasi dan Kapitalisme Global
Era globalisasi yang dimitoskan menjadi anugrah bagi
manusia, justru beralih menjadi bencana peradaban.
Globalisasi dimotori oleh The Unholy Trinity (IMF,
World Bank & WTO), negara-negara kaya, TNC/
Transnational Corporation menyebarkan penindasan,
& pencabutan subsidi itulah doktrinnya. Pendidikan mahal, BBM & TDL naik, impor beras yang mematikan petani itu semua merupakan akibat penerapan ketiga doktrin tersebut. Negara sudah tuna kuasa dan tak berdaya termasuk Indonesia.
b. Budaya Populer dikalangan Pelajar.
Hingga saat ini, IPM masih dianggap belum memikirkan secara serius mengenai konsumsi produk budaya populer
dikalangan pelajar. IPM belum pernah menetapkan
kacamata apa yang akan digunakan dalam memandang
fenomena Budaya Populer yang menelikungi generasi muda kita. Hal tersebut berimplikasi pada kegamangan anak-anak IPM dalam memandang Budaya Populer, apakah mereka perlu melakukan perlawanan terhadap
konsumsi budaya pop tersebut atau malah larut dalam
gejolak konsumerisme tersebut. Padahal, hasrat
untuk mengonsumsi produk Budaya Populer tersebut
semakin menggila dan menelikung di kalangan pelajar.
Selain itu, keterpinggiran budaya lokal kita semakin menjadi karena media yang dikuasai oleh para kapitalis berupaya untuk membangun Global Culture dikalangan
pelajar.
Sebenarnya ada beberapa alternatif kacamata yang dapat digunakan untuk memandang fenomena budaya pop. Misalnya kacamata yang ditawarkan oleh oleh Theodor W. Adorno, salah seorang pemikir budaya
dari School of Frankfurt. Ia menyatakan Budaya Populer
merupakan budaya yang dikonstruk oleh kapitalis dengan menggunakan saluran media massa untuk
memassifkan konsumsi agar konsumerisme tetap
lestari. Dengan demikian, Capital akan terus berputar
dan kekayaan pada segelintir orang dapat meningkat melalui konsumsi produk budaya populer tersebut. Selain itu, ada banyak alternatif kacamata yang dapat
mengorganisir sebuah gerakan menyikapi fenomena budaya populer dikalangan pelajar dan remaja.
c. Sosial Politik Indonesia
Aspek politik turut mempengaruhi kehidupan masyara-kat termasuk kehidupan pelajar. Lahirnya kebijakan Uji-an Nasional adalah salah satu contoh kebijakUji-an politik yang cukup signifikan mempengaruhi pelajar. Banyak
pelajar yang ogah untuk berorganisasi disebabkan oleh kesibukan untuk berkontestasi dalam hal akademik
(UN, red.). Selain itu, kebijakan di dunia pendidikan,
sosial dan ekonomi ini pun berimplikasi terhadap pola
prilaku masyarakat terutama pelajar. Sehingga, IPM
se-bagai sebuah gerakan sosial dituntut untuk mengagre
-gasi kepentingan melalui pembentukan suatu program kebijakan yang didasarkan atas serangkaian kepenting-an ykepenting-ang dipahaminya; serta mengartikulasikkepenting-an kepen-tingan, dengan mengekspresikan berbagai kebijakan
yang dimaksudkan untuk mempengaruhi kebijakan pe
-merintah.
d. Perilaku Subversif di Kalangan Pelajar
Fenomena kekerasan di kalangan pelajar memang
perlu mendapatkan perhatian yang serius. Sebagai basis
massa dan lokus gerakan kita, pelajar masih dalam tahap
yang cukup labil dalam fase kehidupannya. Sehingga, berbagai macam tindakan subversive seperti tawuran,
penggunaan narkoba dan free sex tak jarang dilakukan
oleh generasi muda ini. Namun, dalam memandang fenomena ini IPM tidak boleh terjebak kerancuan berpikir seperti yang disebutkan Jalaluddin Rahmat,
blaming the victim (menyalahkan pelaku). Karena
e. Kemajuan Teknologi Informasi
Teknologi informasi maju semakin pesat, selain aspek keuntungan yang lebih cepat, efisien dan murah
dalam membantu pelajar dalam membangun tradisi
keilmuannya, ternyata hal ini juga memberikan efek negatif terhadap pelajar. Untuk itu, perlu ada tindakan nyata dalam mengarahkan pemanfaatan kemajuan
teknologi yang semakin hari berkembang semakin
pesat. Kemajuan teknologi informasi ini juga harus dapat dimanfaatkan oleh IPM sebagai wadah untuk menyemaikan ideologi yang dipahaminya. Sekaligus
melakukan propaganda (menggalang kesadaran
kolektif) lewat idea-idea IPM terhadap realitas yang ada untuk mewujudkan transformasi sosial. Sejarah mencatat, bahwa kemajuan teknologi informasi media cukup efektif dalam memprovokasi kesadaran sosial masyarakat. Misalnya, Gerakan Koin untuk Prita” dan “Gerakan Cicak Versus Buaya” yang digalang lewat blog
dan media sosial facebook dan twitter yang kemudian
menyadarkan masyarakat untuk melawan segala ketimpangan yang ada.
2. Kondisi Internal
a. Corak Keberislaman IPM
IPM sebagai sebuah gerakan pelajar dengan visi amar ma’ruf nahi munkar tentunya hadir dalam konsepsi keberislamannya sendiri. Untuk tataran teologi gerakan, teologi Al-Ma’un merupakan konsepsi yang
dibangun dalam persyarikatan Muhammadiyah dan telah diterjemahkan ke dalam konsepsi gerakan IPM
dengan konsep Gerakan Kritis Transformatifnya. Pada tataran fiqh, Muhammadiyah sebagai induk organisasi telah membangun sebuah perangkat interpretasi
nilai-nilai keislaman dalam sebuah konsep yang disebut
yang disediakan ini telah memberikan konstribusi terhadap keberislaman anggota IPM?
Selain itu, IPM dalam konsep keberislamannya
mengalami proses kegamangan sampai ke tingkat
grassroot (akar rumput) sehingga banyak dari kader
IPM yang beralih ke “rumah” yang lain untuk mengasah konsep keberislamannya. Proses kegamangan ini terjadi ketika kita gagal dalam mendalami konsep keberislaman IPM, sehingga dinilai perlu untuk membuat formulasi
baru tentang konsep beserta perangkat praksisnya sehingga bisa menjadi kekuatan yang sekiranya
didalami oleh seluruh kader di semua level organisasi.
Hal inilah yang menjadi salah satu kekuatan yang
diharapkan terinternalisasi dan termanifestasikan dalam kehidupan ritual dan sosial kader.
b. Budaya Keilmuan IPM
Sebagai sebuah gerakan pelajar, IPM tentunya
dituntut untuk senantiasa menggalakkan budaya
keilmuan dalam rangka membangun nalar keilmuan di
kalangan pelajar. Dari perspektif ide, IPM dinilai telah
matang dalam merumuskan konsep budaya keilmuan,
namun terjadi sebuah proses yang timpang dalam
menggalakkan culturenya. Hal ini mengindikasikan
bahwa harus ada penegasan akan hal tersebut yang didahului oleh intensifikasi budaya keilmuan seperti misalnya Gerakan Iqra’ dengan tetap mengedepankan sifat kritis dan menggunakan daya nalar.
c. Efektifitas Perkaderan
Sebagai proses pendidikan dan penyemaian nilai dan
identitas IPM, pengkaderan dinilai sebagai sebuah aktivitas strategis untuk melakukan penyadaran,
pemberdayaan dan pendampingan terhadap kader
IPM. Namun sayangnya, diantara kuantitas pelaksanaan
pengkaderan yang begitu banyak dilaksanakan hampir
harapan. Masih terdapat kelemahan dalam setiap
tahapan pelaksanaan sehingga hal ini sedikit banyak
berimplikasi terhadap keluaran yang dihasilkan.
Diantaranya, persiapan pelaksanaan, sumber daya
manusia serta yang terpenting adalah pendampingan pasca pelatihan yang saling terkait satu sama lain.
Untuk itu, perlu ada langkah strategis untuk segera mengakhiri paceklik kader penggerak dengan mencoba
merevitalisasi konsep dan perangkat perkaderan IPM.
d. Posisi Strategis IPM di Kalangan Pelajar
Tak dapat dipungkiri bahwa di usianya yang telah melewati setengah abad, IPM telah menjejaring hampir di seluruh pelosok nusantara. IPM hadir sebagai pelopor gerakan pelajar kritis yang senantiasa
melakukan penyadaran, pemberdayaan dan pembelaan
di kalangan pelajar. Namun, hingga saat ini IPM dinilai
masih belum memaksimalkan posisinya sebagai sebuah gerakan yang besar di kalangan pelajar untuk
senantiasa memberikan manfaat atau inspirasi dalam
rangka mencerdaskan dan memberdayakan kaum
pelajar. Padahal ketika peran ini dapat dilakoni dengan baik, tentunya akan memberikan efek positif terhadap
eksistensi gerakan IPM baik di sekolah Muhammadiyah maupun di sekolah non Muhammadiyah sehingga predikat sebagai The Chosen Organization (organisasi
GERAKAN PELAJAR BERKEMAJUAN
Gerakan pelajar di Indonesia pada abad ke-20 memiliki peranan sentral dalam perkembangan Indonesia. Saat itu, kaum terpelajar memiliki pengaruh yang cukup signifikan baik secara intelektual, politik maupun birokratis. Ide-ide tentang
kemajuan dan perubahan yang dimiliki kaum intelektual muda saat itu cukup banyak memberikan pengaruh terhadap kemajuan
Indonesia. Sehingga, gerakan ini pun mendapatkan respon positif dari masyarakat yang ditandai dengan lahirnya berbagai
perhimpunan semisal Budi Utomo, Jong Islameten Bond, dan
gerakan reformis-modernis seperti Muhammadiyah.
Kelahiran Muhammadiyah inilah pada 1912 menjadi cikal bakal lahirnya Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Sebagai
organisasi otonom Muhammadiyah, IPM berperan dalam melakukan pemurnian dan menjaga ideologi pelajar dari terpaan
ideologi komunis yang marak disemaikan kala itu. Selain itu,
kelahiran IPM memiliki dua posisi strategis yakni pertama,
IPM sebagai aksentuator gerakan dakwah amar makruf nahi
munkar Muhammadiyah di kalangan pelajar (bermuatan pada membangun kekuatan pelajar menghadapi tantangan eksternal
sosial politik saat itu). Kedua, IPM sebagai lembaga kaderisasi Muhammadiyah yang dapat membawakan misi Muhammadiyah di masa yang akan datang.
Dalam perkembangannya, IPM mendapatkan begitu banyak
tantangan dalam gerak langkahnya. Tantangan yang begitu berat ditemui di tahun 1992 dimana saat itu pemerintah Orde
Baru melakukan represi terhadap gerakan pelajar di Indonesia,
termasuk IPM yang mengharuskannya mengganti nama dari IPM menjadi IRM. Meskipun mendapatkan pertentangan dari
sebagai blessing in disguise (rahmat yang tersembunyi). Setelah
perubahan nama ini IRM dapat memperluas jaringan dan
jangkauannya tidak hanya pada pelajar an sich, tetapi juga
menjangkau kalangan santri, anak jalanan, dan lain-lain.
Pasca perubahan nama tersebut, muncul kesadaran IRM untuk berperan dalam mengagregasi perubahan pada
tataran struktur dan sistem sosial. Sehingga saat itu, lahirlah paradigma gerakan yang disebut Gerakan Kritis Transformatif
dengan tiga pondasi gerakan yakni penyadaran, pembelaan
dan pemberdayaan. Manifesto gerakan inilah yang kemudian
menginspirasi setiap aktivitas gerakan IRM saat itu. Hingga pada akhirnya di tahun 2008, IRM kembali merubah nama menjadi IPM setelah melewati proses dialektika yang sangat panjang.
Awalnya, perubahan nama ini dimaksudkan untuk
mengembalikan posisi strategis IRM dalam sebagai sebuah
gerakan sosial dan mengembalikan IRM ke “rumah”nya. Namun,
dalam realitasnya setelah perubahan nama ini, dirasakan terjadi
degradasi yang begitu tajam dalam konteks gerakan. Ide tentang perubahan dan kemajuan menjadi barang langka dalam tiap diskursus organisasi. Posisi strategis pelajar menjadi tergerus oleh pemikiran banyak orang bahwa pelajar hanyalah kelas sosial yang kesekian dan tidak mampu untuk menjadi subjek perubahan. Kesalahan berpikir ini kemudian menular ke dalam internal gerakan. Akhirnya muncul konsep Gerakan Pelajar Kreatif (GPK) yang digagas pada Muktamar XVII di Bantul tahun 2010 mengindikasikan upaya formalisasi posisi pelajar yang berorientasi akademik-individualistik dan menjauhkan pelajar dari realitas sosialnya.
Olehnya itu, pada momentum Muktamar XVIII ini nampaknya IPM mesti serius menyempurnakan paradigma gerakannya tidak
hanya berfokus pada program-program pengembangan diri an
sich tapi juga memainkan peran mengagregasi kepentingan dalam
rangka perubahan struktur dan sistem sosial. Gerakan IPM mesti dikembalikan pada khittah gerakan pelajar yang seharusnya,
perubahan. Di sinilah IPM mesti menegaskan dirinya sebagai Gerakan Pelajar Berkemajuan (GPB).
GPB ialah gerakan pencerahan secara teologis merupakan
refleksi dari nilai-nilai transendensi, liberasi, emansipasi, dan humanisasi sebagaimana terkandung dalam pesan Al-Quran Surat Ali Imran ayat 104 dan 110. GPB mengembangkan
pandangan dan misi Islam yang berkemajuan sebagaimana spirit
awal kelahiran Muhammadiyah tahun 1912 dan IPM tahun 1961. GPB membawa ideologi kemajuan yang melahirkan pencerahan
bagi kehidupan pelajar. Pencerahan (tanwir) sebagai wujud dari
Islam yang berkemajuan adalah jalan Islam yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan dimana penggunaan akal pikiran dan ilmu pengetahuan sebagai instrumen kemajuan, Sehingga GPB berorientasi pada pencerdasan, pemberdayaan
dan pembebasan, penjelasannya sebagai berikut:
a. Pencerdasan
Pencerdasan adalah upaya perubahan sosial melalui proses dialog yang mencerdaskan dalam rangka mengentaskan
kesalahan-kesalahan berpikir yang selama ini menelikung para pelajar. Karena, mustahil ada perubahan ke arah yang
benar kalau kesalahan berpikir masih menjebak benak
pelajar. Strategi persuasif-reedukatif ini dijalankan lewat
pembentukan sikap, opini dan pandangan pelajar mengenai
realitas sosial yang timpang di sekitarnya. Oleh karena
itu, posisi idea; pandangan hidup, pandangan dunia dan
nilai-nilai memiliki posisi yang sentral. Karena, penyebab
utama perubahan adalah idea (ilmu). Idea memberikan
banyak pengaruh terhadap perkembangan masyarakat
sebagaimana Al-Qur’an yang melakukan perubahan sosial lewat idea.
Upaya pencerdasan diarahkan pada kesadaran bahwa
pelajar sebagai manusia dapat mempengaruhi perubahan
sosial sehingga lahirlah kepribadian inovatif. Kepribadian yang memandang realitas dengan kritis, memiliki rasa
kritik, mempertanyakan tentang dirinya dengan realitas
dunia sekitarnya dan keterlibatannya dalam mengubahnya
menjadi lebih baik.
b. Pemberdayaan
Pemberdayaan lahir dari hubungan tanpa dominasi antara orang yang akan melakukan pemberdayaan dan kaum
pelajar. Hubungan tanpa dominasi terwujud dari sikap dialogis dalam hubungan dan komunikasi. Dialogis disertai dengan sikap kerendahan hati. Dialog sendiri merupakan
perjumpaan diantara manusia dengan perantara dunia dan
realitas. Hematnya, pemberdayaan melibatkan trilogi antara dua manusia: pelaku pemberdayaan dan kaum pelajar yang dipertemukan dalam perantara dunia realitas.
Pemberdayaan sendiri merupakan suatu bentuk pengorganisasian sumber daya untuk melakukan perubahan,
dengan mensyaratkan adanya sikap partisipatoris (sekaligus terlibat sebagai peserta) pelaku pemberdayaan dengan kaum pelajar. Ketentuan selanjutnya adalah kesamaan
ide dan opini mengenai realitas yang akan membantu
mendorong keterlibatan kolektif dalam perjuangan untuk perubahan kondisi yang lebih baik.
c. Pembebasan
Islam sejatinya merupakan agama pembebasan. Kebenaran ini dapat ditemui dalam konsep Tauhid sebagai inti ajaran Islam yang mengandung dimensi pembebasan. Pembebasan
yang dimaksud di sini adalah dupaya yang terintegrasi dan terkoordinir dalam rangka membebaskan kaum pelajar
yang dari segala bentuk penindasan (intelektual), yang
terlemahkan dalam pikiran dan termarjinalisasikan secara personal, kultural dan struktural dalam bingkai teologi
kebi-jakan yang didasarkan atas serangkaian kepentingan dan pandangan yang dipahami oleh IPM; serta mengartikulasi-kan kepentingan, dengan mengekspresimengartikulasi-kan dan
mempubli-kasikan berbagai kebijakan yang dimaksudkan untuk mem -pengaruhi kebijakan stake holder (pemegang otoritas).
STRATEGI GERAKAN
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
1. Strategi Gerakan Keislaman
IPM merupakan sebuah gerakan Islam dakwah amar
ma’ruf nahi mungkar di kalangan pelajar. Islam dengan
Tauhid sebagai substansi ajarannya mengandung nilai-nilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan manusia yang tercerahkan. Dalam pandangan IPM, Islam merupakan
agama yang berkemajuan yang bersifat rahmatan lil alamin.
Berasal dari pandangan inilah, IPM berupaya mewujudkan Islam yang memiliki misi profan (misi keadilan) dan
pencerahan sebagai jalan Islam yang membebaskan, memberdayakan dan memajukan kehidupan dari segala
bentuk keterbelakangan, ketertindasan, kejumudan dan ketidakadilan hidup umat manusia.
Untuk menegaskan IPM sebagai sebuah gerakan
pelajar berkemajuan, maka internalisasi nilai-nilai Islam
Berkemajuan ke dalam diri kader dan gerakan menjadi
sesuatu yang wajib. Karena, hal ini menentukan efektifitas gerakan IPM dalam mewujudkan cita-citanya. Maka, untuk
membentuk pemahaman tersebut dilakukan beberapa
tahap sebagai berikut :
1. Membangun tradisi pengkajian Islam Berkemajuan di tiap level pimpinan
2. Mendistribusikan wacana Islam Berkemajuan secara massif baik di internal maupun eksternal organisasi 3. Menciptakan forum transformasi pengetahuan
me-ngenai Islam Berkemajuan melalui media massa –cetak
2. Strategi Gerakan Intelektual
IPM adalah gerakan intelektual diidealkan mempunyai
karakter keilmuan kritis-transformatif, pro perubahan kapan dan dimana pun berada. Karakter intelektual yang tidak hanya mempunyai ciri berfikir dan bertindak secara
ilmu-iman-amal, iman-ilmu-amal, amal-ilmu-iman serta
hanya berorientasi pada ranah developmentalisme an
sich. Namun meneguhkan diri sebagai gerakan keilmuan
yang mencerahkan yang bersifat humanis, liberalis, dan transenden. Gerakan yang tidak hanya sampai pada tataran teoritik namun juga berperan dalam mewujudkan perubahan sosial lewat proses pencerdasan serta mengadvokasi segala kepentingan basis massanya, yakni pelajar.
Untuk mewujudkan strategi gerakan itu, IPM dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membudayakan membaca sebagai aktifitas wajib bagi
para kader IPM
2. Melatih berfikir filosofis dan mendalam dengan menciptakan ruang-ruang dialektika, diskusi dan sharing sebagai proses pencerdasan dan pencerahan. 3. Melakukan transformasi idea/gagasan melalui media
massa ataupun media alternatif, baik cetak (koran, bulletin, dll.) maupun elektronik (website, blog, situs jejaring sosial, dll).
4. Merefleksikan pemikiran dan pengalaman-pengalaman
lapangan sebagai upaya pembaruan dan pengembang
-an ilmu pengetahu-an.
3. Strategi Gerakan Kader
IPM merupakan gerakan kader, sehingga kaderisasi merupakan tugas utama IPM dalam rangka menyemaikan
nilai-nilai gerakan Pelajar Berkemajuan dapat terus disemaikan. Sehingga dalam merealisasikan cita-cita ideal diatas maka dibutuhkan strategi gerakan yaitu :
1. Optimal dalam menerapkan pengkaderan dalam setiap tingkatan
2. Memperbanyak aktivitas-aktivitas perkaderan baik formal maupun informal
3. Mengintensifkan pendampingan dan pemberdayaan kader melalui komunitas-komunitas berdasarkan bakat dan minatnya.
4. Strategi Gerakan Kemandirian
Strategi gerakan kemandirian merupakan hal yang
belakangan ini dilupakan oleh kalangan Muhammadiyah. Padahal, dulunya KHA Dahlan pendakwah yang mandiri (intrepreneur). Olehnya itu, etos kemandirian lewat jiwa intrepreneuship harus diinternalisasi ke dalam diri pelajar. Hal ini dilakukan lewat proses pendayagunaan segala potensi, kreatifitas dan keterampilan pelajar untuk mewujudkan
wirausaha muda yang mandiri (youngpreneur). Strategi
yang mesti dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut yakni: 1. Mengadakan forum-forum diskusi tentang dunia
kewirausahaan
2. Menghidupkan dan menumbuhkembangkan koperasi
sekolah serta mendorong lahirnya usaha ekonomi
kreatif yang dapat dijalankan oleh pelajar
3. Memberikan ruang bagi lahirnya wirausaha pelajar
yang mandiri
5. Strategi Gerakan Advokasi
Sebagai sebuah gerakan sosial, IPM berkeinginan
1. Terlibat aktif dalam realitas pelajar untuk menemukan
problem sosial yang terjadi serta memetakan penyebab dan stake holder yang terkait sehingga IPM dapat
menentukan posisinya.
2. Melakukan proses pencerdasan kepada kaum pelajar untuk menggalang kesadaran kolektif serta memberikan penyadaran akan realitas yang timpang
dan posisinya sebagai subjek perubahan yang mampu
mempengaruhi terjadinya transformasi sosial.
3. Melakukan propaganda (memprovokasi kesadaran sosial pelajar) lewat gagasan-gagasan IPM terhadap
realitas yang ada melalui media massa maupun media
alternatif, baik cetak (koran, bulletin, pamflet, dll.) maupun elektronik (website, blog, situs jejaring sosial, dll).
4. Merespon setiap wacana-wacana sosial yang berkaitan
dengan pelajar
5. Melakukan aksi-aksi advokatif-persuasif untuk
AGENDA AKSI
1. Kajian Islam Rutin (KIR) Pengertian
Kajian Islam Rutin atau disingkat KIR adalah kegiatan yang sifatnya reguler (rutin) dan mengkaji Islam dan segala yang
terkait dengannya yang diadakan oleh pengurus IPM atau
komunitas pelajar Muhammadiyah / Non Muhammadiyah.
Kegiatan ini diadakan sebagai penyemaian dan penguatan
nilai-nilai Islam Berkemajuan dan rahmatan lil alamin di
kalangan pelajar.
Tujuan
Mewujudkan pribadi-pribadi kader Muhammadiyah yang memiliki wawasan keislaman yang kritis dan berkemajuan
serta rahmatan lil alamin. Target
1. Terwujudnya pribadi-pribadi pelajar yang sesuai dengan maksud dan tujuan IPM yang tercermin lewat sikap dan tindakannya dalam kehidupan sehari-hari 2. Para pelajar memiliki dan mampu mentransformasikan
wawasan keislaman yang kritis dan berkemajuan serta
bersifat rahmatan lil alamin
Waktu dan Tempat
1. Waktu kegiatan bisa diadakan setiap pekan atau dua pekan sekali. Semua tergantung kesepakatan peserta kajian atau PR IPM setempat.
Penyelenggara
Pimpinan IPM / komunitas pelajar setempat
Materi
Materi-materi yang diberikan adalah paham Islam menurut Muhammadiyah mulai dari Aqidah, Ibadah, Akhlak, dan Muamalah Duniawiyah antara lain, misalnya :
1. Islam sebagai Agama Rahmatan Lil ‘Alamin 2. Memahami Islam Berkemajuan
3. Cara Berislam yang Berkemajuan dalam Perspektif
Pelajar
4. Memahami Akidah yang Membumi di Kalangan Pelajar 5. Fiqh Praktis untuk Pelajar
6. Islam Menjawab Realitas Sosial
Metode dan Teknik Pengelolaan
1. Kegiatan ini dapat dikoordinir oleh Pimpinan IPM atau beberapa orang yang berinisiatif untuk membentuk komunitas kajian di sekolahnya.
2. Mengadakan kajian setiap satu atau dua pekan sekali 3. Pertemuan bisa dilakukan di masjid sekolah, kelas
ataupun tempat-tempat lain yang disepakati oleh komunitas kajian.
4. Menghadirkan narasumber / ustadz untuk membahas
satu topik tertentu yang telah ditentukan sebelumnya,
yang diawali dengan aktivitas mengaji.
5. Menghadirkan hidangan sederhana dan infaq yang diambil dari peserta kajian untuk operasional kajian.
Penutup
Demikian panduan KIR ini semoga bisa bermanfaat dan menjadi panduan dalam melaksanakan kegiatan.
2. Gerakan Komunitas Lingkar Ilmu Pengertian
Gerakan Komunitas Lingkar Ilmu adalah aktivitas rutin dalam
/ Non Muhammadiyah sebagai upaya pencerdasan dan pencerahan menuju pelajar yang berkemajuan. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk memperluas khasanah keilmuan kader
sekaligus melatih berfikir kritis, filosofis dan radikal.
Tujuan
Mewujudkan kader-kader IPM yang memiliki pengetahuan yang luas dan mampu berpikir kritis, filosofis dan radikal.
Target
1. Terwujudnya pelajar-pelajar Muhammadiyah yang berilmu, berfikir kritis, filosofis dan radikal sesuai
dengan maksud dan tujuan IPM
2. Para pelajar memiliki dan mampu mentransformasikan wawasan keilmuan yang kritis dan berkemajuan dalam rangka menjalankan misi pencerdasan dan pencerahan.
Waktu dan Tempat
1. Waktu kegiatan bisa diadakan setiap pekan atau dua pekan sekali. Semua tergantung kesepakatan anggota komunitas tersebut.
2. Untuk tempat bisa diadakan di sekolah ataupun tempat-tempat lain yang disepakati.
Penyelenggara
Pimpinan IPM / komunitas pelajar setempat
Materi
Materi-materi yang dikaji disesuaikan dengan karakteristik/ identitas komunitas ataupun berdasarkan pada kesepakatan anggota komunitas.
Metode dan Teknik Pengelolaan
1. Kegiatan ini dapat dikoordinir oleh Pimpinan IPM atau beberapa orang yang berinisiatif untuk membentuk Komunitas Lingkar Ilmu di sekolahnya.
2. Mengadakan kajian, diskusi ataupun sharing setiap
satu atau dua pekan sekali
4. Menghadirkan narasumber untuk membahas satu
topik tertentu yang telah ditentukan sebelumnya jika
dibutuhkan.
Penutup
Agenda aksi ini bertujuan untuk menggirahkan tradisi
keilmuan dalam gerakan IPM. Selain itu, upaya ini merupakan wujud atas penegasan identitas IPM sebagai
sebuah gerakan intelektual dalam menjalankan misi
pencerahan, pencerdasan dan pembebasan. Jika aktivitas ini senantiasa menggelora dalam tubuh ikatan, maka
cita-cita untuk mewujudkan pelajar muslim yang berilmu
bukanlah hal yang mustahil.
3. Sekolah Kader Progresif Pengertian
Sekolah Kader Progresif merupakan suatu proses pendidikan yang disusun secara terpadu meliputi pencerdasan, pemberdayaan, dan pembebasan terhadap kader IPM. Kegiatan ini berlangsung dalam jangka waktu tertentu setelah perkaderan formal Taruna Melati I dan II. Untuk alumni Taruna Melati III dan Taruna Melati Utama tidak
ada karena diharapkan langsung mampu berkiprah dalam
kancah yang lebih luas.
Alasan lain adalah, karena letak geografis yang cukup luas sehingga bisa mengakibatkan ketidakefektifan kegiatan. Selain itu, jika alumni TM I dan TM II masih “dipikirkan”, maka alumni TM III dan TM Utama harus sudah “memikirkan”. Karena itulah, alumni TM III dan TM Utama tidak ada sekolah kader.
Tujuan
Target
a. Terbentuknya kader berparadigma kritis terbuka, scientific (berpengetahuan), dan hati suci.
b. Terbentuknya kader ideologis yang progresif dan siap melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan dan pergerakan.
c. Mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi di
internal organisasinya dan mengambil alih kepemimpi -nan jika stagnan, demi sinergisitas pemimpinan.
d. Terciptanya kader yang memiliki penguasaan materi tentang keislaman, keilmuan, dan advokasi lapangan. e. Terwujudnya kader kritis-transformatif yang mampu
melakuan counter hegemony dan proteksi terhadap
ideologi lain yang mengancam eksistensi IPM.
Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat penyelenggaraan setidak-tidaknya bejalan selama setengah periode (satu tahun). Kajian bisa diadakan setiap sepekan atau dua pekan sekali pada sore hari, dengan alokasi waktu maksimal dua jam (120 menit). Namun masing-masing tingkatan berwenang dalam menentukan waktunya dengan tetap mencapai
tujuan-tujuan dari sekolah kader
Sasaran Peserta
Peserta dibatasi maksimal 30 orang agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien dan termasuk salah satu pendidikan partisipatoris. Ketigapuluh
peserta tersebut diharapkan memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Alumni Pelatihan Kader Taruna Melati I atau II.
b. Aktif di IPM setidak-tidaknya untuk satu periode ke depan.
Penyelenggara
Korp Fasilitator PD IPM dan PC IPM yang telah dibentuk
oleh PD IPM dan PC IPM.
Materi-Materi
Materi-materi yang akan diberikan dalam sekolah kader progresif ialah seputar ideology gerakan Muhammadiyah dan IPM. Berikut ini panduan yang bisa dijadikan pegangan oleh para penyelenggara:
No Topik
1 Pengenalan Diri: Studi Kritis Konsepsi tentang Manusia, Tuhan, dan Alam Semesta
2 Hakikat agama dan hakikat Islam
3 Islam Transformatif
4 Ideologi Gerakan Muhammadiyah: Keputusan-keputusan
Muhammadiyah
5 Keputusan-keputusan Tarjih Muhammadiyah 6 Muqaddimah dan Kepribadian IPM
7 Strategi Perjuangan dan Agenda Aksi IPM
8 Pemikiran KH. Ahmad Dahlan 9 Pendidikan Kritis
10 Kajian Budaya Pop
11 Ideologi & Metodologi ANSOS
Petunjuk Teknis Pengelolaan
a. Sekolah kader progresif merupakan follow up dari
perkaderan formal. Karena itu, tidak ada kateogorisasi pra, pelaksanaan, maupun pasca-kegiatan. Kegiatannya hanya rutinitas pengelolaan dan pendampingan terhadap kader, yang nantinya mampu meneruskan tonggak estafeta kepemimpinan IPM.
b. Mekanisme pembelajaran bisa dilakukan dengan dua cara, forum besar dan forum kecil. Jika forum besar,
maka mendatangkan seorang pembicara dan dipandu
c. Setelah sesi ceramah berlangsung, diadakanlah sesi tanya jawab dan dialogis-partisipatoris.
d. Sedangkan jika forum kecil, ada dialog-dialog aktif yang dipadu oleh seorang pendamping dari korp fasilitator. e. Diharapkan dua metode ini selalu bergantian dalam
setiap kali pertemuan. Jika pertemuan pertama forum besar, maka pada pertemua kedua forum kecil, begitu selanjutnya.
Contoh penjadwalan waktu materi sekolah kader:
Waktu Materi
Bulan I
Pekan I Ta’aruf, Orientasi & Kontrak Belajar
Pekan II Pengenalan Diri: Studi Kritis Konsepsi tentang Manusia, Tuhan dan Alam Semesta
Pekan III Hakikat agama dan hakikat Islam
Pekan IV Islam Transformatif
Bulan II
Pekan I Ideologi Gerakan Muhammadiyah
Pekan II Keputusan-keputusan Tarjih Muhammadiyah Pekan III Muqaddimah dan Kepribadian IPM
Pekan IV Strategi Perjuangan dan Agenda Aksi IPM
Bulan III
Pekan I Falsafah Perjuangan KH. Ahmad Dahlan Pekan II Pendidikan Kritis
Pekan III Kajian Budaya Pop
Pekan IV Ideologi & Metodologi ANSOS
Metode dan Teknik Pengelolaan
a. Metode Pengelolaan
Sekolah Kader Progresif menggunakan metode gabungan antara andragogi dan dialogis.
b. Teknik Pengelolaan
- Diskusi
- Brainstorming (olah pikir)
- Dinamika kelompok
- Mentoring (Pendampingan)
Penutup
Demikian panduan pelaksanaan sekolah kader progresif
ini dibuat dengan harapan mampu menjadi pegangan
praktis bagi anggota dan pimpinan IPM di seluruh level. Keberhasilan sebuah program tidak lain karena partisipasi
seluruh pihak, termasuk keberhasilan dari sekolah kader ini
tidak akan terwujud tanpa peran serta dan aksi PD IPM dan PC IPM hingga PR IPM di seluhuh Indonesia.
4. Gerakan Iqra’ dan Advokasi Media Pengertian
Gerakan Iqra’ dan advokasi media adalah gerakan
pembudayaan tradisi membaca dan menulis kepada kader
Ikatan Pelajar Muhammadiyah di seluruh tingkatan. Juga merupakan langkah advokasi pelajar lewat tulisan yang disampaikan lewat media alternatif ataupun media massa baik cetak maupun elektronik.
Orientasi
Membangun tradisi keilmuan-kritis berkemajuan dalam gerakan IPM.
Tujuan
1. Mewujudkan tradisi membaca dan menulis dalam diri
kader dan gerakan IPM
2. Menciptakan ruang diskursus untuk menanggapi segala wacana yang berkembang di masyarakat sehingga
kader IPM dapat menciptakan momentum dan atau
memanfaatkan momentum
3. Mewujudkan pembacaan kritis kader terhadap
persoalan di sekitarnya sehingga kader IPM dapat
menjawab ragam persoalan yang ada
4. Mewujudkan kader IPM yang peka dan kritis terhadap
realitas
5. Mewadahi minat dan potensi kader untuk mengasah
Bentuk Aksi
1. Membudayakan membaca dan menulis sebagai aktivitas wajib bagi setiap kader
2. Kajian tematik komunitas sebagai ruang eksplorasi
dan elaborasi tentang tema aktual di masyarakat, yang
kemudian hasil diskusi dituangkan dalam tulisan. 3. Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan untuk
merang-sang motivasi kader dalam hal baca-tulis seperti,
Pela-tihan Jurnalistik, Writing Workshop, kursus bahasa as
-ing, pelatihan debat, Pelatihan Metode Penelitian dan lain sebagainya.
4. Menciptakan komunitas kreatif untuk mengaktuali-sasikan potensi kader serta meningkatkan motivasi berkarya seperti Komunitas Pelajar Ilmiah (KPI),
Komu-nitas Pencinta Cerpen, KomuKomu-nitas Pencinta Sastra dan
sebagainya.
5. Melakukan advokasi lewat media massa dalam rangka menjawab ragam persoalan yang dihadapi oleh pelajar. 6. Mengintensifkan upaya transformasi idea gerakan IPM
kepada publik melalui mass media baik media cetak,
elektronik ataupun media organisasi (website IPM, bulletin, dll).
7. Mengadakan lomba-lomba sebagai ajang menyalurkan kemampuan dan ketrampilan dari hasil pelatihan atau baca-tulis kader, seperti lomba karya tulis ilmiah, olimpiade matematika, fisika dan bidang studi lainnya, lomba penulisan cerpen/novel serta kegiatan-kegiatan kompetisi lainnya dalam rangka menggairahkan motivasi berkarya dan berprestasi di bidang keilmiahan dan studi. Sekaligus sebagai syiar IPM.
8. Mengembangkan pembinaan dan bimbingan belajar/
studi bagi pelajar untuk meningkatkan prestasi studi, bimbingan belajar dapat dilakukan dengan
pembentukan kelompok belajar di tingkat Ranting
dan cabang dengan ditambah pembinaan orientasi
itu dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama atau
membentuk lembaga bimbingan belajar.
9. Menggiatkan peningkatan kemampuan berbahasa
asing, terutama Arab dan Inggris serta penguasaan
komputer melalui kegiatan yang representatif.
10. Memanfaatkan kemajuan teknologi (Facebook, Twitter, Blog, dll.) sebagai instrumen dalam memassifikasikan nilai-nilai gerakan IPM kepada publik.
Peserta
Seluruh kader/pimpinan dari ranting hingga pimpinan pusat dan diutamakan kader/ pimpinan ditingkat cabang dan ranting.
Penyelenggara
Pimpinan IPM setingkat.
Penutup
Gerakan Iqra’ dan Advokasi Media ini merupakan sebuah reformasi gerakan dalam organisasi IPM. Disebut reformasi gerakan karena tradisi baca-tulis yang hendak dibangun tidak
hanya berorientasi pada pengembangan potensi semata
namun juga dimanfaatkan untuk bisa mengadvokasi segala kepentingan pelajar dan juga memberikan pencerahan kepada khalayak publik. Sehingga IPM mampu menjadi gerakan alternatif yang menunjukkan peran dan konstribusi terhadap basis massanya, yakni pelajar. Jikalau sudah
demikian adanya, maka harapan IPM sebagai The Chosen
Organization tak lagi menjadi sekedar impian belaka.
5. Gerakan Komunitas Kreatif Pengertian
Gerakan Komunitas Kreatif adalah sebuah proses menum-buhkan kreatifitas dan motivasi berkarya dalam frame kri-tis-transformatif yang berkemajuan sekaligus proses
pen-dampingan dan pemberdayaan potensi yang dimiliki oleh
menyenang-kan. Gerakan ini lahir untuk mewarnai proses
pendamping-an kader pasca pengkaderpendamping-an sehingga proses pendamping
-an tidak bersifat monoton. Selain itu, komunitas ini dapat dijadikan sebagai wadah penguatan internalisasi nilai-nilai Islam Berkemajuan dalam diri kader. Komunitas itu sendiri
merupakan kumpulan dari beberapa orang yang memiliki
kecenderungan bakat dan minat yang sama (homogen) se-bagai wadah untuk mengembangkan potensinya.
Tujuan
Mewujudkan kader-kader yang kreatif dan memiliki motivasi berkarya yang tinggi serta mampu menjadi lakon dalam perjuangan mewujudkan cita-cita gerakan.
Target
1. Terwujudnya kader-kader yang kreatif dan memiliki motivasi berkarya yang tinggi
2. Terwujudnya kader penggerak yang mampu menjadi
pelopor dan pelangsung serta penyempurna amanah
ikatan.
3. Lahirnya karya-karya dari komunitas-komunitas kreatif
yang ada dalam bingkai Islam Berkemajuan
Metode dan Teknik Pengelolaan
1. Komunitas dapat dibentuk setelah pelaksanaan PKTM I sebagai alternatif pendampingan / follow up.
2. Komunitas dibentuk berdasarkan kecenderungan bakat
dan minat anggota
3. Mengadakan pertemuan sepekan atau dua pekan
sekali tergantung dari kesepakatan anggota komunitas
4. Komunitas yang ada dapat dikoordinir oleh Pimpinan IPM baik Cabang ataupun Daerah.
5. Komunitas sifatnya organisasi kultural sehingga tak ada
pemimpin dan yang dipimpin, semuanya mempunyai
peran dan posisi yang sama.
Penutup
Gerakan ini merupakan salah satu upaya untuk memberikan ruang bagi kader IPM dalam mengelaborasi
dan mengembangkan potensinya. Sehingga IPM mampu memberikan ruang dan manfaat bagi para kadernya dan
dengan sendirinya semangat mereka akan tumbuh untuk
senantiasa mengawal dan aktif dalam berbagai kegiatan di IPM. Olehnya itu, dibutuhkan peran dari semua pihak agar gerakan ini dapat dimassifikasikan ke seluruh tingkatan pimpinan.
6. Gerakan Pelajar Mandiri
Gerakan Pelajar Mandiri adalah bentuk dari etos kemandirian
pelajar Muhammadiyah yang mesti dikawal secara bersama.
Hal ini dianggap sangat urgen mengingat kemandirian
merupakan keniscayaan yang mesti diupayakan dalam diri setiap kader IPM untuk mewujudkan pelajar Indonesia yang berkemajuan.
Tujuan
1. Terwujudnya pelajar yang memiliki etos mandiri dan
spirit kemajuan
2. Memberikan modal pengetahuan mengenai
kewi-rausahaan
3. Pengembangan kegiatan inovatif kreatif yang berorientasi pada internalisasi nilai-nilai kemandirian wirausaha pelajar
Target
Menumbuhkembangkan etos kemandirian pelajar Muham
-madiyah lewat berwirausaha serta melakukan pemberda-yaan terhadap potensi kreatifitas pelajar dalam rangka
pe-ngembangan unit usaha pelajar
Bentuk Aksi
2. Terciptanya kelompok-kelompok usaha perorangan
yang dikelola secara mandiri oleh pelajar
3. Membangun jejaring IPM dengan lembaga-lembaga yang tidak mengikat
4. Mengadakan pelatihan-pelatihan entrepreneurship
Sasaran
PR IPM sampai PP IPM
Penyelenggara
PR IPM sampai PP IPM
Penutup
Pelajar merupakan komunitas yang terstruktur dalam keilmuan dan memiliki segudang potensi yang belum
terberdayakan secara maksimal. Olehnya itu, gerakan ini
memberikan ruang bagi pelajar untuk mengeksplorasi
ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
ANGGARAN DASAR
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
BAB I
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama dan Tempat Kedudukan
1. Organisasi ini bernama Ikatan Pelajar Muhammadiyah
disingkat IPM, yang didirikan di Surakarta pada tanggal 5
Shafar 1381 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 18 Juli 1961 Miladiyah.
2. Ikatan Pelajar Muhammadiyah berkedudukan di Pimpinan Pusat.
BAB II
ASAS, IDENTITAS, LAMBANG, DAN SEMBOYAN
Pasal 2 Asas
Ikatan Pelajar Muhammadiyah berasaskan Islam
Pasal 3 Identitas
Pasal 4 Lambang
Lambang Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah segi lima berbentuk perisai runcing di bawah yang merupakan deformasi bentuk pena dengan jalur besar tengah runcing di bawah berwarna kuning, diapit oleh dua jalur berwarna merah dan dua jalur berwarna hijau dengan matahari bersinar sebagai keluarga
Muhammadiyah di mana tengah bulatan matahari terdapat
gambar buku dan tulisan Al-Qur’an surat Al-Qolam ayat 1 dan
tulisan IPM di bawah matahari.
Pasal 5 Semboyan
IPM bersemboyan
َنْوُرُطْسَي اَمَو ِمَلَقْلاَو ,ن
Nuun Walqolami Wamaa Yasthuruunyang berarti : Nuun, demi pena dan apa yang mereka tulis.
BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN SERTA USAHA
Pasal 6 Maksud dan Tujuan
Terbentuknya pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia,
dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Pasal 7 Usaha
1. Menanamkan kesadaran beragama Islam, memperteguh iman, menertibkan peribadatan dan mempertinggi akhlak karimah.
untuk mendapatkan kemurnian dan kebenaran-Nya. 3. Memperdalam, memajukan, dan meningkatkan ilmu
pengetahuan,teknologi, sosial dan budaya.
4. Membimbing, membina, dan menggerakkan anggota guna meningkatkan fungsi dan peran IPM sebagai kader
persyarikatan, umat, dan bangsa dalam menunjang pembanguan manusia seutuhnya menuju masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya.
5. Segala usaha yang tidak menyalahi ajaran Islam dengan mengindahkan hukum dan falsafah yang berlaku.
BAB IV BASIS MASSA
Pasal 8 Basis Massa
Basis massa Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah pelajar.
Pasal 9 Pengertian Pelajar
Pelajar adalah kelas sosial yang menuntut ilmu secara terus-menerus serta memiliki hak dan kewajiban dalam bidang pendidikan.
BAB V
KEANGGOTAAN, KADER, DAN SIMPATISAN
Pasal 10 Anggota
Anggota IPM adalah:
1. Pelajar muslim yang belajar di sekolah Muhammadiyah maupun non Muhammadiyah setingkat SMP dan atau SMA. 2. Pelajar muslim yang berusia 12 tahun sampai 21 tahun yang
3. Mereka yang pernah menjadi anggota sebagaimana
ketentuan ayat 1 dan 2, yang diperlukan oleh organisasi
dengan usia maksimal genap 24 tahun.
4. Anggota sebagaimana tersebut dalam ayat 3 di atas
yang karena terpilih menjadi pimpinan bisa melanjutkan
keanggotaannya sampai masa jabatannya selesai.
Pasal 11 Kader
Kader IPM adalah anggota yang telah mengikuti perkaderan serta mampu dan pernah menjadi penggerak inti ikatan.
Pasal 12 Simpatisan
Simpatisan adalah mereka yang menyetujui maksud dan tujuan IPM tetapi tidak memenuhi syarat sebagai anggota.
BAB VI
SUSUNAN, PEMBENTUKAN, PENETAPAN, PELEBURAN, DAN PEMEKARAN, ORGANISASI
Pasal 13 Susunan Organisasi
1. Ranting adalah kesatuan anggota di sekolah atau madrasah atau pondok pesantren atau desa/kelurahan atau panti
asuhan.
2. Cabang adalah kesatuan ranting-ranting di tingkat kecamatan. Cabang membawahi ranting
3. Daerah adalah kesatuan cabang dan atau ranting di tingkat kabupaten/kota. Daerah membawahi cabang dan atau ranting
4. Wilayah adalah kesatuan daerah di tingkat provinsi. Wilayah membawahi daerah, cabang dan ranting.
Pasal 14 Penetapan Organisasi
1. Penetapan Wilayah dan Daerah dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
2. Penetapan Cabang dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah.
3. Penetapan Ranting dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh Pimpinan Daerah.
Pasal 15
Pembentukan, Peleburan, dan Pemekaran
Pembentukan, peleburan, dan pemekaran organisasi diatur oleh
Pimpinan Pusat dan ditetapkan dalam Konpiwil.
BAB VII PIMPINAN
Pasal 16 Pimpinan Pusat
1. Pimpinan Pusat adalah pimpinan tertinggi yang memimpin IPM secara nasional.
2. Pimpinan Pusat dipilih dan ditetapkan dalam Muktamar dengan surat keputusan Pimpinan Pusat IPM.
3. Perubahan dan penambahan personil (reshuffle) Pimpinan
Pusat menjadi wewenang Pimpinan Pusat dilaksanakan
dalam pleno pimpinan yang menjamin adanya peningkatan
efisiensi dan penyegaran jalannya kepemimpinan dan
ditetapkan dengan surat keputusan serta diumumkan ke
pimpinan wilayah.
Pasal 17 Pimpinan Wilayah
2. Pimpinan Wilayah dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Wilayah dengan surat keputusan Pimpinan Pusat.
3. Pimpinan Wilayah adalah wakil Pimpinan Pusat di wilayahnya.
4. Perubahan dan penambahan personal (reshuffle) Pimpinan
Wilayah menjadi wewenang Pimpinan Wilayah dilaksanakan
dalam pleno pimpinan yang menjamin adanya peningkatan
efisiensi dan penyegaran jalannya kepemimpinan dan
ditetapkan dengan surat keputusan Pimpinan Pusat serta
diumumkan ke pimpinan daerah.
Pasal 18 Pimpinan Daerah
1. Pimpinan Daerah adalah pimpinan dalam daerah dan melaksanakan kepemimpinan di daerahnya.
2. Pimpinan Daerah dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Daerah dengan surat keputusan Pimpinan Wilayah.
3. Pimpinan Daerah karena jabatannya adalah menjadi wakil Pimpinan Wilayah di daerahnya.
4. Perubahan dan penambahan personal (Reshuffle) Pimpinan
Daerah menjadi wewenang Pimpinan Daerah dilaksanakan
dalam pleno pimpinan yang menjamin adanya peningkatan
efisiensi dan penyegaran jalannya kepemimpinan dan
ditetapkan dengan surat keputusan Pimpinan Wilayah serta
diumumkan ke pimpinan cabang dan atau ranting.
Pasal 19 Pimpinan Cabang
1. Pimpinan Cabang adalah pimpinan dalam cabang dan melaksanakan kepemimpinan di Cabangnya.
2. Pimpinan Cabang dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Cabang dengan surat keputusan Pimpinan Daerah.
3. Pimpinan Cabang karena jabatannya adalah menjadi wakil Pimpinan Daerah di cabangnya.