EVALUASI PENGELOLAAN DANA PENYESUAIAN
INFRASTRUKTUR DAERAH
Wardinto (8B/27)
Program Diploma IV Akuntansi Kurikulum Khusus,
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Selatan
email:
bojak1r@gmail.com
Abstract: This paper aims to provide an understanding and explanation of the management
of the Regional Infrastructure Adjustment Fund, knownly as ( DPID ) . Regional
Infrastructure Adjustment Fund is sourced from the state budget funds allocated to certain
areas to help fund infrastructure activities in the region and is intended to accelerate
regional development in the context of fiscal decentralization , improving the quality of
public services and reduce disparities between regions of public services . DPID is not
directed to area s with high fiscal capacity , excepted for disadvantaged areas . Regional
Infrastructure Adjustment Fund occurred in 2011 , listed on the 2011 Budget DPID post Rp
7.700,800,000,000 . DPID allocation to the provinces, districts , and cities used for capital
expenditures in the Regional Budget and Expenditure .
Kata kunci: Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah . DPID,Pengelolaan DPID
1.
PENDAHULUAN
Salah satu fungsi APBN yaitu fungsi distribusi yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan dan mengurangi kesenjangan antar wilayah, kelas sosial maupun sektoral. Hal tersebut terdapat pada struktur APBN berupa bentuk Transfer ke Daerah. Transfer ke Daerah adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian. Transfer ke Daerah meliputi Transfer Dana Perimbangan dan Transfer Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian.
kepada masyarakat dalam meningkatkan kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas ,maka salah satu bentuk perhatian pemerintah yaitu dana penyesuaian infrastruktur daerah yang merupakan bagian dari transfer ke daerah. Dana penyesuaian infrastruktur daerah (DPID) ditujukan ke daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan infrastruktur di daerah dan ditujukan untuk mendorong percepatan pembangunan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal. Pengelolaan DPID harus jelas dan diatur sesuai dengan Undang-undang sehingga mencapai apa yang dikehendaki oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
DPID yang dibahas adalah Dana Pengelolaan Infrastruktur Daerah tahun 2011 dan sepanjang APBN yang telah disusun oleh pemerintah, hanya tahun 2011 pos DPID dialokasikan dalam APBN. Pada tahun 2013 ada wacana DPID dialokasikan kembali tetapi nyatanya tidak terjadi.
2. LANDASAN TEORI
Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah disusun berdasarkan:
1. Undang-undang No.10 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2011 2. Peraturan Menteri Keuangan No.25/
PMK.07/ 2011 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana Penyesuaian
Infrastruktur Daerah Tahun Anggaran 2011.
3. Undang-undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
4. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010.
5. PMK 126/ PMK.07/ 2010 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah.
Pengertian APBN dan APBD
Menurut UU No.10 Tahun 2010 ,Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Menurut UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, APBD adalah daftar terperinci mengenai pendapatan dan pengeluaran daerah dalam satu tahun yang telah disahkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Sumber-Sumber Penerimaan Daerah:
Pendapatan Asli Daerah (PAD); pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah
Pendapatan daerah yang sah; hibah, dana darurat, bagi hasil pajak dari provinsi, dana penyesuaian dan otonomi khusus, bantuan keuangan dari provinsi.
Struktur APBN
Struktur APBN terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja negara, keseimbangan primer, surplus/defisit, dan pembiayaan. Sejak Tahun 2000, Indonesia telah mengubah komposisi APBN dari T-account menjadi I-T-account sesuai dengan standar statistik keuangan pemerintah,Government Finance Statistics (GFS).
Struktur APBN
A. PENDAPATAN NEGARA dan HIBAH, terdiri :
a. Penerimaan Dalam Negeri, terdiri : Penerimaan Pajak, meliputi :
1. Pendapatan Pajak Dalam Negeri 2. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), meliputi :
1. Penerimaan Sumber daya Alam 2. Pendapatan Bagian Laba BUMN 3. Pendapatan Negara Bukan Pajak lainnya
4. Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)
c.Hibah
B. BELANJA NEGARA, terdiri :
a. Belanja Pemerintah Pusat, meliputi : 1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang 3. Belanja Modal
4. Belanja Bunga dan Pinjaman 5. Subsidi (subsidi energi dan subsidi nonenergi)
6. Belanja Hibah
7. Belanja Bantuan Sosial 8. Belanja lain-lain
b. Transfer ke Daerah, meliputi : 1. Dana p\Perimbangan (Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus)
2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
C. KESEIMBANGAN PRIMER
D. SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN
E. PEMBIAYAAN, terdiri :
a. Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi : 1. Perbankan Dalam Negeri
2. Nonperbankan Dalam Negeri
b. Pembiayaan Luar Negeri Netto, terdiri : 1. Penarikan pinjaman luar negeri bruto, (pinjaman program, Pinjaman proyek) 2. Penerusan pinjaman
3. Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri
Belanja Daerah
Belanja Daerah terdiri dari :
a. Dana Perimbangan, meliputi :
penerimaan daerah, baik pajak maupun sumber daya alam (dalam bentuk prosentase)
2. Dana Alokasi Umum (DAU), yaitu instrumen yang bersifat umum (block grant) guna mengatasi ketimpangan fiskal antar daerah untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah 3. Dana Alokasi Khusus (DAK), yaitu
instrumen transfer bersifat khusus (specific grant) untuk membiayai kebutuhan khusus daerah dan atau nasional.
b. Dana Otonomi Khusus dan Dana Penyesuaian
Dana Otonomi Khusus diberikan kepada daerah-daerah yang masih tertinggal untuk pembiayaan pendidikan, kesehatan, dll.
Dana Penyesuaian, diberikan kepada daerah yang menerima DAU lebih kecil dari tahun sebelumnya.
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus, sebagaimana dimaksud dalam UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Dana Penyesuaian adalah dana yang dialokasikan untuk membantu daerah dalam rangka melaksanakan kebijakan tertentu pemrintah dan DPR sesuai peraturan perundangan, yang terdiri atas dana insentif daerah, dana tambahan penghasilan Guru
Pegawai Negeri Sipil Daerah, dana-dana yang dialihkan dari Kementerian Pendidikan Nasional ke Transfer Daerah, berupa Tunjangan Profesi Guru BOS, Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah, serta kurang bayar Dana Sarana dan Prasarana Infrastruktur Provinsi Papua Barat.
Transfer ke Daerah
Transfer ke Daerah adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian.Transfer ke Daerah ditetapkan dalam APBN, Peraturan Presiden, dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang selanjutnya dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan selaku Kuasa Pengguna Anggaran atas nama Menteri Keuangan selaku Pengguna Anggaran untuk tiap jenis Transfer ke Daerah dengan dilampiri rincian alokasi per daerah.
Transfer ke Daerah meliputi Transfer Dana Perimbangan dan Transfer Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian.Rinciannya sebagai berikut :
a. Transfer Dana Perimbangan meliputi:
1. Transfer Dana Bagi Hasil Pajak;
3. Transfer Dana Alokasi Umum; dan
4. Transfer Dana Alokasi Khusus.
b. Transfer Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian meliputi:
1. Transfer Dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat;
2. Transfer Dana Otonomi Khusus Nanggroe Aceh Darussalam; dan
3. Transfer Dana Penyesuaian.
Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah
DPID adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan infrastruktur di daerah dan ditujukan untuk mendorong percepatan pembangunan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal, meningkatkan kualitas pelayanan publik dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah. DPID tersebut tidak diarahkan untuk daerah-daerah dengan kemampuan keuangan daerah tinggi, dikecualikan untuk daerah tertinggal. (PMK No.25/ PMK.07/ 2011).
Daerah provinsi, kabupaten, dan kota yang menerima DPID beserta besaran alokasinya ditetapkan dalam rapat kerja Badan Anggaran DPR Republik Indonesia. DPID merupakan pendapatan daerah dan dianggarkan dalam APBD Tahun 2011 pada kelompok lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Alokasi DPID untuk daerah provinsi, kabupaten, dan kota digunakan untuk belanja
modal di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
3. PEMBAHASAN
Hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam sistem otonomi daerah dicirikan oleh adanya penerapan sistem desentralisasi, salah satunya adalah desentralisasi keuangan. Adanya pemberian kewenangan kepada daerah otonom untuk mengelola pendapatan daerah yang bersumber dari pendapatan asli daerah (PAD) berupa pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan beserta lain-lain PAD yang sah. Selain tersedia ruang untuk mengelola otonomi daerah, dalam perspektif hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah juga dikenal adanya transfer keuangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
penyesuaian infrastruktur daerah (DPID) yang diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan No 25/PMK.07/2011 Tertanggal 11 Februari 2011 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah Tahun Anggaran 2011 dan Peraturan Menteri Keuangan No 140/PMK.07/2011 Tertanggal 23 Agustus 2011 tentang Alokasi dan Pedoman Umum Penggunaan Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (DPPID) Tahun Anggaran 2011.(Riawan Tjandra, 2014)
Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID) merupakan bentuk dana penyesuaian agar tidak terjadi ketimpangan pemerataaan pembangunan di setiap daerah. DPID ini sebenarnya sudah lama sebelum tahun 2011 , namun dengan nama berbeda. Adapun, data-data mata anggaran di Pos Dana Penyesuaian yang serupa dengan DPID sebagai berikut :
1. Pada Tahun 2008 Badan Anggaran membuat program Dana Infrastuktur Sarana dan Prasarana (DISP). Dari program itu ditetapkan dana APBN senilai Rp 4,626,206,214,000. Sementara, dana dari APBN-Perubahan senilai Rp 4,163, 580, 000,000.
2. Pada tahun 2009 dibuat program Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal Percepatan Pembangunan Daerah (DPDF-PPD). Dana ditetap dari APBN senilai Rp 7,000,000,000,000,-. Dana dari APBN-Perubahan pun sama nilainya dengan APBN.
3. Tahun 2010, dibuat tiga program sekaligus yaitu DPDF-PPD, yang tercatat terdapat dana dari APBN dan APBN Perubahan senilai Rp
7,100,000,000,000. Kemudian, dibuat juga program Dana Penguatan Infrastruktur dan Prasarana Daerah (DPIPD). Pada program ini ditetapkan dana langsung dari APBN Perubahan yaitu Rp 5,500,000,000,000. Pada program ketiga tercatat dibuat program Dana Percepatan Infrastruktur Pendidikan (DPIP) yang juga langsung dari APBN Perubahan yaitu Rp 1,250,000,000,000
4. Terakhir, Badan Anggaran membuat kembali program DPID dari dana yang ditetapkan oleh APBN dan APBNP senilai Rp 7.700,800,000,000. Data-data ini bersumber dari IBC yang diolah dari Undang-Undang APBN dan Undang-Undang APBN-P. .( Sumber: Nota Keuangan Tahun 2011)
Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah diatur pelaksanaannya berdasarkan PMK No.25/ PMK.07/ 2011 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah Tahun Anggaran 2011.
belanja modal di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Alokasi DPID
Alokasi DPID Tahun Anggaran 2011 untuk daerah provinsi dipergunakan untuk :
1. Bidang Kesehatan
2. Bidang Infrastruktur Jalan 3. Bidang Infrastruktur Irigasi, dan 4. Bidang Prasarana Pemerintah Daerah
Berdasarkan pasal 7 PMK No.25 tahun 2011 , Alokasi DPID Tahun Anggaran 2011 untuk daerah kabupaten dan kota dipergunakan untuk :
1. Bidang Pendidikan 2. Bidang Kesehatan
3. Bidang Infrastruktur Jalan 4. Bidang Infrastruktur Irigasi 5. Bidang Infrastruktur Air Minum 6. Bidang Infrastruktur Sanitasi
7. Bidang Prasarana Pemerintah Daerah 8. Bidang Kelautan dan Perikanan 9. Bidang Pertanian
10. Bidang Lingkungan hidup 11. Bidang Kehutanan
12. Bidang Sarana Perdagangan
13. Bidang Sarana dan prasarana Pedesaan 14. Bidang Listrik Pedesaan
15. Bidang Perumahan dan Pemukiman 16. Bidang Keselamatan Transportasi
Darat dan,
17. Bidang Transportasi Pedesaan
Penyaluran DPID
Penyaluran DPID Tahun Anggaran 2011 dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah.
Penyaluran DPID dilakukan secara bertahap, dengan rincian sebagai berikut:
a. Tahap I sebesar 30% (tiga puluh persen);
b. Tahap II sebesar 45% (empat puluh lima persen); dan
c. Tahap III sebesar 25% ( dua puluh lima persen).
Jenderal setelah penggunaan dana telah mencapai 90% (sembilan puluh persen) dari dana yang telah ditransfer ke Rekening Kas Umum Daerah.
Pelaksanaan DPID
Pelaksanaan kegiatan yang didanai DPID harus selesai paling lambat pada tanggal 31 Desember 2011. Hasil dari kegiatan yang didanai DPID sudah dapat dimanfaatkan pada akhir tahun 2011. Daerah penerima DPID dapat melakukan optimalisasi penggunaan DPID dengan merencanakan dan menganggarkan kembali kegiatan DPID dalam APBD perubahan tahun berjalan apabila akumulasi nilai kontrak pada suatu bidang DPID lebih kecil dari pagu bidang DPID tersebut.
Pengawasan DPID
Pengawasan fungsional/pemeriksaan pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan keuangan DPID dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yaitu peraturan Kepala BPKP No. PER-1178/K/D4/2012 Tentang Pedoman Monitoring Dana Alokasi Khusus( DAK), Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID), Serta dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (DPPID) Tahun Anggaran 2011. Adapun kewajiban dari Pemerintah Daerah yaitu membuat Laporan penyerapan penggunaan DPID dan penggunaan DPID tertera di Laporan kinerja pertanggungjawaban (LKPJ) Pemerintah Daerah sehingga jelas penggunaan dana DPID tersebut.
Sumber: PMK 25/ PMK.07/2011
Dapat dilihat pada gambar di atas, Provinsi Nanggroe Aceh Darusallam mendapat alokasi DPID pada pos infrastruktur jalan sebesar rp.29700.000, Kab.Aceh Tenggara mendapat alokasi DPID pada pos Kesehatan sebesar Rp.9.900.000 dan pos infrastruktur jalan sebesar Rp.19.800.000. dan Kota Lhoksumawe mendapat alokasi DPID pada pos.Kesehatan sebesar Rp.5.000.000, pos Infrastruktur Jalan sebesar Rp.9.900.000 dan pos Prasarana Pemda sebesar Rp.9.900.000.
Kelemahan DPID
Munculnya alokasi DPID/DPPID dalam APBN dalam tahun berjalan dan APBN Perubahan merupakan persoalan berikutnya yang menyebabkan tidak adanya keterpaduan dengan sistem perencanaan pemerintahan baik di Pusat maupun di Daerah. Ada banyak kasus yang menyeret sejumlah nama di lingkungan Badan Anggaran DPR RI, termasuk Wa Ode Nurhayati (WON) dalam pemeriksaan Pengadilan Tipikor bermula dari ketidakjelasan sistem pengaturan DPID/DPPID atau pork barrel ala Indonesia tersebut.
PMKNo.25/PMK.07/2011mendefinisikan DPID sebagai dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan infrastruktur di daerah yang dialokasikan kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan infrastruktur di daerah dan ditujukan untuk mendorong percepatan pembangunan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal. Daerah provinsi, kabupaten dan kota yang menerima DPID beserta alokasinya ditetapkan dalam rapat kerja Badan Anggaran DPR RI. Penggunaan DPID/DPPID selama ini pada level provinsi adalah untuk mendanai kegiatan infrastruktur kesehatan, infrastruktur jalan, infrastruktur irigasi dan prasarana pemerintah daerah. Adapun pada level kabupaten dan kota, alokasi DPID dipergunakan untuk mendanai 17 bidang infrastruktur dimulai dari bidang pendidikan hingga transportasi perdesaan.
Di samping kemanfaatannya tersebut, terdapat sejumlah kelemahan dari dana ad hoc berupa DPID tersebut yaitu:
1. Adanya tumpang tindih antara kegiatan/program pemda yang dibiayai dengan skema DAK dan DAU dengan DPID. Hal itu menyebabkan kerumitan dalam sistem pelaporan dan proses auditnya karena terjadinya pembiayaan yang bias dan tumpang tindih dalam beberapa sektor (triple budget).
2. Ketidakjelasan kriteria dan formula dalam sistem pengalokasiannya menyebabkan terjadinya ketidakadilan horizontal dalam alokasinya bagi daerah-daerah meski tujuannya semula untuk mengatasi kesenjangan fiskal (fiscal gap) antardaerah.
3. Penentuan alokasi DPID yang cenderung diserahkan kepada Badan Anggaran DPR telah menimbulkan kesan terjadinya pergeseran fungsi DPR dari lembaga perwakilan menjadi terlalu jauh memasuki ranah kewenangan eksekutif. DPR yang seharusnya dalam konstitusi disebut sebagai pengawas telah turut menjadi pemain. Bias posisi tersebut menyebabkan potensi penyalahgunaan wewenang (abuse of power). (Riana Tjandra,2014)
dapat dilakukan dengan cara memperjelas aturan main dalam penyaluran DPID/ DPPID sebagai bagian dari dana ad hoc. Hal itu bisa dilakukan dengan mengintegrasikan DPID menjadi salah satu varian dari DAK yang telah memiliki mekanisme alokasi, formula,dan kriteria yang jelas dalam mengatur sistem transfer fiskal dana ad hoc berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi dalam sistem alokasinya beserta sistem pengawasannya. Korupsi dengan memanfaatkan celah kelemahan DPID/DPPID tak lain adalah korupsi dengan mengajak rakyat pembayar pajak untuk mengorupsi uang yang dibayarkannya sendiri kepada negara.
4. KESIMPULAN
Untuk menciptakan pemerataan dan mengurangi kesenjangan antar wilayah, kelas sosial maupun sektoral, maka dibentuklah pos Transfer ke Daerah pada APBN . Transfer ke Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian. Transfer ke Daerah meliputi Transfer Dana Perimbangan dan Transfer Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian. Di dalam pos Penyesuaian terdapat pos Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID) yang ditujukan ke daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan infrastruktur di daerah dan ditujukan untuk mendorong percepatan pembangunan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal. Pengelolaan DPID harus
jelas dan diatur sesuai dengan Undang-undang sehingga mencapai apa yang dikehendaki oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Walaupun tujuannya baik, yaitu untuk mendorong percepatan dan penyesuaian pembangunan infrastruktur di daerah, dalam perkembangannya DPID/DPPID mengalami berbagai kendala. Berbagai kendala tersebut terkait dengan ketentuan hukum, konsistensi program nama dana dan programnya, ketidakjelasan kriteria daerah yang berhak memperolehnya, serta bagaimana formula ditentukan untuk menentukan besaran transfer. Munculnya alokasi DPID/DPPID dalam APBN dalam tahun berjalan dan APBN Perubahan merupakan persoalan berikutnya yang menyebabkan tidak adanya keterpaduan dengan sistem perencanaan pemerintahan baik di Pusat maupun di Daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Undang-undang NO.10 Tahun 2010 tentang Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara Tahun 2011
Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
Pearturan Menteri Keungan No.04/PMK.07/Tahun 2008 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah
Undang-undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbagnan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Penyesuaian Inrastruktur Daerah TahunAnggaran 2011
Peraturan Kepala BPKP Nomor : Per-1178/K/D4/2012 Tentang Pedoman Monitoring Dana Alokasi Khusus( Dak), Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID), Sertadana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (Dpid) Tahun Anggaran 2011
Nota Keuangan Tahun 2011 APBN 2011 Nota Keuangan Tahun 2012 APBN 2012
Referensi Internet
Transfer Dana Pusat dan Daerah , Riawan Tjandra. Diakses di
http://economy.okezone.com/read/2012/07/09 /212/660535/transfer-dana-pusat-daerah,
DPID.Jadi.Bancakan.Calo.Anggaran, diakses di