• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENGABD. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENGABD. docx"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Provinsi Riau Dan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Persada Bunda

Pekanbaru, 5 Oktober 2016 S.d 29 Januari 2017 Lokasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Pekanbaru

Judul :

Elektabilitas Komunikasi Politik (Communication Political Electability) Pada Dinamika Politik Di Indonesia (Studi Elektabilitas Pemilihan Umum)

KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI RIAU Dr. Nurhamin,.SPt,.MH

&

KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) KOTA PEKANBARU Amiruddin Sijaya,.S.Pd,.MM

PENULIS :

Hefri Yodiansyah,.S.Sos,.M.I.Kom NIDN. 1008068105

YAYASAN PENDIDIKAN PERSADA BUNDA

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

ELEKTABILITAS KOMUNIKASI POLITIK (COMMUNICATION POLITICAL ELECTABILITY) PADA DINAMIKA POLITIK DI INDONESIA

(Studi Elektabilitas Dinamika Politik Pemilihan Umum)

Hefri Yodiansyah,.S.Sos,.M.I.Kom* NIDN. 1008068105

Laporan Penyelenggaraan Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Program Studi Ilmu Komunikasi

ABSTRAK

Pemilihan umum di Indonesia dalam penyelenggaraan pemilihan umum tersebut banyak sekali menemukan situasi dan kondisi dalam pemilihan umum mulai dari penyelenggaraan, sistem politik, bakal pasangan calon (pasangan calon) sampai dengan dipilih dan dilantiknya kandidat politik itu, serta pemilih (voter), dan massa pendukung partai politik maupun massa politik sebagai tim sukses politik dalam membenah pemilihan umum itu agar lebih baik.

Kata Kunci: Seleksi, Rekrutmen, Kandidat, Pemilu, Pemilih, Elektabilitas

ABSTRACT

Political advertising is self promoting activities with a good image in front of the community with the political elements for the achievement of specific objectives. Leadership styles are patterns that vary from the desired behavior and leadership during the process of directing influence towards common goals. This study aims to investigate the relationship between exposure to political advertising election and leadership style with electability.

Keywords: Selection, Recrutment, Candidate, Pemilu, Voters, Electability

(3)

PENDAHULUAN

Penyelenggaraan Pemilihan Umum di Indonesia merupakan serangkaian akses kita dalam menentukan pilihan mana yang harus kita ambil. Dalam penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia sebagai modal dasar kita dalam pencapaian demokrasi dan pancasila yang berlandaskan kepada Undang–Undang Dasar tahun 1945 dan perundang–undangan lainnya. Pemilihan umum di Indonesia dalam penyelenggaraan pemilihan umum tersebut banyak sekali kita menemukan situasi dan kondisi dalam pemilihan umum mulai dari penyelenggaraan, sistem politik, bakal pasangan calon (paslon) sampai dengan terpilihnya kandidat politik itu, serta pemilih (voter), dan massa pendukung partai politik maupun massa politik sebagai tim sukses politik dalam membenah pemilihan umum itu agar lebih baik (Juri Ardiantoro, Umum, & Umum, 2017a, 2017b).

Penyelenggaraan Pemilihan Umum di Indonesia merupakan fenomena politik dalam pelaksanaan pemilihan umum. Proses penyelenggaraan pemilu sebagai salah satu sistem politik dalam pelaksanaan pemilihan umum. Posisi wilayah penyelenggaraan sistem politik dalam pelaksanaan Pemilu sangat menentukan letak wilayah geografis dalam mempetakan geoekonomi dan geopolitik yang akan dilaksanakan dalam memperjuangkan kekuasaan dalam ranah ilmu politik. Dalam penyelenggaraan sistem politik melalui pemilu harus mengetahui peta wilayah yang akan di selenggarakan proses pemilihan umum (Yodiansyah, 2016, 2017; Yodiansyah & Susilawati, 2017).

Setelah menyelenggarakan Pilkada serentak tape Pertama, kini kita sudah harus bersiap kembali mempersiapkan tahapan pemungutan dan penghitungan suara Pilkada Tahun 2017. Tantangan kita semakin berat, Undang-Undang 10 Tahun 2015 mensyaratkan bahwa yang berhak didaftar sebagai pemilih adalah warga Negara yang telah memenuhi syarat yang dibuktikan dengan KTP Elektronik atau Surat Keterangan yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Setidaknya ada 3 (tiga) tugas berat yang akan akan menanti rekan – rekan petugas KPPS, yakni: 1. Pelayanan hak pilih; 2. Transparansi penyelenggaraan pemungutan suara, dan; 3. Akuntabilitas penghitungan suara; Berbagai upaya kita laksanakan untuk mendukung penyelenggaraan pemungutan suara salah satunya adalah penerbitan panduan KPPS. Selain itu, saat ini KPU sedang menyiapkan video tata cara pemungutan dan penghitungan suara, video tata cara pengisian formulir pemungutan dan penghitungan suara, serta video tata cara pengisian formulir rekapitulasi hasil penghitungan suara.

Banyak media massa di Indonesia menyorot fenomena komunikasi dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan sistem politik dalam kajian pemilihan umum di Indonesia. Kajian Komunikasi yang dimaksud adalah bagaimana media massa menyorot peristiwa politik itu dengan kajian tertentu. Peristiwa itu menyangkut elektabilitas komunikasi media massa yang disampaikan dalam format jurnalistiknya. Menurut bahasa “elektabilitas” dalam bahasa inggris berbagai istilah hampir sama arti kata dengan maksudnya “electability, election, selection, dan sebagainya.” Namun berbeda dalam pemilihan umum mulai tahun 2017 ini, banyak para pakar komunikasi politik dan pakar ilmu politik menggunakan bahasa tersebut untuk memperlihatkan fenomena baru dalam nuansa politik baru saat ini dalam kajian jurnalistik. Dalam jurnalistik memiliki peran “kata” dalam bahasa jurnalistik dalam hal “arti” tergantung pada peran opini public yang berkembang atau melekat dalam pikiran masyarakat dalam kajian komunikasi politik itu.

(4)

peristiwa lainnya dalam pemilihan umum masa dulu sampai masa akan datang, akan tetapi mengalami perubahan “artimakna” dalam peristiwa pemilihan itu bergantung pada istilah semiotika komunikasi yang sering mereka pakai menurut istilahnya. Peran kata elektabilitas komunikasi dalam arti makna katanya ini tidak perlu kita perdebatkan tetapi kita ingin mengetahui sejarah elektabilitas, konsep elektabilitas, pengertian elektabilitas, ruang lingkup elektabilitas dalam elektabilitas komunikasi dalam ranah politik pada pemilihan umum di Indonesia.

Penyelenggaraan dan pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia perlu dan sangat penting dalam kehidupan demokrasi Indonesia dengan motto pemilihan umum antara lain; jujur, bersih, bertanggung jawab, bermartabat, dan berwibawa, proses itu perlu peran aktif berbagai pihak dalam penyelengaraan dan pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia. Berbagai sistem politik dalam pemilihan umum tersebut telah kita lakukan, memerlukan pembenahan penyelenggaraan maupun pelaksanaan pemilihan umum tersebut. Konsekuensi kita perlu memahami, mempelajari, mengevaluasi, dalam pemahaman regulasi sistem politik di Indonesia.

Aparatur Negara dalam bidang keamanan dalam pelaksanaan pemilihan umum seperti, TNI dan POLRI untuk menjaga netralitas pemilihan umum dalam mengamankan penyelenggaraan PEMILU di Indonesia sesuai dengan pelaksanaan pemilihan umum pada ketentuan konstitusi perundang–undangan yang berlaku di Indonesia. Dalam pemilihan umum TNI dan POLRI yang merupakan salah satu penentu kualitas dan kualitas terapan demokrasi dan pancasila itu di Indonesia. Pesatnya perkembangan ilmu politik dan teknologi komunikasi massa memberi pendidikan politik bagi semua lapisan masyarakat. Proses pendidikan politik itu memerlukan pembenahan dan penerapan sistem politik yang berhasilguna dan manfaatguna dalam proses pelaksanaan pemilihan umum dengan penyelenggaraan demokrasi di Indonesia.

Lembaga penyelenggara pemilihan umum yang kita kenal adalah KPU/KPUD sebagai lembaga penyelenggara PEMILU yang jujur, bersih, bertanggung jawab, bermartabat, dan bermarwah. Badan KPU/KPUD adalah lembaga penyelenggara pemilihan umum ditingkat nasional maupun daerah (Provinsi, dan Kab/Kota) sebagai metode pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia. Pelaksanaan pemilihan umum memiliki peran strategis bagi seorang politisi maupun partai politik dalam setiap momentum politik, namun kredibilitas adalah syarat utama yang harus dimiliki suatu lembaga pemilihan umum di Indonesia, agar tetap dipercaya pelaksanaannya. Lembaga pelaksana pemilihan umum ini bertujuan untuk mengetahui pendapat politisi dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi pendapat politisi terhadap kredibilitas lembaga tersebut mengenai elektabilitasnya dalam Pemilihan umum. Begitu juga dengan lembaga/badan yang disebut dengan Bawaslu di tingkat nasional maupun tingkat provinsi, Panwaslu Daerah di tingkat kab/kota sebagai lembaga pengawas pelaksanaan pemilihan umum yang netral dalam penyelengaraan pemilihan umum. Terkait dengan pemilihan umum lembaga tersebut dalam mengaplikasikan fungsi dan wewenangnya lembaga tersebut dalam mengawasi pelaksanaan pemilihan umum, terhadap kecurangan atau sengketa pemilihan umum yang dilakukan oleh politisi dalam penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia.

(5)

pelaksanaan di lapangan dan elektabilitasnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi lembaga tersebut dalam pengawasan penyelenggaraan maupun pelaksanaan pemilihan umum dilatar belakangi oleh faktor internal dan eksternal. Secara internal lembaga tersebut dipengaruhi oleh faktor pengalaman dan pendidikannya sedangkan secara eksternal dipengaruhi oleh tradisi sistem politik di Indonesia dan kredibilitas lembaga tersebut. Dalam pengawasan indenpenden di luar bawaslu atau panwaslu di setiap tingkatannya mengungkapkan ada lima kriteria kredibilitas suatu lembaga tersebut yaitu: track record lembaga LSM, track record pimpinan lembaga LSM, sumber daya manusia profesional, citra positif dan memiliki kantor yang jelas. Strategi yang dilakukan oleh lembaga tersebut dalam menjaga hubungannya dengan politisi adalah melalui pendekatan yang bersifat emosional dan pendekatan yang bersifat profesional. Diharapkan lembaga tersebut mampu dapat merumuskan metodologi sistem politik yang relevan dalam setiap dinamika politik yang ada, seperti fenomena kecurangan atau sengketa dalam penyelengaraan ataupun pelaksanaan pemilihan umum. Kepada politisi diharapkan agar selektif dan berdasarkan standar yang ideal dalam menggunakan lembaga tersebut di tengah masyarakat dalam pemilihan umum.

Elektabilitas pasangan calon (paslon) atau kandidat di perjuangkan “…political advertising is self promoting activities with a good image in front of the community with the political elements for the achievement of specific objectives. Leadership styles are patterns that vary from the desired behavior and leadership during the process of directing influence towards common goals. This study aims to investigate the relationship between exposure to political advertising election and leadership style with electability...”

Sistem politik yang semakin demokratis di Indonesia yang ditandai dengan pelaksanaan pemilu legislative, pemilihan presiden dan pemilukada secara langsung dengan melibatkan seluruh rakyat, telah menyebabkan popularitas seseorang atau partai politik menjadi hal yang mutlak dalam setiap kontestasi. Membangun citra positif seorang calon legislative, calon presiden, calon gubernur, bupati dan walikota memerlukan strategi komunikasi politik yang tepat. Salah satu konsep dan praktek komunikasi politik yang akhir- akhir ini berkembang dalam usaha membangun citra positif menghadapi kontestasi politik adalah Public Relations Politik.

Negara demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang kekuasaannya berada di tangan rakyat. Abraham Lincoln mendefinisikan demokrasi sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Salah satu syarat terselenggaranya negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum atau pemilu. Survei elektabilitas dilakukan untuk memprediksi keterpilihan partai atau kandidat politik dalam pemilu. Melihat karakter pemilih di Indonesia yang labil, peneliti tertarik meneliti relevansi elektabilitas dalam konteks politik di Indonesia. Objek penelitian ini adalah Kandidat Politik, Tim sukses politik, Massa Pendukung politik, Partai Politik, Gabungan Partai Politik dan Masyarakat Politik, Aliansi Politik, Aktivis Politik, dan Pemilih dalam masyarakat. Peneliti akan menganalisis arah opini publik mengenai elektabilitas di mata masyarakat. Dalam laporan penulis mengambil judul “Elektabilitas Komunikasi Politik (Communication Political Electability) Pada Dinamika Politik Di Indonesia (Studi Elektabilitas Dinamika Politik Pemilihan Umum).”

PERUMUSAN MASALAH LAPORAN

(6)

sistem politik Indonesia demikian akan menjadikan salah satu sumber (akses) dalam perencanaan komunikasi membentuk suatu kaidah dan nilai – nilai demokrasi dan pancasila di Indonesia, maka dengan ini penulis mengambil perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana elektabilitas komunikasi politik (communication political electability) pada dinamika politik di Indonesia dalam pemilihan umum di Indonesia?

2. Bagaimana faktor–faktor elektabilitas komunikasi politik (communication political electability) pada dinamika politik di Indonesia?

MANFAAT DAN TUJUAN LAPORAN Adapun manfaat laporan sebagai berikut:

1. Sebagai bahan sumbangan ilmu pengetahuan di bidangnya

2. Sebagai bahan masukan dalam penyelengaaraan dan pelaksanaan pemilihan umum lebih lanjut.

3. Sebagai bahan mata kuliah dan bahan lainnya

4. Sebagai materi dosen maupun mahasiswa dalam perkuliahan

5. Sebagai bahan–bahan kumpulan catatan aktivitas dosen dalam mengembangkan pengetahuan dan pengalaman dengan metode pengembangan pengajaran ataupun pola pengajaran tertentu

Tujuan laporan antara lain, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui elektabilitas komunikasi politik (communication political electability) pada dinamika politik di Indonesia dalam pemilihan umum di Indonesia? 2. Untuk mengetahui faktor–faktor elektabilitas komunikasi politik (communication

political electability) pada dinamika politik di Indonesia?

LEVEL LAPORAN

Penyelenggaraan PEMILU di Indonesia sebagai syarat mutlak pelaksanaan pemilihan kepala daerah di tingkatan tertentu dalam wilayah tertentu. Dalam penyelenggaraan PEMILU di perlukan partisipasi masyarakat bahkan lembaga ataupun instansi yang terkait dengan penyelenggaraan PEMILU sampai dengan tingkat yang tertinggi sampai tingkat terrendah dalam pelaksanaan pemilihan tertentu, dalam pelaksanaan PEMILU memerlukan penyelenggaraan dalam pelaksanaan Pemilu dalam tahap – tahapnya, antara lain:

1. Komisi Pemilihan Umum (KPU), KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota adalah lembaga penyelenggara Pemilu di pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang bersifat tetap. Untuk penyelenggaraan pemilihan di tingkat kecamatan dibentuk Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), di tingkat desa/kelurahan atau sebutan lainnya dibentuk Panitia Pemungutan Suara (PPS), dan di Tempat Pemungutan Suara (TPS) dibentuk Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang bersifat ad hoc.

(7)

2. Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), Badan Pengawas Pemilu Provinsi (BAWASLU Provinsi) adalah lembaga yang mengawasi penyelenggaraan Pemilu di pusat dan provinsi yang bersifat tetap. Untuk mengawasi penyelenggaraan pemilihan di kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan atau sebutan lainnya, dan di TPS dibentuk Panwas Kabupaten/Kota, Panwas Kecamatan, Pengawas Pemilihan Lapangan (PPL)/Pengawas TPS yang bersifat ad hoc.

3. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) adalah lembaga yang bertugas menangani pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu dan merupakan satu kesatuan fungsi penyelenggaraan pemilu.

4. Pemilih adalah Penduduk yang pada tanggal 15 Februari 2017 telah berumur sekurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin dan bukan anggota TNI/POLRI.

5. Pemilih tunadaksa adalah pemilih dengan cacat tubuh. 6. Pemilih tunanetra adalah pemilih yang tidak dapat melihat. 7. Pemilih tunawicara adalah pemilih yang tidak dapat berbicara. 8. Pemilih tunarungu adalah pemilih yang tidak dapat mendengar.

9. Pemilih tunagrahita adalah pemilih yang memiliki keterbatasan mental.

10. Pasangan Calon adalah Bakal Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Walikota yang telah memenuhi syarat dan ditetapkan sebagai peserta pemilihan.

11. Saksi Pasangan Calon adalah seseorang yang mendapat mandat secara tertulis dari Pasangan Calon/tim kampanye untuk menyaksikan pemungutan dan penghitungan suara di TPS.

12. Pemantau Pemilihan adalah organisasi yang mendaftar dan telah memperoleh Akreditasi dari KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota untuk melakukan pemantauan pemilihan

13. Tempat Pemungutan Suara (TPS) adalah tempat pemilih memberikan suara pada hari pemungutan suara, yakni pada hari Rabu, tanggal 15 Pebruari 2017, mulai pukul 07.00 -13.00 waktu setempat, termasuk untuk penghitungan suara yang dimulai setelah pemungutan suara selesai.

14. Daftar Pemilih Tetap (DPT), adalah daftar nama penduduk Warga Negara Indonesia yang telah memenuhi syarat sebagai Pemilih.

15. Daftar Pemilih Tambahan (DPTb) adalah daftar Pemilih yang tidak terdaftar sebagai Pemilih dalam DPT, namun memenuhi syarat dilayani penggunaan hak pilihnya pada hari dan tanggal pemungutan suara.

16. Daftar Pemilih Pindahan (DPPh), adalah daftar pemilih yang terdaftar dalam DPT yang menggunakan hak pilih di TPS lain.

17. Pemungutan suara adalah proses pemberian suara oleh pemilih dengan cara mencoblos pada kolom yang memuat no urut, foto atau nama pasangan calon.

(8)

19. Surat suara adalah jenis perlengkapan pemungutan suara yang berbentuk lembaran kertas dengan desain khusus yang digunakan oleh pemilih untuk memberikan suara pada pemilihan yang memuat no urut, foto dan nama pasangan calon.

Elektabilitas komunikasi politik (communication political electability) pada dinamika politik dalam pemilihan umum di Indonesia, proses seleksi, proses rekrutmen, proses kandidat, proses pemilu, proses pemilih, & proses elektabilitas, elektabilitas komunikasi politik, yaitu : a. Definisi elektabilitas komunikasi politik (communication political electability) pada

dinamika politik di Indonesia dalam pemilihan umum di Indonesia (Razak, 2015). b. Sejarah elektabilitas komunikasi politik (communication political electability) pada

dinamika politik di Indonesia dalam pemilihan umum di Indonesia (Indra, 2015). c. Konsep elektabilitas komunikasi politik (communication political electability) pada

dinamika politik di Indonesia dalam pemilihan umum di Indonesia (Salim & Perbawaningsih, 2014).

d. Pengertian elektabilitas komunikasi politik (communication political electability) pada dinamika politik di Indonesia dalam pemilihan umum di Indonesia (Indra, 2015; Razak, 2015; Salim & Perbawaningsih, 2014).

e. Ruang Lingkup elektabilitas komunikasi politik (communication political electability) pada dinamika politik dalam pemilihan umum di Indonesia (Andi Muhammad, Sultan, & Hasanuddin, 2014; Indra, 2015; Koltay, 2011; Kriyantono, 2007; Lisman Setiawan, 2016; Niken, 2015; Potter & Donnerstein, 2016; Rosidi, 2013; Saefudin & Iskandar, 2017; Salim & Perbawaningsih, 2014; Siagian & Head, 2012; Surya, Putri, & Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, 2016; Thorson & Wells, 2015; Yodiansyah, 2016), antara lain:

a) Komunikasi interpersonal (Saefudin & Iskandar, 2017; Salim & Perbawaningsih, 2014).

b) Komunikasi massa (Andi Muhammad et al., 2014; Budhirianto & Komunikasi, 2014; Dwita, 2016; Elvinaro & Unpad, 2012; Erka, 2015; Fadhil, 2013; Gama & Widarwati, 2008; Heryanto, 2009; Holik, 2011; Hudi, Abdulkarim, & Kokom Komalasari, 2012; Ilyas, 2010; Imran, 2010; Inri Inggrit, 2009; Jati, 2014; Juri Ardiantoro et al., 2017a, 2017b; Khalil, Zulkarnain, Furwanti, & Riau, 2014; Markoni, 2012; Saefudin & Iskandar, 2017; Seminar & Nasional, 2014; Siagian & Head, 2012; Siti, 2009; Sobari, 2014; Sujatmiko & Lampung, 2016; Sundari, 2014; Suryana, Pajajaran, Bandung, Barat, & Fax, 2014; Yodiansyah, Hefri, 2016; Yodiansyah, 2017; Yusuf, 2011).

c) Komunikasi politik (Al-husainni & Fuady, 2016; Alwie, 2012; Diurna & No, 2014; Effendi, 2004; Iswan Heriadjie, 2013; Kamaruddin, 2009a, 2009b; Muhammad, 2015; Nyarwi, 2012; Survei & April, 2014; Yodiansyah, 2017). d) Komunikasi pemasaran politik (marketing politik) (Alwie, 2012; Birokrasi et

(9)

Sebuah rincian peristiwa pemilihan umum mengangkat fenomena latar belakang masalah proses penyelenggaraan politik dalam sistem pelaksanaan politik (marceting politics) sebagai standar mutu elektabilitas komunikasi politik (communication political electability) pada dinamika politik dalam pemilihan umum di Indonesia, proses seleksi, proses rekrutmen, proses kandidat, proses pemilu, proses pemilih, & proses elektabilitas, elektabilitas komunikasi politik, yaitu : definisi, sejarah, konsep, pengertian, ruang lingkup elektabilitas komunikasi politik (communication political electability) pada dinamika politik dalam pemilihan umum di Indonesia, antara lain: komunikasi interpersonal; komunikasi massa; komunikasi politik; komunikasi pemasaran politik (marketing politik).

METODE LAPORAN

Elektabilitas (electability) adalah sebuah rincian peristiwa pemilihan umum mengangkat fenomena latar belakang masalah proses penyelenggaraan politik dalam sistem pelaksanaan politik (marceting politics) sebagai standar mutu kandidat politik di mata masyarakat. Sistem penyelenggaraan ini tentang peristiwa elektabilitas pengakuan masyarakat terhadap kandidat politik bahkan partai politik yang diakui oleh massa pendukung.

Proses pengakuan (elektabilitas) itu perlu dalam proses penyelenggaraan Pemilu di Indonesia. Penyelenggaraan Pemilu di Indonesia dalam kehidupan demokrasi sangat penting. Penyelenggaraan Pemilu tersebut merupakan tradisi turun – temurun dari sistem politik di Indonesia. Sistem politik itu menunjukan makna demokrasi melalui proses penyelenggaraan Pemilu di Indonesia. Mulai dari penyelenggaraan Pemilu; Pemilihan presiden (pilpres), Pemilihan Legislatif (peleg) seperti; pemilihan umum peleg tingkat nasional, pemilihan umum Dewan Perwakilan Daerah (DPD), serta pemilihan umum peleg tingkat daerah kabupaten/kota, dan Pemilihan umum kepala daerah Kabupaten/Kota (pilkada). Proses tahapan Pemilu tersebut telah kita lakukan di seluruh Indonesia. Tahap penyelenggaraan Pemilu tersebut untuk mengisi sistem politik yang berlaku di Indonesia. Masyarakat pemilih memilih pilihannya dengan berbagai kepentingan yang muncul dengan permasalahan pemilihan umum itu, menurut (McQuail, 2013), dalam teori interaksionis sebagai paradigma interaktif (alternative) kualitatif secara deskriptif mengenai fenomena komunikasi dalam interaksi simbolik dalam komunikasi massa verbal maupun non verbal sebagai proses intermediated.

ROAD MAP LAPORAN

Pola road map laporan pengabdian pada masyarakat memiliki tahap–tahapan peristiwa pemilihan di masyarakat umumnya, dan khususnya pada KPUD Kota Pekanbaru sebagai laporan pengabdian pada masyarakat berkisar pada:

a. Pola komunikasi elektabilitas sebuah rincian peristiwa pemilihan umum mengangkat fenomena latar belakang masalah proses penyelenggaraan politik dalam sistem pelaksanaan politik (marceting politics) sebagai standar mutu kandidat politik di mata masyarakat. Sistem penyelenggaraan ini tentang peristiwa elektabilitas pengakuan masyarakat terhadap kandidat politik bahkan partai politik yang diakui oleh massa pendukung.

b. Kemampuan dan kemauan elektabilitas sistem penyelenggaraan ini tentang peristiwa elektabilitas pengakuan masyarakat terhadap kandidat politik bahkan partai politik yang diakui oleh massa pendukung.

c. Kemampuan lebih dominan elektabilitas sistem penyelenggaraan

(10)

pemilihan umum di Indonesia dengan teknik studi literature (jurnal maupun buku – buku, media cetak & video peristiwa) yang terkait dengan sumber (akses) masalah yang akan dilaporkan.

Dalam pelaksanaan pengabdian pada masyarakat mulai tanggal 5 Oktober 2016 sampai dengan 15 Februari 2017 berlokasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Pekanbaru. Pandangan Peristiwa terhadap realitas pemilihan umum dengan teknik pengambilan data dalam laporan ini pada tahap:

1. Input data, data diperoleh dengan mengakses berbagai sumber riset komunikasi 2. Proses data, pengambilan data dengan menggunakan teori komunikasi

3. Output data, dengan penguatan sumber level komunikasi Pembelajaran

4. Evalusasi data, prosedur penarikan data dengan pendekatan kualitatif secara deskriptif dalam penulisan penelitian komunikasi dalam bidang manajemen sumber daya manusia

Paradigma konstruksionis “alternative maupun perspektif komperative”, seolah–olah penulis dapat menggunakan data laporan dengan menggunakan teknologi, teknik jurnalistik, observasi, wawancara mendalam peristiwa dengan studi dokumentasi, dan studi literature yang mudah di akses dalam sebuah perencanaan komunikasi (Yodiansyah, 2016).

Peristiwa pemilihan umum ini dikategorikan (klasifikasi) dengan memberikan pengelompokan data penelitian dengan cara pengamatan ikutserta dalam membingkai peristiwa (kontruksionis) dalam hal memperoleh data dalam laporan ini.

MATERI LAPORAN

Elektabilitas politik merupakan salah satu rangkaian peristiwa pemilihan umum mengangkat fenomena yang beridentitas sosial, dalam proses penyelenggaraan politik atau sistem pelaksanaan politik (marceting politics) sebagai standar mutu kandidat politik. Dalam masyarakat tersebut tentang peristiwa elektabilitas sistem penyelenggaraan yang memberikan pengakuan oleh masyarakat terhadap kandidat politik bahkan partai politik yang diakui oleh massa pendukungnya (Andi Muhammad et al., 2014; Fadhil, 2013; Gama & Widarwati, 2008; Indra, 2015; Kurniawan, 2015; Niken, 2015; Razak, 2015; Salim & Perbawaningsih, 2014; Sobari, 2014).

Elektabilitas komunikasi massa tentang masalah proses penyelenggaraan politik dalam sistem pelaksanaan politik (marceting politics) sebagai standar mutu kandidat politik di mata masyarakat dengan berbagai sumber dalam membicarakan mutu sistem politik itu diselenggarakan dalam proses pelaksanaan dilapangan dengan bimbingan teknis (Chaudhary, 2016; Diurna & No, 2014; Dwita, 2016; Effendi, 2004; Elvinaro & Unpad, 2012; Erka, 2015; Fadhil, 2013; Gama & Widarwati, 2008; Graber, 2012; Hamad, 2005; Heryanto, 2009; Hudi et al., 2012; Iswan Heriadjie, 2013; Jati, 2014; Juri Ardiantoro et al., 2017a, 2017b; Jurnal Komunikasi Massa; Ilmu, 2014; Koltay, 2011; Lindawati, 2013; Manuel et al., 2010; Mulyana, 2004; Nila, 2011; Nyarwi, 2012; Pattah, 2014; Poerwadi, 2011; Potter & Donnerstein, 2016; Rianto, 2016; Saefudin & Iskandar, 2017; Singh, 2016; Tyner, 2012; Yodiansyah, 2016).

(11)

2008; Holik, 2011; Ilyas, 2010; Jati, 2014; Juri Ardiantoro et al., 2017a; Jurnal Komunikasi Massa; Ilmu, 2014; Koltay, 2011; Kriyantono, 2007; Markoni, 2012; Puspitasari, Hafiar, Anwar, & Program Studi Humas Universitas Padjadjaran, 2014; Saefudin & Iskandar, 2017; Sobari, 2014; Yodiansyah, 2016). Proses pembelajaran (edukasi) pendidikan politik pada massa akan datang memberikan kuntribusi dalam penyelenggaraan pemilihan umum. Proses pembelajaran itu perlu menggunakan teknologi yang tepatguna. Peranan teknologi di bimbingan teknis memerlukan sumber daya manusia di lapangan. Dengan menggunakan metode penelitian yang sangat tepat.

Elektabilitas media massa (Birokrasi et al., 2014; Budhirianto & Komunikasi, 2014; Chaudhary, 2016; Diurna & No, 2014; Dwita, 2016; Effendi, 2004; Erka, 2015; Gama & Widarwati, 2008; Graber, 2012; Inri Inggrit, 2009; Juri Ardiantoro et al., 2017a; Jurnal Komunikasi Massa; Ilmu, 2014; Kamaruddin, 2009b; Nila, 2011; Potter & Donnerstein, 2016; Survei & April, 2014; Yodiansyah, 2017). Dalam pengembangan elektabilitas media massa dalam mempengaruhi opini public, pencitraan politik, standar mutu kandidat dalam rangkaian peristiwa politik di Indonesia.

(12)

Actually there are some similarities in terms of selling politicians and to sell products. Most political sell products in the shape of abstracs and intangible, related to the value (value laden), the promise in the future, or something that satisfaction gained in the long term, vague, and uncertain. The purpose of this study was to find out level of perceptions of urban and suburban groups on the political product, the price of politics, political campaigns, and political distribution of the decisions to vote at the urban and suburban groups, as well as examine the differences between urban groups with a group of suburban (Bambang, 2014). Political advertising is self promoting activities with a good image in front of the community with the political elements for the achievement of specific objectives. Leadership styles are patterns that vary from the desired behavior and leadership during the process of directing influence towards common goals. (Fadhil, 2013). The sampling technique has been used in this research is multi stage cluster sampling. In this research, campaign is directly the important media for influencing people. Farther, it is necessarily for the candidate to be recognized by citizen their real figure. By the existing support given to district, the society would be tend to behave responsively on the candidate (Gama & Widarwati, 2008). Sistem politik yang semakin demokratis di Indonesia yang ditandai dengan pelaksanaan pemilu legislative, pemilihan presiden dan pemilukada secara langsung dengan melibatkan seluruh rakyat, telah menyebabkan popularitas seseorang atau partai politik menjadi hal yang mutlak dalam setiap kontestasi. Membangun citra positif seorang calon legislative, calon presiden, calon gubernur, bupati dan walikota memerlukan strategi komunikasi politik yang tepat. Salah satu konsep dan praktek komunikasi politik yang akhir- akhir ini berkembang dalam usaha membangun citra positif menghadapi kontestasi politik adalah Public Relations Politik. Konsep ini didasarkan pada asumsi bahwa citra positif dapat dibangun dengan komunikasi timbal balik (two ways traffic communication). Karenanya dimensi hubungan atau konteks (context) komunikasi adalah proses pembingkaian pesan dalam transmisi komunikasi dalam praktek kampanye dan iklan politik yang proses komunikasinya berjalan satu arah (Ilyas, 2010). Hasil penelitian ini adalah: 1) Brand Personality berpengaruh signifikan terhadap Brand Equity. 2) Sales Promotion berpengaruh tidak signifikan terhadap Brand Equity. 3) Brand Personality berpengaruh signifikan terhadap keputusan memilih. 4) Sales Promotion berpengaruh tidak signifikan terhadap keputusan memilih. 5) Brand Equity berpengaruh signifikan terhadap keputusan memilih (Imam Fauzi et al., 2013). Konsep elektabilitas, dari kedua faktor tersebut yang paling dominan adalah modal politik. Reputasi yang telah dimiliki punya kapasitas, popularitas, prestasi, karakter tersendiri, dan telah menjelma menjadi sosok yang tidak hanya diperhitungkan pentas nasional (Indra, 2015).

(13)

komunikasi politik antara masing – masing pasangan walikota dan wakil walikota sebagai media referensi masyarakat. Dengan mengembangkan jurnalisme advokasi yang berarti jurnalisme yang punya keberpihakan kesemua pihak di seluruh lapisan masyarakat. Hal ini diaplikasikan dalam bentuk menjaga keberimbangan pemberitaan dalam masa kampanye Pilkada (Iswan Heriadjie, 2013).

Peraturan Bersama KPU, Bawaslu, dan DKPP, No. 13/2012, No. 11/2012, No. 01/ 2012, Tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilu (Juri Ardiantoro et al., 2017a). Rekapitulasi hasil penghitungan suara tingkat kecamatan merupakan rangkaian tahapan yang tidak kalah pentingnya dalam Penyelenggaran Pilkada. Rekapitulasi yang dilaksanakan di tingkat kecamatan dilakukan dengan 2 (dua) tahap yakni: 1. Rekapitulasi hasil penghitungan suara dalam satu wilayah desa; 2. Rekapitulasi hasil penghitungan suara dalam satu wilayah kecamatan; Tahapan rekapitulasi sampai dengan penetapan calon terpilih merupakan puncak pelaksanaan Pilkada. Hasil rekapitulasi yang dilaksanakan secara berjenjang menjadi dokumen bagi pihak-pihak yang tidak puas dengan hasil Pilkada untuk mengajukan sengketa di Mahkamah Konstitusi. Dalam tahapan ini peran PPK menjadi sangat penting karena menjadi tangan pertama yang mengkompulir hasil penghitungan suara dari masing-masing TPS (Juri Ardiantoro et al., 2017b). “…Kemampuan berpikir manusia melahirkan Ilmu Pengetahuan, Kebudayaan dan Peradaban. Moralitaspun lahir atas dasar berpikir, karena manusia dilahirkan tidak sertamerta membawa moralitas. Ketika manusia berhenti berpikir maka identitas, eksistensinya akan hilang sebagai manusia, bangsa dan negara yang berperadaban. Akal pikiran menjadikan manusia mampu mengkonstruksi realitas Sebagai bentuk kebudayaan dan peradabannya dan alamsemesta, yang mampu menciptakan hidup melampaui sebagian pemahaman yang ada…” (Kamaruddin, 2015).

Dengan pendekatan penelitian menggunakan kualitatif dengan metode analisis deskriptif dengan jenis studi kasus. Subjek pada penelitian ini adalah fokus besar dalam penelitian. Kemudian objek pada penelitian ini adalah fenomena atau persoalan yang ada di dalam fokus, yaitu retotika politik. Pesta demokrasi pada Pemilukada memberikan rasa bangga khususnya masyarakat mampu melaksanakan proses demokrasi secara baik dan beradab, pantas menjadi contoh yang baik dalam pelaksanaan demokrasi di dunia (Rosidi, 2013).

“…The purpose of this research is to analyze the structural determinism variable to determine the indicator of the election of the regent candidates, to analayze the behaviorism variable to determine the indicator of the election of the regent candidates, to analyze the utility variable to determine the indicator of the election of the regent candidates, and to analyze the psychology variable to determine the indicator of the election of the regent candidates…”(Saefudin & Iskandar, 2017).

(14)

Seminar yang diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) dirancang khusus guna mewadahi keperluan tersebut (Seminar & Nasional, 2014).

“… Feedback is substantial in communication process. Consequently, due to absence of two-way communication in classroom, teaching and learning are not productive and prolific in most of Indian institutions. Secondly, talk or interaction is a significant medium of students’ assessment and by listening to what they have to say teachers support their learning. Several studies conclude that classroom discussions are often dominated by a small number of students while others remain silent and quiet. The study was precisely conducted to find out the factors or barriers contributing to students’ reluctance to communicate in the classrooms. The case study method was employed and total 35-student was interviewed. The study concludes that dialogue or communication between teachers and students is a vital part of the education process and those students who do not speak in the classrooms are disadvantaged. The study found that psychological, emotional, practical, social attitude and previous school education barriers was the salient that responsible to students communication behavior in the classrooms. These barriers must be removed to ensure the participation of quiet students to make active role in education…” (Singh 2016 dan Survei & April 2014). Konsep pemasaran salah satunya branding bukan hanya pada usaha memasarakan produk. Tetapi konsep branding juga dianut oleh setiap calon kepala daerah dalam memperebutkan posisi sebagai kepala derah. Trand kampanye mulai bergeser dari pengerahan massa kepada kegiatan kampanye yang lebih mengutamakan pendekatan secara personal. Tulisan berikut adalah sebuah gagasan yang mengkaitkan personal branding dengan usaha calon kepala daerah dalam pemilihan kepala daerah. Hasil kajian diharapkan dapat memberi sebah gambaran dan menjadi sebuah pengetahuan baru baik bagi akademisi, politikus maupun praktisi terkait usahanya dalam memenangkan pemilihan kepala daerah (Surya et al., 2016).

“…the discussion about concept of celebrity politics is a new study in the social sciences and political landscape in the new Indonesian electoral democracy post-1999. Phenomenon of celebrity into the realm of practical politics itself actually comes as a vote getter nature every political campaign. The existence of massive publicity in the media as well as a performance appears to attract public sympathy. However, the pattern of these celebrities also performed by politicians to show any aspect of their daily life to become material for public consumption. The implication is that creating any sympathy and empathy from the public to candidate or party. Political journalism plays a major role in creating both the presence of the news by creating better and vice versa, creating a presence of construction to candidates or parties. This paper will elaborate more on this celebrity political perspective…” (Jati, 2014).

Peraturan Bersama KPU, Bawaslu, dan DKPP, No. 13/2012, No. 11/2012, No. 01/ 2012, Tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilu (Juri Ardiantoro et al., 2017a). Rekapitulasi yang dilaksanakan di tingkat kecamatan dilakukan dengan 2 (dua) tahap yakni: 1. Rekapitulasi hasil penghitungan suara dalam satu wilayah desa; 2. Rekapitulasi hasil penghitungan suara dalam satu wilayah kecamatan; Tahapan rekapitulasi sampai dengan penetapan calon terpilih merupakan puncak pelaksanaan Pilkada. Hasil rekapitulasi yang dilaksanakan secara berjenjang menjadi dokumen bagi pihak-pihak yang tidak puas dengan hasil Pilkada untuk mengajukan sengketa di Mahkamah Konstitusi. Dalam tahapan ini peran PPK menjadi sangat penting karena menjadi tangan pertama yang mengkompulir hasil penghitungan suara dari masing-masing TPS (Juri Ardiantoro et al., 2017b).

(15)

community’s member in media participation and facilitating community’s member in media education…” (Pawito, 2007). Media literacy is a term that meansmany different things to different people— scholars, educators, citizen activists, and the general public. “…This article re- views the variety of definitions and presents a synthesis of commonalities that most definitions of media literacy share. The review presents an overview of how media literacy has been treated as an issue in curriculum design within the institution of education, and then how it has been treated as an intervention by parents and researchers…” (Potter & Donnerstein, 2016). Sudiman dan Zoest, (1992), Pada dekade akhir-akhir ini terlihat ada kecenderungan untuk melihat permasalahan komunikasi massa dalam perspektif semiotika. Sementara itu, metode semiotika itu sendiri ternyata bermanfaat sekali untuk menjelaskan sejumlah fenomena komunikasi massa (Purwasito, 2007). Perencanaan komunikasi (communication strategis) adalah nilai interaksi (reaload level) untuk mengakses, interpretasi, perilaku, budaya, orang lain, seperti (motive role) dampak (effect publics) dibentuk konteks masyarakat tentang kepercayaan diri (self –confidence) berinti dari kebutuhan manusia (plan in the action) adalah secara sehat dan teratur, misalnya; (socio – control), (socio – cultural), (self –control), dan (self –community) yang tidak berlebihan bahwa serangkaian komunikasi massa (mass communication) yang mengisi tingkat (reaload level). Selebihnya data penelitian yang ada yang menunjukkan ketidakpahaman pengetahuan masyarakat (society) terhadap teori-teori paradigma (paradigm theories), dengan maksud dan tujuan dalam kehidupan bangsa dan bernegara (ideologi pancasila dan demokrasi) untuk menilai ditambahkan persyaratan nilai (needs value). Literasi media adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengkomunikasikan pesan – pesan dalam berbagai bentuk literasi secara luas. Literasi media merupakan kemampuan untuk menciptakan makna pribadi dari simbol – simbol verbal dan visual yang kita dapat setiap hari dari televisi, iklan, film, dan media digital. Literasi media lebih dari sekedar mengajak khalayak untuk mendekode informasi melainkan mengajak khalayak untuk menjadi pemikir kritis (Yodiansyah, 2016).

Dalam pemilihan umum wilayah geopolitik Indonesia dan garis bujur berada diantara 6o LU – 11o LS dan 95o BT – 141o BT. Pulau yang paling utara adalah Pulau Weh yang dilalui 6o LU, pulau paling selatan yaitu Pulau Roti, yang dilalui oleh garis lintang 11o LS. Selain dilalui oleh garis lintang 6o LU Pulau Weh juga dilalui oleh garis bujur 95o BT. Adapun garis bujur 141o BT melalui batas Irian Jaya dengan Negara Papua (Yodiansyah, Regional, & Indonesia, 2017). Sudah memahami tentunya mengenai konsep geopolitik dan pewilayahan di permukaan bumi. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik yang berbeda dengan wilayah lainnya. Suatu wilayah dengan karakteristiknya berarti memiliki kekuatan sebagai potensi yang dapat dikembangkan untuk mendukung kehidupan manusia yang terdapat di dalamnya. Pada BBM ini, Anda akan mempelajari regional Indonesia. Pokok bahasan ini sangat penting dipahami oleh Anda sebagai calon guru profesional khususnya dalam mempelajari ilmu geografis. Diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut: Pertama. Mengidentifikasi kondisi fisik Indonesia. Kedua, Mengidentifikasi kondisi penduduk Indonesia (Yodiansyah & Susilawati, 2017).

(16)

process in Indonesia, as well as to give alternative on how a local media should be in the future, either as the democracy subsystem or as the pillar of the industry (Yusuf, 2011). Elektabilitas pelaksanaan pemilu (Juri Ardiantoro et al., 2017a, 2017b). Peraturan Bersama KPU, Bawaslu, dan DKPP, No. 13/2012, No. 11/2012, No. 01/ 2012, Tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilu (Juri Ardiantoro et al., 2017a). “…Farther, it is necessarily for the candidate to be recognized by citizen their real figure. By the existing support given to district, the society would be tend to behave responsively on the candidate…” (Gama & Widarwati, 2008). For the media, politics is considered as a product or service which has a high economical value; and for the politicians, mass media is a means of political communication to raise their popularity, marketing, politics, mass media, Setting agenda theory, spiral of silence theory (Heryanto, 2009). Salah satu konsep dan praktek komunikasi politik yang akhir – akhir ini berkembang dalam usaha membangun citra positif menghadapi kontestasi politik adalah Public Relations Politik. Karenanya dimensi hubungan atau konteks (context) komunikasi menjadi menonjol dibandingkan dengan dimensi isi (content) pesan transmisi informasi sebagaimana dalam praktek kampanye dan iklan politik yang proses komunikasinya berjalan satu arah (Ilyas, 2010).

The role of media in dinamics of Contemporary Indonesia Politic is slightly changing. Media control toward public opinion lets media become a tool for image creation and contestation in politic. The esence of politic have been reduced, on the other side the image of candidate become strategic isue beyond party program, vision and mision of the candidate. In political image, media change the candidate to be a package product adjusted to market taste instead of placing him as a political figure. The win of candidate is determined by his soft skill in playing political image through the media (Inri Inggrit, 2014).

Media massa sering dianggap sebagai alat kekuasaan yang efektif karena memiliki kemampuan untuk menarik dan mengarahkan perhatian, membujuk pendapat dan anggapan, mempengaruhi pemilihan keputusan di masyarakat, membangun citra, membentuk status dan legitimasi, serta membangun persepsi realitas sosial. Dengan potensi yang dimilikinya, menjadikan media massa terkadang menempati potensi yang sangat vital. Media massa mempunyai kapabilitas mengangkat seseorang menjadi figur yang pantas dipilih, populer, mengangkat persepsi dan citra, serta menjadikan seseorang tersebut sebagai kandidat yang pantas dipuji. Disamping itu media juga mampu melakukan hal yang sebaliknya. Ia dapat menghukum seorang kandidat walikota dengan menjatuhkan citra dan menanamkan persepsi negative terhadap kandidat tersebut. Dengan mempertimbangkan hal diatas, maka tidak heran jika menjelang Pilkada, kandidat yang berkepentingan tidak segan – segan untuk menghabiskan biaya puluhan juta rupiah dalam rangka melakukan pencitraan lewat media massa.

(17)

constructionist approach as framing analysis method introduced by Van Dijk. The research concluded that the ideological structures in the realm of consciousness of each author beyond the written text and superstructure and social cognition is more infl uenced than any principles in conventional journalism such as credibility, honesty and impartiality (Jurnal Komunikasi Massa; Ilmu, 2014).

Perilaku dan sikap sosial – politik Mahasiswa dalam Pilpres 2009 (Jurnal Masyarakat: Masyarakat Kebudayaan dan Politik, 2010). Television viewing among young children has been an on going issue as it is found to effect their development in various areas. This problem is getting more worrisome as the percentage and amount of hours of television: television programs. Studies have found that effects their language and cognitive development, lead to behavior problems, attention disorder, aggression and obesity. This paper will discuss the issues of television exposure to young children, and the effects of promoting media literacy (Jusoff, 2009). Kemampuan berpikir manusia melahirkan Ilmu Pengetahuan, Kebudayaan dan Peradaban. Moralitaspun lahir atas dasar berpikir, karena manusia dilahirkan tidak sertamerta membawa moralitas. Ketika manusia berhenti berpikir maka identitas, eksistensinya akan hilang sebagai manusia, bangsa dan negara yang berperadaban. Akal pikiran menjadikan manusia mampu mengkonstruksi realitas sebagai bentuk kebudayaan dan peradabannya dan alam semesta, yang mampu menciptakan hidup melampaui sebagian pemahaman yang ada (Kamaruddin, 2015).

“… Since reformation era, we have been living in media industry. Now we are living in the era of “television-booming”. There are many television channels come to our home everyday. They are national, local and community televisions which make tight competition occur. Of course, we –as the consumers of media- are given various programs. It is important to ask how the regulation works. Is the growth of television channels followed by law enforcement? Is the growth of television channels ensued by the ability of audience’s media literacy? This article tries to discuss the roles of the broadcasting regulation and suggests holding the program of media – literacy for society…” (Kriyantono, 2007).

“… The research is aimed to explore political map and voter behaviour. This research is to identify factors that influence voters in determining their choice to candidates with the important factors that influence voters in determining their choice to candidates, newspaper is one of media used by voters as information sources that influence voters in determining their choice. the main factors effected voters in choosing Major candidates…” (Markoni, 2012). Media massa mungkin berhasil mempengaruhi massa untuk mengubah pilihan bila komunikasi tatap-muka juga digunakan untuk memperteguh pesan-pesan media massa. Bila komunikasi tatap-muka tidak dilakukan, pilihan seseorang akan lebih dipengaruhi kelompok rujukannya. Lewat acara debat di televisi, sang kandidat dapat menampilkan citra-dirinya semaksimal mungkin, mulai dari kepribadian, kecerdasan hingga daya tarik fisiknya (Mulyana, 2004). “… Kegiatan Pengabdian Masyarakat yang dilakukan pemilih pemula yang dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran generasi muda akan manfaat dan peranan dari new media, serta bahaya yang dapat ditimbulkan oleh new media. Diharapkan dengan adanya kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat meningkatkan kemampuan sebagai generasi muda penerus bangsa…” (Paramita et al., 2015).

(18)

meneguhkan keyakinannya atau pilihan-pilihan sikap yang sebelumnya telah diambil (Rianto, 2016).

The purpose of this research is to analyze the structural determinism variable to determine the indicator of the election of the regent candidates, to analayze the behaviorism variable to determine the indicator of the election of the regent candidates, to analyze the utility variable to determine the indicator of the election of the regent candidates, and to analyze the psychology variable to determine the indicator of the election of the regent candidates (Saefudin & Iskandar, 2017). Kampanye politik dilaksanakan partai politik untuk memperoleh opini publik yang positif dan elektabilitas partai yang tinggi berdasarkan quick count sikap dapat dilihat dari arah opini publik mengenai kampanye politik, sedangkan perilaku dapat dilihat dari tingkat elektabilitasnya (Salim & Perbawaningsih 2014 dan Seminar & Nasional 2014).

Mendapatkan jumlah maksimum pemilih dalam pemilihan umum adalah syarat mutlak untuk upaya yang dimaksudkan untuk mendapatkan pemilih maksimal dukungan dari masyarakat. Kenyataan itu menunjukkan bahwa komunikator politik yang bisa menjadi kandidat itu sendiri, relawan politik, atau aktivis politik lain adalah salah satu faktor penting. Masyarakat memutuskan orang pada partai politik atau kandidat dengan memfokuskan kenangan mereka pada komunikator politik mereka ingat selama masa kampanye. Siapa komunikator, program atau isi / pesan nya, bagaimana dia / dia menyampaikan pesan, misalnya dan kinerja yang baik disajikan oleh juru kampanye. Cara kampanye yang merancang strategi kampanye adalah memiliki korelasi positif dengan memori publik dan kesan. Pada akhirnya, itu mengarah ke indikasi dalam menentukan keputusan pemilih (Siagian & Head, 2012).

The paper critically assesses some o f the underlying logic of polis by comparing them according to the poli methodology, pollsters ’profile, facts o f swing voters, the politics of Consulting, and voters ’rationality. Central to the assessment is the argument that. firstly, similarity in deployingpoli methodology as well as investigation of pollsters ’profiles which are not adequate to provide convincing answers on discrepancies ofparties’ electability (Sobari, 2014). The background of this research is due to see many political campaigns through various media before the election, the researcher interested in research the influence of voters and the voting decision (Sundari, 2014).

Dapat mengetahui figur dan tema debat yang dibutuhkan masyarakat, termasuk di dalamnya program kerja dan janji politik, tapi tidak otomatis memperoleh elektabilitas, sebab yang memiliki popularitas tidak otomatis memperoleh elektabilitas, sebab kenyatannya ada yang tidak memiliki popularitas tapi memperoleh elektabilitas. Untuk itu acara debat perlu diagendakan, tidak hanya diselenggarakan pada musim kampanye pilpres, tapi juga dapat dilaksanakan di luar musim kampanye (Suryana et al., 2014).

(19)

“…The result of this research has shown that wholly or partially, that political product and pull marketing has significantly effect on voters’ decision…” (Waldhemar & Shihab, 2009). Perencanaan komunikasi (communication strategis) adalah nilai interaksi (reaload level) untuk mengakses, interpretasi, perilaku, budaya, orang lain, seperti (motive role) dampak (effect publics) dibentuk konteks masyarakat tentang kepercayaan diri (self –confidence) berinti dari kebutuhan manusia (plan in the action) adalah secara sehat dan teratur, misalnya; (socio –control), (socio – cultural), (self –control), dan (self –community) yang tidak berlebihan bahwa serangkaian komunikasi massa (mass communication) yang mengisi tingkat (reaload level). Selebihnya data penelitian yang ada yang menunjukkan ketidakpahaman pengetahuan masyarakat (society) terhadap teori-teori paradigma (paradigm theories), dengan maksud dan tujuan dalam kehidupan bangsa dan bernegara (ideologi pancasila dan demokrasi) untuk menilai ditambahkan persyaratan nilai (needs value). Literasi media adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengkomunikasikan pesan – pesan dalam berbagai bentuk literasi secara luas. Literasi media merupakan kemampuan untuk menciptakan makna pribadi dari simbol – simbol verbal dan visual yang kita dapat setiap hari dari televisi, iklan, film, dan media digital. Literasi media lebih dari sekedar mengajak khalayak untuk mendekode informasi melainkan mengajak khalayak untuk menjadi pemikir kritis (Yodiansyah, 2016).

“…The existence of the local media as a subsystem of local politics requires strong professionalism and idealism bases. Without professionalism, it was not easy for mass media to maintain their trust from society. As a business institution, the local media should elevate the quality of its management to support whole company and increase the welfare of its workers. This article will elaborates on three related topics: theoretical observation of media relations, democracy, and the process towards local democratization; responding to the regional autonomy, the role of local media in the regional authonomy on mediating political leaders and constituents; and the importance of local media role in the democratization process in Indonesia, as well as to give alternative on how a local media should be in the future, either as the democracy subsystem or as the pillar of the industry…” (Yusuf, 2011). “… A country can achieve any goal if social media works in right direction and in a right manner, such as in introducing the youths with their capabilities and capacities. Social media should be more developed and enriched to move the youths towards sustainable development goals. The present paper deals with the role of social media to empower youths about sustainable development…” (Chaudhary, 2016).

McLuhan (1967) “… All media work us over completely. They are so persuasive in their personal, political, economic, aesthetic, psychological, moral, ethical, and social consequences that they leave no part of us untouched, unaffected, unaltered. The medium is the massage. Any understanding of social and cultural change is impossible without a knowledge of the way media work as environments…” (Graber, 2012).

(20)

The central thesis in this essay is that validity and reliability should be conceptualized differently across the various forms of content and the various uses of theory. This is especially true with applied communication research where a theory is not always available to guide the design (Potter & Donnerstein, 2016).

“…Kampanye politik bisa dalam bentuk pesan lisan sebelum massa, iklan media, poster, spanduk, dan kunjungan persahabatan ke massa dasar. Semua upaya yang dimaksudkan untuk mendapatkan pemilih maksimal dukungan dari masyarakat…” (Siagian & Head, 2012). “…a political campaign media exposure, the intensity of interpersonal communication, and perceptions of the credibility of the candidates showed no difference significant variables that affect Y is the decision voting of the people in the Candidate elections…” (Sundari, 2014). “… Politics campaign has various things to show by candidate or probable candidate. Every candidate with their creativity repacking their politics content and message to get sympathy of society. The young cadre of party have to build Brand Images as a cover of the young cadre on society eyes. Political branding though means as politics communications effort with going down to society with consistently approach of his commitment as politic effort to effect the voters to give their voices in elections day…” (Al-husainni & Fuady, 2016).

“… The politics could said as branch way so multitude with all disciplines passed by it. It is like “oase” place that constitute meeting place of variety of science discipline, that in one day born political sociology, political psychology, political communication, and also political marketing. However, it’s born academically can be said young, political marketing able to attract attentions of social scientists and political practitioner. In earlier, the term of marketing used in business world for wining competition in business. But, to day, the political process also not miss from marketing with goal sell the idea, platform, and so on of a candidate and political party…” (Dadan & Bandung, 2011).

Elektabilitas pasangan calon (paslon) dalam sistem politik dalam elektabilitas komunikasi, yaitu: pasangan kandidat partai politik (political parties) dan pasangan calon kandidat perorangan (indenpendent personality).

Pertama, paslon kandidat politik (political parties) adalah proses elektabilitas komunikasi dengan partai politik sebagai sarana demokrasi.

Kedua, paslon kandidat perorangan (indenpendent personality) ialah proses elektabilitas komunikasi dalam mekanisme perekrutan calon perorangan dengan persyaratan calon kandidat yang telah ditentukan oleh KPU.

Elektabilitas massa pendukung kandidat politik ialah mekanisme perekrutan komunitas politik dalam masyarakat dalam pelaksanaan program calon kandidat politik secara sosial. Elektabilitas golongan putih/ golput (tidak memilih) merupakan kredibilitas pemilihan pemilih dalam penyelenggaraan politik.

Elektabilitas kampanye kandidat politik ialah penyelenggaraan politik sebagai pelaksanaan kebijakan program politik dalam membangun kredibilitas nasional dalam mengutamakan kriteria aspirasi masyarakat. Pertama, kampanye diskusi public dalam masyarakat, dan Kedua, kampanye massa dilapangan.

SOLUSI LAPORAN

(21)

Pertama, prosedur informasi, Kedua, mempelajari informasi, dan Ketiga, mengevaluasi informasi.

Perencanaan komunikasi aksi, akses, perilaku, persuasi, budaya, kompetensi, dan public. Ontologis, kemampuan dan kemauan elektabilitas komunikasi idealism.

Epistemologis, kemampuan yang lebih dominan terhadap elektabilitas komunikasi dalam penyelenggaraan politik.

Aksiologis, keahlian pada kompetensi dengan memperhatikan paradigma elektabilitas dalam perencanaan komunikasi.

PENUTUP

Berdasarkan bukti temuan – temuan data serta hasil laporan dapat disimpulkan, sebagai berikut :

1. Pola komunikasi dengan konstruksi sebagai dasar elektabilitas komunikasi

2. Mempelajari pola konstruksi realitas komunikasi berdasarkan elektabilitas komunikasi

3. Mengevaluasi pola konstruksi realitas sebagai pola ilmu sosial

4. Regulasi media sebagai pola komunikasi meinterprestasikan pola perilaku komunikasi (edukasi media)

5. Paradigma elektabilitas komunikasi dalam perencanaan komunikasi aksi

Berdasarkan implikasi manfaat temuan di asumsikan akan bermanfaat bagi, diantaranya: *Teoritis/Akademis

Dengan menggunakan literasi media dengan pelatihan author, reviewer, dan Pengelolaan jurnal, terlebih lagi dengan mengikuti perkembangan paradigma komunikasi seperti dijabarkan oleh riset ini, dikemukan bahwa terdapat sejumlah pemahaman dan pengetahuan. *Methodologis

Untuk dapat mengungkap pemahaman dan pengetahuan elektabilitas komunikasi terhadap perencanaan komunikasi. ternyata diperlukan suatu analisa literasi media diterapkan dengan teori plan in the action on communicated planning system. Untuk menganalisa temuan – temuan komunikasi seperti pemahaman, pengetahuan, regulasi media mengenai hubungan dengan filosofi dengan filsafat komunikasi. sehingga tahapan itu membentuk perilaku yang budaya literasi media.

*Praktis

Dalam metode komunikasi dengan riset komunikasi dalam bentuk aplikasi teori komunikasi, karena media itu bisa diamati dengan berbagai macam pemahaman dengan memberi pencerahan pengetahuan secara praktis. Namun itu belum cukup tentu kita perlu mempelajari mengenai fenomena komunikasi dilapangan. Melalui rencana aksi dengan bentuk aplikasi teori komunikasi dengan pendekatan kualitatif secara deskriptif dapat mencirminkan identitas sosial dalam teknologi dapat digunakan kehadapan publik.

*Sosial

(22)

media di tengah masyarakat (society). Karena dipengaruhi penggunaan aplikasi teori (theories application) dengan peran publik terhadap motive rencana aksi dilapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-husainni, Y. D., & Fuady, M. E. (2016). Strategi Komunikasi Politik Kader Muda Partai Gerindra. Prosiding Hubungan Masyarakat, 2(1), 257–265.

Alwie, A. F. (2012). Pemasaran Politik Dan Keputusan Memilih Partisipan Pemilihan Kepala Daerah Pada Kelompok Perkotaan Dan Kelompok Pinggiran Kota (Studi Pada

Kelompok Partisipan Politik di Kota Pekanbaru). Jurnal Sosial Ekonomi Pembagunan, 2(6), 220–243.

Andi Muhammad, A., Sultan, I., & Hasanuddin, H. U. (2014). Pendapat Politisi Terhadap Kredibilitas Lembaga Survei tentang Elektibilitasnya Dalam Pemilihan Legislatif DPRD SULSEL 2014. Jurnal Komunikasi KAREBA, 3(4), 226–234.

Anna, N. E. V. (2015). Pengguna Web 2.0 Sebagai Media Promosi Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesia. Record and Library Jurnal, 1(1), 77–82.

Bambang, H. (2014). Glembuk, Strategi Politik Dalam Retrutmen Elite Penguasa di Desa Pulungsari Yogyakarta. Staf Pengajar Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1–15.

Birokrasi, M., Impor, E. K., Indonesia, G., Politik, I., Player, M. V., Media, M., … Birokrasi, M. (2014). Menimbang Media Sosial dalam Marketing Politik di Indonesia: Belajar dari Jokowi-Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2012. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 17(1), 67–84.

Budhirianto, S., & Komunikasi, I. D. A. N. (2014). Pengembangan Jabar Cyber Province Sebagai Media Informasi dan Komunikasi. Article, (88), 55–68.

Chaudhary, A. (2016). Role of Social Media to Empower Youth- Challenges and Opportunities. Article, 56, 17–19.

Dadan, A., & Bandung, U. S. (2011). Marketing Politik: Urgensi dan Posisinya Dalam Komunikasi Politik. Jurnal Ilmu Dakwah, 5(2), 575–598.

Diana Wibawaningtyas, U. S. M. (2013). Pengaruh Kepemerintahan Daerah (Municipality), Faktor Politik, dan Audit Terhadap Audit Delay: Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah kabupaten/Kota di Indonesia 2010. Srispsi. Universitas Sebelas Maret.

Diurna, A., & No, V. I. I. I. (2014). Pemanfaatan Account Facebook Prabowo Dalam Menarik Simpati Pemilih Pemula Mahasiswa Fispol Unsrat, Vol. III, No.3. Jurnal Acta Diurna, III(3).

Druick, Z. O. Ë. (2016). The Myth of Media Literacy. Article, 10, 1125–1144.

Dwita, D. (2016). Jurnal ipteks terapan; Televisi dan Kepentingan Pemilik Modal Dalam Perspektif Teori Ekonomi Politik Media. Article, 4(4), 252–261. Retrieved from http://dx.doi.org/10.22216/jit.2016.v10i3.526

Effendi, G. (2004). Interaksi Politik dan Media: Dari Komunikasi Politik ke Politik Komunikasi. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 8(1), 53–74.

Elvinaro, A., & Unpad, J. I. H. F. (2012). Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Harian Pikiran Rakyat dan Harian Kompas Sebagai Public Relations Politik dalam Membentuk

(23)

Erka, W. (2015). Jurnal ipteks terapan; Keterampilan Berbahasa Presenter Penyaji Berita Pada Lembaga Penyiaran Televisi. Article, 8(4), 235–241. Retrieved from

http://dx.doi.org/10.22216/jit.2015.v8i4.19

Ermanovida, Parwiyanti, Syarifudin, M. A. (2011). Penerapan Model Alternatif Pada Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) Universitas Sriwijaya. Article.

Fadhil, M. D. T. & K. (2013). Hubungan Terpaan Iklan Politik di Televisi dan Gaya

Kepemimpinan dengan Elektabilitas (Studi Korelasi Terpaan Iklan Politik Jokowi-JK Di Metro TV Terhadap Elektabilitas Jokowi-JK Pada Mahasiswa FISIP D3 Komunikasi Terapan Angkatan 2013 UNS Surakarta). Jurnal Skripsi Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, 1–20.

Gama, B., & Widarwati, T. (2008). Hubungan Antara Kampanye kandidat Kepala Daerah dan Perilaku Pemilih Partisipasi Politik Wanita (Studi pada Ibu-Ibu Rumah Tangga dalam PelaksanaanPemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Sukoharjo). Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, 2(1), 63–80.

Ginting, N. S. (2013). Marketing Politik dalam Pemilukada Kabupaten Karo Tahun 2010. Jurnal Dinamika Politik, 2(1), 1–6.

Graber, D. (2012). New Media Literacy Education ( NMLE ): A Developmental Approach Voices from the Field. Article, 1, 82–92. Retrieved from www.jmle.org

Hamad, I. (2005). Memahami Komunikasi Pemasaran Politik. Mediator, 9(1), 147–162. Heryanto, G. G. (2009). Jurnal Dakwah Dan Komunikasi; Marketing Politik Di Media Massa

Dalam PEMILU 2009. Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 3(2), 233–246.

Holik, I. (2011). Teknologi baru media dan demokratisasi di indonesia. Article, 1(September 2010), 41–57.

Hudi, I., Abdulkarim, A., & Kokom Komalasari. (2012). Pengaruh Media Televisi Terhadap Sikap Belajar Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP-MTS SE-Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi. Article, (2), 55–70.

Ilyas, L. (2010). Konsep dan Aplikasi Publik Relations Politik Pada Kontestasi Politik Di Era Demokrasi (Pemilihan Langsung). Jurnal Academica Fisip Untad, 2(2), 469–485. Imam Fauzi, S., Suharyono, & Kumadji, S. (2013). Pengaruh Brand Personality dan Sales

Promotion Terhadap Brand Equity serta Keputusan Memilih kandidat Gubernur Provinsi Jawa Timur Periode 2008 - 2013 (Studi Political Marketing Pada PEMILUKADA Jawa Timur Putaran Kedua Tahun 2008), 2013, 174–185.

Imran, H. A. (2010). Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi Masyarakat Pedesaan. Article, (19), 1-.

Ina, V., & Boro, A. (2009). Pemasaran Politik Legislatif Petahana Dalam Memenangkan PEMILU Anggota DPRD Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2009 (Kajian Strategi Politik dan Bauran Produk Politik). Jurnal Komunikasi, 2009. Indra, G. (2015). Elektabilitas Syahrul Yasin Limpo Pada Pemilihan Gubernur 2013 di

Kabupaten Toraja Utara. Universitas Hasanuddin.

Inri Inggrit, I. (2009). Media dan Politik Citra Dalam Politik Indonesia kontemporer. Jurnal Ilmiah Scriptura, 3(2), 129–139.

(24)

2, ISSN: 1978 - 385X. Jurnal Ilmiah Scriptura, 4(2), 54–59. https://doi.org/10.9744/scriptura.4.2.54-59

Iswan Heriadjie, P. S. K. F. I. S. dan I. P. U. S. M. S. (2013). Komunikasi Politik di Media Massa; Studi Analisa Isi Berita Kampanye Pasangan Calon Walikota Solo Selama Masa Kampanye 9-22 April 2010 Di Harian Joglosemar. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jati, W. R. (2014). Politik Selebritas Elaborasi Teoritik Terhadap Model Kampanye Baru.

Jurnal Kawistara, 4(2), 177–188.

Juri Ardiantoro, Umum, K., & Umum, K. P. (2017a). Pilkada 2017: Panduan Pelaksanaan Pemungutan dan Perhitungan Suara di TPS. (K. U. Prayudi & KPU, Eds.). Jakarta: Kesekretariat jenderal KPU Pusat.

Juri Ardiantoro, Umum, K., & Umum, K. P. (2017b). Pilkada 2017: Panduan PPK; Panduan rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Di Tingkat Kecamatan. (K. U. Prayudi & K. Pusat, Eds.). Jakarta: Kesekretariat jenderal KPU Pusat.

Jurnal Komunikasi Massa; Ilmu, K. M. (2014). Jurnal Komunikasi Massa, Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Vol. 7 No. 2, Juli 2014. Jurnal Komunikasi Massa ISSN: 1411 - 268X, 7(2), 111–226.

Jurnal Masyarakat: Masyarakat Kebudayaan dan Politik. (2010). Perilaku dan Sikap Sosial Politik Mahasiswa dalam Pilpres 2009, ISSN: 2086 - 7050, Vol. 23, No. 3, Juli - September 2010. Surabaya: Airlangga University Press.

Jusoff, K. (2009). Television and Media Literacy in Young Children : Issues and Effects in Early Childhood. Article, 2, 151–157.

Kamaruddin. (2015). Komunikasi sosial dan pembangunan. In Kamaruddin (Ed.), Modul (Pertama, pp. 1–109). UNIMAL.

Kamaruddin, H. (2009a). Komunikasi Politik dan Pecitraan. Jurnal Komunikasi Politik ISSN: 1979 - 0899X, 2(4), 22–43.

Kamaruddin, H. (2009b). Komunikasi Politik dan Pecitraan (Analisis Teoritis Pencitraan Politik di Indonesia), ISSN: 1979 - 0899X, Vol. 2, No. 4, Desember 2009, 2(4), 22–43. Khalil, T. F., Zulkarnain, Furwanti, A., & Riau, U. (2014). Pengaruh Citra Partai Pendukung,

Iklan Politik dan Kelompok Referensi Terhadap Minat Memilih Calon Kepala Daerah Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Pelalawan. Jurnal Tepak Manajemen Bisnis, VI(1), 74–84.

Koltay, T. (2011). The media and the literacies: media literacy, information literacy, digital literacy. Article, 33(2), 211–221.

Kriyantono, R. (2007). Pemberdayaan Konsumen Televisi Melalui Keterampilan Media- Literacy dan Penegakan Regulasi Penyiaran. Article, 10(21).

Kurniawan, D. (2015). Pengaruh Hasil Survei Tentang Elektabilitas CAPRES - CAWAPRES 2014 Terhadap Perilaku Pemilih Di Surabaya. Jurnal Review Politik, 5(1), 126–151. Lindawati, D. S. (2013). Strategi Partai Politik Dalam Menghadapi PEMILU 2024. Jurnal

Politica, 4(2), 287–312.

Lisman Setiawan, T. (2016). Implikasi Kebijakan Politik Ekonomi Partai Terhadap Tingkat Elektabilitas Partai Dalam Pemilu (Studi Kasus Pada 5 Pemilihan Umum Legislatif di Indonesia Dari tahun 1997 s.d 2014),. Jurnal Politika, 7(1).

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu peneliti ingin mengembangkan penelitian dengan judul: Pengaruh Kepemimpinan dan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Maintenance Planning and Support Pertamina

Pengobatan umumnya dilanjutkan tidak lebih dari 24 jam kecuali pada kasus pajanan dengan kelarutan tinggi dalam lemak atau  pajanan kronis5. Pralidoksim dapat

Oleh karena itu dengan pemanfaatan candi Padang Roco sebagai sumber belajar sejarah agar peserta didik dapat lebih mudah memahami pelajaran dan menambah wawasan

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, maka Peraturan Bupati Bandung Barat Nomor 27 Tahun 2015 tentang Pagu Indikatif Kewilayahan Kabupaten Bandung Barat

1. Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

Hasil dapatan kajian yang telah dijalankan ke atas pelajar menunjukkan 125 orang pelajar (59.7 peratus) tidak bersetuju Secara keseluruhannya purata keseluruhan skor min bagi

Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah