Pengolahan Air pada Minuman Non-Karbonasi : Teh Botol
P1
Nama Anggota Kelompok :
- Mardia Mardiatia R (F24140007)
- Vionabela Bunga (F24140015)
- Rahma Fadilla ( F24140025)
- Taufik Risalah (F24140116)
- Ilham Billy Nugraha (F24149002)
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Air sangat dibutuhkan oleh industri pangan. Sekitar 20% sumber air bersih digunakan sebagai kebutuhan industri termasuk industri pangan. Berkurangnya sumber air di dunia mengakibatkan pemerintah diberbagai negara membuat kebijakan untuk mengutamakan kebutuhanair domestik di atas kebutuhan air lainnya. Akibatnya industri harus mampu mencari jalan lain untuk mengatasi keterbatasan sumber air tersebut. Di samping itu, semakin meningkatnya populasi manusia di dunia, kebutuhan pangan pun akan meningkat. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi industripangan. Menurut UK Food and Drinks Manufacturers, industri pangan harus mencari cara lain untuk mengurangi sekitar 20% penggunaan air pada tahun 2020. Kebutuhan akan pentingnya air tidak diimbangi dengan kesadaran untuk melestarikan air, sehingga banyak sumber air yang tercemar oleh perbuatan manusia itu sendiri. Ketidakbertanggung jawaban mereka membuat air menjadi kotor, seperti membuang sampah ke tepian sungai sehingga aliran sungai menjadi mampet dan akhirnya timbul banjir jika hujan turun, membuang limbah pabrik ke sungai yang mengkibatkan air itu menjadi tercemar oleh bahan- bahan berbahaya, dan lain sebagainya ( Rahmani 2016)
Pengolahan air secara terpadu sangat penting untuk menghindari biaya yang tinggi, baik biaya yang ditanggung perusahaan maupun yang diupayakan oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) yang berorientasi bisnis dan sosial. Pemilihan sumber air dan teknologi pengolahan yang dilakukan harus tepat, ekonomis, dan dapat memenuhi mutu. Di perusahaan dan PDAM biaya yang terkait dengan pengolahan air antara lain biaya pembelian air sebagai bahan baku, proses pengolahan air bersih dan pengolahan air limbah, serta distribusinya. Selain itu, juga diperlukan biaya untuk bahan kimia, perawatan berkala, dan kebutuhan energi. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman mengenai pemilihan metode pengolahan dan optimalisasi pengolahan agar biaya yang ditimbulkan efektif dan efisien. (Widayat 2007)
Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer di dunia. Tehdibuat dari pucuk daun muda tanaman teh. Berdasarkan prosespengolahannya, secara tradisional produk teh dibagi menjadi 3 jenis, yaitu tehhijau, teh oolong, teh hitam. Minuman Teh Botol merupakan minuman yang bahan baku utamanya adalah air. Air yang digunakan adalah air yang berasal dari dua buah sumur dengan kedalaman 80 – 150 m yang terletak di sekitar lokasi pabrik. Air tersebut akan mengalami perlakuan – perlakuan terlebih dahulu untuk mendapatkan air yang berkualitas baik dari segi alkalinitas, kesadahan, kandungan besi, pH dan penampakan. Selain itu bahan baku yang lain adalah gula dimana gula harus memiliki standarspesifikasi gula seperti kemurnianya dan kadar airnya.
- Standar air minum yang digunakan dalam proses pengolahan produk di industri minuman non-karbonasi terutama untuk produk teh botol
- Standar air bersih yang digunakan untuk proses sanitasi mesin pengolahan di industri
- Unit pengolahan air yang dibutuhkan agar memenuhi standar air minum sebagai bahan baku utama produk yang dihasilkan
- Proses dan peralatan yang digunakan untuk mencapai standar air minum sebagai bahan baku utama produk teh botol
1.3 TUJUAN
- Mengetahui standar air minum yang digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan produk teh botol
- Mengetahui standar air bersih yang biasa digunakan dalam proses sanitasi mesin pengolahan dan peralatan di industri pengolahan produk teh botol
- Mengetahui unit pengolahan air yang dilakukan untuk mencapai standar air minum yang dapat digunakan sebagai bahan baku produk yang dihasilkan
- Mengetahui proses dan peralatan yang digunakan dalam pengolahan air sebagai bahan baku pembuatan produk teh botol
Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi (Cahyadi, 2005). Minuman ringan terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Minuman ringan dengan karbonasi
2. Minuman ringan tanpa karbonasi ( non karbonasi)
Minuman ringan dengan karbonasi adalah minuman yang dibuat dengan menambahkan CO2 dalam air minum sedangkan minuman ringan tanpa karbonasi adalah minuman selain minuman ringan dengan karbonasi. Fungsi minuman ringan itu tidak berbeda jauh dengan minuman ringan lainnya yaitu sebagai minuman untuk melepaskan dahaga sedangkan dari segi harga, ternyata minuman ringan karbonasi relatif lebih mahal dibanding minuman non karbonasi. Hal ini disebabkan teknologi proses yang digunakan dan kemasan yang khas, yaitu dalam kemasan kaleng atau botol.
Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan, diketahui bahwa cemaran adalah bahan yang tidak dikehendaki ada dalam makanan yang mungkin berasal dari lingkungan atau sebagai akibat proses produksi makanan dapat berupa cemaran biologis, kimia, dan benda asing yang dapat menggangu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Makanan yang diproduksi, diimpor, dan diedarkan di wilayah Indonesia harus memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi pangan. Minuman teh dalam kemasan harus memenuhi standar ALT (30° C, 72 jam) sebanyak 1x102 koloni/ml, jumlah APM Koliform kurang dari 2 dalam 100 ml, APM
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1.SUMBER AIR DAN STANDAR PERSYARATAN
Tidak setiap jenis air dapat digunakan, mengingat dalam pembuatan TBS air
adalahkomponen utama penentu kualitas produk akhir. PT Sinar Sosro mendapatkan air dari duabuah sumur dengan kedalaman 80 – 150 m, yang terletak disekitar lokasi pabrik.
Standaryang dipersyaratkan yaitu meliputi :
a. Alkalinitas
Secara umum alkalinitas air harus rendah, jika lebih dari 200 ppm akan menimbulkan masalah dalam pembilasan, sehingga diperlukan pembilasan menggunakan asam. Ketika standar alkalinitas di lebih tinggi dari angka tersebut, maka untuk sanitasi
digunakan HNO3 sebagai sanitizer.
b. Kesadahan
Kesadahan air harus rendah karena air sadah dapat menyebabkan timbulnya kerak baikpada pipa - pipa, tangki maupun pada botol. Adanya kerak mengakibatkan efisiensi penghantaran panas rendah sehingga biaya produksi meningkat.
·c. Kadar Klorida
Kadar klorida yang tinggi dapat memacu terjadinya korosi pada alat dan mesin. Ketika kadar klorida di industri lebih tinggi dari angka tersebut maka dibutuhkan demineralisasi. Kadar klorida cukup untuk berperan sebagai disinfektan guna membunuh bakteri patogen dalam air
·d. Besi (Fe)
Kadar besi yang tinggi dapat menyebabkan timbulnya warna yang tidak diinginkan. Dalam mengatasi masalah besi, maka dapat dilakukan dengan tahap flokulasi yaitu dengan menambahkan PAC dalam air agar ion Fe2+ berubah menjadi Fe3+ yang bersifat lebih
mudah mengendap. Untuk mengatasi sulfat dan sulfida, dapat dilakukan dengan proses filtrasi
f. pH dan Ketampakan
pH air disyaratkan netral (pH = 7), sebab pH < 7 dapat memacu korosi pada alat. Syarat untuk kenampakan air adalah jernih, tidak ada endapan dan tidak berwarna, ketiga hal tersebut sudah dapat dipenuhi dengan melakukan filtrasi.
3.2 PENGGUNAAN AIR
Jumlah air yang digunakan untik proses produksi teh botol sangat fluktuatif setiap harinya tergantung pada kebutuhan. Kebutuhan air untuk 4 hari produksi sebesar1577 m3.
Penggunaan air secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian:
a) Produksi
Produk akhir teh botol mengandung lebih dari 90% bagian air. Sebagian air, yaitu
sekitar 8000 L diperlukan untuk satu kali pemasakan teh. Untuk keperluan ini digunakan air buffer. Sedangkan untuk pembuatan sirup gula digunakan air softener sejumlah sekitar 1500 L.
b) Sanitasi
softener cleaner. Kebutuhan air selama 1 minggu untuk sanitasi sekitar 36m3.
c) Cuci manual
Cuci manual diperlukan untuk menangani botol kosong dan krat yang tidak dapat dibersihkan secara mekanis atau yang tidak lolos penyeleksiaan. Jumlah air yang
digunakan untuk cuci manual terganting kondisi PB yang ada. Umumnya dalam satu hari selalu dilakukan pencucian manual. Jumlah air yang digunakan untuk cuci manual dalam satu minggu kurang lebih 35 m3. Air untuk pencucian manual berasal dari bak
reservoir.
Untuk mendapatkan kadar air standar sesuai yang diharapkan air sumur tersebut diolah terlebih dahulu dalam unit pengolahan air (water treatment).
3.3 UNIT PENGOLAHAN AIR
Air merupakan bahan baku terbesar di dapal pembuatan teh botol dan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap mutu air produk seperti rasa, bau, warna,maupun sifat kimia dan mikrobiologinya. Oleh karena itu, air yang mengandung berbagai komponen seperti garam-garam mineral, ion-ion logam, kotoran tersuspensi, mikroorganisme, dan sebagainya harus dihilangkan terlebih dahulu, karena dapat mempengaruhi mutu produk yang akan dihasilkan. (Susitrianni 2009)
Pengolahan air bertujuan untuk memperoleh air dengan sifat-sifat yang memenuh syarat untuk digunakan sebagai penyeduh teh. Syarat yang diperlukan tersbut meliputi pH, kesadahan, kadar logam atau mineral, alkalinitas, mutu mikrobiologis dan mutu organoleptik. Air yang digunakan untuk keperluan produksi berasal dari sumber mata air. Air yang digunakan harus mengalami proses pengolahan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk proses produksi. Tahapan pengolahan air yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Reservoir
Air yang berasal dari sumber air dialirkan ke bak penampungan dengan cara disedot menggunakan pompa otomatis. Bak penampungan ( reservoir) untuk mengendapkan kotoran yang berbentuk partikel berukuran besar. Reservoir ini mempunyai diameter 600 cm dengan tinggi 180 cm dan berkapasitas kurang lebih 50 m3. Untuk membentuk pengendapan, bak
penampung dibagi menjadi dua bagian oleh sebuah sekat. Dengan adanya sekat ini, air akan tertahan sementara waktu pada ruang satu sehingga terjadi pengendapan. Air yang terdapat di bagian atas akan mengalir ke ruang dua dan diharapkan air ini telah bebas dari kotoran partikel - partikel besar dan akan dialirkan ke tangki - tangki untuk mengalami pengolahan.
Ruang 1 Ruang 2
Gambar 1. Penampang bak penampung
2. Klorinasi
Sumber air yang ditampung dalam reservoir, sebelum dialirkan ke tangki - tangki pengolahan, terlebih dahulu mengalami proses klorinasi. Ke dalam reservoir, ditambahkan klorin cair yang bertujuan untuk mengoksidasi mineral – mineral atau garam – garam yang terlarut dalam air. Penambahan klorin dalam reservoir dikhususkan untuk mengoksidasi ion Fe dan Mn, serta untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat dalam air. Batas maksimal penambahan klorin ditentukan oleh residu klorin, yaitu penambahan klorin akan dihentikan jika residunya mencapai 0,1 ppm.
3. Sand Filter
Air yang telah mengalami proses klorinasi kemudian disarng dalam tangki penyaring pasir. Penyaring pasir ini berfungsi untuk menyaring kotoran - kotoran yang tersuspensi serta endapan karbonat dalam air. Kotoran2 tersuspensi yang tidak terendapkan dalam bak penampung diharapkan akan tersaring oleh alat ini. Tangki penyaring berisi pasir kuarsa yang dapat menyaring flok - flok atau endapan yang terbentuk selama proses klorinasi di reservoir.
Bahan penyaring pada tangki ini adalah pasir silika dengan tiga lapisan dan ukuran yang berbeda. Pada lapisan atas berukuran 1-2 mm sebanyak 1500kg, lapisan tengahnya berukuran 2-3mm sebanyak 600 kg dan lapisan paling bawah berukuran 3-5 mm sebanyak 400 kg. Bagian bawah tangki disangga oleh saringan yang terbuat dari plat.
Adanya pasir yang disusun berlapis ini diharapkan kandungan ion Fe dan Mn yang keluar dari sand filter kurang dari 0,3 ppm dengan tingkat kekeruhan kurang dari 4 NTU . Kotoran - kotoran yang tersaring dalam tangki lama-lama membentuk padatan yang menyebabkan efisiensi penyaringan akan menurun dan jenuh. Kejenuhan ini ditandai oleh perbedaan tekanan air masuk dan keluar, dimana tekanan input lebih besar dari tekanan output. Untuk membersihkan saringan dari kotoran – kotoran yang terakumuasi, dilakukan pembersihan dengan cara pencucian balik ( back washing ) secara periodik. Back washing adalah pencucian dengan arah terbalik dimana air yang bertekanan tinggi disemprotkan dari outlet dan keluar melalui inlet. Selanjutnya, dlakukan pembilasan menggunakan air saja selama 15-20 menit atau sampai air yang keluar dari outet tidak kotor. Pembilasan dengan menggunakan air dinamakan rinsing
Pada alat penukar kation, air mengalami perlakuan kimia berupa proses deminelarisasi, yaitu proses menghilangkan atau pengurangan mineral-mineral yang bermuatan positif seperti Ca2+, Mg2+, Na+ dan K+. Garam - garam kalsium dan magnesium
merupakan penyebab terjadinya kesadahan air. Karena itu, proses demineralisasi oleh penukaran kation ini merupakan proses pelunakan air, baik dari kesadahan sementara yang disebabkan oleh bikarbonat dari ion - ion Ca dan Mg ataupun dari kesadahan tetap yang disebabkan oleh sulfat dan klorida dari ion - ion Ca dan Mg.
Pelunakan air perlu dilakukan karena air yang memiliki kesadahan bila dipanaskan akan membentuk kerak - kerak pada pipa dan peralatan. Kerak – kerak ini dapat menjadi tempat pertumbuhan bakteri, menyumbat sistem air, dan mengurangi laju serta efisiensi pindah panas. Proses penghilangan kation – kation dalam penukar kation terjadi melalui mekanisme pertukaran antara kation dalam air dengan kation yang terdapat pada suatu medium tidak larut air secara reversibel. Medium yang digunakan berupa resin kation kuat yang bila berdisosiasi akan menghasilkan ion H+. Mekanisme tersebut terjadi melalui reaksi
sebagai berikut :
MgCl2+ RH2 MgR + 2HCL . . . (1)
Mg (HCO3)2+ RH2 MgR + 2Co2 + 2H2O . . . (2)
Reaksi 1 adalah reaksi yang menyebabkan kesadahan tetap sedangkan reaksi 2 yang menyebabkan kesadahan sementara. Karena pada hasil reaksi jenis pertama terbentuk asam kuat yaitu HCL, maka air yang keluar dari penukar kation akan bersifat asam dengan pH sekitar 3,5 – 5
Proses pertukaran ion mengakibatkan jenuhnya resin oleh kation - kation dari air sehingga tidak dapat digunakan kembali, tetapi karena proses pertukaran ion yang terjadi bersifat reversibel makan resin tersebut dapat dipakai kembali setelah diregenerasi dengan HCLl 33%. Hal ini mengakibatkan terjadinya reaksi sebagai berikut :
MgR + 2HCL RH2 + MgCl2. . . (3)
Dari persamaan reaksi 3, terlihat baha resin pada hasil reaksi dalam keadaan siap digunakan kembali yaitu dalam bentuk RH2. Untuk mengetahui resin yang digunakan sudah jenuh atau
belu, dilakukan pemeriksaan kesadahan dan “ m alkalinitas” setiap kali penukar kation digunakan. Jika hasil pemeriksaan tidak sesuai dengan standar maka dilakukan regenerasi kembali. Bila setelah diregenerasi, masih tidak memenuhi standar, berarti resin telah rusak dan harus diganti dengan yang baru
5. Degasfier
Pada alat degasfier, air diberi perlakuan dekarbonasi dengan cara pemberian tiupan angin ( aerasi) menggunakan blower yang dipasang pada bagian atas tangki. Perlakuan ini dimaksudkan untuk menguraikan H2CO3 yan terdapat dalam air sebagai hasil samping proses
pertukaran kation pada garam - garam karbonat menjadi H2O dan CO2. Co2 yang terdapat
dalam bentuk gas, akan terbuang ke atmosfer. Degasfier berfungsi juga sebagai alat untuk menghilangkan atau mengurangi kadar besi. Besi dalam bentuk ferro yang larut dalam air dikonversi ke dalam bentuk ferri yang mudah mengendap melalui mekanisme berikut :
FeCO3 + H2O Fe(OH)2 + CO2 . . . (5)
Fe(OH)2 + 1/2O2 + H2O Fe2O3 + 3H2O . . . (6)
Air yang keluar dari degasfier sudah memenuhi syarat yang ditentukan dalam hal kandungan kation dan kesadahannya. Agar kandungan ion - ion negatif memenuhi standar prosduksi, air tersebut harus diolah dengan alat anion exchanger. Namun, karena air untuk keperluan lainnya tidak diharuskan bebas dari anion, maka tidak semua air dari degasfier dialirkan ke anion exchanger.
6. Softener Tank
Air yang telah mengalami pelunakan dan dekarbonasi ditampung dalam softener tank untuk di distribusikan ke tempat-tempat yang membutuhkan. Softener tank air dibagi menjadi dua aliran utama. Satu aliran didistribusikan untuk keperluan pencucian botol, pencucian kerak, pengisian boiler serta sanitasi alat dan bangunan pabrik, sedangkan aliran lain menuju anion exchanger untuk selanjutnya diolah menjadi produk teh botol.
7. Anion Exchanger
Proses yang terjadi di dalam penukar anion sama dengan proses yang terjadi di penukar kation, perbedaannya terletak pada jenis ion yang dipertukarkan serta jenis resin yang digunakan. Didalam tangki anion exchanger, anion - anion yang terdapat dalam air seperti Cl-, SO
42-, HCO3- dan CO32- dipertukarkan dengan gugus hidroksil ( OH-) yang
terdapat dalam resin anion melalui mekanisme reaksi sebagai berikut.
HCL + R(OH)2 RCL + 2H2O . . . (7)
Resin anion dapat mengalami kejenuhan sehingga harus diregenerasi. Regenerasi dilakukan dengan menggunakan basa kuat yaitu NaOH 50% berlebih sehingga anion - anion yang terdapat dalam resin digantikan oleh gugus oh- dari NaOH melalui reaksi sebagai berikut.
NaOH + RCL2 R(OH)2 + NaCl . . . (8)
Parameter yang digunakan untuk menentukan jenuh tidaknya resin adalah pH air. Jika air yang keliar dari penukar anion berada pada kisaran pH normal yaitu antara 6,8-7,6 berarti resin yang digunakan masih efektif. Sebaliknya, bila pH air dibawah pH normal berarti resin yang digunakan sudah saatnya diregenerasi.
Air yang dialirkan dari penukar anion merupakan air yang bebas mineral atau disebut juga air demineral karena telah mengalami proses pertukaran kation dan anion. Persyaratan bebas mineral tersebut diperlukan dalam produksi teh botol untuk mendapatkan mutu produksi yang tinggi. Karena adanya mineral menyebabkan mutu produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan.
8. Mixing Zone
dilarutkan dahulu. Proses klorinasi dilakukan tanpa menggunakan pengadukan, tetapi dengan mekanisme seperti berikut
Air dan klorin dialirkan ke dalam tangki dengan kecepatan tertentu sehingga diperoleh kadar residu klorin antara 5-6ppm dengan waktu kontak sekitar 20 detik. Mekanisme seperti ini akan menghemat waktu jika dibandingkan dengan metode pengadukan biasa.Proses klorinasi dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme patogen yang terdapat dalam air sehingga akan diperoleh air yang steril untuk produksi. Reaksi yang terjadi dalam proses klorinasi seperti persamaan berikut.
NaOCl + H2O HOCl + NaOH . . . (9)
HOCL H+ + OCl- . . . (10)
Reaksi 9 terjadi pada pH rendah sedangkan pada reaksi 10 terjadi pada pH tinggi 9. Carbon Purifier
Dari mixing zone, air dipompa masuk ke dalam karbon purifier/karbon filter. Penyaringan dengan karbon aktif ini bertujuan untuk menghilangkan rasa, bau, warna, dan residu klorin dalam air. Menghilangkan residu klorin dalam air disebut proses deklorinasi dan dimaksudkan untuk alasan - alasan kesehatan. Untuk meregenerasi karbon aktif yang aktifitasnya telah jauh berkurang, dilakukan penyemprotan balik (Counter Flushing) dengan air panas dan uap
3.2. STANDAR KUALITAS AIR SEBAGAI BAHAN BAKU
Berdasarkan Permenkes No 492/ Menkes/ Per/ IV/ 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
PENUTUP
4.1 SIMPULANAir yang digunakan untuk konsumsi sehari–hari harus memenuhi standar kualitas air minum. Kualitas air minum dapat ditinjau dari segi fisik, kimia, mikrobiologi, radioaktif dan mineral serta kandungan logam. Namun kualitas air yang baik ini tidak selamanya tersedia di alam sehingga diperlukan upaya perbaikan, baik itu secara sederhana maupun modern.Teknologi yang digunakan meliputi pengolahan air secara fisik, kimia dan biologis.Pada pengolahan secara fisika, biasanya dilakukan secara mekanis, tanpa adanya penambahan bahan kimia. secara kimiawi, terdapat penambahan bahan kimia, seperti klor, tawas, dan lain-lain, pada pengolahan secara biologis, biasanya memanfaatkan mikroorganisme sebagai media pengolahnya.
Pengolahan air bertujuan untuk memperoleh air dengan sifat-sifat yang memenuh syarat untuk digunakan sebagai penyeduh teh. Syarat yang diperlukan tersbut meliputi pH, kesadahan, kadar logam atau mineral, alkalinitas, mutu mikrobiologis dan mutu organoleptik. Tahapan pengolahan air di industri the botol, diantaranya Reservoir, untuk mengendapkan kotoran yang berbentuk partikel berukuran besar.Klorinasi, klorin cair yang bertujuan untuk mengoksidasi mineral – mineral atau garam – garam yang terlarut dalam air.Sand Filter, Penyaring pasir ini berfungsi untuk menyaring kotoran - kotoran yang tersuspensi serta endapan karbonat dalam air.Kation Exchanger, yaitu proses menghilangkan atau pengurangan mineral-mineral yang bermuatan positif. Degasfier, untuk menguraikan H2CO3
yan terdapat dalam air sebagai hasil samping proses pertukaran kation pada garam - garam karbonat menjadi H2O dan CO2. Softener Tank, berfungsi untuk menampung air yang telah
mengalami pelunakan.Anion Exchanger, yaitu proses menghilangkan atau pengurangan mineral-mineral yang bermuatan negatif. Mixing Zone, Air yang berasal dari penukaran anion dialirkan ke dalam mixing zone, yaitu tempat penambahan desinfektan.Carbon Purifier, Penyaringan dengan karbon aktif ini bertujuan untuk menghilangkan rasa, bau, warna, dan residu klorin dalam air. Menghilangkan residu klorin dalam air disebut proses deklorinasi dan dimaksudkan untuk alasan - alasan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggarningrum, W.H. 2009. Pengendalian Mutu Teh Botol di PT. Sinar Sosro Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Semarang(ID) : Laporan Magang UNS
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum Rahmani, A. 2016. Pengolahan Air Dalam Industri Pangan. Bandung(ID) : Teknik Kimia ITB
Susitrianni, 2009. Proses Produksi Teh Botol Sosro. Surakarta(ID) : Laporan Magang
Universitas Sebelas Maret
Widayat, W. 2007. Teknologi pengolahan air minum dari air baku yang mengandung