• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH DASPROS 1 KETERAMPILAN BERTANYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH DASPROS 1 KETERAMPILAN BERTANYA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH DASPROS 1

KETERAMPILAN BERTANYA

A. Keterampilan Bertanya

Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi, bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berfikir. Dalam proses belajar mengajar , bertanya memainkan peranan penting sebab perrtanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan

memberikan dampak positif terhadap siswa , yaitu :

• Meningkatkan partisipasi siswa dalam dalam kegiatan belajar mengajar ,

• Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan.

• Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berfikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya.

• Menuntun proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar menentukan jawaban yang baik.

• Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.

Keterampilan dan kelancaran bertanya dari calon guru maupun dari guru itu perlu dilatih dan ditingkatkan, baik isi pertanyaannya maupun teknik bertanya .

a. Dasar- dasar pertanyaan yang baik Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa

• Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan • Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu

• Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk berfikir sebelum menjawab pertanyaan. • Bagikanlah semua pertanyaan kepada seluruh murid secara merata.

• Berikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siwa untuk menjawab atau bertanya.

• Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.

b. Jenis –jenis pertanyaan yang baik

(2)

1) Pertanyaan permintaan ( compliance question ) 2) Pertanyaan retoris ( rhetorical question)

3) Pertanyaan mengarahkan atau menuntun ( prompting question) 4) Pertanyaan menggali ( probing question)

• Jenis pertanyaan menurut taksonomi bloom 1) Pertanyaan pengetahuan

2) Pertanyaan pemahaman 3) Pertanyaan penerapan 4) Pertanyaan sintetis 5) Pertanyaan evaluasi

c. Hal – hal yang perlu diperhatikan • Kehangatan atau keantusiasan.

Sikap dan cara guru termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan menampakkan ada tidaknya kehangatan dan keantusiasannya.

• Kebiasaan yang perlu dihindari .

Guru harus menghindari kebiasaan seperti : 1) Menjawab pertanyaan sendiri.

2) Mengulang jawaban siswa 3) Mengulang pertanyaan sendiri

4) Mengajukan pertanyaan dengan jawaban yang serentak 5) Menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya 6) Mengajukan pertanyaan ganda.

Ada 4 alasan mengapa seseorang guru perlu menguasai keterampilan bertanya : 1. Pada umumnya guru masih sering mendominasi kelas dengan metode ceramah. 2. Kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat kita tidak membiasakan anak untuk bertanya , sehingga keinginan anak untuk bertanya selalu terpendam.

(3)

4. Adanya anggapan bahwa pernyataan yang diajukan guru berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.

Definisi Dan Fungsi Pertanyaan

G.A.Brown dan R.Edmonson (1984) mendefinisikan pertanyaan sebagai : “segala pertanyaan yang menginginkan tanggapan verbal (lisan)”.Pertanyaan tidak selalu dalam kalimat tanya,tetapi dapat juga dalam bentuk kalimat perintah atau kalimat pertanyaan.

Fungsi pertanyaan di dalam kegiatan pembelajaran antara lain : a. Mendorong siswa untuk berfikir

b. Meningkatkan keterlibatan siswa

c. Merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan d. Memusatkan perhatian siswa pada satu masalah

e. Membantu siswa mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang baik

Masih banyak lagi fungsi pertanyaan yang dilaporkan oleh para ahli peneliti,namun daftar diatas sudah dapat kita simpulkan bahwa fungsi pertanyaan tersebut sangat bervariasi.

Bertanya merupakan tingkah laku yang sangat penting didalam kelas dimana bertanya untuk mengetahui apakah kualitas berfikir siswa dari sederhana terjadi perubahan berfikir secara kompleks setelah diberikan pelajaran.

Bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan siswa untuk berfikir dan mengemukakan jawaban yang sesuai dengan harapan guru.Gurudalam mengajukan pertanyaan kepada seorang siswa sering kali tidak terjawab,sebab maksud pertanyaan tersebut kurang dapat dipahami oleh siswa dalam hal ini.Umumnya bertanya jika ia ingin mengetahui apa yang belum diketahuinya.Didalam kelas,guru bertanya kepada siswa untuk berbagai tujuan.

Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang sekaligus bagian dari

keberhasilan dalam mengelola intruksional dan pengelolahan kelas.Melalui keterampilan bertanya,guru mampu mendeteksi hambatan proses berfikirdikalangan siswa dan

(4)

dapat menarik simpati dan empati dikalangan siswa sehingga kepercayaan siswa terhadap guru meningkat dan pada akhirnya kualitas proses pembelajaran dapat lebih ditingkatkan. Dalam kegiatan pembelajaran kegiatan bertanya cukup mendominasi kelas,guru

menggunakan 30% dari waktu untuk bertanya.Pada umumnya tujuan bertanya adalah untuk memperoleh informasi dan untuk meningkatkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa,siswa dengan siswa yang saling berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar.

Komponen – Komponen keterampilan bertanya dibedakan atas : 1. Keterampilan bertanya dasar

Keterampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan.Komponen – komponen yang dimaksud adalah pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat,pemberian

acuan,pemusatan,pemindah giliran,penyebaran,pemberian waktu berfikir dan pemberian tuntutan.

Keterampilan bertanya terdiri atas komponen – komponen berikut : a. Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat

Pertanyaan yang diajukan guru hendaknya singkat dan jelas,sehingga mudah dipahami oleh para siswa.Pertanyaan yang demikian dibuat dengan menggunakan struktur kalimat yang sederhana serta kata – kata yang sudah dikenal siswa.

Cobalah bandingkan pertanyaan – pertanyaan berikut ini :

1. Apa yang menyebabkan sehingga banyak siswa diberi kesempatan bertanya tidak menggunakannya ?

2. Mengapa banyak siswa yang tidak menggunakan kesempatan bertanya ? Pertanyaan yang kedua lebih jelas dan singkat dari pada pertanyaan pertama. b. Pemberian acuan

Sebuah pertanyaan dapat dijawab jika yang ditanya mengetahui informasi yang berkaitan dengan pertanyaan tersebut.Oleh karena itu sebelum bertanya,guru perlu memberikan acuan berupa informasi yang perlu diketahui siswa.Siawa akan mengelolah informasi yang diberikan sehingga dapat menjawab pertanyaan guru.

c. Pemusatan

(5)

menuntut jawaban pertanyaan yang umum dan cukup luas,sedangkan pertanyaan yang sempit menuntun jawaban yang khusus dan spesifik.

d. Pemindahan giliran

Ada kalanya sebuah pertanyaan,lebih – lebih pertanyaan yang cukup kompleks,tidak dapat dijawab tuntas oleh seorang siswa.Dalam hal ini guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa lain dengan cara pemindahan giliran.Artinya,setelah siswa pertama memberikan jawaban,guru meminta siswa kedua melengkapi jawaban tersebut,kemudian meminta lagi kepada siswa ketiga dan seterusnya.Cara seperti ini dapat mendorong siswa untuk selalu memperhatikan jawaban yang diberikan temannya serta meningkatkan interaksi antar siswa.

e. Penyebaran

Penyebaran pertanyaan berarti menyebarkan giliran untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Kalau mungkin semua siswa didalam kelas mendapat giliran yang merata untuk menjawab pertanyaan. Teknik penyebaran perlu diperhatikan oleh guru, lebih-lebih bagi guru yang biasa mengajukan pertanyaan pada siswa tertentu. Adakalanya guru melupakan siswa yang duduk diderertan belakang, sehingga aman untuk dari kejaran pertanyaan guru. Tujuan penyebaran pertanyaan adalah untuk meningkatkan perhatian dan partisipasi siswa.

f. Pemberian waktu berpikir

Untuk menjawab satu pertanyaan, seseorang memerlukan waktu untuk berpikir demikian juga seorang siswa yang harus menjawab pertanyaan guru memerlukan waktu untuk memikirkan jawaban pertanyaan tersebut. Oleh karena itu, setelah mengajukan

pertanyaan guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum meminta atau menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaannya. Kebiasaan guru yang menunjuk siswa yang lebih dahulu untuk menjawab pertanyaan itu yang diajukan, tidak dapat dibenarkan sebab tidak memberikan waktu untuk berpikir dan siswa lain tidak memperhatikan pertanyaan guru. g. Memberikan tuntunan

Kadang-kadang pertanyaan yang diajukan guru tidak dapat dijawab oleh siswa, ataupun jika ada yang menjawab, jawaban yang diberikan tidak seperti yang diharapkan. Dalam hal ini, guru tidak boleh diam dan menunggu sampai siswa memberikan jawaban. Guru harus memberikan tuntunan yang memungkinkan siswa secara bertahap mampu

(6)

berbagai cara berikut :

1. Memparafrase yaitu mengungkapkan kembali pertanyaan dengan cara lain yang lebih mudah dan sederhana, sehingga dapat dipahami oleh siswa.

2. Mengajukan pertanyaan lain yang lebih sedrhana yang dapat menuntun siswa mwnemukan jawaban.

3. Mengulangi penjelasan / informasi sebelumnya yang berkaitan dengan pertanyaan yang diajukan.

2. Ketermpilan bertanya lanjut

Keterampilan bertanya lanjut merupakan lanjutan keterampilan bertanya dasar yang lerbih mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar partisipasi dan mendorong siswa agar dapat berinisiatf sendiri. Keterampilan bertanya lanjut dibentuk atas landasan: penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu, semua komponen bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan keterampilan bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah : Pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, pengaturan urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya interaksi.

Ketika menerapkan keterampilan bertanya lanjut, guru juga menerapkan atau menggunakan keterampilan bertanya dasar. Komponen keterampilan bertanya lanjut terdiri atas :

a. Pengubahan tuntunan kognitif dalam menjawab pertanyaan

Pertanyaan yang diajukan guru mengundang siswa untuk berpikir. Jika guru hanya mengajukan pertanyaan yanga bersifat ingatan, seperti halnya menanyakan : apa, siapa, dimana, atau berapa, maka proses mental yang terdiri dari diri siswa rendah karena siswa tidak perlu berpikir tetapi hanya mengingat. Tetapi jika guru mengajukan pertanyaan mengapa, bagaimana pendapatmu, jelaskan terjadinya, dan yang sejenis, siswa akan berpikir keras sehingga menuntut terjadinya proses mental tinggi.

b. Pengaturan urutan pertanyaan

Agar kemampuan berpikir siswa dapat berkembang secara baik dan wajar, guru

hendaknya mengatur urutan pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan pada tingkat tertentu hendaknya dimantapkan kemudian beralih tingkat pertanyaan yang lebih tinggi.

(7)

Jika guru mengajukan pertanyaan tingkat tinggi dan jawaban yang diberikan oleh siswa dianggap benar tetapi dapat dilengkapi lagi, guru dapat mengajukan pertanyaan pelacak yang dapat membimbing siswa untuk mengembangkan jawaban yang diberikan. Teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunakan guru, antara lain sebagai berikut :

1. Meminta klarifikasi

Teknik ini dipakai guru jika jawaban siswa kurang jelas atau diungkapkan dengan kalimat kabur.

2. Meminta siswa memberi alasan

Teknik dapat digunakan jika guru menginginkan siswa memberikan bukti-bukti dari pendapat atau pandangan yang diberikannya sebagai jawaban atas pertanyaan guru.

3. Meminta kesepakatan pandangan siswa

Jika guru meminta pandangan siswa tentang satu masalah dan seorang siswa sudah menyatakan pendapatnya, untuk mendapatkan kesepakatan dan kebenaran akan kesepakatan tersebut, guru dapat meminta siswa lain.

4. Meminta ketetapan jawaban

Teknik dapat digunakan guru jika jawaban yang diberikan oleh siswa kurang tepat atau kurang sempurna. Pertanyaan pelacak yang diberikan guru diharapkan dapat menuntun siswa melengkapi atau memperbaiki jawaban yang diberikan tanpa membuat siswa jadi malu.

5. Meminta jawaban yang relevan

Jika siswa memberikan jawaban yang kurang relevan dengan pertanyaan guru, guru dapat mengajukan pertanyaan pelacak. Tujuan pertanyaan pelacak dalam kaitan ini adalah menyadarkan siswa akan ketidak relevanan jawaban serta menuntun siswa untuk memberikan jawaban yang lebih relevan.

(8)

Teknik ini hampir sama dengan teknik meminta siswa memberikan alasan, yaitu jika siswa memberikan jawaban yang samar-samar atau terlalu luas, guru dapat mengajukan pertanyaan pelacak untuk meminta siswa memberikan ilustrasi atau contoh konkrit dari jawaban.

7. Meminta jawaban yang lebih kompleks

Jika menganggap jawaban siswa masih dapat dikembangkan menjadi jawaban yang lebih kompleks, guru dapat mengjukan pertanyaan pelacak, pertanyaan pelacak bertujuan untuk membimbing siswa untuk berpikir lebih kritis dalam mengembangkan jawabannya.

d. peningkatan terjadinya interaksi.

Dalam kaitan dengan keterampilan bertanya melanjut, peningkatan terjadinya interaksi dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Menghindarai ataumengurangi pertanyaan yang hanya dijawab oleh seseorang siswa sebagai gantinya siswa diminta mendiskusikan jawaban pertanyaan tersebut dalam pasangan atau kelompok kecil.

2. Mendorong siswa untuk mengjukan pertanyaan sehingga guru bukan satu-satunya orang yang bertanya dalam kelas.

3. Jika siswa mengajukan pertanyaan berikan kesempatan pada siswa lain untuk menjawab pertanyaan tersebut, sehingga terjadi interaksi antar siswa. Dengan cara tersebut diatas, partisipasi siswa dalam keles dapat ditiingkatkan.

Prinsip penggunaan

1. Kehangatan dan keantusiasan

Pertanyaan hendaknya diiajuka dengan penuh kehangatan dan keantusiasan karena halini akan mempengaruhi kesungguhan siswa dalam menjawab pertanyaan.

(9)

a. Mengulangi pertanayaan sendiri

Mengulangi pertanyaan sendiri akan membuat siswa tidak memperhatika pertayaan pertam sehingga menurunkan perhatian dan partisipasi siswa

b. Mengulangi jawaban siswa

Mengulangi jawaban siswa yang bertujuan memberikan pengutan sangat baik dilakukan oleh guru, namun jika guru terbiasa mengulangai jawaban siswa, maka siswa lain akan mendengarkan jawaban temanya karena akan di ulang oleh guru.

c. Menjawab pertanyaan sendiri

Guru cenderung menjawab sendiri kalau siswa tidak ada yang memberikan jawaban. Kebiasan ini tidak baik karena dapat membuat siswa frustasi dan malas belajara. d. Mengjuhkan jawaban yang memancing jawaban serentak

Guru kadang-kadang mengajuhkan pertanyaan memancing jawaban serentak sehingga kelas jadi hidup. Namun kalau hal ini dibiasakan akan menurunkan pungsi pertanyaan karena guru tidak tahu siapa yang menjawab dan siswa malas berpikir karena guru tidak meminta jawaban perorangan.

e. Mengajukan pertanyaan ganda

Kadang-kadang guru mengajukan pertanyaan yang menanyakan beberapa hal sehingga siswa harus melakukan beberapa tugas dalam waktu sinkat

f. Menentukan siswa yang akan menjawab pertanyaan

Guru kadang-kadang cenderung menunjuk siswa tertentu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Hal ini sebaiknya dihindari karena dapat membuat siswa lain untuk tidak memperhatikan pertanyaan guru. Sebaiknya guru memajukaan pertanyaan keseluruh kelas, menunggu sejenak kemudian baru menunjuk siswa untuk menjawabnya.

3. memberikan waktu berpikir

pada petanyaan tingkat lajut waktu berpikir diberikan hendaknya lebih lama dari waktu berpikir yang diberikan ketika menerapkan keterampilan bertanya dasar.

Hal ini sangat perlu diperhatiakan karena siswa memerlukan waktu yang cukup untuk berpikir dan menyusun jawaban.

4. Mempersiapkan pertanyaan pokok yang akan diajukan

(10)

sehingga urutan tingkatan kesukaran pertanyaan dapat disusun lebih dahulu, dan materi pelajaran dicakup secara tuntas

5. Menilai pertanyaan yang telah diajukan

Pertanyaan pokok yang akan diajukan oleh guru hendaknya dinilai oleh guru stelah pelajaran berlangsung .

Dengan memeperhatikan prinsip-prinsip penggunaan keterampilan bertanya tersebut diatas,diharapkan guru akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa keterlibatan mental intelektual siswa melalui pertanyaan yang diajukan.

sumber: http://irawatiagusmanmalik.wordpress.com/2013/12/07/makalah-daspros-1-keterampilan-bertanya. (diakses pada tanggal 6 Januari 2015, 03:48).

Komponen Keterampilan Bertanya

Keterampilan Bertanya Dasar

Keterampilan bertanya dasar terdiri atas beberapa komponen yang perlu diterapkan oleh guru dalam mengajukan berbagai jenis pertanyaan. Selanjutnya Wardani mengemukakan tentang komponen-komponen keterampilan bertanya dasar, sebagai berikut:

1. Mengajukan pertanyaan secara jelas dan singkat. Pertanyaan yang jelas dan singkat akan membantu mempermudah siswa dalam memahami pertanyaan yang diajukan. Guru dapat membuat pertanyaan dengan struktur kalimat yang sederhana dan mudah dipahami oleh siswa.

(11)

3. Pemusatan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan guruhendaknya jangan terlalu luas sehingga membutuhkan jawaban yang luas juga. Pertanyaan yang lebih spesifik dan sempit akan menuntut pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang lebih khusus. Jika yang diajukan adalah pertanyaan yang umum maka usahakan diiringi dengan pertanyaan yang lebih spesifik.

4. Pemindahan giliran. Pertanyaan yang rumit kadang-kadang tidak mampu dijawab oleh seorang siswa secara lengkap. Untuk itu guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk melengkapinya. Dengan memindah giliran, siswa akan termotivasi untuk memperhatikan jawaban yang diberikan temannya dan memungkinkan timbulnya interaksi antar siswa.

5. Penyebaran. Jika memungkinkan dan waktu mencukupi, setiap siswa

sebaiknya mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan guru. Tujuan penyebaran pertanyaan hampir sama dengan pemindahan giliran yaitu meningkatkan perhatian dan partisipasi siswa. Bedanya, pada pemindahan giliran pertanyaannya satu tetapi rumit dan dijawab oleh siswa secara bergilir untuk saling melengkapi; sedangkan pada penyebaran masing-masing siswa menjawab pertanyaan yang berbeda. 6. Memberi waktu berfikir. Dalam mengajukan pertanyaan, gurutidak perlu

menunjuk siswa terlebih dahulu. Seyogyanya ajukan pertanyaan, beri waktu kepada siswa untuk berfikir kemudian tentukan atau tunjuk siswa yang akan menjawab pertanyaan itu.

7. Memberikan tuntunan. Sering terjadi jawaban yang diberikan siswa terhadap pertanyaan guru tidak sesuai harapan (jawaban salah). Jika terjadi hal seperti ini guru jangan menunggu sampai ada siswa yang menjawab dengan benar karena akan menyita waktu pembelajaran. Guru dapat memberikan gambaran yang bisa menuntun siswa secara bertahap sehingga siswa mampu memberikan jawaban sesuai yang diharapkan. Langkah-langkahnya seperti berikut:

 Mengulang pertanyaan dengan cara lain yang lebih sederhana.  Mengajukan pertanyaan yang lebih sederhana dengan lebih jelas.  Menjelaskan kembali informasi yang berhubungan dengan pertanyaan.

Dalam proses pembelajaran, tujuan utama pertanyaan yang diajukan guru adalah agar siswa belajar dengan harapan memperoleh pengetahuan dan meningkatkan

(12)

dasar di atas seharusnya merupakan keterampilan bertanya yang wajib dikuasai/dimiliki oleh seorang guru.

Sumber: http://www.gurukelas.com/2012/02/komponen-keterampilan-bertanya-dasar.html (diakses pada tanggal 6 Januari 2015, 03:50)

Keterampilan Bertanya (Questioning Skills)

Dalam proses belajar mengajar, bertanya dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat memainkan peranan penting karena dapat menciptakan pembelajaran yang efektif. Karenanya, dalam proses pembelajaran peserta didik hendaknya guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan merangsang siswa terlibat secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran tersebut. Dengan adanya rangsangan dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan maka:

 meningkatkan partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran;

 memusatkan perhatian peserta didik terhadap masalah yang sedang dibahas;

 mengembangkan pola berpikir peserta didik;

 menggali informasi;

 mengecek pemahaman peserta didik;

 membangkitkan minat peserta didik terhadap materi yang sedang dibahas;

 menuntun proses berpikir peserta didik karena pertanyaan yang efektif yang diajukan guru akan menuntun peserta didik menuju jawaban yang benar;

n hendaknya dikuasai guru dan terus dilatih agar pertanyaan yang diajukan tidak menimbulkan pengertian ganda dan menuntun peserta didik untuk menjawab pertanyaan. Untuk itu guru perlu mengetahui kriteria pertanyaan yang baik, yaitu:

1. Pertanyaan tersebut hendaknya jelas, singkat dan mudah dimengerti oleh siswa; 2. Pertanyaan tersebut terfokus pada suatu masalah tertentu;

(13)

Dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik berpikir akan melatih peserta didik mengaktifkan otaknya.

Pertanyaan yang diajukan hendaknya memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk menjawabnya. Karenanya, pertanyaan tersebut disebarkan kepada semua peserta didik secara merata. Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum peserta didik memperoleh kesempatan untuk menjawabnya, karena hal ini akan membuat peserta didik frustrasi dan mungkin tidak akan mengikuti pelajaran dengan baik.

Memberikan respon yang ramah dan menyenangkan, menunjukkan suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi yang menampakkan kehangatan, serta keantusiasan pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban peserta didik akan meningkatkan kreatifitas dan keaktifan, seperti keberanian peserta didik untuk menjawab atau bertanya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru menurut Moch. Uzer Usman (1992) terbagi ke dalam dua jenis berikut.

1) Jenis pertanyaan menurut maksudnya.

 Pertanyaan permintaan (compliance question), yakni pertanyaan yang mengharapkan agar siswa mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan. Contoh: “Dapatkah kamu tenang agar suara Bapak (Ibu) dapat didengar oleh kalian semua?”

 Pertanyaan retoris (rhetorical question), yaitu pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh guru. Hal ini merupakan teknik penyampaian informasi kepada murid. Contoh: “Mengapa observasi diperlukan sebelum melaksanakan PPL? Se¬bab observasi merupakan … ” dan seterusnya.

 Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question), yakni pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada murid dalam proses berpikirnya. Hal ini dilakukan apabila guru menghendaki agar siswa memperhatikan dengan seksama bagian tertentu atau pokok inti pelajaran yang dianggap penting. Dari segi yang lain, apabila siswa tidak dapat menjawab atau salah dalam menjawab, guru mengajukan pertanyaan lanjutan yang akan mengarahkan atau menuntun proses berpikir siswa sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan jawaban bagi pertanyaan pertama tadi.

(14)

2) Jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom.

 • Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question), yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat hafalan atau ingatan dengan menggunakan kata-kata apa, di mana, kapan, siapa, dan sebutkan. Contoh: “Sebutkan ciri-ciri micro-teaching!”

 Pertanyaan pemahaman (comprehension question), yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat pemahaman dengan kata sendiri. Biasanya menggunakan kata-kata jelaskan, uraikan, dan bandingkan. Contoh: “Jelaskan manfaat micro-teaching!”

 Pertanyaan penerapan (aplication question), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban untuk menerapkan pengetahuan atau informasi yang diterimanya. Contoh: “Berdasarkan kriteria tertentu, cobalah Anda rumuskan sebuah TIK!”

 Pertanyaan analisis (analysis question), yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban dengan cara mengidentifikasi, mencari bukti-bukti, dan menarik kesimpulan. Contoh: “Berdasarkan proses tersebut, kesimpulan apa yang dapat Anda berikan?”

 Pertanyaan sintesis (synthesis question), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban yang benar, tidak tunggal, tetapi lebih dari satu dan menuntut murid untuk membuat ramalan (prediksi), memecahkan masalah, mencari komunikasi. Contoh: “Apa yang terjadi bila musim kemarau tiba?” ; “Apa yang Anda lakukan bila seorang siswa Anda tidak mau mem¬perhatikan pelajaran?”

 Pertanyaan evaluatif (evaluation question), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isu yang ditampilkan. Contoh: “Bagaimana pendapat Anda tentang program transmigrasi?”

“Apa komentar Anda tentang keluarga berencana?”

Keterampilan Bertanya (Questioning Skills)

(15)

partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu hendaknya peserta didik tidak menjawab secara serempak karena guru tidak akan mengetahui dengan pasti siapa yang menjawab benar dan siapa yang salah.

Menentukan peserta didik yang harus menjawab sebelum mengajukan pertanyaan akan menyebabkan peserta didik yang tidak ditunjuk untuk men¬jawab tidak memikirkan jawaban pertanyaan. Oleh karena itu, pertanyaan hendaknya ditujukan lebih dahulu kepada seluruh peserta, kemudian guru menunjuk salah seorang untuk menjawabnya. Keterampilan bertanya hendaknya terus dilatih lebih lanjut oleh guru agar menguasai keterampilan bertanya lanjutan. Keterampilan bertanya lanjutan menurut Moch. Uzer Usman (1992) terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :

1) Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan.

Pertanyaan yang dikemukakan oleh guru dapat mengandung proses mental yang berbeda-beda, dari proses mental yang rendah sampai proses mental yang tinggi. Oleh karena itu, guru dalam mengajukan pertanyaan hendaknya berusaha mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan dari tingkat mengingat kembali fakta-fakta ke berbagai tingkat kognitif lainnya yang lebih tinggi seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintetis, dan evaluasi. Guru dapat pula mengajukan pertanyaan pelacak (probing).

2) Pengaturan urutan pertanyaan

Untuk mengembangkan tingkat kognitif dari yang sifatnya rendah ke yang lebih tinggi dan kompleks, guru hendaknya dapat mengatur urutan per¬tanyaan yang diajukan kepada siswa dari tingkat mengingat, kemudian pertanyaan pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Usa¬hakan agar jangan memberikan pertanyaan yang tidak menentu atau yang bolak-balik. Misalnya sudah sampai kepada pertanyaan analisis, kembali lagi kepada pertanyaan ingatan, kemudian melonjak kepada pertanyaan evaluasi. Hal ini akan menimbulkan kebingungan pada peserta didik dan partisipasi peserta didik dalam mengikuti pelajaran dapat menurun.

3) Penggunaan pertanyaan pelacak

(16)

 Klasifikasi: Jika siswa menjawab dengan kalimat yang kurang tepat, guru dapat memberikan pertanyaan pelacak yang meminta siswa tersebut untuk menjelaskan dengan kata-kata lain sehingga jawaban siswa menjadi lebih baik.

 Meminta siswa memberikan alasan (argumentasi) yang dapat menunjang kebenaran pandangannya dalam menjawab pertanyaan guru.

 Meminta kesempatan pandangan guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa lainnya untuk menyatakan persetujuan atau penolakan disertai alasan terhadap jawaban rekannya agar diperoleh pandangan yang dapat diterima oleh semua pihak.

 Meminta kesempatan jawaban guru dapat meminta siswa untuk meninjau kembali jawaban yang diberikannya bila dianggap kurang tepat.

 Meminta jawaban yang lebih relevan bila jawaban siswa kurang relevan, guru dapat meminta jawaban yang benar dan relevan dari sis wa tersebut.

 Meminta contoh bila siswa menjawab dengan samar-samar, guru dapat meminta siswa untuk memberikan ilustrasi atau contoh kongkrit tentang apa yang dikemukakannya.

 Meminta jawaban yang lebih kompoleks guru dapat meminta siswa tersebut untuk memberi penjelasan atau ide-ide penting lainnya sehingga jawaban yang diberikannya menjadi lebih kompleks.

(17)

Keterampilan Memberikan Penguatan

A. Hakikat Penguatan

Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Secara psikologis setiap orang mengharapkan adanya penghargaan terhadap suatu usaha bahwa hasil yang telah dilakukannya. Melalui penghargaan yang diperolehnya, seseorang akan merasakan bahwa hasil perbuatannya tersebut dihargai dan oleh karenanya akan menjadi pemacu untuk berusaha meningkatkan prestasi atau berbuat yang terbaik dalam hidupnya. Keterampilan dasar penguatan adalah segala bentuk respons yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas

perbuatannya atau responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan koreksi. Melalui keterampilan penguatan (reinforcement) yang diberikan guru, maka siswa akan merasa terdorong untuk memberikan respon setiap muncul stimulus dari guru, atau siswa akan berusaha menghindari respon yang dianggap tidak bermanfaat. Penguatan juga berguna untuk mendorong siswa memperbaiki tingkah lakunya dan

meningkatkan kerjanya.

Pujian atau respons positif yang diberikan oleh guru atau siswa yang telah

menunjukan prestasi, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik, anak akan merasakan bahwa perbuatannya dihargai, dan dengan demikian akan menjadi

motivator untuk terus berusaha menunjukan prestasi terbaiknya. Akan tetapi bagi yang menerima pujian, apalagi bagi anak akan merasa senang karena apa yang ditunjukkannya mendapat tempat dan merasa diakui. Anak butuh pengakuan terhaap sesuatu yang dilakukannya, adanya pengakuan akan menimbulkan dampak positif terhadap proses pembelajaran.

Penguatan hanya terbatas pada pemberian balikan terhadap respons-respons yang betul, yang tampak dari jawaban siswa sendiri. Dengan penguatan tadi, siswa dapat memisahkan mana yang betul dan dapat dilanjutkan, dan mana ynag salah dan tidak perlu dilanjutkan.

Oleh karena itu guru harus melatih dengan berbagai jenis penguatan dan

membiasakan diri untuk menerapkannya dalam pembelajaran. Sehingga pembelajaran tidak hanya sekedar berisi sajian materi untuk dikuasai oleh anak, akan tetapi

bermuatan nilai-nilai edukatif untuk membentuk pribadi-pribadi yang baik yang selalu saling menghargai.

B. Tujuan dan Manfaat Penguatan

Pemberian respon positif (penguatan) terhadap perilaku belajar siswa, baik melalui kata-kata (verbal) maupun non-verbal seperti dengan isyarat-isyarat tertentu, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi terhadap kepercayaan diri siswa.

(18)

1. Meningkatkan perhatian siswa; bahwa melalui penguatan yang diberikan oleh

guru terhadap perilaku belajar siswa, siswa akan merasa akan merasa diperhatikan oleh gurunya. Dengan demikian perhatiansiswapun akan semakin meningkat seiring dengan perhatian guru melalui respon yang diberikan kepada siswanya.

2. Membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa; apabila perhatian siswa

semakin baik, maka dengan sendirinya motivasi belajarnyapun akan semakian baik pula. Upaya memelihara dan membangkitkan motivasi belajar tersebut, yaitu melalui penguatan.

3. Memudahkan siswa belajar; bahwa tugas guru sebagai fasilitator pembelajaran

bertujuan untuk memudahkan siswa belajar. Untuk memudahkan belajar harus ditunjang kebiasaan-kebiasaan positif dalam pembelajaran, yaitu dengan memberikan renpon-respon (penguatan) yang akan semakin mendorong keberanian siswa untuk mencoba, bereksporasi dan terhindar dari perasaan takut salah dalam belajar.

4. Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa; rasa percaya diri merupakan modal

dasar dalam belajar. Perasaan khawatir, ragu-ragu, takut salah dan perasaan-perasaan negative yang akan mempengaruhi terhadap kualitas proses pembelajaran harus dihindari. Salah satu upaya untuk memperkecil perasaan-perasaan negative dalam belajar, yaitu melalui pemberian penguatan atau respon yang diberikan oleh guru terhadap sekecil apapun perbuatan belajar siswa.

5. Memelihara iklim kelas yang kondusif; suasana kelas yang menyenagkan, aman,

dan dinamis, akan mendorong aktivitas belajar siswa lebih maksimal. Melalui penguatan yang dilakukan oleh guru, suasana akan lebih demokratis sehingga siswa akan lebih bebas untuk mengemukakan pendapat, berbuat, mencoba, dan melakukan perbuatan-perbuatan belajar lainnya. Hal ini tentu saja sebagai dampak dari adanya respon yang mengirigi terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan oleh siswa.

C. Komponen Keterampilan Penguatan

Penggunaan keterampilan penguatan dalam kelas harus bersifat selektif dan hati-hati, disesuaikan dengan usia siswa, tingkat kemampuan, kebutuhan, serta latar belakang, tujuan, dan sifat tugas. Pemberian pengguatan harus bermakna bagi siswa. Beberapa komponen keterampilan memberikan penguatan ialah sebgai berikut.

1. Penguatan Verbal

Penguatan verbal dapat berupa kata-kata berupa kalimat yang di ucapkan guru. Contoh: “baik”, “bagus”, “tepat”, “saya sangat menghargai pendapatmu”, “pikiranmu sangat cerdas”, dan lain-lain.

2. Pengguatan Non Verbal

(19)

Penguatan ini diberikan dalam bentuk mimik, gerak wajah dan anggota badan yang dapat memberikan kesan kepada siswa. Misalnya mengangkat alis, tersenyum, tepuk tangan, anggukan tanda setuju, menaikkan ibu jari “jempol”, dan lain-lain. b. Penguatan dengan cara mendekati

Penguatan ini dikerjakan dengan cara mendakati siswa untuk menyatakan perhatian guru terhadap pekarjaan, tingkah laku, atau penampilan siswa. Misalnya, guru duduk dalam kelompok diskusi, berdiri disamping siswa. Seiring kegiatan guru mendakati siswa diberikan untuk memperkuat penguatan yang bersifat verbal.

c. Penguatan dengan sentuhan

Guru dapat menyatakan penghargaan kepada siswa dengan menepuk pundak siswa, menjabat tangan siswa, atau mengangkat tangan siswa, seringkali untuk anak-anak masih kecil, guru mengusap rambut kepala siswa.

d. Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan

Penguatan ini dapat berupa meminta siswa membantu temannya apabila dia selesai mengerjakan pekerjaan terlebih dahulu dengan tepat, siswa diminta memimpin kegiatan, dan lain-lain.

e. Penguatan berupa tanda dan benda

Penguatan bentuk ini merupakan usaha guru dalam menggunakan bermacam-macam simbol penguatan untuk menunjang tingkah laku siswa yang positif. Bentuk

penguatan ini antara lain: komentar tertulis pada buku pekerjaan, pemberian perangko, mata uang koleksi, bintang, permen, dan lain sebagainya.

f. Penguatan berupa simbol atau benda

Misalnya (V), komentar tertulis pada buku siswa, kartu bergambar, bintang plastik, lencana, dan benda-benda lain yang tidak terlaalu mahal harganya tetapi mempunyai arti simbolik.

g. Penguatan tidak penuh

Jika siswa memberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar, guru hendaknya tidak langsung memberikan respon menyalahkan siswa itu. Tindakan guru yang baik dengan keadaan seperti ini adalah memberikan penguatan tidak penuh.Penggunaan kedua bentuk penguatan itu dimaksudkan untuk mendorong siswa agar mau belajar lebih giat lagi dan lebih bermakna.

D. Kelebihan Dalam Pemberian Penguatan Dalam Pembelajaran

Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan atau manfaat apabila dapat dilakukan dengan tepat, antara lain.

1) Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi.

2) Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif.

3) Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri.

4) Dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif.

(20)

Kelebihan-kelebihan dalam memberikan penguatan bergantung pada guru yang memberikan penguatan. Apabila guru tersebut sesuai dalam memberikan penguatan, maka proses pembelajaran akan tercapai secara maksimal.

E. Kelemahan Dalam Pemberian Penguatan Dalam Pembelajaran

Walaupun pemberian penguatan sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya, namun dapat pula pemberian penguatan yang diberikan kepada siswa justru membuat siswa enggan belajar karena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut. Pemberian penguatan yang berlebihan juga akan berakibat fatal. Misalnya, pemberian penguatan berupa hadiah secara terus-menerus dapat mengakibatkan siswa menjadi bersifat materialistis.

Sumber: http://1sajak.blogspot.com/2013/12/ketrampilan-memberi-penguatan-dalam_1315.html (diakses pada tanggal 6 Januari 2015, 04:01).

Keterampilan Memberikan Penguatan

1. Hakikat Keterampilan memberikan penguatan

Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Teknik pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal. Penguatan verbal merupakan penghargaan yang dinyatakan dengan lisan, sedangkan penguatan nonverbal dinyatakan dengan ekspresi wajah,gerakan tubuh, pemberian sesuatu, dan lain-lainnya. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara menghentikan atau

menghapus rangsangan yang tidak menyenangkan.

Menurut Burhus Frederic Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Skinner

(21)

Penguatan dapat dianggap sebagai stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring dengan meningkatnya perilaku anak yang melakukan pengulanggan perilakunya itu, contohnya pujian. Sebaliknya jika respon siswa kurang atau tidak diharapkan sehingga tidak menunjang tujuan pembelajaran, harus segera diberi penguatan negatif agar respon tersebut tidak di ulangi lagi dan berubah menjadi respon yang sifatnya positif contohnya teguran, peringatan atau sanksi.

(22)

2. Komponen dan Prinsip-prinsip Keterampilan Memberi Penguatan

Teknik pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari penguatan verbal dan penguatan nonverbal. Penguatan verbal adalah

pemberian penguatan yang berupa pujian yang dinyatakan dengan ucapan kata atau kalimat ,Contohnya : berupa kata-kata atau kalimat pujian, seperti

”bagus”, ” tepat sekali” atau ” saya puas dengan pekerjaanmu”. sedangkan penguatan nonverbal dinyatakan dengan bahasa tubuh (body language), Contonya :

1. Penguatan berupa mimik dan gerak badan, seperti senyuman, anggukan, acungan ibu jari, atau tepuk tangan, kadang-kadang dilaksanakan bersama-sama dengan penguatan verbal.

2. Penguatan dengan cara mendekati, yaitu mendekatnya guru kepada siswa untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya terhadap tingkah laku, pekerjaan, atau penampilan siswa. Caranya antara lain dengan berdiri disamping siswa, berjalan menuju ke arah siswa, duduk dekat seorang atau sekelompok siswa, dan berjalan di sisi siswa. Penguatan ini berfungsi untuk memperkuat penguatan verbal.

3. Penguatan dengan sentuhan, misalnya dengan menepuk-nepuk bahu atau pundak siswa, menjabat tangan siswa, mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingan. Penggunaan jenis penguatan ini harus dipertimbangkan dengan seksama agar sesuai dengan umur, jenis kelamin, dan latar belakang kebudayaan setempat.

(23)

5. Penguatan berupa simbol atau benda, misalnya (V), komentar tertulis pada buku siswa, kartu bergambar, bintang plastik, lencana, dan benda-benda lain yang tidak terlaalu mahal harganya tetapi mempunyai arti simbolik.

6. Penguatan tidak penuh, jika siswa memberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar, guru hendaknya tidak langsung memberikan respon menyalahkan siswa itu. Tindakan guru yang baik dengan keadaan seperti ini adalah memberikan penguatan tidak penuh.Penggunaan kedua bentuk

penguatan itu dimaksudkan untuk mendorong siswa agar mau belajar lebih giat lagi dan lebih bermakna.

Adapun tujuan pemberian penguatan ini adalah:

Ø Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar

Ø Mengontrol perilaku yang negative

Ø Menumbuhkan rasa percaya diri

Ø Memelihara iklim kelas yang kondusif.

(24)

Dalam memberikan penguatan harus diperhatikan prinsip-prinsip berikut.

1.Arus diberikan segera setelah perilaku yang diharapkan muncul. kehangatan dan keantusiasan

2. Kebermaknaan

3. Hindari respon negatif

4. Penguatan harus bervariasi

5. Sasaran penguatan harus jelas

Referensi

Dokumen terkait

Foto morfologi permukaan dari spesimen baja dalam larutan NaCl yang telah dilapisi ekstrak daun teh selama 24 jam, setelah itu direndam pada medium korosif pada perendaman

Penelitian ini menggunakan metode rekayasa perangkat lunak sebagai prosedur dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi, dengan metode ini penulis akan membangun sebuah

c. Mahasiswa dan Lulusan: 1) Secara kuantitatif, jumlah mahasiswa baru yang diterima Prodi PAI relatif stabil dan di atas rata-rata dibandingkan dengan jumlah

Pertanyaan yang harus bisa terjawab dalam tahap analisis ini antara lain: ‘siapa yang akan menjadi key audiences dari situs ini?’, ‘apa tujuan atau online proposition

MATA Bisa menyebabkan iritasi mata pada orang yang rentan.. Efek spesifik

Menyatakan Pasal 15 beserta lampiran huruf a Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 itu tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya, sepanjang tidak

Baja amutit ukuran penampang 17 mm x 17 mm dengan panjang ± 120 mm dibentuk menggunakan mesin potong, mesin milling dan mesin surface grinding menjadi menjadi balok

Maka dari itu, penulis mengadakan suatu penelitian untuk dapat memahami lebih lanjut tentang Evaluasi Kinerja BPBD Kabupaten Badung dan faktor pendukung serta penghambat