• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMERTAHANAN BAHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMERTAHANAN BAHA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMERTAHANAN BAHASA SUNDA Nani Sunarni

Universitas Padjadjaran Abstrak

Sebuah nilai lebih bagi Indonesia yang memiliki berbagai suku bangsa dengan berbagai bahasa daerah masing-masing. Keberagaman ini harus dipertahankan karena sebagai identitas nusantara. Namun, dewasa ini karena perubahan sosial, budaya, dan ekonomi baik di kota maupun di desa penggunaan bahasa daerah sudah mulai ditinggalkan. Sangatlah beruntung, setiap suku di Indonesia memiliki kearifan lokal yang di dalamnya melekat bahasa –bahasa daerah. Contoh kearifan lokal dalam budaya Sunda diwujudkan dengan bahasa Sunda, seperti dalam ungkapan, penamaan kuliner khas Sunda, tata nama orang Sunda, penamaan motif batik Sunda dan lain-lain.Oleh karena itu, perlu penelitian yang mengungkap kearifan lokal budaya Sunda sebagai sumber bahasa Sunda. Penelitian ini bermanfaat sebagai media untuk mempertahankan bahasa Sunda.

Data yang digunakan dalam kajian ini berupa kearifan lokal budaya Sunda. Data dianalisis berlandaskan pada teori etnolinguistik menurut pandangan Riley (2008). Secara teoretis hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah referensi kajian etnolinguistik. Selain itu, secara praktis dapat digunakan untuk pembelajaran budaya dan bahasa Sunda.

Kata kunci: Bahasa Sunda, identitas, kearifan lokal, pemertahanan

1. Pendahuluan

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-sukusupaya kamu saling mengenal…..( QS Al Hujaraat: 13).

(2)

terdapat kurang lebih 365 bahasa yang digunakan. Salah satu bahasa daerah yang digunakan di Indonesia yaitu bahasa Sunda. Kini jumlah penutur bahasa Sunda kira-kira 42 juta orang dan merupakan bahasa ibu dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah bahasa Jawa. Bahasa Sunda dituturkan di hampir seluruh provinsi Jawa barat dan Banten serta sebagian wilayah perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Termasuk dituturkan pula oleh komunitas Sunda di luar Jawa seperti di Kendari Sulawesi Tenggara. Masyarakat Sunda di sana membuat asosiasi yang disebut komunitas Adat Sunda (DATSUN) dan begitu pula komunitas Sunda di daerah lainnya. Namun, walaupun masih banyak penutur bahasa Sunda, desakan globalisasi, pernikahan multikultur dapat mengurangi intensitas penggunaan bahasa Sunda. Termasuk masyarakat kota Bandung sebagai kota multikultur dan multiras pun sebagian yang termasuk generasi muda atau generasi milenium sudah menjadi penutur pasif bahasa Sunda. Oleh karena itu, perlu ada upaya-upaya penyelamatan dan pemertahanan bahasa Sunda. Salah satu upaya tersebut yaitu menjadikan dan mensosialisasikan kearifan lokal yang menggunakan bahasa Sunda terhadap masyarakat Sunda. Selain itu, menjadikan kearifan lokal menjadi materi pembelajaran dalam muatan lokal mulai dari jenjang pendidikan dasar dan menengah.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah kearifan lokal berupa ungkapan, nama-nama kuliner khas Sunda, leksikon “cara pengolahan”, nama-nama motif batik priangan. Data dikumpulkan melalui teknik observasi lapangan dengan komunikasi langsung. Teknik komunikasi langsung dilakukan secara acak dengan cara wawancara terhadap akhli tentang kearifan lokal di sekitar kota Bandung. Data yang telah terkoleksi dianalisis merujuk pada korelasi bahasa dengan budaya.

3.Kearifan Lokal Sebagai Pemertahanan bahasa Sunda

(3)

bentuk budaya. Dengan demikian kearifan lokal budaya Sunda yaitu hal-hal yang arif yang berasal dari pikiran atau akal budi orang Sunda. Kearifan lokal ini sudah menjadi kebiasaan dan sulit berubah. Salah satu diantara kearifan lokal dalam budaya Sunda yaitu bahasa. Bahasa sebagai kearifan lokal ini melekat pada nama-nama kuliner khas Sunda, ungkapan, aktifitas khususnya cara pengolahan, nama-nama motif batik dan lain-lain. Berikut daftar kosakata yang merupakan kearifan lokal budaya Sunda yang sulit untuk diterjemahkan karena tidak memiliki padanan dalam bahasa Indonesia.

4.Ungkapan sebagai Pemertahanan Bahasa Sunda

Ungkapan adalah kelompok kata atau gabungan kata yang menyatakan makna khusus ( KBBI, 1995: 1105). Dalam bahasa Sunda banyak terdapat ungkapan, salah satunya yaitu ungkapan yang terkait dengan lingkungan seperti di bawah ini.

Tabel1: Ungkapan Berbahasa Sunda

(4)

manfaat yaitu fungsi gunung (gunung)sebagai paru-paru wilayah yang dapat digunakan untuk berteduh dan menjadi lumbung serapan air dan makhluk lainnya. Gawir (lembah) dimanfaatkan sebagai tanaman bambu sebagai penjaga erosi. Darat (daratan) difungsikan sebagai perumahan. Legok (cekungan) difungsikan untuk dijadikan sumber resapan seperti kolam. Lebak (dataran rendah) difungsikan untuk pesawahan. Dengan demikian, penggunaan bahasa Sunda dalam ungkapan tersebut selain sebagai pemertahanan bahasa Sunda, juga menambah nilai rasa yang sangat tinggi bagi masyarakat Sunda untuk memaknai bahkan dilanjutkan dengan menumbuhkan minat untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

5.Nama Kuliner Khas Sunda dan Nama Khas Orang Sunda

Kementerian Pariwisata menyebutkan bahwa Bandung merupakan salah satu kota yang ditetapkan sebagai destinasi wisata kuliner Indonesia. Bahkan kedepan, kota ini diharapkan dapat masuk dalam situs warisan dunia Unesco sehingga makin memberi dampak positif bagi negara. Sejak zaman dahulu, masyarakat Sunda termasuk masyarakat yang kreatif dalam menciptakan makanan. Sehingga, akhir-akhir ini semakin banyak jenis makanan khas Sunda dengan berbagai variasi. Namun, makan tradisional yang dinamai dengan bahasa Sunda sudah menjadi ciri khas bahasa Sunda dan masyarakat Sunda. Sehingga nama-nama kuliner berbahasa Sunda tersebut menjadi identitas Sunda. Nama-nama kuliner

khas dalam bahasa Sunda diantaranya cilok, cireng, cibay,

batagor, bajigur, bandrek dll.Begitu pula nama khas orang Sunda seperti Asep dan Euis. Secara etimologis “Asep” berasal

dari kata kasep (cakep) begitu pula kata “Euis” berasal dari

kata geulis (cantik). Bagi masyarakat Sunda nama ini tidak

hanya sekadar nama namun memiliki filosofis yang tinggi

terkait dengan konsep cageur (sehat), bageur(baik),

bener(benar), pinter(cerdas), jujur(jujur), akur(ramah),

(5)

sifat-sifat seperti di atas.Dengan kata lain, nama khas Sunda tersebut sebuah pengharapan agar manusia Sunda menjadi

manusia yang luhur elmuna (berilmu), pengkuh agamana (kuat

agamanya), rancage gawena ( trampil dalam bekerja), dan

leber wawanenna (pemberani).

6.Leksikon “Cara Pengolahan”

Masyarakat Sunda sangat dekat dengan alam tumbuhan. Secara garis besar, tumbuhan terdiri atas akar, batang, ranting, daun, buah, dan bunga. Dalam masing-masing bagian tersebut terdapat saripati dan kandungan senyawa yang sangat bermanfaat. Agar saripati dan kandungan senyawa yang berkhasiat di dalam tanaman tersebut dapat dimanfaatkan, maka bagian-bagian tumbuhan ini harus diolah terlebih dahulu. Masyarakat Sunda mengolahnya dengan cara yang khas. Hal ini, menjadi identitas bagi masyarakat Sunda sebagai kearifan lokal. Cara –cara tersebut dinamai dengan bahasa Sunda berbentuk kata kerja (verba) dan tidak dapat diterjemahkan langsung ke dalam bahasa Indonesia. Seperti dalam tabel berikut.

Tabel 2: Leksikon “Cara Pengolahan …” dalam Bahasa Sunda

No Leksikon “Cara Pengolahan…”

Bahasa Indonesia

1 Dirameus Dihaluskan dengan menggunakan lima jari tangan posisi tangan menghadap ke bahan (tanpa air atau dicampur dengan air).

2 Dibaheum Dikunyah namun tidak ditelan. Setelah halus dikeluarkan. Terus diusapkan kebagian yang sakit.

3 Diracek Dihaluskan dengan menggunakan lima jari tangan.(Bisa ditambah air)

4 Dibura Dikunyah terus dikeluarkan dengan cara seperti ditiupkan.

(6)

penghalus bahan untuk makan sirih.

7 Dileumpeuh Dilemahkan supaya tidak keras dengan cara dipanaskan atau didekatkan dengan perapian (Sunda: hawu).

8 Dirieus Dihaluskan dengan jari memutar setengah. 9 Dibubuy Bahan yang sudah dibungkus dengan daun

pisang dimasukkan ke abu panas perapian dalam abu panas

10 Dibalur Diseduh terus diusap-usap ke bagian tubuh yang sakit .

11 Digelang Bahan dihaluskan diantara dua telapak tangan dengan cara memutar sampai berbusa.

12 Diseupah Dikunyah sampai keluar saripati dari makanan tersebut.

13 Diceuceuh Dituangkan ke kepala bagian depan. 14 Dibalur Diusapkan keseluruh bagian badan yang

sakit.

3.Nama-Nama Motif Batik Priangan Sebagai Pemertahanan Bahasa Sunda

Unesco mengakui bahwa batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Sentra-sentra batik di Jawa Barat menggunakan bahasa Sunda untuk menamai motif-motif batiknya tersebut. Nama – nama tersebut mencerminkan motif, filosofis dari batik. Sehingga bahasa Sunda yang melekat dalam nama batik tersebut akan terus lestari dan tidak akan berubah. Nama-nama motif batik berbahasa Sunda tersebut dapat dilihat dalam table berikut.

Tabel 3: Nama –nama Motif Batik Priangan

No Motif Bahasa Indonesia

1 peuteuy petai

2 Daun sampeu Daun singkong

(7)

4 Siki (Bonteng) Biji (mentimun)

5 Haur Bambu haur

6 areuy Bagian tumbuhan yang

merambat

7 sintung Bagian pembungkus

(Sd.selakop) dari bunga kelapa

8 cucuk duri

9 sireum semut

10 lancah Laba-laba

11 papatong capung

12 lampit Lantai rumah terbuat dari

rotan

13 useup kail

14 (carang) ayakan (bolong) saringan dari

bambu

15 kolecer Kincir angin

16 (turih) oncom (potong) oncom

4.Simpulan

Bentuk-bentuk bahasa di atas merupakan sebagian dari kearifan lokal yang sangat berkontribusi pada pemertahanan bahasa Sunda. Bahkan, tidak hanya sekadar pemertahanan, terdapat nilai-nilai rasa, nilai-nilai filosofis masyarakat Sunda yang terdapat dalam bahasa tersebut. Sehingga dapat dijadikan rujukan bagi masyarakat Sunda untuk lebih mencintai Sunda dan daerah Sunda yang bermartabat dan memiliki identitas.

Daftar Pustaka

Riley, Phillip. 2000. Language, Cultur, and Identity. London: Continuum.

(8)

Daftar Kamus

Nataprawira, Patah dkk. (1969). Kamus Umum Basa Sunda. Bandung: Tarate.

Wiyadi, Albertus dkk. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka

http://www.pikiran-rakyat.com/wisata/2015/11/23/350975/ bandung-ditetapkan-sebagai-destinasi-wisata-kuliner-indonesia

Biodata Penulis

Nama : Nani Sunarni

Afiliasi : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran Jalan Raya Jatinagor, Jatinagor, Sumedang Nomor Telepon : 081322521069

Gambar

Tabel 2: Leksikon “Cara Pengolahan …” dalam Bahasa Sunda
Tabel 3: Nama –nama Motif Batik Priangan

Referensi

Dokumen terkait

Diktum 9 : Peraturan D Diktum 9 : Peraturan Daerah Kabupaten ABC aerah Kabupaten ABCD Nomor D Nomor 78 Tahun 2016 tentang Pembentukan, Susunan 78 Tahun 2016 tentang

Sedangkan hasil tingkat kesukaran pada tahap ujicoba field test untuk soal nomor 1 memiliki tingkat kesukaran dengan katagori “Mudah”, untuk soal nomor 2, 3,

B, kita menampilkan data dalam format yang terdiri dari a x b matriks seperti terlihat pada Tabel 3.1.. Model statistiknya seperti terlihat pada persamaan 3.1. Analisis Ragam

Keberadaan infrastruktur yang memadai, baik berupa sarana transportasi, komunikasi maupun akomodasi menjadi masalah yang cukup serius bagi pengembangan kawasan

Nilai radioaktivitas soil/batuan pada daerah ini berkisar antara 10 – 45 c/s yang memiliki perbedaan signifikan antara kedua satuan batuan, yaitu: batupasir memiliki

Hasil penelitian yang didapatkan selama penelitian, jumlah kasus baru kandidiasis kutis yaitu sebanyak 160 kasus dari 10003 kunjungan yang ada di poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP

Hasil penelitian pengaruh suplementasi inulin (dosis 0,174 g/100 g berat badan) terhadap kadar glukosa darah dan kolesterol, menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar

Hal ini sesuai dengan pernyataan Syahrir dan Abdeli (2005) bahwa peningkatan kandungan serat kasar diduga disebabkan karena makin lama fermentasi, maka miselium