• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Efektifitas Bekatul, Tepung Tempe dan Angkak dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Total Darah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perbedaan Efektifitas Bekatul, Tepung Tempe dan Angkak dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Total Darah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Total Darah

Effectiveness Difference between Rice Barn, Tempe Powder, and

Angkak for Reducing Level of Blood Cholesterol.

Rista Arianti1 , Virani Rizatania1 , Minidian Fasitasari2, Hadi Sarosa3

ABSTRACK

Background: High cholesterol is one of the risk factors for cardiovascular disease. Bekatul (rice bran), tempe and angkak has been used medically to lower the level of cholesterol. This study was conduted to compare the effectiveness of those three alternative diets for the total blood cholesterol.

Design and Method: Randomizedposttest only control group study was used in this study. Galur Wistar rats were divided into 5 groups: KI (negative control feed on standard diet and aquadest for 14 days), KII (positive control group feed on standard diet and cow’s brain for 14 days), K III (feed on standard meal, aquadest, cow’s brain and rice bran 0,54 gr daily for 14 days), KIV (feed on standard meal, aquadest, cows brain and tempe powder 2,025 gr/150 gr BM daily for 14 days), KV (feed on standard meal, aquadest, cow’s brain and angkak 43 mg/BM for 21 days). The One Way ANOVA was used to analyze the differences between bekatul (rice bran), tempe and angkak and the differences between groups were analyzed by Tukey test.

Results: The means of total blood cholesterol for the five groups were K-I 55.36 + 1.66 mg/dl, K-II 71.35 + 3.72 mg/, K-III 54.16 + 2.97 mg/dl, K-IV 57.17 + 5.46 mg/dl, and K-V 69.48 ± 4.44. There was a significant difference between groups (p< 0.000). The Tukey Post Hoct ANOVA resulted that there was a significant difference between bekatul and angkak group (p<0.05), but there was no difference between bekatul and tempe powder group

(p>0.05).

Conclusions: Rice bran is more effective to lower cholesterol concentration in the blood than tempe powder and angkak, (Sains Medika, 1 (1) : 63-70) .

Keywords: angkak powder, total blood cholesterol, rice barn, tempe powder

ABSTRAK

Pendahuluan: Kadar kolesterol yang tinggi merupakan salah satu risiko penyakit kardiovaskuler. Bekatul, tempe dan angkak dapat digunakan untuk alternatif diet karena terbukti mampu menurunkan kadar kolesterol darah. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan efektifitas bekatul, tepung tempe, dan tepung angkak dalam menurunkan kadar kolesterol-total darah.

Metode Penelitian: Penelitian eksperimental dengan rancangan post test only control group design ini menggunakan tikus jantan galur Wistar dibagi 5 kelompok secara random. K-I sebagai kontrol negatif (pakan standar dan aquadest) selama 14 hari, K-II diberi pakan standar, aquadest dan otak sapi sebagai kontrol positif selama 14 hari, K-III diberi pakan standar, aquadest, otak sapi dan bekatul 0,54 gram/ekor/hari selama 14 hari, K-IV diberi pakan standar, aquadest, otak sapi dan tepung tempe 2,025 gram/150 gramBB/hari selama 14 hari, K-V diberi pakan standar, aquadest, otak sapi dan angkak 43 mg/ekor/hari selama 21 hari.

Hasil Penelitian: Hasil rerata kadar kolesterol-total darah yaitu I 55,36 + 1,66 mg/dl, II 71,35 + 3,72 mg, K-III 54,16 + 2,97 mg/dl, K-IV 57,17 + 5,46 mg/dl, K-V 69,48 ± 4,44. Hasil analisis dengan uji one way Anova menunjukkan terdapat perbedaan kadar kolesterol-total darah antar berbagai kelompok (p<0,000). Hasil analisis dengan uji Post Hoct ANOVA metode Tukey, menunjukkan ada perbedaan signifikan antara kelompok perlakuan bekatul dengan angkak (p<0,05), tetapi pada kelompok perlakuan bekatul dengan tepung tempe tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p>0,05).

Kesimpulan: Bekatul lebih efektif dalam menurunkan kadar kolesterol-total darah dibandingkan tepung tempe dan tepung angkak, (Sains Medika, 1 (1) : 63-70) .

Kata kunci: bekatul, kolesterol-total, tepung tempe, tepung angkak

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang 1

(2)

PENDAHULUAN

Kolesterol diperlukan oleh tubuh manusia untuk menjaga fluiditas membran sel,

komunikasi antar sel, pembuatan berbagai jenis hormon dan vitamin D (Mayes et al.,

2001). Kolesterol yang berlebih dalam darah bisa menyebabkan masalah jangka panjang

seperti aterosklerosis hingga penyakit kardiovaskuler (Widowati, 2007).

Penelitian Interheart tahun 2004 seperti yang dikutip oleh Bull & Morrel (2007)

pada 52 negara yang mencakup 30.000 orang menunjukkan bahwa hampir 50% serangan

jantung dapat dikaitkan dengan kadar kolesterol darah yang abnormal. Orang dengan

kadar kolesterol yang abnormal, tiga kali lebih mudah mendapat serangan jantung dan

penyakit kardiovaskuler lain dibandingkan mereka yang memiliki kadar kolesterol normal.

Pada tahun 2003 di Inggris lebih dari 114.000 orang meninggal akibat penyakit jantung

koroner, 233.000 orang meninggal akibat penyakit kardiovaskuler dan 259.500 orang

mengalami serangan jantung.

Dalam beberapa program penelitian ilmiah, kadar kolesterol berkurang karena

pengaturan susunan menu dan karena pemberian obat (Herslet, 2007). Orang yang

memiliki kadar kolesterol total kurang dari 4 mmol/L, LDL kurang dari 2 mmol/L serta

orang yang memiliki risiko tinggi penyakit kardiovaskuler perlu perhatian lebih dalam

pemberian terapi, baik terapi obat dan terapi diet. Penelitian tentang bahan makanan

yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk menurunkan kadar kolesterol darah telah

banyak dilakukan (Bull & Morrel, 2007). Mahalnya obat penurun kolesterol dan belum

terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat memungkinkan dikembangkannya

pemanfaatan bahan makanan tradisional untuk menunjang pemakaiaan obat modern.

Astawan dan Wresdiyati (2004) melaporkan bahwa bekatul, tempe, dan angkak

memenuhi syarat sebagai bahan makanan tradisional penurun kadar kolesterol darah

karena terbukti berkhasiat dan aman.

Bekatul mengandung serat pangan (dietary fiber) dan komponen bioaktif fitosterol

yang berguna sebagai zat hipokolesterolemik atau dapat menurunkan kadar kolesterol

darah. Efek hipokosterolemik bekatul pada kelinci dengan dosis 15-60 gram/hari selama

14 hari. Pemberian bekatul selama tiga hari berturut-turut dengan dosis 15 gram/hari

(3)

dianjurkan untuk menurunkan hiperkolesterolemia adalah 30 gram/hari atau 2 kali 1

sendok makan per hari (Damayanthi et al., 2007).

Tempe kedelai merupakan alternatif diet karena di dalam tempe mengandung

dua substansi yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah, yaitu isoflavon dan

serat (Cahyadi, 2007). Arsiniati dan Tjokroprawito (1996) melaporkan bahwa pemberian

tempe 150 gram/hari selama dua minggu pada 75 pasien (umur 40-65 tahun) dengan

kadar kolesterol-total darah >220 mg/dl dan trigliserida >175 mg/dl terbukti menurunkan

kadar kolesterol-total darah 8,38% dan trigliserida 9,19%.

Efek hipokolesterolemia angkak disebabkan oleh kandungan serat dan senyawa

bioaktif Monokolin K yang mirip dengan obat penurun kolesterol levostatin. Pemberian

angkak 2,4 gram per hari terbukti dapat menurunkan kolesterol total sebesar 16,8 %,

LDL kolesterol 22,3 %, dan trigliserida 13,3 % pada pasien hiperkolesterolemia (> 230

mg/dl). Novianto (2008) melaporkan bahwa pemberian angkak 20 mg/hari dan 40 mg/

hari selama 21 hari pada tikus yang diberi diet tinggi kolesterol menunjukan penurunan

kadar kolesterol-total darah sebesar 13% dan 26%. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu

dilakukan penelitian mengenai perbedaan efektifitas antara bekatul, tepung tempe dan

tepung angkak dalam menurunkan kadar kolesterol total darah.

METODE PENELITIAN

Tikus jantan galur Wistar dibuat hiperkolesterolemia dengan cara diberi pakan

standar yang dicampur dengan otak sapi 25 gram/hari/kandang dari total pemberian

pakan campuran 100 gram/hari/kandang atau setara dengan 500 mg kolesterol. Tikus

dibagi menjadi 5 kelompok secara random. K-I sebagai kelompok kontrol negatif yang

hanya diberi aquadest. K-II sebagai kelompok kontrol positif diberi perlakuan pakan

standart, aquadest, dan otak sapi. K-III diberi perlakuan pakan standart, aquadest, otak

sapi dan bekatul 0,54 gram/ekor/hari. Dosis pemberian bekatul merupakan hasil konversi

dari dosis yang dianjurkan untuk menurunkan hiperkolesterolemia 30 gram/hari atau 2

kali 1 sendok makan per hari (Damayanthi et al., 2007). K-IV diberi pakan standart,

(4)

tepung tempe merupakan hasil konversi pada tikus dengan berat badan 150 gram dari

dosis manusia 150 gram/hari (Donatus et al., 1992). K-V diberi pakan standart, aquadest,

otak sapi, dan angkak 43 mg/ekor/hari. Dosis pemberian angkak merupakan hasil konversi

dari dosis manusia sebesar 2,4 gram perhari. Kadar kolesterol total darah pada tikus

kelompok K-I, K-II, K-III, K-IV diukur setelah 14 hari sedangkan K-V diukur setelah 21 hari.

Kadar kolesterol darah dianalisa dengan uji laboratorium enzimatik metode CHOD-PAP

(Kusumawati, 2004). Data kadar kolesterol total yang diperoleh diuji normalitas dengan

metode Saphiro-Wilk dan uji homogenitas dengan Lavene test. Apabila nilai p>0,05

menunjukkan data terdistribusi normal dan varian data homogen. Perbedaan penurunan

kadar kolesterol-total darah antar kelompok perlakuan dianalisa menggunakan uji

parametrik One Way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Post Hoct Tukey.

HASIL PENELITIAN

Perbedaan efektifitas bekatul, tepung tempe, dan tepung angkak terhadap

penurunan kadar kolesterol-total darah dapat dilihat dari rerata kadar kolesterol-total

darah pada kelima kelompok perlakuan, sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Hasil uji

One Way ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan rerata kadar kolesterol darah antar

berbagai kelompok perlakuan (p<0,00). Hasil uji Post Hoct Tukey menunjukkan terdapat

perbedaan signifikan antara kelompok perlakuan bekatul dengan angkak (p< 0,05), akan

tetapi pada kelompok perlakuan bekatul dengan tepung tempe tidak menunjukkan

perbedaan yang bermakna dengan nilai signifikansi 0,804 (p > 0,05).

Tabel 1. Hasil rerata kadar kolesterol-total darah

PEMBAHASAN

Pemberian bekatul 0,54 gram/ekor per hari, tepung tempe 2,025 gram/150

(5)

menurunkan kadar kolesterol dengan menghambat absorpsi kolesterol dari makanan,

dan menghambat reabsorbsi kolesterol asam empedu dengan cara memodifikasi Asetil

Ko-A karboksilase dan aktifitas 7á-dehidroksilase sehingga terjadi peningkatkan ekskresi

asam empedu melalui feses. Hal ini menyebabkan jumlah asam empedu berkurang

sehingga akan meningkatkan pembentukan asam empedu baru dari kolesterol yang ada

di dalam darah (Silalahi, 2008). Tempe mengandung isoflavon yang dapat menurunkan

penyerapan kolesterol dan asam empedu pada usus halus demi menginduksi peningkatan

ekskresi fekal asam empedu dan steroid dengan cara meningkatkan aktivitas reseptor

LDL. Hal ini mengakibatkan hati lebih banyak merubah kolesterol dalam tubuh menjadi

empedu sehingga terjadi peningkatan kecepatan penurunan kolesterol darah (Koswara,

2006).

Pemberian angkak dengan dosis 43 mg/hari selama 21 hari pada tikus yang diberi

pakan tinggi kolesterol dengan otak sapi juga menunjukkan penurunan kadar kolesterol

total darah. Hal ini disebabkan karena angkak mengandung bioaktif Monokolin K, mirip

dengan obat penurun kolesterol lovastatin. Monokolin K mampu menurunkan

menghambat kerja enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl CoA reductase (HMG-CoA

reductase), sehingga proses sintesis (pembentukan) kolesterol terhambat dan pada

akhirnya kadar kolesterol darah menurun (Tisnadjaja, 2006).

Bekatul lebih efektif dalam menurunkan kadar kolesterol darah dibandingkan

dengan tepung tempe dengan tepung angkak. Hal ini dimungkinkan karena kandungan

serat dalam bekatul lebih tinggi dari keduanya, yaitu 12,52 gram serat tiap 100 gram

bekatul (Hubeis, 1997), sedangkan tempe mengandung serat 1,4 gram/100 gram (Cahyadi,

2007) dan 70 gram tepung angkak menghasilkan 3,5 gram. Serat pangan mengikat asam

empedu di dalam saluran pencernaan sehingga menurunkan penyerapan kembali asam

empedu oleh dinding usus halus karena terbuang bersama dengan feses. Hal ini

menyebabkan jumlah asam empedu berkurang sehingga akan meningkatkan

pembentukan asam empedu baru dari kolesterol yang ada di dalam darah. Pengikatan

asam empedu menyebabkan penyerapan lemak dalam usus terganggu (Astawan &

(6)

Pemberian angkak dengan dosis 43 mg/hari selama 21 hari belum dapat

menurunkan kolesterol hingga batas normal, hal ini diduga karena kurangnya waktu

perlakuan. Penelitian Wang (2000) yang melibatkan 46 orang pasien kadar kolesterol

tinggi (> 230 mg/dl) yang dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama terdiri dari

188 pria dan 136 wanita dengan usia rata-rata 56 tahun yang menerima pemberian angkak

dengan dosis 1,2 g/hari dan kelompok lain diberi plasebo. Setelah 8 minggu perlakuan

terdapat penurunan kolesterol total sebesar 22,7%, LDL kolesterol 31% dan trigliserida

34%, sementara HDL meningkat sebesar 20%.

Pemberian pakan dalam bentuk pellet memungkinkan terjadinya bias karena dosis

yang masuk dalam tubuh tidak optimal, hal ini ditunjukan dengan adanya rerata sisa

pakan setiap hari yaitu K-I 6,142 gram, K-II 20,678 gram, K-III 24,55 gram dan K-IV 30, 892

gram, K-V 26,095 gram, hal ini menunjukan bahwa makin banyak sisa pakan maka makin

sedikit yang mempengaruhi kadar kolesterol sehingga makin sedikit pula yang diserap

oleh tubuh tikus. Perawatan beberapa tikus dalam satu kandang membatasi ruang gerak

tikus dan memungkinkan terjadinya perebutan makanan sehingga perlu dilakukan

penelitian dengan perawatan satu tikus satu kandang. Kelompok kontrol tidak selalu

menjadi harga normal yang baku sehingga perlu penelitian dengan menggunakan

rancangan penelitian lain.

KESIMPULAN

Pemberian bekatul dengan dosis 0,54 gram/ekor per hari, tepung tempe 2,025

gram/150 gramBB per hari dan tepung angkak 43 mg/hari menunjukkan penurunan kadar

kolesterol total darah. Di lihat dari rerata bekatul menunjukan kadar kolesterol total darah

yang lebih rendah dibandingkan tepung tempe dan tepung angkak.

SARAN

Penelitian lanjutan dengan perlakuan yang sama menggunakan metode pre

posttest controlled group design dan memperpanjang waktu perlakuan perlu dilakukan.

Hewan uji tikus sebaiknya dipelihara dalam kandang individual agar tidak terjadi rebutan

(7)

Arsiniati, M.B.A. dan Tjokroprawito, A., 1996, The effect of tempeh (soybean cake) and tempeh formula on lipid profile of hyperlipidaemic patients, The 5th International

Symposium on Clinical Nutrition, Healthy Eating Club website &Asia Pacific Journal

of Clinical Nutrition, 5 (4), http://apjcn.nhri.org.tw/server/APJCN/Volume5/vol5.4/

vol5n4s2p4.html, Dikutip tanggal 22.07.2008.

Astawan, M. dan Wresdiyati, T., 2004, Diet Sehat dengan Makanan Berserat, Tiga Serangkai, Solo, hal. 1.

Bull, E. dan Morell, J., 2007, Kolesterol, Erlangga, Jakarta, hal. 26-28, 45-46.

Cahyadi, W., 2007, Kedelai Khasiat dan Tekhnologi, Cetakan I, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 41-47.

Damayanthi, E.,Tiong ,T.L., and Arbianto, L., 2007, Rice Bran, Cetakan I, Penerbit Plus, Bandung, hal. 29-48.

Donatus, A. I., Suhardjono, D., Nurlaila., Sugiyanto., Hakim, L.,Wahyono, D., dan Mulyono, 1992, Petunjuk Praktikum Toksikologi, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta, hal.4.

Herslet, L., 2007, Kolesterol, Kesaint Blanc anggota IKAPI, Jakarta, hal. 35, 66.

Hubeis, M., 1997, Mempelajari Pemanfaatan Bekatul dalam Formula Pembuatan Roti Manis dan Biskuit Berserat Tinggi, Buletin Tekhnologi dan Industri Pangan, Volume VIII No. 3.

Koswara, S., 2006, Isoflavon, Senyawa Multi-manfaat Dalam Kedelai, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, http://www.ebookpangan.com/ARTIKEL/

ISOFLAVON,%20ZAT%20MULTI%20MANFAAT%20%20DALAM%20KEDELAI.pdf,

Dikutip tanggal 21.02.2008.

Kusumawati, D., 2004, Bersahabat Dengan Hewan Coba, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal. 73.

Mayes, P.A., Rodweell, V. W., Granner, D, K., and Murray, R.K., 2003, Biokimia Harper, Cetakan I, Edisi XXV, EGC, Jakarta, hal. 270-290.

Novianto, A., 2008, Pengaruh Ekstrak Angkak Terhadap Kadar Kolesterol Darah, Karya

Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung, Semarang.

Silalahi, J., 2008, Fitosterol dalam Margarine: Cara Efektif Menurunkan Kolesterol, Laboratorium Kimia Bahan Makanan Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara, http://abichan.wordpress.com, Dikutip tanggal 22.07.2008.

(8)

Wang, E.J., 2000, Production of The secondary Metabolites C-Aminobutyric acid and Monacolin K by Monacus, http://www.fao.org/DOCREP/x5483E.html, Dikutip tanggal 19.01.2008.

Gambar

Tabel 1. Hasil rerata kadar kolesterol-total darah

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pencapaian kemampuan pengajuan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih

Maserasi merupakan salah satu cara ekstraksi yang paling sering digunakan karena metode ini merupakan metode yang paling sederhana, dilakukan dengan cara merendam

Improvement of process cycle efficiency by implementing a lean practice:. a

Hasil yang diperoleh menujukkan bahwa penambahan RES tidak berpengaruh terhadap nilai pH tetapi dapat meningkatkan daya serap air pada kadar ekstrak 1% dan daya tersebut

Variabel motif ekonomi memiliki pengaruh yang kuat terhadap intensi berwirausaha siswa, motif untuk memenuhi kebutuhan, motif untuk memperoleh keuntungan, motif untuk

Stunting yang telah tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth (kejar tumbuh) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, masalah stunting merupakan

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa mind mapping merupakan metode yang dapat diterapkan kepada anak untuk membantu berfikir dan menuangkan ide-ide ke dalam bentuk

89 2015 therefore inspired a strong reaction from the Ministry of Environment and Forestry, environmental watchdog groups, and responsible businesses, including