• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skrining Fitokimia dan Uji Efektivitas Tepung Biji Kelor (Moringa oleifera L.) dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Total Darah Mencit Jantan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Skrining Fitokimia dan Uji Efektivitas Tepung Biji Kelor (Moringa oleifera L.) dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Total Darah Mencit Jantan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SKRINING FITOKIMIA DAN UJI EFEKTIVITAS TEPUNG BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA L.) DALAM MENURUNKAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH

MENCIT JANTAN

Phytochemical Screening and Effectivity Test of Moringa (Moringa oleifera L.) Seeds Flour in Lowering Total Cholesterol Blood Levels of Male Mice

*Nurliana, Nurdin Rahman, dan Ratman

Pendidikan Kimia/FKIP – Universitas Tadulako, Palu – Indonesia 94118 Received 07 May 2018, Revised 07 June 2018, Accepted 11 July 2018 Abstract

The aim of the study was to determine phytochemical compounds levels in Moringa seeds and determine the effective dose of moringa seed flour in lowering total cholesterol blood levels of mice. Qualitative test of phytochemical compounds in moringa seed flour was done using specific reagents. The effect of moringa seed flour in lowering total cholesterol blood levels was performed in 18 male mice divided randomly into 6 groups, i.e P1 as the negative control group, P2 as the positive control group by giving simvastatin, P3 as the test group with a dose of 0.14 g/kg BW/day, P4 as the test group with a dose of 0.28 g/kg BW/day, P5 as the test group with a dose of 0.42 g/kg BW/day, and P6 as the test group with a dose of 0.56 g/kg BW/day. P1 to P6 were given propylthiouracilin conjunction with a suitable treatment of the group. Data were analyzed with One-way ANOVA and Duncan's post hoc tests at 95% significant level. Results showed that moringa seed flour contained positively of flavonoids and saponins. Results analysis of changes on the total cholesterol levels between groups with One-way ANOVA test showed a significant difference (p = 0.002), where Fcountvalue=7.476 > Ftablevalue=3.11. The group with the provision of 0.42 g/kg BB/day of moringa seed flour performed the most effective influence in lowering total cholesterol blood levels of male mice which amounted to 34.33 mg/dL or 18.66%.

Keywords: Moringa seeds flour, saponins, flavonoids, total cholesterol, mice.

Pendahuluan1

Kolesterol merupakan senyawa intermediat biosintesis beberapa steroida penting, seperti asam empedu, hormon adrenokortik, ergosteron, androgen dan progesterone (Poedjiadi dkk., 2005). Secara normal, kolesterol diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang tepat. Akan tetapi, pola makan yang cenderung berupa makanan bersumber hewani dengan lemak tinggi menyebabkan jumlah kolesterol berlebihan dalam darah (Winarno, 2002). Semakin tinggi kolesterol serum, semakin besar plak aterosklerosis yang terbentuk (Ratnawati & Widowati, 2011).

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar (mega biodiversitas) di dunia setelah Brazil. Tercatat di hutan tropis Indonesia ditemukan kurang lebih 30.000 dari 40.000 jenis tumbuhan di dunia (Saifuddin, 2006). Sekitar 9.600 jenis telah diketahui berkhasiat obat. Dari jumlah terebut tercatat 283 jenis merupakan tumbuhan obat penting bagi industri obat tradisional. Dewasa ini, penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik di dalam maupun di luar negeri berkembang dengan

*Correspondence: Nurliana

Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako

e-mail: nurliana.chemistry@yahoo.com Published by Universitas Tadulako 2018

pesat (Kusuma & Zaky, 2005). Selain murah dan mudah didapat, obat tradisional yang berasal dari tumbuhan pun memiliki efek samping yang jauh lebih rendah tingkat bahayanya dibandingkan obat-obatan kimia (Fauziah, 1999).

Bioaktivitas tanaman sangat dipengaruhi oleh kandungan senyawa kimia yang terdapat didalamnya. Perbedaan kandungan senyawa kimia yang ada menunjukan perbedaan aktifitas farmakologis dari tanaman yang bersangkutan (Katzung, 1995). Uji fitokimia adalah uji kualitatif terhadap kandungan senyawa kimia metabolit sekunder merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian mengenai tumbuhan obat atau dalam hal pencarian senyawa aktif baru yang berasal dari bahan alam yang dapat menjadi prekursor bagi sintesis obat-obat baru atau menjadi prototype

senyawa aktif tertentu. Metode uji fitokimia yang banyak digunakan adalah metode reaksi warna dan pengendapan yang dapat dilakukan di lapangan atau di laboratorium (Iskandar & Susilawati, 2012). Pencarian terhadap obat-obatan penurun kolesterol terutama yang berasal dari tumbuhan sangat giat dilakukan. Kelor merupakan salah satu tumbuhan yang secara umum digunakan oleh masyarakat sebagai obat berkhasiat dengan memanfaatkan seluruh bagian tumbuhan. Biji kelor merupakan bagian dari tanaman ini yang dapat diguakan dalam pengobatan (Simbolan dkk., 2007).

Tepung biji kelor mengandung nitrogen 2,98%, protein kasar 18,63%, tanin 322,9 mg/100g, alkaloid 8,24 mg/100g dan saponin 9,13% (Kawo

(2)

dkk., 2009). Selain itu biji kelor juga positif mengandung glikosida, flavonoid, steroid, terpenoid, dan anthraquinone (Shina, 2012).

Ekstrak etanol daun cerme (phyllanthus acidus

(L.) skeels) yang mengandung flavonoid dan saponin mempunyai efek antikolesterol, dengan salah satu mekanisme kerjanya adalah menghambat penyerapan kolesterol pada saluran cerna menyebabkan penurunan bobot badan (Sutjiatmo dkk., 2013). Tulisan ini mendeskripsikan skrining fitokimia untuk mengetahui kandungan senyawa fitokimia dalam biji kelor serta uji efektivitas pemberian tepung biji kelor (moringa oleifera L.) terhadap penurunan kadar kolesterol total darah mencit jantan.

Metode Alat dan bahan

Alat yang digunakan terdiri dari oven, talang, neraca analitik, blender, gelas ukur, gelas kimia, pipet tetes, batang pengaduk, ayakan, corong gelas, kertas saring, tabung reaksi dan rak tabung reaksi, erlenmeyer, aluminium foil, labu ukur, hot plate, gunting, lumpang dan alu, kandang hewan uji, timbangan hewan, tempat air minum hewan, alat ukur kolesterol (Nesco multicheck) dan nesco blood cholesterol test strip, alat sonde mencit, kapas, sarung tangan lateks, masker.

Bahan yang digunakan meliputi biji kelor (Moringa oleifera L.), mencit (Mus musculusL.) jantan, etanol (C2H5OH) (merck), padatan KI (Merck), padatan HgCl2 (Merck), padatan FeCl3 (Ajax Chemicals UNILAB), logam Mg, aquades, HCl pekat (Smart Lab-Indonesia), HCl 2 N (Smart Lab-Indonesia), H2SO4 pekat (Merck K GaA), tablet propiltiourasil 100 mg (Dexa Medica), tablet simvastatin 10 mg (Kimia Farma), alkohol 70% (Brataco), asam pikrat (C6H3N3O7) (Merck), jagung, sekam, air minum hewan.

Pelaksanaan Penelitian

Biji kelor dipisahkan dari buah kelor muda segar yang berwarna hijau pekat, dibersihkan, lalu dikeringanginkan selama ± 24 jam pada suhu kamar, dan pengeringan dilanjutkan menggunakan oven pada suhu 60 oC sampai biji kelor benar-benar kering. Biji kelor kering lalu dihaluskan menggunakan blender, dan diayak menggunakan ayakan 100 mesh untuk mendapatkan tepung biji kelor.

Skrining fitokimia

Skrining fitokimia serbuk simplisia dan sampel dalam bentuk basah meliputi pemeriksaan kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan terpenoida/steroida (Harbone, 1996). 0,5 g sampel ditimbang kemudian ditambahkan 5 mL etanol, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, lalu disaring. Filtrat yang diperoleh ditambahkan 3 tetes HCl pekat dan 5 tetes pereaksi

Mayer (K2[HgI4]), jika terbentuk endapan berwarna putih maka positif mengandung alkaloid.

0,5 g sampel ditimbang lalu ditambahkan 5 mL etanol, kemudian dipanaskan dan disaring. Filtrat ditambahkan dengan 0,1 g logam Mg dan 5 tetes HCl pekat. Reaksi positif terjadi jika terbentuk warna kuning jingga sampai merah yang disebabkan oleh reduksi flavonoid.

0,5 g sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 mL aquades panas, disaring dan didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat sampai terbentuk busa. Jika terbentuk busa setinggi 1–10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 2 tetes HCl 2 N menunjukkan adanya saponin.

0,5 g sampel ditimbang dan ditambahkan 5 mL etanol kemudian dipanaskan selama 5 menit, lalu disaring. Filtrat ditetesi FeCl3 1% sebanyak 5 tetes, bila terbentuk warna hitam kehijauan maka positif mengandung tanin.

0,5 g sampel ditimbang lalu ditambahkan 5 mL etanol kemudian disaring. Filtrat ditambahkan dengan 3 tetes HCl pekat serta 1 tetes H2SO4pekat (pereaksi Salkowsky). Jika positif triterpenoid maka akan terbentuk warna merah atau ungu dan jika positif steroid maka terbentuk warna hijau.

Penentuan dosis propiltiourasil

Jika dosis pemakaian pada manusia adalah 100 mg maka dosis untuk mencit 20 g adalah 0,0026 x 100 mg = 0,26 mg. Propiltiourasil dibuat dalam bentuk larutan dengan cara melarutkan 26 mg propiltiourasil dalam 100 mL aquades, sehingga dalam 0,1 mL larutan terkandung 0,26 mg propiltiourasil.

Penentuan dosis simvastatin

Jika dosis pemakaian pada manusia adalah 10 mg maka dosis untuk mencit 20 g adalah 0,0026 x 10 mg = 0,026 mg. Simvastatin dibuat dalam bentuk larutan dengan cara melarutkan 0,26 mg simvastatin dalam 100 mL aquades, sehingga dalam 0,1 mL larutan terkandung 0,026 mg simvastatin.

Penentuan dosis tepung biji kelor

Dosis pemberian tepung biji kelor yang digunakan adalah 0,14 g/kg BB/hari, 0,28 g/kg BB/hari, 0,42 g/kg BB/hari, dan 0,56 g/kg BB/hari. Sebelum diberikan pada mencit, sampel tepung biji kelor dibuat dalam bentuk suspensi dengan cara mencampurkan tepung biji kelor sesuai dosis yang telah ditentukan dengan 0,1 mL aquades.

Tepung biji kelor, popiltiourasil, dan simvastatin diberikan secara oral dengan menggunakan sonde secara perlahan-lahan sebanyak satu kali sehari.

Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji

Pada penelitian ini digunakan mencit jantan dewasa sehat berumur 2-3 bulan dengan berat badan

(3)

rata-rata 20 g yang dibagi secara random ke dalam 6 kelompok dan masing-masing kelompok tediri dari 3 ekor mencit yang dipelihara dalam wadah yang ditaburi sekam dan bagian atasnya ditutupi dengan kawat kasa.

Perlakuan terhadap hewan uji

Mencit diaklimatisasi selama 7 hari dan diberi pakan jagung dan air minum, setelah sebumnya diberi pakan kering berbentuk pelet yang komposisinya terdiri dari jagung 40%-50%, bungkil kedelai 25%-30%, dedak/pollar 3%, bungkil kelapa 10%, tepung ikan dan tulang 5%, minyak kelapa 3 %, mineral + vitamin 1%-1,5%. Penentuan kadar kolesterol awal dilakukan setelah mencit dipuasakan selama 18 jam dengan air minum tetap diberikan secara ad libitum. Setelah diukur kadar kolesterol awalnya, mencit kemudian diberikan perlakuan selama 7 hari dengan masing-masing kelompok terdiri atas (Arief, dkk., 2012):

P1= Kelompok mencit hiperkolesterol + jagung + air minum + propiltiourasil 0,26 mg/20 g BB/hari (kelompok kontrol negatif).

P2= Kelompok mencit hiperkolesterol + jagung + air minum + propiltiourasil 0,26 mg/20 g BB/hari + simvastatin 0.026 mg/20 g BB/hari (kelompok kontrol positif)

P3= Kelompok mencit hiperkolesterol + jagung + air minum + propiltiourasil 0,26 mg/20 g BB/hari + tepung biji kelor 0,14 g/Kg BB/hari (kelompok uji). P4= Kelompok mencit hiperkolesterol + jagung + air minum + propiltiourasil 0,26 mg/20 g BB/hari + tepung biji kelor 0,28 g/Kg BB/hari (kelompok uji). P5= Kelompok mencit hiperkolesterol + jagung + air minum + propiltiourasil 0,26 mg/20 g BB/hari + tepung biji kelor 0,42 g/Kg BB/hari (kelompok uji). P6= Kelompok mencit hiperkolesterol + jagung + air minum + propiltiourasil 0,26 mg/20 g BB/hari + tepung biji kelor 0,56 g/Kg BB/hari (kelompok uji). Pemberian simvastatin dan sampel tepung biji kelor dilakukan ± 1 jam setelah pemberian larutan propiltiourasil dilakukan (Noorrafiqi dkk., 2013).

Penentuan kadar kolesterol total darah

Mencit dipuasakan selama 18 jam dengan air minum tetap diberikan secara ad libitum sebelum darah diambil, dengan tujuan untuk meminimalkan pengaruh pakan dan aktivitas makan mencit dan

juga memberikan kesempatan bagi mencit untuk memproduksi kolesterol endogenus.

Pengambilan sampel darah melalui pembuluh darah kapiler dengan cara memotong bagian ujung ekot mencit yang telah dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70% kira-kira 2 mm menggunakan gunting. Tetesan darah pertama dibuang, lalu kadar kolesterol total darah diukur dengan menggunakan alat Nesco Blood Cholesterol Test Strip dan Nesco Multycheck. Dalam waktu 150 detik kadar kolesterol total darah akan terukur secara otomatis dan hasilnya dapat dibaca pada monitorNesco Multicheckdalam satuan mg/dL.

Pengumpulan dan analisis data

Data diperoleh dari pengukuran kadar kolesterol total awal sebelum perlakuan dan pengukuran kadar kolesterol akhir setelah perlakuan selama 7 hari. Selisih kadar kolesterol total darah awal dan kadar kolesterol total darah akhir merupakan hasil dari efek pemberian tepung biji kelor.

Data kadar kolesterol total dievaluasi secara statistik menggunakan software statistik dengan melakukan uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji homogenitas varians Levene. Jika data terdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan analisis parametrik dengan uji One-way Anova dengan tingkat kepercayaan 95%. Uji one-way Anova

digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rerata lebih dari dua kelompok sampel yang tidak berhubungan (Priyanto, 2009). Bila ada hasil perbedaan yang signifikan pada perlakuan maka dilanjutkan dengan ujipost hocDuncan. Uji lanjutan ini bertujuan untuk mengetahui pada kadar berapa serbuk biji kelor yang paling signifikan dalam menurunkan kadar kolesterol total darah mencit jantan.

Hasil dan Pembahasan

Senyawa-senyawa yang paling umum ditemukan dalam tanaman yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, terpenoid, dan steroid (Herbert, 1995). Setelah dilakukan skrining fitokimia untuk menentukan senyawa metabolit sekunder dalam biji kelor yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperoleh hasil seperti yang tercantum dalam Tabel 1.

Tabel 1.Hasil skrining fitokimia tepung biji kelor Kandungan senyawa fitokimia Hasil

Alkaloid Flavonoid Saponin Tanin Triterpenoid Steroid Negatif Positif Positif Negatif Negatif Negatif Hasil skrining fitokimia pada Tabel 1

menunjukan bahwa sampel tepung biji kelor yang diuji positif mengandung senyawa saponin dan flavonoid. Hasil tersebut merupakan data kualitatif yang menunjukan kandungan senyawa dari biji

kelor secara umum. Peran saponin dan flavonoid dalam bidang kesehatan telah banyak diteliti, salah satunya adalah perannya dalam menurunkan kadar kolesterol total darah (Sutjiatmo dkk., 2013).

(4)

Tingginya kadar kolesterol plasma merupakan salah satu faktor resiko terbesar yang berkontribusi pada beratnya penyakit kardiovaskuler. Semakin tinggi kolesterol serum, semakin besar plak aterosklerosis yang terbentuk (Ratnawati & Widowati, 2011).

Kolesterol tidak dapat dioksidasi di dalam tubuh. Oleh karena itu, salah satu cara untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah adalah dengan memperbesar jumlah ekskresi asam empedu. Hal ini dapat dilakukan dengan

mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan yang

mengandung zat aktif berupa saponin (Krisnatuti & Yenrina, 1999). Saponin merupakan senyawa tanaman yang memiliki surfaktan yang dapat berikatan dengan kolesterol dan asam empedu sehingga menurunkan absorpsi kolesterol dalam tubuh (Ratnawati & Widowati, 2011). Selain saponin, flavonoid yang merupakan antioksidan juga dapat bertindak sebagai pereduksi LDL di dalam tubuh (Radhika dkk., 2011). Sehingga tepung biji kelor yang terbukti mengandung saponin dan flavonoid diharapkan mampu menurunkan kadar kolesterol total darah mencit jantan.

Rata-rata kadar kolesterol total awal pada tiap-tiap kelompok memiliki nilai yang hampir

sama, dan berdasarkan uji statistik parameterik

One-way Anova diperoleh nilai p sebesar 0,999 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan bermakna pada kadar kolesterol total awal antara kelompok perlakuan. Hari ke-1 sampai hari ke-7 mencit diberikan perlakuan dengan pemberian sampel dan pembanding terhadap masing-masing kelompok, kecuali kelompok kontrol negatif. Sampel tepung biji kelor yang diberikan adalah sebanyak 0,14 g/kg BB/hari, 0,28 g/kg BB/hari, 0,42 g/kg BB/hari, dan 0,56 g/kg BB/hari. Sedangkan kelompok kontrol positif diberikan simvastatin sebagai pembanding dengan dosis 0,026 mg/20 g BB, dosis ini diambil berdasarkan dosis lazim yang sering digunakan oleh manusia sebagai obat anti kolesterol yang kemudian dikonversi ke dalam dosis mencit. Bahan uji diberikan secara oral dengan menggunakan alat sonde dalam bentuk suspensi dengan penambahan aquades pada interval satu hari sekali pemberian yang dilakukan pada siang hari. Setelah diberikan perlakuan, kemudian dilakukan pengukuran kadar kolesterol akhir pada hari ke-9 setelah mencit kembali dipuasakan selama 18 jam. Pada keadaan sesudah perlakuan, terjadi perubahan kadar kolesterol total pada tiap-tiap kelompok, seperti Gambar 1.

Gambar 1.Perbandingan kadar kolesterol total darah mencit sebelum dan setelah diberi perlakuan selama 7 hari

Pada kelompok kontrol negatif (P1), terjadi peningkatan kadar kolesterol total sebanyak 36,33 mg/dL atau sebanyak 19,72%. Hal ini disebabkan karena perlakuan yang diberikan pada kelompok ini hanya sebatas pemberian propiltiourasil, sehingga mencit mengalami hipotiroidisme. Pengaruh langsung dari hipotiroidisme pada metabolisme lipoprotein adalah peningkatan kadar kolesterol. Penyebabnya yaitu pada kondisi hipotiroid terjadi penurunan sintesis reseptor dan ekspresi LDL di hati, sehingga LDL banyak beredar di plasma dan menjadi penyebab hiperkolesterolemia (Salter dkk., 1991). Sementara pada kelompok kontrol positif (P2) yang diberikan simvastatin sebagai pembanding,

kadar kolesterol totalnya juga mengalami peningkatan sebesar 3.59% atau 6.67 mg/dL. Hal ini dapat disebabkan karena adanya keterbatasan peneliti dalam memberikan simvastatin yang seharusnya diberikan sebelum mencit tidur pada malam hari. Akan tetapi selama penelitian berlangsung, pemberian simvastatin diberikan pada sore hari (15.00 WITA), dimana pada waktu tersebut mencit masih dalam keadaan aktif.

Hasil analisis pada kelompok uji dengan dosis pemberian tepung biji kelor sebanyak 0,14 g/kg BB/hari (P3) juga menunjukkan peningkatan kadar kolesterol total sebesar 21,67 mg/dL (11,73%). Terjadinya peningkatan kadar kolesterol total pada kelompok P3 diduga karena dosis

0 50 100 150 200 250 P1 P2 P3 P4 P5 P6 184.33 185.67 184.67 187.67 184 183.33 220.67 192.33 206.33 185.33 149.67 177

Kolesterol Awal Kolesterol Akhir

Ko le ste ro l T o ta l (m g /d L ) Kelompok Uji

(5)

tepung biji kelor yang diberikan pada kelompok tersebut belum mampu memberikan pengaruh terhadap penyerapan kolesterol dan asam empedu diusus.

Sedangkan pada kelompok dengan dosis pemberian sebanyak 0,28 g/kg BB/hari (P4), 0,42

g/kg BB/hari (P5), dan 0,56 g/kg BB/hari (P6), terjadi penurunan kadar kolesterol total masing-masing sebesar 2.33 mg/dL (1,25%), 34.33 mg/dL (18,66%), dan 6,33 mg/dL (3,45%), seperti Gambar 2.

Gambar 2.Rata-rata perubahan kadar kolesterol total darah mencit setelah diberi perlakuan selama 7 hari

Perubahan yang diperoleh ini kemudian diuji normalitasnya dengan menggunakan uji normalitasSaphiro-Wilkdan diperoleh hasil bahwa data dari tiap-tiap kelompok berdistribusi normal (P>0,05). Sedangkan hasil uji homogenitas varian dengan menggunakan uji Levene Variances

menunjukkan bahwa data mempunyai varian yang homogen dimana p=0,051 (p>0,05). Karena data

terdistribusi normal dan homogen, maka analisis dilanjutkan dengan uji statistik parameterik One-way Anova untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan sinifikan kadar kolesterol total dari tiap-tiap kelompok. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan uji statistik parameterik One-way Anova, maka diperoleh hasil seperti tampak pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis Anova perubahan kadar kolesterol total mencit

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups Within Groups Total 8940.278 2870.000 11810.278 5 12 17 1788.056 239.167 7.476 .002

DariTabel 2dapat diketahui bahwa taraf signifikan 0,002<0,050 atau nilai Fhitung=7,476 lebih besar dibandingkan dengan nilai Ftabel=3,11. Hal ini menandakan adanya perbedaan signifikan pada rata-rata perubahan kadar kolesterol total antara kelompok P1, P2, P3, P4, P5, dan P6. Dengan kata lain perlakuan pada tiap-tiap kelompok tersebut memiliki efektifitas yang cukup berbeda dalam menurunkan kadar kolesterol total

dalam darah mencit jantan. Karena terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok perlakuan, maka analisa statistik dilanjutkan dengan ujipost hoc Duncan. UjiDuncandigunakan untuk mengetahui pada perlakuan mana yang memiliki perbedaan bermakna dalam menurunkan kadar kolesterol total dalam darah mencit. Adapun hasil analisanya tampak padaTabel 3.

Tabel 3.Hasil ujipost hoc Duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 P1 3 -36.3333 P3 3 -21.6667 -21.6667 P2 3 -6.6667 P4 3 2.3333 P6 3 6.3333 P5 3 34.3333 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 P1 P2 P3 P4 P5 P6 -36.34 -6.66 -21.66 2.34 34.33 6.33 P er u b ah an Ka d ar Ko le ste ro l (m g /d L ) Kelompok Uji

(6)

Sig. .268 .062 1.000

Dari hasil uji Duncandengan taraf signifikan 5% tersebut menunjukkan bahwa kelompok P4 yang merupakan kelompok uji berbeda nyata dengan P1, P2, P3, P4, dan P6. Secara statistik, kelompok P5 dengan dosis pemberian sampel tepung biji kelor sebanyak 0,42 g/Kg BB/hari merupakan yang efektif dalam menurunkan kadar kolesterol total mencit jantan yang diinduksi propiltiourasil. Penurunan kolesterol yang terjadi pada kelompok P5 adalah sebesar 34.33 mg/dL atau 13,66%. Namun dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa pada kelompok P6 yang merupakan kelompok dengan pemberian sampel tepung biji kelor terbanyak mengalami penurunan kadar kolesterol total yang jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan kelompok P5 yang pemberian sampelnya lebih sedikit. Hal ini kemungkinan disebabkan terjadinya kejenuhan sistem enzim yang berikatan dengan obat. Kondisi tersebut merupakan fenomena yang cukup sering ditemui dalam pengujian suatu calon obat baru, dimana terjadi optimasi dosis, artinya suatu respon farmakologi memiliki suatu efek maksimum pada dosis tertentu (Katzung, 1995). Adanya penurunan kadar kolesterol total darah setelah diberi tepung biji kelor pada kelompok P4, P5, dan P6 diduga disebabkan oleh kandungan senyawa fitokimia berupa flavonoid dan saponin dalam sampel tepung biji kelor tersebut.

Flavonoid termasuk senyawa fenol alami dan merupakan golongan terbesar. Senyawa fenol dapat menghambat pembentukan misel usus tempat terjadinya penyerapan asam empedu yang salah satu fungsinya untuk melarutkan kolesterol melalui saluran empedu ke dalam usus, sehingga pada akhirnya kolesterol tubuh menurun (Anwar & Piliang, 1992). Flavonoid merupakan zat aktif yang memiliki pengaruh terhadap kadar profil lipid dengan cara mengaktifkan sistem multi enzim seperti citocrome P-450 dan b5 yang mempunyai fungsi mengikat kadar kolesterol dan cairan empedu untuk dieksresikan (Qin dkk., 2009). Mekanisme pengaruh flavonoid terhadap profil lipid darah masih belum diketahui secara pasti bahkan hasil penelitian berbagai sumber flavonoid terhadap profil lipid darah pun masih banyak yang bertentangan. Mekanisme flavonoid menurunkan kadar kolesterol total diantaranya adalah menurunkan aktivitas HMG-KoA reduktase, menurunkan aktivitas enzim acyl-CoA cholesterol acyltransferase (ACAT), dan menurunkan absorbsi kolesterol di saluran pencernaan (Choi dkk., 2008). Pengaruh pemberian flavonoid yang terkandung dalam propolis selama 2 minggu pada tikus model tinggi lemak dapat menurunkan kadar kolesterol total pada dosis propolis 50 mg/hari 12,78% setara dengan dosis propolis 2.778 mg/hari pada manusia (Rumanti, 2011).

Saponin dapat berikatan dengan kolesterol pada lumen intestinal sehingga dapat mencegah reabsorpsi kolesterol. Saponin juga dapat berikatan dengan asam empedu, sehingga dapat menurunkan sirkulasi enterohepatik asam empedu dan meningkatkan ekskresi kolesterol.Saponin dengan kolesterol ternyata juga memiliki reseptor yang sama, sehingga dapat terjadi kompetisi reseptor kolesterol pada sel(Akanji dkk., 2009).

Efek yang paling menonjol setelah pemberian diet saponin adalah terjadi penurunan jumlah kolesterol VLDL, LDL dan peningkatan kolesterol HDL plasma pada tikus yang aterosklerosis. Hal ini diduga karena adanya hambatan penyerapan kolesterol dan asam empedu di usus oleh saponin. Adanya hambatan tersebut memacu sintesis kolesterol di hati yang dikonversi menjadi asam empedu dan kemudian disekresikan ke usus. Sehingga menyebabkan ekskresi lewat feses lebih besar daripada penyerapan kolesterol di usus (Lakshmi dkk., 2012). Dengan meningkatnya sekresi asam empedu, kadar kolesterol total dalam darah akan menurun (Asmariani & Probosari, 2012).

Berdasarkan struktur yang dimiliki saponin, secara umum mempunyai sifat yang mirip dengan asam empedu yaitu sebagai pengemulsi dan bersifat amfifilik dan zat aktif permukaan. Saponin dikenal dengan sifat deterjennya, kemungkinan dapat membentuk misel dengan lemak. Berdasarkan hasil penelitian, saponin tepung biji kelor kemungkinan membentuk misel yang besar dengan asam empedu, sehingga menghalangi atau menghambat penyerapan kembali asam empedu pada sirkulasi enterohepatik, sehingga menyebabkan penurunan asam empedu total plasma secara langsung dan penurunan kolesterol plasma secara tidak langsung dan terjadi peningkatan ekskresi asam empedu lewat feses.

Seperti halnya hasil pada penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa kandungan saponin dan flavonoid dalam biji pepaya (carica papaya L) memiliki efek dalam menurunkan kolesterol total dengan cara mengikat asam empedu di usus sehingga proses enterohepatik tidak terjadi (Adeneye & Olagunju, 2009), pada penelitian ini juga terbukti bahwa kandungan saponin dalam biji kelor juga memiliki pengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol total mencit. Tetapi apakah kandungan saponin pada biji kelor dan biji pepaya adalah sama atau berbeda, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Walaupun penelitian ini belum sepenuhnya membuktikan dugaan bahwa dalam sampel tepung biji kelor hanya saponin dan flavonoid yang mampu menurunkan kadar kolesterol total dan masih ada kemungkinan dimana ada zat-zat lain yang memiliki efek dalam menurunkan kadar kolesterol total, namun dapat dijadikan sebagai

(7)

informasi awal untuk melakukan pembuktian selanjutnya.

Kesimpulan

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa tepung biji kelor (moringa Oleifera L.) terbukti mengandung senyawa fitokimia berupa saponin dan flavonoid, sehingga tepung biji kelor memiliki efek dalam menurunkan kadar kolesterol total darah mencit. Hasil uji efektifitas tepung biji kelor dalam menurunkan kadar kolesterol total darah menunjukkan bahwa pemberian tepung biji kelor dengan dosis 0,42 g/kg BB/hari merupakan yang paling efektif dalam menurunkan kadar kolesterol total sebesar 34.33 mg/dL atau 18,66 %.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ida Kesuma Utami selaku pengelola Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.

Referensi

Adeneye, A. A., & Olagunju, J. A. (2009). Preliminary hypoglycimic and hypolipidemic activities of the aqueous seed extract of carica papaya linn. in wistar rats. Biology and Medicine, 1(1), 1-10.

Akanji, M. A., Ayorinde, B. T., & Yakubu, M. T. (2009). Anti-lipidaemic potentials of aqueousn extract of tapinanthus globiferus leaves in rats.

Recent Progress in Medicinal Plants-Chemistry and Medicinal Value, 25, 1-19.

Anwar, H. M., & Piliang, W. G. (1992).Biokimia dan Fisiologi Gizi. Bogor: Ilmu Hayat IPB. Arief, M. I., Novriansyah, R., Budianto, I. T., &

Harmaji, M. B. (2012). Potensi Bunga Karamunting (Melastoma malabathricum L.) Terhadap Kadar Kolesterol Total dan Trigliserida pada Tikus Putih Jantan Hiperlipidemia yang Diinduksi Propiltiourasil.

Prestasi, 1(2), 118-126.

Asmariani, W. G., & Probosari, E. (2012). Pengaruh Pemberian Buah Pepaya (Carica papayaL.) terhadap Kadar Kolesterol LDL dan Kolesterol HDL pada Tikus Sprague Dawley dengan Hiperkolesterolemia. Journal of Nutrition College, 1(1), 258-264.

Choi, J. H., Rho, M. C., Lee, S. W., Choi, J. N., Kim, K., Song, G. Y., & Kim, Y. K. (2008). Bavachin and Isobavachalcone, acyl-coenzyme A: Cholesterol Acyltransferase Inhibitors from

Psoralea corylifolia. Archives of Pharmacal Research, 11, 1419-1423.

Fauziah, M. (1999). Tanaman obat keluarga. Jakarta: Penerbit Swadaya.

Harbone, J. B. (1996).Metode fitokimia: penuntun cara modern menganalisis tumbuhan, terbitan kedua. Bandung: ITB.

Herbert, R. B. (1995). Biosintesis metabolit sekunder. Semarang: IKIP Press.

Iskandar, Y., & Susilawati, Y. (2012). Panduan praktikum fitokimia. Jatinangor: Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.

Katzung, B. G. (1995). Farmakologi dasar dan klinik edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Kawo, A. H., Abdullahi, B. A., Gaiya, Z. A.,

Halilu, A., Dabai, M., & Dakare, M. A. (2009). Preliminary phytochemical screening, proximate and elemental composition of

moringa oleifera lam seed powder. Bayero Journal of Pure and Applied Sciences, 2(1), 96-100.

Krisnatuti, D., & Yenrina, R. (1999).Perencanaan menu bagi penderita jantung koroner. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Kusuma, F. R., & Zaky. (2005). Tumbuhan liar berkhasiat obat. Jakarta: Agromedia Pustaka. Lakshmi, V., Mahdi, A. A., Agarwal, S. K., &

Khanna, A. K. (2012). Steroidal saponin from

chlorophytum nimonii (graph) with lipid-lowering and antioxidant activity.Chronicles of Young Scientists, 3(3), 227-232.

Noorrafiqi, M. I., Yasmina, A., & Hendriyono, F. X. (2013). Efek jus buah karamunting (melastoma malabathricum l.) terhadap kadar trigliserida serum darah tikus putih yang diinduksi propiltiourasil. Berkala Kedokteran, 9(2), 219-227.

Poedjiadi, A., Supriyanti, F. M., & Titin. (2005).

Dasar-dasar biokimia. Jakarta: UI Press. Priyanto, D. (2009).Mandiri belajar SPSS (statistic

product and service solution) untuk analisis data dan uji statistik bagi mahasiswa dan umum edisi 3. Yogyakarta: MediaKom.

Qin, Y., Xia, M., Ma, J., Hao, Y., Liu, J., & Mou, H. (2009). Anthocyanin supplementation improves serum LDL and HDL cholesterol concentrations associated with the inhibition of cholesteryl ester transfer protein in dyslipidemic subjects.The American Journal of Clinical Nutrition, 90(3), 485-492.

Radhika, S., Smila, K. H., & Muthezhilan, R. (2011). Antidiabetic and hypolipidemic activity of Punicagranatum linn on alloxan-induced rats.World Journal of Medical Sciences, 6(4), 178-182.

Ratnawati, H., & Widowati, W. (2011). The anticholesterol activity of velvet bean (Mucuna pruriensL.) towards hypercholesterolemic rats.

Sains Malaysiana, 40(4), 317–321.

Rumanti, R. T. (2011). Efek propolis terhadap kadar kolesterol total pada tikus model tinggi lemak. Jurnal Kedokteran Maranatha, 11(1), 17-22.

Saifuddin. (2006).Pelayanan kesehatan maternal & neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

(8)

Salter, A. M., Hayashi, R., Al-Seeni, M., Brown, N. F., & Bruce, J. (1991). Effect of hypothyroidism and high-fat feeding on mRNA concentrations for the low-density-lipoprotein receptor and on acyl-CoA: cholesterol acyltransferase activities in rat liver.

Biochemical Journal, 276(3), 825-832.

Shina, S. N. (2012). Phytochemical analysis and antibacterial potential of Moringa Oleifera

Lam. International Journal of Science Innovations and Discoveries, 2(4), 401-407.

Simbolon, J. M., Simbolon, M., & Katharina, N. (2007). Cegah malnutrisi dengan kelor. Yogyakarta: Kanisius.

Sutjiatmo, A. B., Sukandar, E. Y., Sinaga, R., Hernawati, R., & Vikasari, S. N. (2013). Efek antikolesterol ekstrak etanol daun cerme (phyllanthus acidus(l.) skeels) pada tikus wistar betina.Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi, 1(1), 1-7.

Winarno, F. G. (2002). Kimia pangan dan gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gambar

Tabel 1. Hasil skrining fitokimia tepung biji kelor
Gambar 1. Perbandingan kadar kolesterol total darah mencit sebelum dan setelah diberi perlakuan selama 7 hari
Gambar 2. Rata-rata perubahan kadar kolesterol total darah mencit setelah diberi perlakuan selama 7 hari

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan Kepala Puskesmas Fajar Mulia Keputusan Kepala Puskesmas Fajar Mulia Indikator Mutu dan Kinerja Puskesmas Indikator Mutu dan Kinerja Puskesmas 440/ /33/PKMFM/II/2016.. 440/

Hasil pengujian tersebut di atas diketahui R square (R 2 ) sebesar 0,492 menunjukkan sumbangan atau kontribusi dari produk, harga, lokasi dan promosi secara

Indikasi SC pada kehamilan melintang antara lain adanya kemungkinan yang menyebabkan risiko kepada ibu atau bayi, proses persalinan normal yang lama atau

Dari faktor kemampuan dan kemauan tersebut, tersimpul unsur keamanan ( safety ) dan sekaligus juga unsur keuntungan (profitability) dari suatu kredit. Kedua unsur

KOVAN HANE BAŞINA S.. Bu köyler; Depelü, Karkın, Başviran Çiftliği, Sofular ve.. Köylerde toplam kovan adedi 878 adet olup, geliri de 3951 kuruştur. Kovanın 1

Koreksi IGRF dapat dilakukan dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetic total yang telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada

kearifan lokal, di antaranya dengan memukul kentongan, tiang listrik serta lonceng gereja dan pengeras suara di masjid-masjid. Jika gempa bumi tersebut besar dan dirasakan

2 Fasilitas pengecualian dari pengenaan pajak yang diberikan secara selektif terhadap industri pengolahan kelapa sawit dapat meningkatkan mutu dan intensitas