• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUASAAN HAK ATAS TANAH OLEH PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG MULIAWAN ADI PUTRA Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jl. Prof. Soemantri Brodjonegoro No, 1 Bandar Lampung 35145 ABSTRAK - PENGUASAAN HAK ATAS TANAH OLEH PEMERINTAH K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGUASAAN HAK ATAS TANAH OLEH PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG MULIAWAN ADI PUTRA Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jl. Prof. Soemantri Brodjonegoro No, 1 Bandar Lampung 35145 ABSTRAK - PENGUASAAN HAK ATAS TANAH OLEH PEMERINTAH K"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUASAAN HAK ATAS TANAH OLEH PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG

MULIAWAN ADI PUTRA

Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jl. Prof. Soemantri Brodjonegoro No, 1 Bandar Lampung 35145

ABSTRAK

Tanah sebagai sumber daya alam merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada Bangsa Indonesia oleh karena itu sudah sewajarnya apabila kita mengelola tanah dengan sebaik-baiknya, Pemerintah Kota Bandar Lampung Tahun 2012 memiliki aset tanah 633 bidang, yang belum bersertipikat berjumlah 324 bidang dan yang sudah bersertipikat berjumlah 309 bidang.

Berdasarkan prasurvei, hingga saat ini masih terdapat tanah aset yang belum terpelihara dengan baik yang tidak digunakan dan tidak dipagar, belum bersertipikat. Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah penguasaan hak atas tanah oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung (2) Apa saja faktor yang mendukung dan menghambat penguasaan hak atas tanah oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung baik secara fisik maupun yuridis.

(2)

kurangnya anggaran. (2) Faktor pendukung penguasaan tanah secara fisik yaitu digunakan untuk gedung Pemerintahan. Faktor pendukung penguasaan tanah secara yuridis yaitu dengan lengkapnya alas hak Sertipikat. Faktor penghambat secara fisik penguasaan hak atas tanah yaitu tanah tersebut tidak dipagar dikarenakan tidak adanya anggaran. Faktor penghambat secara yuridis yaitu tidak lengkapnya alas hak atas tanah.

Kata Kunci : Penguasaan, Hak Atas Tanah, Pemerintah.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berbagai persoalan seputar sumber daya tanah muncul akibat kebutuhannya yang terus meningkat, sementara potensi dan luas tanah yang tersedia sangat terbatas. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, atau yang kemudian lebih dikenal degan sebutan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) sebagai landasan yuridis atau dasar hukumnya, untuk menindak lanjuti amanat Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, UUPA memberikan landasan yuridis bagi penyelenggaraan kebijakan pengelolaan tanah.

Pengelolaan pertanahan bertujuan untuk mewujudkan kepastian hukum dalam hal hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa, termasuk pula dengan

perbuatan–perbuatan hukum yang terkait dengan Sumber Daya Alam itu. Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum atas pengelolaan aset tanah Pemerintah Kota Bandar Lampung, maka dilakukan pengaturan terhadap aset tanah Pemerintah Kota Bandar Lampung di dalam berbagai peraturan perundang-undangan; karena aset tanah Pemerintah Kota secara nota bene merupakan ”barang milik daerah”.

Pengelolaan terhadap ”barang milik negara” telah diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

(3)

hukum yang kuat dan memelihara tanahnya baik batas-batasnya maupun pengelolaan potensi yang ada diatas tanah tersebut agar tidak terlantar.

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk menulis jurnal dengan judul

”Penguasaan Hak Atas Tanah Oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung”.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah Penguasaan Hak Atas Tanah oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung ?

b. Apa saja faktor yang mendukung dan menghambat Penguasaan Hak Atas Tanah oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung baik secara fisik maupun yuridis ?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian dalam jurnal ini adalah :

a. Untuk mengetahui penguasaan hak atas tanah oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung.

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat penguasaan hak atas tanah oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung baik secara fisik maupun yuridis.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Dari tujuan di atas diharapkan kegunaan dari penelitian ini mencakup dua hal, yaitu :

a. Kegunaan Teoretis :

Kegunaan teoretis dari penulisan jurnal ini adalah untuk pemahaman disiplin ilmu yang dimiliki guna dapat mengungkapkan secara objektif dalam bentuk karya ilmiah. Untuk mengetahui gambaran umum tentang penguasaan hak atas tanah oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung serta untuk memahami dan memperluas pengetahuan tentang pertanahan, khususnya mengenai penguasaan tanah aset Pemerintah Kota Bandar Lampung.

(4)

Secara praktis digunakan bagi saya sendiri untuk memenuhi syarat wisuda mendapatkan gelar Strata 1 Hukum dan untuk memperdalam ilmu hukum Administrasi Negara khususnya yang berkaitan dengan penguasaan hak atas tanah oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung baik secara fisik maupun secara yuridis serta penguasaannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk pemerintah Kota Bandar Lampung dan masyarakat luas yang membacanya.

II. METODE PENELITIAN

2.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif yang didukung dengan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara mempelajari, mengkaji peraturan perundang-undangan dan literatur serta bahan-bahan hukum yang berhubungan dengan peraturan yang terkait dengan

Penguasaan Hak Atas Tanah Oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung. Sedangkan penelitian empiris dilakukan dengan cara mengkaji dan memperjelas kajian hukum Penelitian tersebut guna mendapat hasil penelitian yang objektif dan terperinci dengan cara melakukan wawancara dengan nara sumber ditempat lokasi penelitian.

2.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalaui wawancara dengan pihak yang terkait dengan permasalahan yang akan di teliti, yaitu Kepala Kantor Pertanahan Kota Lampung, Sekretaris Daerah serta Kepala Bagian Bidang Aset.

2. Data Sekunder

(5)

a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat mengikat yaitu berupa perundang-undangan yang terdiri dari :

1) Undang-Undang No. 5 Tahun

1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

2) Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah.

3) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. 4) Peraturan Daerah Kota Bandar

Lampung Nomor 08 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer, meliputi :

1) Buku-buku mengenai Pendaftaran Tanah, Aspek Hukum Tanah Aset Daerah, surat kabar, situs internet, buku tentang Metodologi Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah.

2.3Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang di lakukan dengan dua cara yaitu Studi Lapangan dan Studi Pustaka.

2.4 Analisis Data

Analisis data merupakan tahap akhir dari penelitian yaitu menggunakan analisis kualitatif suatu teknik analisis dengan cara mengkaji, membandingkan data sekunder yang didapat dan selanjutnya diuraikan dalam bentuk pernyataan dan aturan kalimat-kalimat secara deskriptif untuk kemudian disusunlah suatu kesimpulan yang dapat memberikan gambaran secara umum dan hasil makalah yang diteliti.

III.HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Keadaan Umum Wilayah Kota Bandar Lampung.

(6)

tanah yang sudah bersertipikat berjumlah 309, tanah aset yang sudah bersertipikat sebanyak 309 ini dipergunakan seperti untuk Gedung Sekolah sebanyak 145 dengan Sertipikat Hak Pakai Seperti Sekolah SDN 1 Sawah Lama Bandar Lampung, Gedung Perkantoran sebanyak 79 Dengan Sertipikat Hak Pakai Seperti Kantor Pemerintah Kota Bandar Lampung, Pasar sebanyak 18 dengan Sertipikat Hak Pengelolaan seperti Pasar Bambu Kuning, Rumah Sakit sebanyak 1 dengan Sertipikat, Puskesmas sebanyak 43, Perumahan sebanyak 13, Taman Kota sebanyak 2, kebun PKK sebanyak 1, Rumah Potong Hewan sebanyak sebanyak 1, Taman Burung sebanyak 1, Kolam Ikan Percontohan sebanyak 2, TPA sebanyak 2, Tanah Kosong sebanyak 1. Sedangkan tanah yag belum bersertipikat sedang dalam proses pembuatan, yang mana pembuatannya terkendala waktu dan biaya. Kendala waktu bisa dari pihak petugas dan dari warga yang bersangkutan itu sendiri.

“Seperti, belum selesainya pembuatan

gambar peta bidang tanah atau belum lengkapnya persyaratan

3.2 Penguasaan Hak Atas Tanah Oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung

3.2.1 Penguasaan Secara Yuridis

Penguasaan dalam arti yuridis adalah penguasaan yang dilandasi hak oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung yang jelas asal usulnya dengan dibuktikan oleh akta-akta yang ada, yang dalam hal ini menjadi Aset Instansi Pemerintah.

Penguasaan tanah aset Pemerintah yang sudah dilengkapi dengan Sertipikat mempunyai kepastian hukum yang dilindungi oleh hukum dan pada umumnya memberi kewenangan kepada pemegang hak dalam hal ini Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk menguasai secara fisik tanah yang dihaki, misalnya Pemerintah Kota Bandar Lampung mempergunakan tanah atau mengambil manfaat dari tanah yang dihaki dengan dilengkapi Sertipikat Hak Pakai. Hak Pakai diatur dalam pasal 41, 42, dan pasal 43 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (selanjutnya disebut UUPA).

(7)

memberi kewenangan untuk menguasai tanah yang dihaki secara fisik, pada kenyataannya penguasaan fisiknya dilakukan oleh pihak lain, misalnya Pemerintah Kota Bandar Lampung yang memiliki tanah tidak mempergunakan tanahnya sendiri akan tetapi dikerjasamakan kepada pihak lain, dalam hal ini secara yuridis tanah tersebut dimiliki oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung akan tetapi secara fisik dikelola oleh pihak lain dalam hal ini pengembang seperti pasar bambu kuning, pasar tengah dan lain-lain.

3.2.2 Penguasaan Secara Fisik

Dalam Pasal 23 ayat (1) Peraturan

Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 08 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan

Barang Milik Daerah, status penggunaan barang milik daerah untuk masing-masing SKPD ditetapkan oleh Walikota.

Tanah aset milik Pemerintah Kota Bandar Lampung sudah dikuasai dengan benar yaitu dengan penguasaan fisik yang digunakan untuk gedung perkantoran dan gedung-gedung lain untuk keperluan

publik seperti sekolah, rumah sakit dan lain-lain.

Bila secara fisik telah dihuni atau dipergunakan atau dikuasai oleh pihak lain harus seijin atau atas persetujuan dari instansi yang bersangkutan dengan hubungan hukum yang jelas. Tanah-tanah dimaksud adalah meliputi tanah-tanah yang telah bersertifikat (terdaftar) dan yang belum bersertipikat (belum terdaftar).

Tanah dan bangunan aset Pemerintah Kota Bandar Lampung dapat disewakan seperti yang terdapat pada pasar intistur yang terletak di Jalan Ikan Hiu Teluk Betung yang dikerjasamakan

dengan pihak ketiga yang mana dari hasil kerjasama tersebut Pemerintah Kota Bandar Lampung mendapat jatah 8 ruko yang dikelola Dinas Pasar untuk disewakan. Hal ini diatur dalam Pasal 42 Kepmendagri No. 152 Tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah :

(8)

b. Pelaksanaan penyewaan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.

Pemerintah Kota Bandar Lampung menyewakan aset tanah nya dengan sistem sewa pertahun dan maksimal lima tahun dikarenakan harga sewa pertahun bisa naik mengikuti harga pasar dan meminimalkan kerugian. Jangka Waktu Sewa Barang Milik Negara/Daerah diatur padaPasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 :

“Jangka waktu penyewaan barang

milik Negara/daerah paling lama lima

tahun dan dapat diperpanjang”.

Tanah milik Pemerintah Kota Bandar Lampung dikerjasamakan dengan pihak ketiga seperti tanah untuk pasar seperti pasar bambu kuning, pasar tengah dan lain-lain. Hal ini diatur dalam Pasal 1 angka 11 PP No. 6 Tahun 2006 menyatakan bahwa :

“Kerjasama Pemanfaatan adalah

pendayagunaan barang milik negara/daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan negara bukan pajak/pendapatan daerah dan sumber

pembiayaan lainnya”.

Kerjasama pemanfaatan barang milik Negara/daerah dilaksanakan berdasarkan Pasal 25 PP No. 6 Tahun 2006 dengan bentuk :

(1) Kerjasama pemanfaatan barang milik Negara/daerah atas tanah dan atau bangunan yang sudah diserahkan oleh pengguna barang kepada

Gubernur/Bupati/Walikota;

(2) Kerjasama pemanfaatan atas sebagian tanah dan atau bangunan yang masih digunakan oleh pengguna barang;

Kerjasama pemanfaatan atas barang milik negara/daerah dilaksanakan, sesuai Pasal 26 (1) PP No. 6 Tahun 2006 karena :

a. Tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBD untuk

memenuhi biaya

operasional/pemeliharaan/perbaik an yang diperlukan terhadap barang milik negara/daerah; b. Mitra kerjasama pemanfaatan

ditetapkan melalui tender dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 peserta ....dst;

(9)

ke rekening kas umum negara/daerah selama jangka waktu pengoperasian dan pembagian hasil keuntungan selama kerja sama;

d. Selama jangka waktu pengoperasian, mitra kerjasama pemanfaatan dilarang menjaminkan atau menggadaikan barang milik negara/daerah yang menjadi objek kerjasama pemanfaatan;

Jangka waktu kerjasama pemanfaatan paling lama 30 tahun sejak perjanjian ditandatangani dan dapat diperpanjang.

3.4 Faktor Yang Mendukung dan Menghambat Penguasaan Hak Atas Tanah Oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung Baik Secara Fisik Maupun Yuridis

Faktor pedukung penguasaan hak atas tanah oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung secara yuridis kelengkapan berkas saat pendaftaran tanah dan lengkapnya Surat Bukti perolehan tanah seperti akta jual beli dan kelengkapan bukti Sertipikat dan alat bukti lainnya berupa akta-akta maupun surat-surat

yang dipunyai oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung dan Badan Pertanahan Nasional Kota Bandar Lampung jika terjadi sengketa yang dibuktikan di Pengadilan.

Faktor pedukung penguasaan hak atas tanah oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung secara fisik adalah setiap tanah yang dimiliki Perorangan atau Badan Instansi dikuasai fisiknya minimal dipagar.

Faktor penghambat penguasaan hak atas tanah oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung secara yuridis adalah ketidakpastian waktu pembuatan Sertipikat yang menjadi hambatan dan pada saat pembuatan Sertipikat syarat-syarat pembuatan belum lengkap yang kemudian harus dilengkapi oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung, adanya berkas bukti kepemilikan tanah yang hilang dan keterbatasan anggaran dalam pembuatan Sertipikat.

(10)

IV.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penguasaan hak atas tanah oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung terbagi 2 yaitu penguasaan secara fisik dan penguasaan secara yuridis. Penguasaan secara fisik dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan menggunakannya dengan dibangun gedung untuk Pemerintahan sedangkan tanah yang belum dimanfaatkan masih kosong dan tidak dipagar dikarenakan tidak adanya anggaran. Penguasaan secara yuridis oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung dibuktikan dengan dimilikinya sertipikat dan kelengkapan akta-akta alas hak atas tanah, tetapi masih terdapat tanah Pemerintah Kota Bandar Lampung yang belum bersertipikat dikarenakan ada yang masih dalam proses dan ada yang dikarenakan kurangnya anggaran.

2. Faktor pendukung penguasaan tanah secara fisik yaitu digunakan untuk gedung Pemerintahan. Faktor pendukung penguasaan tanah secara yuridis yaitu dengan lengkapnya alas hak Sertipikat. Faktor penghambat

secara fisik penguasaan hak atas tanah yaitu tanah tersebut tidak dipagar dikarenakan tidak adanya anggaran. Faktor penghambat secara yuridis yaitu tidak lengkapnya alas hak atas tanah.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Harsono, Boedi, Hukum Agraria

Indonesia, Sejarah

Pembentukan UUPA, Isi dan

Pelaksanaannya, Djambatan,

Jakarta, 2003.

Hanitijo, Ronny, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia

Indonesia, Jakarta, 1988. Hermit, Herman, Cara Memperoleh

Sertifikat Tanah Hak

Milik,Tanah Negara dan

Tanah Pemda, teori dan

Praktek, CV. Mandar Maju,

Bandung, 2004.

Supriadi, Aspek Hukum Tanah Aset

Daerah, PT. Prestasi

(11)

Parlindungan, A.P, Komentar UUPA, Mandar Maju, Bandung, 2008.

Wignjodipuro, Surojo, Pengantar Asas-Asas Hukum Adat, Gunung

Agung, Jakarta, 1982.

B. Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar 1945.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960, tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah.

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pengamanan dan Pengalihan Barang Milik/Kekayaan Negara dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 153 Tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah yang dipisahkan.

Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa selanjutnya Terdakwa jalan terus menuju pangkalan ojek dan sepeda motor Tiger tersebut mengikutinya, saat berhenti di pangkalan ojek Saksi-I (Onisimus

Bahwa Terdakwa pada tanggal 14 Januari 2010 sekira pukul 21.00 Wit menelpon Saksi-II (teman lettingnya) meminta ijin untuk tidak masuk kantor dengan alasan orang tuanya

Hasil pengujian tarik dan impak komposit dengan perendaman NaOH ataupun tanpa perendaman NaOH memperlihatkan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap nilai kekuatan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana praktek sewa- menyewa lahan yang sedang ditanami bibit tebu di Desa Tumpakrejo Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang

Umbuhan di daerah ini kurang begitu lebat, sebagian ditanami pohon jati, setempat- setempat terdapat bekas ladang dan kebun yang ditutupi oleh rumput-rumputan (Ratman,

lebih pada suatu perusahaan dalam satu bulan atau terjadi rentetan PHK yang.. dapat menggambarkan itikad pengusaha untuk mengadakan PHK

1) Collection, yaitu penagihan secara intensif kepada nasabah yang mengalami pembiayaan KPR bermasalah. Bank Tabungan Negara Syariah Surabaya melakukan dengan cara

Pertumbuhan UKM Sidoarjo Unit Industri Tenaga Kerja.. memancing disungai Brantas atau sekedar menikmati pemandangan pohon bakau yang terdapat di sekitar sungai berantas,