• Tidak ada hasil yang ditemukan

Psikologis pendidikan psikologis psikologis psikologis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Psikologis pendidikan psikologis psikologis psikologis"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN ILMU PENDIDIKAN LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : NABILLA KHOIRUNISSA NUR FAJRIAH

NIM : 1701065013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRO. DR. HAMKA

(2)

2. TINDAKAN TEGAS YANG MENDIDIK

Pelanggaran dan kesalahan yang dilakukan peserta didik tidak selayaknya diabaikan atau dibiarkan, melainkan diperhatikan dan ditangani atau diberikan tindakan tegas secara proporsional. Menurut Thomas Amstrong (2003:160) yang perlu dilakukan adalah menyesuaikan tindakan terhadap kondisi yang berbeda dari setiap siswa. Menurut Wens Tanlain dkk. (1996:56) tindakan tegas mendidik dapat berupa teguran dan hukuman. Teguran digunakan untuk mengoreksi tingkah laku yang tidak sesuai dengan perintah atau larangan, yang bertujuan menyadarkan anak didik dari tingkah laku kurang tepat serta akibatnya. Masih menurut Wens Tanlain dkk. (1996:57), hukuman adalah merupakan alat pendidikan istemewa sebab membuat anak didik menderita. Hukuman diberikan pada siswa karena melakukan kesalahan, agar siswa tidak lagi melakukannya.

Pelaksanaan hukuman sebaiknya dihindari. Menurut Davis (1989:65) hukuman dapat menyakitkan secara fisik maupun psikologis. Lebih jauh Hasan Langgulung (1995:44) mengatakan bahwa hukuman jasmani telah dikritik pendidik modern, karena menimbulkan kebencian murid kepada guru. Syaiful Bahri Jamarah (1994:47) menegaskan bahwa hukuman yang tidak mendidik adalah berupa memukuli siswa yang bersalah hingga mengalami luka. Tindakan tidak mendidik ini konsekunsinya, siswa akan memusuhi guru dan prestasi belajar dengan guru yang pernah memukulnya menjadi rendah.

Hal yang sama dengan Wens Tanlain dkk. (1996:57) menyatakan bahwa sebaiknya hindari menggunakan tindakan tegas yang berhubungan dengan badan dan perasaan, karena dapat mengganggu hubungan kasih sayang antara guru (pendidik) dengan siswa.

(3)

Menurut Thomas Amstrong (2003:161) ada beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk menangani perilaku siswa yaitu: (a) bicara kepada siswa, (b) memberikan contoh atau teladan bagi siswa, (c) sediakan konseling pribadi, (d) buat konseling bersama teman-teman sebaya, dan (e) kembangkan kontak pribadi guru dengan siswa.

Kesimpulan, bahwa tindakan tegas terhadap siswa yang melakukan pelanggaran atau kesalahan, perlu dilaksanakan dengan pendekatan yang bermuatan pendidikan agar dapat mendorong si pelanggar untuk menyadari kesalahannya dan memiliki komitmen untuk memperbaiki diri sehingga pelanggaran atau kesalahan itu tidak terulang lagi. Penggunaan tindakan tegas yang mendidik terhadap siswa, akan tetap menyuburkan kasih sayang, dapat menyadarkan siswa akan kesalahannya, mengembangkan hubungan yang harmonis dengan siswa, dan mampu membentuk budi pekerti yang baik pada siswa, serta tetap menghargai dan menghormati guru, sehingga kewibawaan guru tetap terpelihara.

3. PENGUATAN/REWARD

(4)

membina tingkah laku positif siswa. 3. Pemberian Penguatan pada Pembelajaran Pemberian penguatan dalam pembelajaran merupakan salah satu bentuk perhatian guru terhadap siswa. Seorang guru harus mengetahui jenis-jenis penguatan yang akan diberikan kepada siswa agar di dalam proses belajar mengajar siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar, sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar yang nantinya diperoleh siswa. Sardiman (2011:92-5) mengemukakan beberapa bentuk dan cara guru untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah antara lain: 1) Memberi angka, sebagai simbol atau nilai dari hasil kegiatan belajar siswa. 2) Hadiah, merupakan sesuatu yang diberikan kepada orang lain untuk suatu pekerjaan.

3) Pujian, merupakan bentuk penguatan positif dan sekaligus motivasi yang baik. Pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri. 4) Hukuman, sebagai penguatan negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus

memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman. Hukuman dimaksudkan untuk memperlemah atau meniadakan perilaku tertentu dengan cara menggunakan kegiatan yang tidak diinginkan. Bentuk dalam pemberian hukuman dapat meyebabkan motivasi siswa menjadi meningkat. Namun, perlu diingat, bentuk penguatan harus disesuaikan juga dengan tugas atau kerja siswa yang diberikan.

4. Pengertian Reward dan Punishment Reward (hadiah) dalam KBBI adalah pemberian, ganjaran karena memenangkan suatu perlombaan; pemberian dalam bentuk kenang-kenangan,

penghargaan, atau penghormatan; tanda kenang-kenagan mengenai suatu perpisahan; cendera mata. Shoimin (2014:157) menyatakan bahwa “Reward sebagai alat pendidikan diberikan ketika seorang anak melakukan sesuatu yang baik, telah berhasil mencapai sebuah tahap perkembangan tertentu, atau tercapainya sebuah target”. “Hadiah (reward) merupakan suatu cara untuk

(5)

sekolah agar seluruh siswa terdorong untuk melakukan usaha-usaha berkelanjutan dalam rangka pencapaian tujuantujuan pengajaran. Bentuk-bentuk dari hadiah ini bisa berupa pemberian, ganjaran, bentuk kenang-kenangan, penghargaan, cindera mata, atau imbalan. “Punishment (hukuman) adalah salah satu bentuk penguatan negatif yang menjadi alat motivasi jika diberikan secara tepat dan bijak sesuai dengan prinsip-prinsip pemberian hukuman” (Sardiman, 2011:94). Ahmadi (2013:221) berpendapat bahwa “Hukuman (punishment) adalah prosedur yang

dilakukan untuk memperbaiki tingkah laku yang tak diinginkan dalam waktu singkat dan dilakukan dengan bijaksana”. Berdasarkan pengertian-pengertian mengenai punishment

(hukuman) yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa punishment (hukuman) dalam bidang pendidikan adalah salah satu bentuk alat motivasi yang digunakan pendidik untuk

memperbaiki tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang diyakini dengan jalan melemahkan perilaku, dilaksanakan

sesuai dengan prinsip-prinsip pemberian punishment (hukuman) secara tepat dan bijaksana. 5. Bentuk-bentuk Reward dan Punishment Bentuk-bentuk reward (hadiah) yang biasanya diterapkan oleh guru dalam pembelajaran dapat terbagi menjadi beberapa kategori dan bentuk. Kategori-kategori tersebut antara lain: a) Kategori materi seperti mainan, permen, main korsel, dan lain sebagainya yang berbentuk materi. b) Kategori tanda seperti bintang, stiker, sertifikat, dan lain sebagainya yang berbentuk tanda. c) Kategori pujian seperti kata-kata yang memberi semangat dari orang dewasa maupun kata-kata yang baik. d) Kategori internal seperti sesuatu yang didapat dari melakukan sesuatu, dapat dinikmati karena terasa menyenangkan. Bentuk-bentuk punishment (hukuman) yang biasanya diterapkan oleh pendidik dalam pembelajaran dapat terbagi menjadi beberapa bentuk. Adapun bentuk-bentuk dari punishment antara lain: 1 Pemberian stimulus derita, misalnya bentakan, cemoohan, atau ancaman. 2 Pembatalan perlakuan positif, misalnya mengambil kembali suatu mainan atau mencegah anak untuk

(6)

menyuruh berdiri di sudut kelas, dengan tujuan agar tingkah laku nakal itu dapat hilang atau agar siswa lain terhindar dari tingkah lakunya yang nakal.

Sumber :

http://www.konselingindonesia.com/read/66/alat-pendidikan-dalam-proses-pembelajaran.html

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sarolangun berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sarolangun Nomor 04 Tahun 2011 tentang Penetapan Penunjukan Panitia Pengadaan

[r]

Nah, seminar FKMTHI tahun 2005, yang penulis ceritakan diawal, bertujuan agar kajian-kajian Qur’an as living phenomenon ini diakui secara akademis sebagai wilayah kajian

Mereka bekerja pada jam yang sangat panjang, terkadang sampai 15 jam dalam satu hari dan dengan upah yang sangat kecil karena mereka bekerja dengan sistem penghasil produk

Dalam memperoleh kompetensi tersebut, para mahasiswa UNNES wajib mengikuti proses pembentukan kompetensi melalui kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) meliputi

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Teknik Sipil pada Program Sarjana. Teknik Sipil

Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku, Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Kep-156/BL/2009 tanggal 22 Juni