• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIEW JURNAL UNIVERSAL DESAIN BANGUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REVIEW JURNAL UNIVERSAL DESAIN BANGUNAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSAL DESAIN BANGUNAN KOMERSIAL DI SINGAPURA

1.1

Pendahuluan

Fasilitas atau media yang mewadahi aktivitas yang berlaku diruang publik tidak

lepas dari fungsi lingkungan bangunan maupun ruang publik. Tentu hal ini harus

menuntut pada konsekuensi terapan fasilitas bangunan-ruang yang bersifat

universal desain yang dapat digunakan oleh semua orang. Terapan desain universal,

memberi manfaat akan mempermudah semua pengguna fasilitas tanpa terkecuali

sehingga produktivitas pengguna dapat ditingkatkan untuk menghasilkan investasi

apabila suatu saat mengalami degradasi usia maupun fisik.

Penerapan desain Universal tidak diragukan lagi akan menambah dimensi baru

dalam lanskap aksesibilitas dan memiliki besar dalam memengaruhi menuju medan

desain. Desainer dan pemilik bangunan/pengembang memegang kunci untuk

menciptakan lingkungan yang memungkinkan orang-orang dengan berbagai tingkat

kemampuan fisik dan atau kognitif untuk bergerak secara independen sehingga

untuk mengintegrasikan semaksimal mungkin ke dalam kegiatan sehari - hari.

Untuk universal desain ini telah berkembang di negara singapore, dimana pihak

yang berwenang juga menargetkan pada desain yang lebih inovatif dan ramah untuk

meningkatkan kegunaan dan survei untuk semua orang. Kasus ini bangunan dan

konstruksi authority (BCA) untuk menanamkan kesadaran di antara desainer dan

pengembang yang memiliki pengaruh untuk memenuhi berbagai kebutuhan

manusia dan peka untuk memasukkan mereka dalam desain.

Desain universal telah banyak dipraktekkan secara internasional, juga telah

dibahas

di

Singapura.

Kode

aksesibilitas

Barrier

di

bangunan

sudah

dipertimbangkan pada tahun 1990 yang dasarnya mempertimbangkan terhadap

pengguna kursi roda, dan yang berkebutuhan khusus. Dari statistik kependudukan

di Singapore bahwa penduduk yang berusia lanjut dan produktif sangat meningkat,

karena gaya hidup sehat, harapan hidup kini telah meningkat menjadi 83,2%/tahun

dan proporsi penduduk berusia di atas 65 akan meningkat dari 8,4% pada tahun

2005 menjadi 18,7% pada 2030. Tentu melihat hal yang ada, dalam perencanaan

kota serta dalam desain bangunan, pertimbangan khusus harus diterapkan untuk

mengakomodasi kebutuhan masyarakat.

1.2

Prinsip- prinsip Universal Desain

Menurut 7 Prinsip The Center for Universal Design(2006) yaitu :

1. Penggunaan yang Merata

2. Penggunaan yang Fleksibel

3. Sederhana dan Intuitif

4. Informasi yang jelas

5. Toleransi akan kesalahan

6. Meminimalkan usaha

(2)

Desain Universal Lingkungan

Kota Singapura, menempatkan penekanan besar pada perencanaan untuk

memastikan penggunaan yang efisien dari sumber daya yang terbatas. Konsep yang

dipakai

adalah

dalam

implementasi

sebuah

lingkungan

binaan

yang

menggabungkan desain universal dan akan mengubah Singapura menjadi kota

diakses dan user-friendly untuk semua. Adapun 2 hal yang perlu di rencanakan:

1.

Konektivitas

Dalam

perencanaan

dan

desain

perkotaan,

mempertimbangkan

konektivitas. Menyediakan jembatan

penghubung maupun melewati bawah

untuk memungkinkan gerakan yang

aman dan bebas tanpa campur tangan

dari lalu lintas. Fasilitas ini juga harus

dinikmati oleh orang-orang yang

berkebutuhan khusus. Hal ini untuk

mencapai

interkonektivitas

antara

bangunan dan ruang perkotaan.

Gambar 1 Jembatan Penyebrangan Sumber: google.image

2.

Iklim tropis

Dalam desain universal, perlindungan

dari unsur-unsur ini adalah sangat

penting. Untuk outdoor dan di-antara

ruang, perlindungan atap dan drainase

sangat

penting.

langkah-langkah

keamanan seperti penggunaan non-slip

bahan lantai, instalasi pegangan dan

peringatan tanda-tanda akan membantu

mengurangi kemungkinan tergelincir

dan jatuh.

Gambar 2 Pedestrian akses ke kantor

Sumber: google.image

1.3

Penerapan

(3)

1.

Carparks

Parking Lots Acess Lobby

a. Ketentuan & Lokasi

1. Parkir banyak untuk driver penyandang cacat harus terletak di sebelah atau dekat dengan lobi akses carpark.

2. Parkir banyak untuk driver penyandang cacat harus berada di sisi yang sama sebagai lobi akses, sehingga pengguna tidak perlu menyeberang jalan untuk mencapai lobi akses.

b.Signages

1. tanda-tanda Auto menunjukkan jumlah dan dilantai berapa saja dari tersedia banyak diakses harus disediakan.

2. Jelas signage harus disediakan untuk menunjukkan lokasi parkir diakses. c. Kelandai Pnggir Jalan

1. Dimana kenaikan vertikal lebih besar dari 150 mm, ramp harus disediakan.

2. Curb jalan harus minimal 900 mm lebar untuk memungkinkan kemudahan gerakan kursi roda.

Ketentuan Umum & Access

1. Lobi akses harus disediakan di setiap lantai carpark.

2. Akses jalur dari carpark ke lobi akses harus tingkat. Jika hal ini tidak mungkin, suatu jalan trotoar harus disediakan.

3. Signage jelas terlihat dari semua bagian dari parkir mobil akan sangat membantu untuk orientasi.

4. Otomatis pintu untuk memudahkan akses bagi yang berkebutuhan khusus.

b. Tindakan keselamatan

1. Pencahayaan yang memadai adalah yang paling diinginkan untuk daerah sekitar lobi. 2. Ketika tidak ada perubahan dalam tingkat

ke lobi akses, trotoar dengan jarak minimum yang jelas dari 900 mm akan diperlukan untuk membatasi zona pejalan kaki.

3. Penyediaan the bollards sebagai chaining akan menghambat lalu lintas manusia. c. Mesin

1. mesin top-up harus terletak di samping pintu masuk lobi akses dan harus dari ketinggian kursi roda nyaman.

(4)

2.

Entrances

Drop-off Zones Lobby

1) Tempat parkir di pinggir jalan zona drop-off yang ditunjuk, hrus dengan landasan dan pncahayaan yg jlas

2) Penyangga antara pintu masuk gedung dan zona drop-off mobil harus memiliki lebar minimum 2.500 mm dan dilengkapi dengan tempat duduk dan guard rail.

3) Zona drop-off, zona penyangga dan pintu masuk harus berada pada tingkat yang sama untuk memudahkan pergerakan yang mudah. Sebuah jalan trotoar harus

disediakan ketika ada perubahan di tingkat. 4) Lapisan lantai non-slip harus digunakan di

seluruh area.

5) drainase yang baik harus ada untuk mencegah genangan.

6) Signage harus disediakan untuk dibangunan dari jauh, papan keliatan mendekati pintu masuk

1. Setidaknya salah satu pintu masuk harus otomatis mudah akses ke gedung.

2. Hubungan visual antara bagian dalam dan luar sangat dianjurkan terliat dari pintu masuk

3. Perubahan tingkat di pintu masuk harus dihindari.

4. Tactile indicator harus disediakan, dari pintu masuk hingga dalam gedung

5. Sebuah direktori bangunan harus ditampilkan dengan jelas di pintu masuk lobi dan terlihat jelas saat masuk.

6. Petunjuk arah dan peta Braille yang menunjukkan tata letak bangunan seharusnya dimasukkan ke dalam direktori bangunan.

7. signage yang jelas harus diberikan agar pengguna langsung dapat mengakses rute.

Sumber: Universal Design Guidelines (Commercial Buildings,2006)

3.

Horinzontal Circulation

Corridors/general Corridors/orientation Seatings

1. Koridor harus memiliki lebar minimum 1800 mm. Ini untuk memungkinkan baik untuk orang yang

dibantu kursi roda untuk

1. Poin referensi harus disediakan untuk membantu pengguna dalam orientasi. 2. Atriums, pandangan

eksternal dan elemen

1. Tempat duduk harus disediakan di lobi, atrium, di sepanjang koridor atau di area yang ditunjuk.

(5)

dilewati. Koridor lebar harus disesuaikan secara proporsional dengan volume lalu lintas yang diproyeksikan.

2. Koridor harus memiliki lantai non-slip. Warna dan / atau tekstur bisa digunakan untuk membantu orientasi. 3. Seharusnya tidak ada

bagian spot yg menonjol di sepanjang koridor. 4. Pencahayaan yang

memadai itu penting. 5. Handrails and/or trailing

bars harus disediakan bila

memungkinkan,setidakn ya di satu sisi koridor. 6. Signage dengan braille yang sesuai trailing bar harus disediakan untuk menunjukkan lokasi fasilitas.

fokal seperti pahatan dan fitur arsitektur adalah perangkat yang efektif.

sering berada di interval 30,0 m.

3. Jumlah kursi yang harus disediakan harus ditentukan menurut penggunaan.

4. Area duduk yang ditunjuk harus mudah diakses dan visual terkait dengan jalur sirkulasi utama.

5. Untuk alasan keamanan, tempat duduk harus diletakkan jauh dari batas railing.

6. Kursi dengan sandaran tangan untuk membantu orang lanjut usia bangun tidur seharusnya

disediakan.

Sumber: Universal Design Guidelines (Commercial Buildings,2006)

4.

Vertikal Circulation

Staircases/treads and rides Staircases/Escape Ramp

1. Lebar tangga adalh lebar minimum 1200 mm dan harus disesuaikan dengan arus lalu lintas yang diharapkan. 2. Setelah maksimal 16

anak tangga diperlukan pendaratan menengah disediakan.

3. Pendaratan lantai harus memiliki tingkat

platform dengan lebar yang sama dengan itu dari tangga.

4. Tangga lebar lebih lebar

1. Pengguna kursi roda membutuhkan ruang yang jernih di lantai tangga tangga landasan sebagai tempat perlindungan bagi mereka untuk tetap terlindungi sambil menunggu bantuan. 2. Tangga evakuasi harus

dinyalakan secara

memadai melalui kekuatan darurat pasokan selama keadaan darurat.

3. Perangkat komunikasi mis. telepon atau interkom

1. Ramp harus memiliki tingkat pendaratan yang sesuai arah

(6)

dari 2300 mm harus dipisahkan oleh pegangan ke segmen antara 1100 mm dan 1800 mm.

5. Pelindung pagar yang dapat dideteksi atau penghalang permanen lainnya seharusnya disediakan dimana headroom kurang dari 2000 mm. Seperti itu elemen harus setinggi maksimal 580 mm sehingga mereka dapat dideteksi oleh tunanetra.

seharusnya disediakan pada setiap lantai untuk memudahkan komunikasi bantuan.

Sumber: Universal Design Guidelines (Commercial Buildings,2006)

5.

Mechanical Sirkulasi

Lift Lobby lifts/lift cars escalators

1. Harus berada di dekat pintu masuk gedung atau

eskalator dan harus dibuat dapat diakses tanpa perubahan tingkat dari jalan masuk.

2. Harus melayani semua tingkatan. 3. Semua lift harus

dibuat diakses oleh pengguna kursi roda dengan memiliki lebar pintu minimal yang jelas 900 mm. 4. Lobi lift harus

memiliki ruang lantai yang jelas

1. Ukuran minimum harus lebar 1200 mm pada kedalaman 1.400 mm.

2. Grab bars harus ditempatkan pada ketinggian 900 mm dari lantai dan tetap di kedua sisi dan di bagian belakang. Ini untuk memberikan dukungan untuk penumpang tua

3. Semua interior harus dilengkapi dengan setidaknya satu cermin. Dalam lift yang ramai, cermin memungkinkan orang yang terikat kursi roda untuk melihat pantulan lift tampilan lokasi, tanpa harus berbalik.

4. Sistem tampilan informasi visual harus sesuai kontras warna lebih mudah bagi orang-orang tuna

1. Lebar eskalator yang akan ditentukan menurut volume pengunjung. 2. Railing (Pegangan)

harus berada pada ketinggian 900 mm dan kedua sisinya dari eskalator 3. Langkah-langkah

eskalator harus dibedakan secara jelas dengan tanda-tanda warna kontras 4. Tambahan pembatas

yang ditarik dari pegangan eskalator seharusnya

(7)

minimal 900 mm x 1200 mm tanpa hambatan, untuk memungkinkan akses oleh pengguna kursi roda.

5. Tombol panggilan harus ditempatkan pada ketinggian antara 900 mm dan 1200 mm untuk mengakomodasi orang dengan kemampuan berbeda.

6. Indikator Tactile harus disediakan di lantai menuju ke arah lift

7. Indikasi lantai Braille harus disediakan di kedua sisi kusen pintu gerbang lift di semua lantai dan diletakkan di 1500 mm di atas lantai. Semua pintu harus memiliki panel visual pada tingkat mata tidak kurang dari 500 cm2.

netra untuk membaca.

5. Indikator tanda Braille dan taktil harus disediakan dan

ditempatkan pada tombol kontrol lift. Tanda tersebut tidak boleh ditempatkan di bawah tombol panggil dan kontrol.

6. Tanda taktil harus minimal dimensi 15 mm sampai 20 mm tinggi dan harus dinaikkan minimal 1 mm dan memiliki latar belakang warna yang kontras. Braille harus dalam bahasa angka atau simbol

7. Tombol kontrol di dalam lift harus ditempatkan pada ketinggian antara 900 mm dan 1200 mm dari lantai dan dapat ditempatkan secara vertikal atau horizontal atau vertikal dan horizontal.

meningkatkan daerah penyangga di daerah ramai.

5. Peringatan visual dan taktil harus diberikan pada pendaratan menunjukkan adanya eskalator. Tanda yang jelas harus diberikan untuk menunjukkan arah gerakan eskalator

Sumber: Universal Design Guidelines (Commercial Buildings,2006)

6.

Fasilitas

Information counters

Nursing rooms Toilet Playground

a. Pusat Informasi

lokasinya hrus menonjol pada akses pintu masuk maupun koridor. b. Counter informasi

menyediakan pengguna

informasi penting dan layanan

a. Penyediaan tempat pergantian popok tingginya 755 mm dari lantai.

b. Area keperawatan yang terpisah dengan partisi harus tersedia kepada ibu untuk melindungi privasi mereka.

a.Penyediaan toilet dibutuhkan di setiap tingkat bangunan dan bangunan tersebut harus menyediakan toilet yang terpisah antara wanita,pria dan disbilitas

b.Tanda di pintu masuk kamar kecil harus terlihat jelas dan jelas

a. Peralatan bermain outdoor atau indoor untuk anak-anak dari berbagai umur harus disediakan

(8)

pelanggan yang dibutuhkan Oleh karena itu penting untuk memastikan visibilitas dan aksesibilitas untuk semua pengguna c. Antrian daerah

seharusnya tidak mempengaruhi sirkulasi termasuk lebar yang jelas koridor yang berdekatan

d. Signage harus jelas dan kontras warnanya. e. Bagian informasi

juga menyediakan pinjaman kursi roda

c. Tempat duduk yang nyaman, sebaiknya tipe kursi berlengan disediakan untuk kenyamanan para ibu.

c.Signage juga harus memiliki warna yang kontras.

d.Semua koridor yang mengarah ke toilet dengan kursi roda seharusnya ada jarak putar yang memadai untuk akses kursi roda. e.Tata letak pintu masuk, sedapat mungkin, harus didesain tanpa memiliki pintu dan tetap melindungi privasi pengguna.

f. Pencahayaan yang

memadai harus disediakan. g.Semua toilet harus

memiliki lantai tanpa slip. h.Nomor telepon darurat

harus diletakkan di tempat yang ditentukan daerah di dalam toilet

i. Di dalam toilet, koridor mengarah ke kursi roda-ramah kompartemen harus memiliki lebar yang

memadai minimal 1200 mm.

b. Peralatan bermain harus terbuat dari bahan yang tidak beracun dan memiliki ujung yang tajam untuk memastikan keamanan anak. c. Kursi yang disediakan

harus banyak di dekat peralatan bermain untuk orang tua mengawasi anak-anak mereka

d. Semua platform harus dilengkapi dengan pegangan tangan atau pegangan untuk anak-anak untuk ambil dan naik dengan aman. e. Harus ada cukup

ruang pada platform untuk pengguna kursi roda

Sumber: Universal Design Guidelines (Commercial Buildings,2006)

7.

Retail dan Food & Bevarage

Retail Food and Beverage

1. Rute yang mudah dijangkau adalah 1200 mm untuk memungkinkan kedua kursi roda pengguna dan orang yang lewat untuk lewat.

2. Seharusnya tidak ada lorong buntu. Menghidupkan poin di akhir Jalur harus cukup lebar agar kursi roda bisa berputar. 3. Rak harus tinggi penuh dan barang yang

sama harus ditempatkan berulang kali

1. Minimal menyediakan meja harus dapat diakses dengan kursi roda.

2. Tempat duduk bayi cukup harus disediakan

3. Jalur sirkulasi yang jelas minimal 1200 mm harus disediakan depan area penjual 4. Jarak antara meja dan stools harus paling

(9)

pada tingkat yang dapat dicapai Atau menyediakn tombol panggil harus disediakan untuk meminta bantuan. 4. Ketinggian counter servis harus 850 mm.

Bidang pandang harus sedemikian rupa sehingga semua barang terlihat dari posisi mata tingkat pengguna kursi roda.

5. Signage terhadap produk harus jelas dan warnanya kontras.

6. Pencahayaan yang memadai harus disediakan.

pergerakan penguna kursi roda.

5. Raised platforms yang ditingkatkan harus dapat diakses.

Sumber: Universal Design Guidelines (Commercial Buildings,2006)

Kesimpulan

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Building and Construction Authority. (2002). Code on Barrier-Free Accessibility In

Buildings.Singapore.

Copyright (2006 ) The Centre for Universal Design, NC State University Raleigh, North

Carolina, USA

Driskell, David, ed. (1993). Design Guide: Universal Access to Outdoor Recreation,

PLAE, Inc., Berkeley, California, USA.

)nternational Union of Architects & Federation of Architects’ Colleges of the M

exican

Republic.(2005). Towards

A Universal Accessibility : Recommendations for the

Development of Public Policies, Spain.

Levine, Danise, ed.(2003). The NYC Guidebook to Accessibility and Universal Design,

IDeA Publications, Buffalo, New York, USA.

Masruroh, F. (2015). Kajian Prinsip Universal Design Yang Mengakomodasi Aksesbilitas

Difabel (Studi Kasus Taman Menteng).

Seminar Nasional Sains Dan Teknologi

,

(November), 1

11. Retrieved from jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek.

National Environment Agency & Restroom Association. (2002).A Guide to Better Public

Toilet Design & Maintenance, Singapore.

Singapore Civil Defence Force. (2002). Code of Practice for Fire Precautions in Building,

Singapore.

The Department of Architecture School of Design Environment National University of

Singapore. (2006).

Universal Design Guidelines (Commercial Buildings)

. Singapore.

Yusita, K. & T. N. P. 200 . Konsep Desain Kamar Mandi Bertema Accessible Restroom

Gambar

Gambar 2  Pedestrian akses ke kantor Sumber: google.image

Referensi

Dokumen terkait

Dari grafik pada Gambar 4.6 terlihat bahwa antara evaluasi secara cross- validation dan evaluasi dengan menggunakan data testing pada keseluruhan data training memberikan hasil

NO STRATEGIS SASARAN RISIKO KEMUNGKINAN RISIKO TERJADI DAMPAK RISIKO TINGKAT RISIKO WARNA MITIGASI RISIKO RENCANAN PENANGGUNG JAWAB untuk pelayanan divisi paru

Surat Pernyataan yang dibuat sendiri oleh yang bersangkutan di atas kertas bermaterai cukup (Rp. 6.000), bahwa bersedia untuk tidak merangkap sebagai Pejabat Negara

Praktik Akuntan Publik adalah pemberian jasa profesional kepada klien yang dilakukan oleh anggota IAI-KAP yang dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa

Kebijakan yang diperlukan untuk percepatan investasi adalah : (a) Penciptaan iklim investasi yang makin kondusif seperti pemberian kemudahan dalam proses perijinan, pembebasan

Mengingat usaha pertanian menuntut dipenuhinya berbagai persyaratan operasional teknis, agar diperoleh efisiensi produksi yang tinggi, mutu produk yang baik, keuntungan yang

Kasminta nalika wis rumangsa gedhe dheweke mberot metu saka kaluwargane Sali. Dheweke kepengin metu saka kono amarga kepengin golek hawa kamardikan. Kasminta ora gelem

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh terhadap produksi padi pada sistem tanam legowo di Kelurahan Dusun Besar