• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIEW BUKU STUDI KASUS HUKUM ORGANISASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REVIEW BUKU STUDI KASUS HUKUM ORGANISASI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional (Edisi: II)

Fira Saputri Yanuari

firasaputriyanuari@unnes.students.co.id

DATA BUKU, terdiri dari:

Nama/Judul Buku : Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional (Edisi: II) Penulis/Pengarang : Prof. Dr. Sumaryo Suryo

Penerbit : P.T. Alumni Tahun Terbit : 2012 Kota Penerbit : Bandung

Bahasa Buku : Bahasa Indonesia Jumlah Halaman : 320 halaman

ISBN Buku : 979-414-494-0

DISKUSI/ PEMBAHASAN RIVIEW

Organisasi Internasional yaitu suatu persekutuan negara-negara yang dibentuk dengan persetujuan antara

para anggotanya dan

mempunyai suatu sistem yang ditetap atau perangkat badan-badan yang tugasnya adalah untuk mencapai tujuan kepentingan bersama dengan cara mengadakan kerjasama

antara para

anggotanya. Organisasi yang dibentuk melalui suatu perjanjian atau instrumen lainnya oleh sedikitnya tiga negara atau lebih sebagai pihak merupakan sebagai satu kesatuan yang secara hukum dibedakan dengan kesatuan lainnya dan terdiri dari satu atau beberapa badan.

Menyadari besarnya

(2)

Organisasi Internasional dalam arti yang luas pada hakikatnya meliputi tidak saja organisasi publik (Public International Organization) tetapi juga organisasi internasional privat (Privat International Organization). Organisasi internasional semacam itu meliputi juga organisasi regional dan organisasi sub-regional. Ada pula organisasi yang bersifat universal (Organization of universal character).

Namun pada saat ini pengertian organisasi internasional pun tidak hanya meliputi organisasi yang dibentuk oleh pemerintah-pemerintah (inter-govermental) tapi juga yang bersifat privat (non-State actors). Misal, ICRC atau Palang Merah Internasional yang telah berhasil membidani Konvensi-konvensi Jenewa berikut protocol tambahannya yang merupakan tulang punggung bagi hukum humaniter internasional modern.

Hubungan organisasi antar pemerintah dan organisasi nonpemerintahantersebut, oleh Maryan Green dinyatakan sebagai berikut:

The Economic and Social Council of the United Nations, most of the specialized agencies of the United Nations, and the Consultative Assembly of the Council of Europe have established procedures for according certain non-govermental organizations ‘consultative status’. As well as providing the organizations a privileged status so far concern their participations in the activities of the governmental organizations, including the faculty of receiving information, where this is not classified, and to make known there is not classified, and to make know their views concerning questions falling within their, recognized sphere of competence.” 1

Seperti yang telah disebutkan oleh Penulis dalam berbagai kesempatan buku ini dibuat bukan saja untuk mengamati studi kasus masalah-masalah yang menyangkut masalah yang menyangkut fungsi, tugas dan kegiatan badan-badan utama PBB seperti Majelis Umum PBB dan Dewan Keamanan PBB termasuk juga peran Sekertaris Jenderal PBB dalam usaha-usaha pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional khususnya mandat Dewan Keamanan yang diberikan kepadanya untuk membentuk operasi-operasi perdamaian PBB.

Selain itu juga mengenai masalah lainnya seperti dikeluarkannya Yugoslavia dari keanggotaan PBB, suksesi negara dalam kaitannya dengan terpecah-pecahnya negara-negara seperti Yugoslavia dan bekas Uni Soviet dalam beberapa negara yang membentuk subjek hukum internasional yang baru dan juga tentang pengakuan negara-negara baru lainnya.

(3)

sesuatu negara atas dasar Pasal 51 Piagam PBB dan kemungkinan diterimanya Jepang dan Jerman sebagai anggota tetap Dewan Keamanan juga dibahas dalam buku ini. Kecuali organisasi internasional seperti PBB juga dibicarakan Aspek Hukum Internasional dan Regional ASEAN khususnya Pembentukan Wilayah Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA).

Perbedaan antara Edisi 2 dengan edisi terdahulu yaitu penambahan pada Bab VII yang berjudul “Aspek Hukum Internasional dan Regional ASEAN sehubungan dengan AFTA” terutama mengenai pengajuan kerangka waktu berlakunya AFTA dari tahun 2008 menjadi 2003 serta dampaknya bagi masuknya negara-negara baru ASEAN seperi Vietnam, Laos, dan Myanmar.

Ditambahkan pula dua Bab baru yaitu Bab XIII dan XIV masing-masing mengenai: “Penyelesaian Sengketa Internasional secara Damai” dan “Hak penentuan Nasib Sendiri Sesuatu Bangsa dalam Kerangka Fungsi Hukum di dalam Hubungan Antar Negara” yang disertai dengan lampiran resolusi-resolusi Majelis Umum PBB yang sangat relevan menyangkut secara langsung terhadap hak penentuan nasib sendiri bagi sesuatu bangsa da wilayah yang belum memperoleh pemerintah sendiri.

Dalam BAB I membahas mengenai masalah kursi bekas Uni Soviet dalam DK-PBB dimana membahas berisi negara mana yang akan menggantikannya sebagai anggota DK-PBB setelah Uni Soviet dibubarkan. Walaupun memang kenyataanya Uni Soviet berganti nama menjadi Rusia, namun dalam pasal 23 Piagam PBB sampai sekarang belum diadakan perubahan. Anggota DK-PBB di dalam pasal tersebut tertulis 10 negara, tidak termasuk Rusia melainkan Uni Soviet termasuk di dalamnya.

Selama PBB berdiri DK-PBB sudah mengenakan sanksi kepada 3 negara anggotanya, diantaranya yaitu Iraq, Lybia, Yugoslavia yang dibahas dalam BAB II buku ini. Penjatuhan sanksi kepada negara tersebut terjadi di tahun 90’an, dalam buku ini tidak membahas mengenai sanksi terbaru yang diberikan DKK-PBB. Sanksi terbaru yang diajtuhkan DKK-PBB diberikan kepada individu ataupun kelompok maupun organisasi di Korea Utara yang dikenai larangan perjalanan dan pembekuan aset global.

Dalam BAB II, III, dan VI membahas sub tema yang sama yaitu mengenai sanksi PBB. Menurut analisis saya, seaharusnya ketiga bab tersebut dijadikan satu saja agar pembahasannya langsung saling berkorelasi dan tidak terpisah-pisah. Dasar teoritis dari BAB II terdapat pada BAB VI, yang menurut saya terbalik penyusunan letak BAB nya. Kaena menurut saya alangkah lebih baiknya jika diberikan dasar teoritis terlebih dahulu baru kemudian contoh penerapannya.

(4)

secara eksplisit (eksplisite political responsibi;ity) harus lebih aktif lagi dalam memberikan observasi terhadap maslah-masalah yang menurut pendapat memang bermaslah. Perlu dibina naggota-anggota tidak tetap DK yang mayoritas hamper terdiri dari negara-negara anggota Non Blok.

Dalam BAB V dan BAB XI mengenai organisasi internasional baik mengenai baik mengenai subjek hukum internasional dan pengakuan maupun prinsip-prinsip dari hukum internasional. Terdapat beberapa sub bab di BAB V diantarnya: pengertian organisasi inernasional, pembentukan organisasi internasional, personalitas hukum organisasi internasional, personalitas hukum dalam kaitannya dengan hukum nasional, personalitas hukum dalam kaitannya dengan hukum internasional, dan organisasi internasional dan pengakuan. Serta prinsip-prinsip hukum organisasi internasional.

Dibahas juga mengenai aspek hukum internasional dan regional asean sehubungan dengan AFTA. Organisasi internasional sendiri dapat diakui statusnya sebagai hukum internasional diperlukan tiga syarat: adanya persetujuan internasional, harus ada badan-badannya dan pembentukannya harus dibawah hukum internasional. Walaupun ASEAN tidak mempunyai instrument pokok (constituent instrument) yang mengatur tersendiri tentang keanggotaanya, tetapi di dalam Deklarasi Bangkok 1967 disebutkan bahwa persekutuan tersebut terbuka keanggotaannya bagi negara-negara di wilayah Asia Tenggara. Disini juga disebutkan secara mendetail mengenai Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA). Seperti pembahasan mengenai peningkatan perdagangan antar negara ASEAN. Hal semacam ini yang kemudian mengakibatkan perluasan yang demikian cepatnya di bidang pertumbuhan ekonomi di wilayah Asia Tenggara termasuk pula pelaksanaan skema perdagangan bebas dalam rangka AFTA.

Di halaman 112-116 membicarakan tentang masalah hak bela diri atau pembalasan. Hak bela diri ini pernah dipakai oleh beberapa negara seperti: Amerika Serikat, Mesir, dan Yemen. Hak bela diri sendiri diatur dalam Pasal 51 Piagam PBB yaitu: “Tidak ada suatu ketentuan di dalam Piagam yang boleh menghalangi hak individual atau bersama untuk membela diri jika sesuatu serangan senjata terjadi pada sesuatu negara anggota PBB, sampai Dewan Keamanan PBB mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Tindakan-tindakan yang diambil oleh anggota dalam rangka menggunakan hak bela diri ini haruslah segera dilaporkan kepada Dewan Keamanan dan dengan cara apapun tidak dapat mempengaruhi wewenang dan tanggung jawab Dewan Keamanan menurut Piagam untuk pada setiap waktu mengambil tindakan semacam itu jika dipandang perlu untuk memelihara atau memulihkan perdamaian dan keamanan internasional”.

(5)

Bab VI Pasal 34 dan 37 (2) dimana Dewan Keamanan dapat melakukan penyelidikan pada setiap pertikaian atau keadaan apapun yang dapat menjurus pada pertentangan internasioanl atau menimbulkan suatu pertikaian dan menentukan situasi semacam itu akan berkelanjutan dan dapat mengancam pedamaian dan keamanan internasional, sehingga dengan demikian Dewan Keamanan dapat menetapkan apakah akan diambil tindakan menurut Pasal 36 Piagam ataukah akan menganjurkan cara-cara penyelesaian yang dianggap layak.

Menganai rekrontruksi Dewan Keamanan PBB, disini dibahas bahwa keanggotaan nya akan diperluas dari 15 menjadi 21 termasuk diterimanya Jepang dan Jerman sebagai AT (baik dengan hak veto maupun tidak). Pengambilan keputusan Dewan Keamanan juga akan berubah dari 9 menjadi 13 suara alternatif (5 AT + 2 AT yang baru dan 6 TT) dengan menggunakan ratio perbandingan keanggotaan dengan suara alternatif antara 60-63,6 %. Tahun 1945, 11 : 7 (63,6 %). Tahun 1965 15 : 9 (60 %) dan usulan 21 : 13 (62%)

Untuk mencegah penggunaan kekerasan oleh negara dalam suatu sengketa dengan negara lain perlu ditempuh suatu penyelesaian secara damai.Usaha ini mutlak diperlukan sebelum persengketaan itu mengarah pada suatu pelanggaran terhadap perdamaian. Dalam Piagam PBB sendiri memberikan kewajiban kepada negara anggotanya dan bahkan kepada negara-negara lainnya yang bukan anggota PBB untuk menyelesaikan setiap persengketaan internasional secara damai sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan perdamaian dan keamanan internasional serta keadilan.

Kesimpulan pokok bahasan tersebut dalam buku ini yaitu tindakan DK haruslah didasarkan atas prinsip-prinsip keadilan dan hukum internasional sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1 ayat 1 Piagam. Atas dasar prinsip-prinsip dan tujuan tersebut, DK juga mempunyai kewajiban untuk tetap menghormati persamaan kedaulatan suatu negara, hak untuk menentukan kemerdekaan politiknya serta hak untuk mempertahankan keutuhan wilayahnya. Dengan demikian pelaksanaan sanksi militer yang dilancarkan terhadap sesuatu negara bagaimanapun juga tidak boleh menimbulkan pemisahan-pemisahan yang berpengaruh terhadap keutuhan wilayah negara tersebut.

PBB tidak dibenarkan untuk mengadakan campur tangan urusan dalam negeri sesuatu negara sebagaimana tersebut dalam Pasal 2 ayat 7 Piagam, kecuali jika hal itu dilakukan dalam rangka pelaksanaan tindakan pemaksaan (enforcement measures) tersebut dalam Bab VII Piagam.

(6)

for in Article 73e of the Charter of the United Nations, dan Declaration of Principles of International Law Concerning Friendly Relations and Co-operation among States in Accordance with the Charter of the United Nations.

Kasus-kasus hukum organisasi internasional tidak akan berhenti sampai dengan buku ini. Pembahasan studi kasus dalam buku ini masih dapat dijadikan sebagai sebuah bahan bacaan dan sebuah wawasan bagi pembaca karena ada beberapa yang masih sesuai dengan perkembangan zaman. Diberikannya contoh kasus secara konkret tidak hanya teori belaka memberikan nuansa pemahaman bagi pembaca untuk terus memperdalam dan menggali lebih dalam tentang hukum internasional itu sendiri.

Kekurangan pada buku ini yaitu masih tidak beraturan penyusunan bab nya, sehingga pembaca kurang runtut dalam penafsirannya. Seperti misalnya tentang teori pelaksanaan sanksi Dewan Keamanan menurut ketentuan Piagam PBB disajikan pada BAB VI, kemudian contoh konkretnya ada pada BAB II mengenai penerapan sanksi DKK PBB di negara Iraq, Lybia, dan Yugoslavia. Seharusnya diberikan teori dulu baru contoh konkretnya. Selain itu dari sisi kualitas pengeleman buku lumayan rendah, dikarenakan buku ini lembarnya mudah lepas jika tidak dibuka dengan hati-hati. Pemilihan kata dan gaya bahasanya yang tidak sesuai dengan kamus besar bahasa Indonesia dan EYD karena masih banyak menggunakan kata-kata yang sudah tidak sesuai digunakan dalam menyusun kalimat.

Referensi

Dokumen terkait

khusus di SMP Negeri 2 Candi mengikuti struktur kurikulum SMP/MTs reguler atau pada umumnya, tanpa ada program tambahan khusus dan juga tanpa ada perbedaan jumlah

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif diterima, yang berarti terdapat perbedaan signifikan antara kinerja portofolio optimal saham syariah Indonesia dan

Rafatullahb And Hong-Chen Lee, Anaerobic Acidogenesis Biodegradation Of Palm Oil Mill Effluent Using Suspended Closed Anaerobic Bioreactor(Scabr) At Mesophilic Temperature,

Develop a conceptual model by giving the Develop a conceptual model by giving the Develop a conceptual model by giving the Develop a conceptual model by giving the detailed

Belajar dari alasan tersebut, maka sebaiknya dilakukan sebuah inovasi pada media audio agar siswa tidak mudah merasa bosan dan kemudian cenderung melupakan materi pelajaran

Berbagai tayangan televisi ritual-religius selama Ramadhan yang dikemas dalam beragam program acara terjebak dalam pemahaman Islam yang simbolis-verbalis (dalam Surya

Dalam penelitian ini sampel yang akan diambil adalah seluruh petani karet yang ada di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba yang berjumlah 29

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa terhadap pemanfaatan video sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran TIK. Penggunaan media