• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN KUALITATIF dalam bidan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HASIL PENELITIAN KUALITATIF dalam bidan "

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS

PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF

EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BERAS DAN

GABAH

DI KECAMATAN WERU KABUPATEN SUKOHARJO

Oleh : Kelompok 10

Resita Ika Nurfatma H0810096

Restie Novitaningrum H0810097

Retno Asih Mulyo B H0810098

Rofi Amalia H0810103

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan yang sangat penting dari keseluruhan perekonomian nasional, sebab Indonesia mempunyai struktur yang disebut dengan perekonomian agraris dimana sebagian penduduknya bekerja di sektor pertanian. Sektor pertaniannya sangat berkembang pesat, hal ini didukung karena kekayaan sumber daya yang sangat banyak. Sektor pertanian khususnya pertanian pangan (komoditas padi) ialah sektor yang sangat strategis dan potensial untuk dijadikan sebagai sektor andalan (leading sector) dalam pembangunan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang. Alasannya, komoditas padi selain sebagai makanan pokok juga sebagai sumber penghasilan bagi sebagian besar penduduk Indonesia, baik sebagai petani produsen maupun sebagai buruh tani. Sebagai sektor yang sangat penting, komoditas padi masih menghadapi berbagai permasalahan, khususnya yang berkaitan dengan kesejahteraan petani produsen. Salah satu persoalan pemasaran komoditas padi yang nantinya berupa beras yaitu rendahnya harga jual di tingkat petani produsen.

(3)

pihak lain. Tujuan pemasaran pemasaran adalah memahami pelanggan dengan baik sehingga produk yang di tawarkan cocok untuk di jual. Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komodite dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau badan usaha lainnya

Pemasaran adalah bekerja dengan pasar untuk melakukan pertukaran memenuhi kebutuhan orang-orang. Manfaat pemasaran adalah memaksimalkan konsumsi, memaksimalkan kepuasan konsumen, memaksimalkan kepuasan konsumen, memaksimalkan kualitas hidup. Manfaat pemasaran adalah kegunaan bentuk, kegunaan tempat, kegunaan waktu,dan kegunaan informasi

B. Rumusan Masalah

Berikut beberapa permasalahan yang dapat dikaji :

1. Bagaimana saluran pemasaran gabah di Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo?

2. Apa saja permasalahan yang timbul dalam pemasaran gabah di Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo?

3. Bagaimana cara mengatasi permasalahan yang timbul

1. Untuk mengetahui saluran pemasaran gabah di Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo.

(4)

2. Untuk mengetahui permasalahan yang timbul dalam pemasaran gabah di Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo.

3. Untuk mengetahui cara mengatasi permasalahan yang timbul didalam pemasaran gabah di Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo.

(5)

II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori

Pasar merupakan himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai kebutuhan atau keinginan yang ingin terlibat dalam pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan (Kotler, 1997).

Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi. Hal ini untuk mengatasi kesenjangan waktu,tempat,dan kepemilikan Lembaga pemasaran melaukan fungsi-fungsi pemasaran. Baik fungsi pertukaran, fungsi fisik maupun fungsi kualitas Berdasarkan sifat dan strukturnya pasar dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu pasar persaingan sempurna, pasar monopolistik, pasar oligopolistik, pasar monopoli (Limbong dan Sitorus, 1987).

Menurut Dahl dan Hammond (1977) Perilaku pasar menunjukkan tingkah laku lembaga-lembaga pemasaran. Perilaku pasar dilihat dari pembentukan harga, stabilisasi pasar, serta ada tidaknya praktek jujur dari lembaga tersebut Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai didalam pasar. Pemasaran hubungan adalah praktik membangun hubungan jangka panjang yang memuaskan dengan pihak-pihak kunci (pelanggan, pemasok, penyalur) guna mempertahankan preferensi dan bisnis jangka panjang mereka. (Kotler, 1997).

Proses pemasaran terdiri dari empat langkah yaitu analisa peluang pasar, pengembangan strategi pemasaran,

(6)

perencanaan program pemasaran yang diikuti dengan pemilihan bauran pemasaran 4P, yang terdiri dari product, price, place, dan promotion. Efisiensi pemasaran merupakan maksimisasi penggunaan rasio input-output yaitu perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen kepada output barang dan jasa. Efisiensi pemasaran dibagi menjadi 2 yaitu efisiensi teknologi dan efisiensi ekonomi (Kohls dan Uhl, 1990).

B. Kerangka Berpikir

Saluran Pemasaran Beras

Petani (Produsen)

Analisis Struktur Pasar dan Perilaku

Pasar Analisis Saluran

Pemasaran dan Lembaga Pemasaran

Analisis Efisiensi Pasar berupa Farmer

Share

Saluran Pemasaran yang Paling Efisien

(7)

III.METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Alasombo, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan adalah penelusuran saluran pemasaran melalui petani. Hal ini dilakukan guna mengetahui saluran pemasan beras di Desa Alasombo, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo. Penelusuran dan pemilihan responden dilakukan dengan sengaja (purposive). Pemilihan petani responden dimaksudkan untuk mendapatkan data primer.

Metode yang digunakan adalah metode survei dan metode wawancara. Metode Survei terdiri dari survei data primer dan survei data sekunder. Survei data primer dimaksudkan untuk mendapatkan informasi data dari sumber pertama yaitu petani padi, sedangkan data sekunder adalah data yang sudah tersedia baik di dinas instansi terkait maupun pada petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive dengan jumlah petani yang menjadi sampel adalah 9 orang. C. Metode Pengolahan dan Analisis Data

(8)

Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen. Alur pemasaran tersebut dijadikan dasar dalam menggambarkan pola saluran pemasaran. Semakin panjang rantai saluran pemasaran, maka jalur tersebut biasanya semakin tidak efisien karena dengan rantai yang semakin panjang maka marjin yang tercipta antara produsen da konsumen akan semakin besar.

(9)

produsen ke konsumen untuk memenuhi permintaan konsumen. Fungsi penjualan dapat diinterpretasikan lebih luas, lebih dari menerima harga secara pasif tetapi juga mencakup seluruh kegiatan. Iklan dan kegiatan promosi lainnya mempengaruhi permintaan yang merupakan bagian dari fungsi penjualan. Keputusan dari penjualan, pengemasan, pemilihan saluran pemasaran yang terbaik, tempat dan waktu yang tepat untuk memperoleh konsumen yang potensial merupakan keputusan yang terasuk dalam fungsi penjulan.

Analisis dari fungsi pemasaran dapat digunakan untuk mengevaluasi biaya pemasaran. Kegunaan dari fungsi pemasaran juga dapat membandingkan biaya dari dua lembaga pemasaran. Perbandingan ini dapat dilakukan jika antarlembaga pemasaran saling berhubungan. Fungsi pemasaran merupakan kegiatan yang harus dilakukan dalan proses pemasaran.

F. Analisis Struktur dan Perilaku Pasar

Struktur pasar dapat diketahui dengan mengetahui jumlah pembeli dan penjual yang terlibat, heterogenitas produk yang dipasarkan, kondisi dan keadaan produk, mudah tidaknya keluar masuk pasar serta informasi perubahan harga pasar. Sedangkan analisis perilaku pasar dilakukan dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian antarsaluran pemasaran.

G. Analisis Efisiensi Pemasaran

(10)
(11)

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Informan

Informan adalah orang yang memiliki informasi tentang subyek yang ingin diketahui oleh peneliti. Secara teknis, informan dapat memberikan penjelasan yang kaya warna, detil, dan komprehensif menyangkut apa, siapa, dimana, kapan, bagaimana dan mengapa, misalnya, satu peristiwa terjadi atau justru tidak terjadi.

Informan dalam penelitian ini adalah petani di daerah Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo yang rata-rata berusia di atas 30-50an tahun. Petani yang menjadi informan terdiri dari 9 laki-laki. Para petani tersebut semuanya bertempat tinggal di Alas Ombo, Weru, Sukoharjo. Mereka bertani sudah dari kecil, rata-rata sejak lulus SD karena mengikuti kebiasaan dari keluarganya. Untuk tingkat pendidikan sendiri, kebanyakan dari mereka hanya tamat SD, namun ada juga yang lulusan S1. Luas lahan yang mereka miliki berbeda-beda, dari 1500m2 hingga maksimal 2 Ha.

B. Saluran Pemasaran

1. Saluran pemasaran gabah di Desa Alasombo Kec. Weru Kab. Sukoharjo

Dalam pemanfaatan hasil produksi yang dimiliki oleh petani, ada dua macam pemanfaatan yaitu untuk dikonsumsi sendiri (subsisten) dan dijual (komersial). Petani komersial yaitu petani yang memanfaatkan hasil produksinya untuk dijual kembali agar mendapatkan keuntungan yang maksimal. Sedangkan petani subsisten yaitu petani yang memanfaatkan hasil produksi lahannya untuk dikonsumsi oleh keluarganya (konsumsi pribadi). Menurut Kotler (2002) Pertanian yang subsisten diartikan

(12)

sebagai suatu sistem bertani dimana tujuan utama dari petani adalah untuk memenuhi keperluan hidupnya beserta keluarganya. Petani subsisten sangat berbeda-beda dalam hal luas dan kesuburan tanah yang dimilikinya dan dalam kondisi-kondisi sosial ekonomi lingkungan hidupnya. Yang sama di antara mereka adalah bahwa mereka memandang pertanian sebagai sarana pokok untuk memenuhi kebutuhan keluarga yaitu melalui hasil produksi pertanian itu. Dengan definisi tersebut sama sekali tidak berarti bahwa petani susbsisten tidak berfikir dalam pengertian biaya dan penerimaan.

Menurut hasil wawancara tersebut sebagian besar petani memanfaatkan hasil produksinya untuk konsumsi pribadi keluarganya sendiri. Petani subsisten ini banyak terdapat pada petani pedesaan, seperti para petani Desa Alasombo Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo dimana mereka berpendapat bahwa arti “hidup berkecukupan” adalah bisa untuk membeli makan setiap hari, dan bisa untuk menyekolahkan anaknya. Terlebih desa Alasombo adalah sebuah desa yang terletak di deretan pegunungan kidul, sehingga desa ini bertempat di perbukitan. Sawah di desa Alasombo seluruhnya adalah sawah tadah hujan, sehingga hanya dapat berusahatani padi saat musim hujan selebihnya digunakan untuk bertanam palawija. Hasil produksi padi pun kurang optimal, tidak sebagus dengan usahatani padi yang menggunakan irigasi. Seorang informan menceritakan pengalamannya:

(13)

lagi tapi ngga punya modal. Ya seadanya saja saya kerjakan. Hasil panen yang kemarin itu jelek sekali, padinya kena hama, hampir ngga penen sama sekali. Tapi Alhamdulillah sedikit-sedikit ya masih merasakan hasil panen. Kalau kondisi normal, panen sedang bagus itu sekitar 10-12 karung gabah” (Maryono, 1 Juni 2013).

Bapak Maryono tersebut adalah salah satu petani yang memiliki luas lahan garapan sempit. Adapula bapak Pardi yang memiliki lahan terluas diantara 9 responden mengatakan hal demikian:

ini saya menjelaskan kondisi normal dulu ya mbak, kalau kondisi normal itu 2 ha sawah saya bisa panen 12-14 ton gabah, kalau kondisi kurang normal seperti misalnya terserang hama kaya musim lalu itu ya ngga sampai 12 ton”

(Pardi Martowiyono, 1 Juni 2013)

Oleh karena itu, petani di Indonesia, selalu dipandang kelas bawah karena lahannya yang kecil, serta kehidupannya yang dibawah rata-rata dalam mencapai kesejahteraan hidup. Dengan pola hidup seperti ini, akan mengurangi pasokan beras di Indonesia, sehingga Indonesia harus mengimpor dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.

(14)

komoditas perlu diketahui untuk menentukan jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur yang dapat ditempuh. Selain itu saluran pemasaran dapat mempermudah dalam mencari besarnya margin yang diterima tiap lembaga yang terlibat.

Saluran pemasaran beras di Desa Alasombo Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo sebagian besar dijual ke pengumpul. Namun ada juga yang dijual ke penebas, langsung dijual ke pasar, ada pula yang dikonsumsi sendiri kemudian dijual secara eceran. Berikut kutipannya:

“Dikonsumsi sendiri untuk sehari-hari. Selebihnya saya selepkan sendiri kemudian saya jual eceran di toko saya”

(Warsito, 1 Juni 2013).

“Kebetulan kemarin hasil panennya sedikit ya dimakan sendiri mbak, anak saya kebetulan banyak. Tapi kalau hasilnya sedang bagus, saya jual ke pengumpul. Pengumpulnya orang dusun sebelah”

(Hadi Purwanto, 1 Juni 2013)

“Ada yang saya tebaskan langsung di lahan, ada yang saya bawa pulang dulu kemudian diselepkan baru dijual dan ada yang dikonsumsi sendiri. Tapi sebagian besar saya tebaskan. Ngga kuat kalo banyak yang dibawa pulang, kurang tenaga pengeringnya”

(Pardi Martowiyono, 1 Juni 2013)

(15)

(Rubiman, 1 Juni 2013)

“Saya jual langsung ke pedagang di pasar mbak. Kebetulan istri saya sudah punya hubungan kerjasama dengan seseorang di pasar sana, jadi langsung saya jual ke pasar”

(Maryadi, 1 Juni 2013)

Saya bawa pulang semua kemudian saya biasanya jual sedikit-sedikit kalo saya butuh uang

(Sutarti, 1 Juni 2013)

Gambar tempat penyimpanan gabah salah satu responden Gabah-gabah yang dibawa pulang tersebut biasanya untuk kebutuhan konsumsi sendiri. Misalpun nantinya dijual, itu pun secara eceran. Seperti yang dilakukan Bapak Warsito yaitu dijual eceran di toko kelontong miliknya dan Ibu Sutarti ketika sedang tidak punya uang, ia menjual secara eceran kepada tetangga yang membutuhkan.

(16)

tataniaga dari tingkat produsen sampai tingkat konsumen. Tiap perantara yang melakukan tugas membawa produk dan kepemilikannya lebih dekat ke pembeli akhir yang merupakan satu tingkat saluran. Saluran nol-tingkat (saluran tataniaga nol-langsung) terdiri dari produsen yang menjual langsung ke konsumen akhir. Saluran satu-tingkat terdiri dari satu perantara penjual, yaitu pengecer. Saluran dua-tingkat dari dua perantara, seperti pedagang besar dan pengecer. Saluran tiga-tingkat dalam saluran tataniaga barang konsumsi memiliki tiga perantara, yaitu pedagang besar, pemborong dan pengecer.

Petani Desa Alasombo Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo merasa dengan saluran pemasaran yang mereka gunakan, petani menjadi lebih diuntungkan. Petani tidak mau mengambil pusing dan membuang tenaga dengan menjual hasil produksinya ke tempat lain. Hasil produksi pas-pasan dan terkadang hanya cukup untuk dikonsumsi sendiri dan tidak ada sisa untuk dijual, selain itu para petani di Desa Alasombo Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo adalah petai subsisten yang tidak terlalu memperhitungkan keuntungkan, yang penting cukup untuk kebutuhan sehari-hari terlebih. Alasan petani menggunakan macam-macam saluran pemasaran dapat dilihat dalam kutipan dibawah ini.

“Ya biasanya emang dijual ke pengumpul gitu, daridulu sudah seperti itu, kalo disini ga biasa ditebas

(Maryono, 1 Juni 2013)

“Lebih praktis, kebetulan saya buka toko, sekalian menambah penghasilan”

(17)

“Kan tergantung hasilnya mbak, biar ngga rugi banget, kalau hasilnya jelek dibawa pulang, kalau hasilnya bagus dijual ke pengumpul. Ringkes”

(Hadi Purwanto, 1 Juni 2013)

ya biar bisa balik modal mbak, sawah saya kan cukup luas dan butuh banyak biaya jadi cara jual saya seperti itu. Pernah saya tebas semua tapi malah rugi. Jadi ya berdasarkan pengalaman, gabahnya saya jual seperti itu”

(Pardi Martowiyono, 1 Juni 2013)

“Lebih menguntungkan mbak”

(Maryadi, 1 Juni 2013)

Ya karena untung nya lebih banyak terus tidak menghabiskan banyak tenaga

(Suparjo, 1 Juni 2013)

2. Permasalahan yang timbul dalam saluran pemasaran gabah di Desa Alasombo Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo

(18)

Menurut Kotler (2002), pemasaran dalam kegiatan pertanian memainkan peran ganda. Pertama, berperan sebagai sumber terbentuknya harga produk pertanian, yang mempertemukan kepentingan produsen dengan konsumen. Kedua, menjadi media perpindahan fisik dari titik produksi (petani atau produsen) ke tempat pembelian (konsumen). Namun untuk dapat memainkan kedua peran tersebut petani sering menghadapi beberapa kendala. Beberapa kendala tersebut diantaranya;

a. Kesinambungan produksi

Salah satu penyebab timbulnya berbagai masalah pemasaran hasil pertanian berhubungan dengan sifat dan ciri khas produk pertanian, yaitu pertama, volume produksi yang kecil karena diusahakan dengan skala usaha kecil (small scale farming). Informan mengatakan:

Tidak mesti, karena kan sawahnya tadah hujan jd tidak optimal lagipula banyak hama menyerang, hasil kemarin jatuh mbak, gagal panen. Cuma bawa pulang 16 karung gabah. Kalau kondisi baik, panen bagus bisa mencapai 2 ton gabah sekitar 40-45 karung“ (Warsito, 1 Juni 2013).

Kedua, produksi bersifat musiman sehingga hanya tersedia pada waktu-waktu tertentu. Ketiga, lokasi usaha tani yang terpencar-pencar sehingga menyulitkan dalam proses pengumpulan produksi. Keempat, sifat produksi pertanian yang mudah rusak, berat dan memerlukan banyak tempat.

b. Kurang memadainya pasar

(19)

berlaku, tawar-menawar, dan borongan. Pemasaran sesuai dengan harga yang berlaku tergantung pada penawaran dan permintaan yang mengikuti mekanisme pasar. Penetapan harga melalui tawar-menawar lebis bersifat kekeluargaan, apabila tercapai kesepakatan antara penjual dan pembeli maka transakasiterlaksana. Praktik pemasaran dengan cara borongan terjadi karena keadaan keuangan petani yang masih rendah.

c. Panjangnya saluran pemasaran

Panjangnya saluran pemasaran menyebabkan besarnya biaya yang dikeluarkan, serta ada bagian yang dikeluarkan sebagai keuntungan pedagang. Hal tersebut cenderung memperkecil bagian yang diterima petani dan memperbesar biaya yang dibayarkan konsumen. Panjang pendeknya saluran pemasaran ditandai dengan jumlah pedagang perantara yang harus dilalui dari petani sampai ke konsumen.

d. Rendahnya kemampuan tawar-menawar

(20)

“Kalau yang langsung ditebaskan biasanya masalahnya itu harganya kurang cocok, menurut saya kualitasnya bagus, tapi penebasnya pasang harga rendah karena sedang panen raya. Ya apa boleh buat terpaksa saya jual”

(Pardi Martowiyono, 1 Juni 2013) e. Berfluktuasinya harga

Harga produksi hasil pertanian yang selalu berfluktuasi bergantung dari perubahan yang terjadi pada permintaan dan penawaran. Naik turunnya harga dapat terjadi dalam jangka pendek yaitu per bulan, per minggu, bahkan perhari, atau dapat terjadi dalam jangka panjang. Keadaan tersebut menyebabkan petani sulit melakukan perencanaan produksi, pedagang juga sulit dalam memperkirakan permintaan. Hal ini seperti yang disampaikan oleh responden petani berikut ini :

“Perubahan harga nya mbak, kadang harga beli gabah rendah sekali kalau panen raya. Apalagi kalau hasilnya jatuh kaya kemarin, bisa dibilang tidak laku dijual. Kalaupun nekat dijual pasti rugi”

(Warsito, 1 Juni 2013)

f. Kurangnya informasi pasar

(21)

g. Rendahnya kualitas produksi

Rendahnya kualitas produk yang diahasilkan karena penanganan yang dilakukan belum intensif. Masalah mutu ini timbul karena penanganan kegiatan mulai dari prapanen sampai panen yang belum dilakukan dengan baik. Masalah mutu produk yang diahsilakan juga ditentukan pada kegiatan pascapanen, seperti melalui standarisasi dan grading. Kualitas produksi desa Alasombo kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo tergolong rendah, dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

Produksi gabah tidak bisa maksimal karena sini itu sawahnya tadah hujan jd hasilnya nggak sebagus didaerah dibawah sana. sawah saya ngga luas, hanya 1500 m2, mau

(22)

Umur saya 55th. Pekerjaan saya ada 2, sopir angkot dan petani. Saya hanya lulusan SD, Saya mulai bertani sejak kecil kira-kira sejak lulus SD, karena pengahasilan jd petani tidak mencukupi, maka saya memiliki pekerjaan sampingan sebagai sopir. Gaji saya jadi sopir hanya pas-pasan tidak bisa mencukupi kebutuhan dapur. Anak saya juga harus sekolah. Saya hidup di gunung, jauh dari perkotaan, kalau butuh apa-apa susah, jauh harus ke kota dulu. Makanya saya tetap bertani, soalnya kalau tidak bertani ya mau makan apa anak istri saya, semua serba mahal”

(Maryono, 1 Juni 2013)

“Nama saya Hadi Purwanto. Umur saya sekitar 60 an tahun. Saya Cuma lulus SD, mulai bertani dari kecil sudah ikut orang tua ke sawah, lupa kalo sudah berapa lamanya. Pekerjaan saya hanya bertani, kadang-kadang jadi buruh penebang kayu kalo musim tebang Jati

(Hadi Purwanto, 1 Juni 2013)

“Nama saya bu Sutarti, Umur 51th. Saya hanya lulusan SD. Perkerjaan saya hanya jadi petani saja. Saya bertani ketika setelah suami saya sakit keras, sebelumnya yang bertani suami saya, saya ngga tau apa-apa tentang sawah. Tapi setelah suami saya sakit keras, saya yang bertani melanjutkan pekerjaan suami saya. Soalnya kalau bukan saya, sawahnya tidak ada yang mengurus. Anak saya juga sudah bekerja”

(Sutarti, 1 Juni 2013)

(23)

(Rubiman, 1 Juni 2013)

Dari hasil wawancara dengan petani di Desa Alasombo Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo, berbagai alasan mereka katakan mulai dari saat panen raya yang membuat harga gabah bisa menjadi turun drastis, faktor lembaga saluran pemasaran dan faktor lain seperti yang terkutip dibawah ini.

“Kalau hasilnya bagus ya biasanya kalau didatengi pengumpul baru, harganya kurang sesuai keinginan saya. Ya sudah akhirnya saya jual ke pengumpul yang biasanya yang harganya sudah pasti cocok”

(Hadi Purwanto, 1 Juni 2013)

“Perubahan harganya mbak, kadang harga beli gabah rendah sekali kalau panen raya. Apalagi kalau hasilnya jatuh kaya kemarin, bisa dibilang tidak laku dijual. Kalaupun nekat dijual pasti rugi

(Warsito, 1 Juni 2013)

“Ya kalo hasil panennya ga bagus harganya turun mba”

(Maryono, 1 Juni 2013)

(24)

(Rubiman, 1 Juni 2013)

“Hasil panen buruk sehingga harga jual turun”

(Jarwo Wiyono Sukatmin, 1 Juni 2013)

“masalah yang biasanya terjadi itu ya karena faktor cuaca, hama jadi kualitasnya jelek, harganya jadi turun”

(Maryadi, 1 Juni 2013)

“Hanya saat panen raya mbak biasanya harga nya turun jadi pendapatan saya juga ikut berkurang”

(Suparjo, 1 Juni 2013)

“Ya sulit dapat orang yang mau beli soalnya saya jualnya mendadak”

(Sutarti, 1 Juni 2013)

Dapat diketahui bahwa sebagian besar masalah yang dihadapi petani mengenai harga. Adanya harga yang rendah tersebut, keuntungan petani menjadi berkurang. Keuntungan yang kecil karena hanya menyalurkannya ke tahap pengumpul saja dan menjadi semakin kecil lagi karena harga yang turun drastis. Karena sebab-sebab seperti ini maka petani justru akan semakin enggan untuk menjual hasil produksinya dan cenderung dimanfaatkan untuk konsumsi sendiri. Padahal Indonesia sedang berusaha menggeser persepsi petani untuk mengubah dari kebiasaan subsisten menjadi komersial. 3. Cara mengatasi permasalahan yang timbul didalam saluran

pemasaran gabah di Desa Alasombo Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo

(25)

membuang-buang tenaga dan manganggap jika dijual ke saluran pemasaran yang lain maka akan menjadi lebih merugikan. Padahal pada kenyataannya bila petani menjual ke saluran pemasaran yang lain maka petani akan menjadi lebih untung. Memang keuntungan yang di hanya sedikit dan tidak jauh berbeda dengan jika mereka hanya menjualnya ke pengumpul, namun setidaknya dengan begitu petani akan menjadi lebih menyadari pertanian komersial. Hal ini dapat juga mengatasi masalah petani pada saat panen raya dimana harga gabah menjadi sangat turun dan cenderung anjlok. Lahan yang sempit, sawah tadah hujan dan belum lagi jika terserang hama penyakit membuat petani mendapat hasil yang tidak seberapa. Jika ditambah lagi dengan harga jual pada saat panen raya yang anjlok maka akan membuat petani semakin merugi. Maka pemecahan masalah yang paling baik yaitu dengan menjualnya melalui saluran pemasaran lain, kalau perlu menjualnya ke luar daerah sehingga harga jual nantinya terpengaruh dengan adanya panen raya. Selain itu dapat diatasi juga dengan:

a. Kesinambungan produksi

Dengan meningkatkan dan mempertahankan kesinambungan produksi maka dapat membuat petani menjadi lebih untung karena dengan kesinambungan tersebut maka petani akan dapat memproduksi secara lebih telaten.

b. Memperbaiki sistem tawar menawar di pasar

Dengan mengajarkan petani bagaimana cara untuk memberi harga jual yang setimpal dengan hasil produksinya. Dengan begitu maka akan lebih banyak keuntungan yang diterima oleh petani.

(26)

Informasi pasar merupakan faktor yang menentukan apa yang diproduksi, dimana, mengapa, bagaimana, dan untuk siapa produk dijual dengan keuntungan terbaik. Dengan petani yang lebih mengetahui informasi pasar, maka petani akan menjadi lebih tahu seberapa harga yang seharusnya ia dapatkan untuk hasil produksi, sehingga tidak ditipu orang.

d. Meningkatkan kualitas produksi

Petani dapat mendapatkan hasil yang lebih baik lagi jika hasil produksinya ditingkatkan. Sehingga dengan peningkatan kualitas tersebut, petani Desa Alasombo Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo dapat meningkatkan pendapatan.

4. Pendapatan Responden dari berbagai saluran pemasaran Pendapatan responden dari berbagai saluran pemasaran di desa Alasombo, kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo sangat bervariasi. Ada responden yang pendapatannya sudah optimal dan ada juga pendapatan petani yang belum optimal. Keseluruhan responden pun tidak ada yang menyebutkan nominalnya. Berikut kutipan wawancara dengan responden mengenai pendapatan.

“Kurang optimal karena hasil produksi sedikit sehingga baik yang dijual maupun yang dibawa pulang belum bisa menutup modal yang telah dikeluarkan”

(Maryono, 1 Juni 2013)

“kalau melihat hasil panen kemarin, pendapatan saya ya belum balik modal mbak”

(Warsito, 1 Juni 2013)

(27)

“Ya belum mbak, panen kemarin kan bisa dibilang gagal jadi ya belum bisa balik modal. Kalau hasilnya lagi bagus ya Alhamdulillah bisa balik modal, bisa bayar hutang, bisa nyukupi anak-anak

(Rubiman, 1 Juni 2013)

“Sudah optimal, sudah bisa mbiayai SPP sekolah anak, buat nyumbang, bayar utang”

(Jarwo Wiyono Sukatmin, 1 Juni 2013)

“Sudah mbak, sudah cukup lah, bisa buat usaha musim tanam selanjutnya”

(Maryadi, 1 Juni 2013)

“Sudah mbak” (Suparjo, 1 Juni 2013)

“Kurang optimal kan hasilnya sedikit”

(Sutarti, 1 Juni 2013)

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Rata-rata petani di Desa Alasombo bertani sudah dari kecil, mulai sejak lulus SD karena mengikuti kebiasaan dari keluarganya. Tingkat pendidikan petani kebanyakan hanya tamat SD, namun ada juga yang lulusan S1. Luas lahan yang mereka miliki berbeda-beda, dari 1500m2 hingga maksimal 2 Ha.

2. Sebagian besar petani memanfaatkan hasil produksinya untuk konsumsi pribadi keluarganya sendiri. Hanya sedikit petani yang menjual semua hasil produksi mereka karena rata-rata luas sawah petani kecil.

3. Saluran pemasaran beras di Desa Alasombo Kec. Weru Kab. Sukoharjo sebagian besar dijual ke pengumpul. Namun ada juga yang dijual ke penebas, langsung dijual ke pasar, ada pula yang dikonsumsi sendiri kemudian dijual secara eceran.

(28)

karena hanya menyalurkannya ke tahap pengumpul saja dan menjadi semakin kecil lagi karena harga yang turun drastis.

5. Pendapatan responden dari berbagai saluran pemasaran di desa Alasombo, kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo sangat bervariasi mulai dari sudah optimal dan juga pendapatan petani yang belum optimal.

B. Saran

1. Peningkatan pengetahuan petani sebaiknya dilaksanakan secara rutin oleh para penyuluh baik melalui penyuluhan ataupun pelatihan agar petani dapat berproduksi dan berusahatani lebih baik serta menguntungkan. 2. Perlu adanya penyuluhan mengenai cara berusaha tani yang baik agar

petani subsisten berubah menjadi petani komersial dan hasil usahatani mereka lebih menguntungkan.

3. Perbaikan dan juga dukungan pemerintah terhadap saluran pemasaran gabah dan beras petani di desa Alasombo, kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo sebaiknya perlu ditingkatkan agar petani mempunyai daya tawar yang tinggi sehingga petani mendapatkan keuntungan lebih besar dan kehidupan lebih sejahtera.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, G. dan P. Kotler. 2001. Dasar-dasar Pemasaran. Jilid 1. Alih Bahasa Alexander Sindoro dan Benyamin Molan. Penerbit Prenhalindo. Jakarta.

Kohls, R. L and Uhl, J. N. 1990. Marketing of Agriculture Products. Seventh Edition Produce University Macmillan Publishing Company. New York

Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis Perencanaan Implementasi dan Kontrol. Edisi Indonesia. Prehallindo. Jakarta

Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, implementasi dan Kontrol. Edisi Sebelas. Alih Bahasa, Hendra Teguh. Prehallindo. Jakarta.

Limbong, W. H dan S. Panggabean. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian Jurusan Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor

(30)
(31)

Daftar pertanyaan :

1. Berapa jumlah (Hasil) produksi gabah setiap kali panen? (kondisi normal dan kondisi kurang normal)

2. Bagaimana cara yang bapak/ibu gunakan untuk memasarkan gabah di lahan anda?

3. Mengapa anda memilih menjual/memasarkan gabah dengan cara tersebut?

4. Apa saja permasalahan yang biasa dihadapi dalam proses pemasaran tersebut?

5. Dengan cara pemasaran yang anda pilih, apakah pendapatan yang anda peroleh sudah optimal?

(32)

Gambar

Gambar tempat penyimpanan gabah salah satu respondenGabah-gabah yang dibawa pulang tersebut biasanyauntuk  kebutuhan  konsumsi  sendiri

Referensi

Dokumen terkait

Apakah Faktor Fundamental yang diukur dengan Current Ratio , Return on Equity , Long Tern Debt to Equity Ratio , Total Asset Turn Over , dan Faktor Makroekonomi yang diukur

Program pembinaan cabang olahraga sofbol bisbol dikota Semarang, konsep pembinaan yang ada di klub-klub mengacu pada program pembinaan yang dicanangkan oleh pengcab

nilai thitung = 3,646 dari hipotesis tersebut maka dapat digunakan kaidah pengujian dua pihak bahwa (thitung > ttabel) diperoleh ttabel = 2,030 pada taraf

Pemah saya agak khawatir kamus Tesaurus Bahasa Indonesia ini ku- rang diapresiasi, sebab rupa-rupa- nya ada juga yang tidak dapat mene- rima sesuatu yang berbeda dari seba- tas

[r]

Supportif relationships dan kecerdasan moral pada masa anak seringkali dianggap hal yang tidak terlalu penting, sedangkan perilaku agresif pada anak adalah hal yang wajar,

Pada kasus ini dilakukan penelitian dalam pencarian informasi yang tersimpan pada data akademik tersebut yaitu, kebiasaan mahasiswa beberapa jurusan dalam mengambil

ayam, karena pada saat telur di letakan pda larutan fisiologis embrio ayam terletak di bagian.. Setelah itu di tandai menggunakan pensil, kemudian dilubangi cangkap yang