• Tidak ada hasil yang ditemukan

Krisis Ukraina dewasa ini menjadi salah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Krisis Ukraina dewasa ini menjadi salah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Krisis Ukraina dewasa ini menjadi salah satu topik hangat yang menjadi sorotan dunia. Bila kita teliti lebih dalam, dapat dilihat bahwa krisis tersebut pada awalnya dipicu oleh adanya pembatalan perjanjian kerjasama Ukraina dengan Uni Eropa yang dilakukan oleh Presiden terpilih saat itu, Viktor Yanukovych, yang lebih memilih untuk menandatangani perjanjian ekonomi dengan Rusia (RBTH Indonesia, 2014). Seperti yang dilansir oleh RBTH Indonesia (2014), penolakan atas bantuan dana yang akan diberikan oleh Uni Eropa terjadi karena adanya syarat yang tidak bisa dipenuhi, yaitu untuk segera memutuskan hubungan ekonomi dengan Rusia. Keadaan tersebut tentu saja memicu amarah warga, karena dana tersebut

sangatlah dibutuhkan oleh warga. Kemarahan warga ini semakin memuncak dengan mengilangnya Presiden Viktor yang diduga meminta perlindungan kepada pihak Rusia. Pada akhirnya warga melakukan aksi protes, yang dilakukan di ibukota Ukraina, Kiev.

Menanggapi kejadian tersebut, pada 16 Januari 2014 Parlemen Ukraina Verkhovnaya Rada yang menangani bidang hukum mengeluarkan sanksi bagi para pelaku kerusuhan di Kiev (RBTH Indonesia, 2014). Keputusan ini tentu saja tidak diterima oleh masyarakat, yang menganggap aksi mereka tersebut merupakan hak mereka sebagai warga masyarakat dalam menyampaikan pendapatnya. Keputusan tersebut juga pada akhirnya semakin memperkuat aksi antipemerintah yang

berujung pada keinginan untuk menggulingkan pemerintahan, yang mengakibatkan 80 orang meninggal dan 700 orang luka-luka. Banyaknya korban dalam peristiwa tersebut tidak begitu saja menghilangkan semangat masyarakat. Hal ini terbukti dengan terjadinya revolusi di ibukota Kiev pada Februari 2014 yang berhasil menggulingkan pemerintahan Presiden Viktor Yanukovych yang pro-Rusia (VivaNews, 2014). Kejadian tersebut rupanya menimbulkan kemarahan dipihak Rusia. Pasukan pro-Rusia mulai bergerak disemenanjung Krimea, dan mengeluarkan referendum warga yang memutuskan bahwa wilayah otonomi Krimea dan

Sevastopol pisah dari Ukraina dan segera bergabung dengan Rusia (VivaNews, 2014).

(2)

dimana mereka memiliki persamaan baik dari etnis, bahasa, dan juga sejarah. “The country has been under partial or total Russian rule for most of those intervening centuries, which is a big part of why one in six Ukrainians is actually an ethnic Russian, one in three speaks Russian as their native language (the other two-thirds speak Ukrainian natively), and much of the country's media is in Russian” (Fisher, 2014 dalam http://www.vox.com).

Perebutan wilayah atas Krimea sendiri banyak dilatar belakangi oleh berbagai macam hal, meskipun salah satunya dilatarbelakangi oleh pertentangan historis, juga dikarenakan potensi energi yang dimiliki oleh Krimea berupa gas alamnya. Dilihat dari aspek historikal sendiri, Rusia melihat adanya keterkaitan antara negaranya dengan Ukraina di masa lampau dimana kejayaan kekaisaran Rusia berakar dari masa Yunani yang terletak di semenanjung Krimea. Dari aspek

demografi, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, sepertiga masyarakat Ukraina yang tinggal di wilayah timur Ukraina merupakan etnis Rusia yang bukan hanya memiliki kultur dan juga menggunakan bahasa asli Rusia, tetapi juga

memiliki kesamaan ideologi dan bentuk dukungan yang kuat terhadap rezim Rusia. Dengan adanya ketakutan akan pengaruh barat yang menyebar di Ukraina, maka nasionalis Rusia seperti Vladimir Putin merasa memiliki tanggung jawab untuk ikut campur terhadap urusan domestik Ukraina yang mengakibatkan pecahnya konflik di negara yang merdeka pada tahun 1991 tersebut.

Konflik Ukraina sebenarnya mencuat sejak tahun 2004 saat Revolusi Orange, setelah kandidat presiden Viktor Yanukovich. Kandidat oposisi Viktor Yuschenko memimpin protes massal yang pada akhirnya mahkamah agung memutuskan untuk melakukan pemilihan umum ulang, Dalam pemilihan ulang itu Yushchenko menang. Kemudian pada bulan Februari 2010 Viktor Yanukovych kembali dinyatakan menang dalam pemilihan umum yang dinilai bersih dan adil oleh para observer. Langkah pertama yang diambil Yanukovych sebagai presiden adalah mempenjarakan

(3)

menjadi 800 ribu orang yang bertempat di balai kota dan independence square. Pada tanggal 17 desember 2013 Vladimir Putin menyetujui perjanjian sebesar 15 billion dolar untuk mengurangi hutang Ukraina dan menurunkan harga suplai gas Rusia di Ukraina (anon, 2014 dalam www.bbc.com).

Pada bulan Januari 2014 parlemen Ukraina menyetujui hukum anti protes yang artinya semua orang yang berpartisipasi dalam demonstrasi melawan

pemerintah adalah melanggar hukum. Hukum ini menyebabkan tertembaknya high-profile activist Yuriy Verbytsky yang membuat konflik semakin memanas dan massa mulai mengepung kantor-kantor pemerintahan. Pada akhirnya perdana menteri Mykola Azarov mengundurkan diri dan parlemen menghapuskan hukum anti protes. Parlemen berjanji untuk menghapus tuntutan terhadap orang-orang yang ditahan dengan syarat protester meninggalkan gedung-gedung pemerintahan dan oposisi pun menolak.

Pada bulan April 2014 aktivis-aktivis pro-Rusia mengepung gedung

pemerintahan di Donetsk dan Luhansk. Politisi-politisi dan media Rusia menganggap pemimpin-pemimpin di Kiev sebagai nasionalis Ukraina yang melanggar hak-hak para masyarakat asli yang tinggal di Ukraina. Pada bulan Maret akhirnya Rusia menganeksasi Krimea yang memberikan harapan para oposisi untuk melepaskan diri dari Kiev. Hal ini dikarenakan oposisi Rusia menolak adanya pemerintah pro-Barat setelah Presiden Yanukovytch diturunkan pada bulan Februari disebabkan oleh tuduhan korupsi, ekonomi yang stagnan dan penolakan kerjasama dengan Uni Eropa. Pada tanggal 16 maret 2014 referendum untuk Krimea melepaskan diri dari Ukraina diadakan. Krimea merupakan salahsatu daerah dirusia yg penduduknya terdiri dari 58,5% orang Rusia. Pada tanggal 17 juli 2014 para oposisi menembak Malaysian Airlines flight MH17 dengan korban 298 orang. Hal ini merupakan titik terendah hubungan Rusia dengan Barat sejak perang dingin. Sanksi pun mulai diterapkan yang menyebabkan ekonomi Rusia melemah.

(4)

Donestk, kami menyatakan bahwa Republik Rakyat Donetsk adalah negara berdaulat. Kami meminta Federasi Rusia untuk mempertimbangkan permintaan kami untuk menjadi bagian dari Federasi Rusia”. Hal tersebut tentu saja membuat pemerintah Ukraina menjadi semakin was-was, mengingat kasus yang sebelumnya terjadi pada Krimea. Untuk melawan dan memberantas gerakan-gerakan separatis ini Ukraina meminta bantuan kepada sejumlah negara, seperti Amerika Serikat. Karena pemerintah berpendapat bahwa dalam kondisi seperti ini mereka akan memerlukan lebih banyak dukungan politik dari masyarakat internasional.

Adanya kenyataan merdekanya Krimea tentu saja tidak begitu saja diterima oleh Ukraina. Protes dan demonstrasi dari masyarakat turut memperkeruh situasi konflik yang semakin memanas di Ukraina. Upaya-upaya untuk menghentikan konflik di Krimea juga digencarkan. Disini penulis membagi menjadi tiga kelompok upaya untuk menghentikan krisis yakni dialog atau negosiasi, gencatan senjata dan penawaran, serta sanksi. Pertama dialog. Dialog ini dilakukan baik oleh Ukraina, Rusia, bahkan pihak-pihak yang masuk dalam krisis Crimea seperti Amerika Serikat, Jerman, Organization for Security and Co-operation in Europe (OSCE), maupun European United (EU). Dialog-dialog yang pernah dilaksanakan adalah dialog antara Presiden Ukraina yang baru saja diangkat tahun 2014, Petro Oleksiyovych

Poroshenko, untuk pertama kalinya bertemu dengan Presiden Vladimir Putin setelah menjabat sebagai presiden Ukraina. Pertemuan singkat itu hanya membahas

mengenai keinginan para Presiden untuk segera mengakhiri pertumpahan darah dan aktivitas militer di tenggara Ukraina di Normandy (Anon, 2014 dalam

www.csis.org). Selanjutnya pada pertemuan trilateral contact group antara negara Jerman, Ukraina, dan Rusia, serta perwakilan dari Organization for Security and Co-operation in Europe (OSCE) untuk membicarakan rencana gencatan senjata selama seminggu (Anon, 2014 dalam www.president.gov.ua). Rencana yang melibatkan pihak-pihak terkait ini didasarkan pada kerugian dan banyaknya orang yang meninggal serta semakin intensifnya peperangan di kota Slovyansk sehingga sementara harus “dibekukan” (Anon, 2014 dalam www.csis.org). Dialog di tingkat regional seperti dialog dalam EU yang berencana untuk memberikan sanksi

terhadap Rusia yang tidak mampu menurunkan ketegangan di Crimea. Tidak lama kemudian, Amerika Serikat mengungumkan bahwa pihaknya akan memberikan Rusia sanksi unilateral terhadap Rusia. Insiden ditembaknya pesawat Malaysia MH-17 semakin memicu dan menambah tekanan sanksi pada Rusia (Anon, 2014 dalam www.state.gov). Selanjutnya dialog melalui telepon dilakukan oleh Presiden Obama dan Presiden Putin mengenai penyelesaian krisis dan bantuan kemanusiaan.

Sedangkan dialog melalui telepon yang lebih komprehensif dilaksanakan oleh Presiden Poroshenko dengan Presiden Putin. Terdapat tujuh rencana perdamaian (peace plan) gencatan senjata yang disepakati kedua presiden yakni: (1)

(5)

menembaki daerah penduduk; (3) memungkinkan monitoring internasional

terhadap gencatan senjata serta zona-zonanya; (4) melarang pesawat untuk masuk ke daerah sipil; (5) pengaturan pertukaran tahanan tanpa syarat; (6) membangun koridor bantuan kemanusiaan; (7) perbaikan infrastruktur (Anon, 2014 dalam www.en.itar-tass.com).

Kedua, gencatan senjata dan tawaran. Gencatan senjata disini ditawarkan oleh pihak Ukraina terhadap pihak pemberontak, meski tidak semua harus disepakati. Presiden Poroshenko menawarkan untuk memberi amnesti kepada pihak

pemberontak yang menyerah dan melakukn rekonsiliasi (Anon, 2014 dalam

www.csis.org) dan sebagai gantinya beliau akan menarik militernya. Hal ini berulang kali dilakukan oleh Presiden Poroshenko. Sampai pada rencana gencatan senjata ini juga didukung oleh Presiden Putin, namun melalui beberapa permintaan yakni mengadakan dialog terbuka termasuk dengan para pro-Rusia dan bukan

menggunakan ultimatum dan adanya monitoring secara objektif (Anon, 2014 dalam www.csis.org). Permintaan yang dikabulkan oleh pihak Ukraina akhirnya berbuah persetujuan oleh pihak pro-Rusia untuk melakukan gencatan senjata selama empat hari. Sedangkan sanksi terhadap Rusia juga merupakan salah satu bentuk

penyelesaian dengan menekan pihak yang dianggap bersalah. Rusia yang dianggap bersalah dengan tidak mampu menurunkan ketegangan peperangan diberi sanksi sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Sanksi unilateral, seperti apa yang sempat disinggung di atas, diberikan pada individu-individu yang dianggap bersalah atas krisis dan terhadap Rusia. Sanksi yang diberikan berupa sanksi restriksi atas pasar kapital, energi, teknologi, dan lainnya (Anon, 2014 dalam www.treasury.gov).

Selain upaya-upaya diatas, dunia internasional pun turut merespon hasil

referendum Krimea tersebut yakni utamanya negara yang tergabung dalam Uni Eropa, Amerika Serikat dan PBB yang mengecam hasil referendum tersebut dan secara tegas mengatakan bahwa hasil referendum tersebut tidak sah. Majelis umum PBB kemudian menindaklanjuti bahwa referendum pertengahan Maret yang

diadakan di Krimea yang menyebabkan tindakan aneksasi Rusia tidak memiliki validitas dan menyerukan para pihak untuk segera membuat resolusi perdamaian dalam situasi tersebut. Sebagai respon dari koflik berkepanjangan di Krimea,

(6)

68/262 merupakan salah satu langkah penyelesaian konflik. Namun resolusi tersebut nyatanya bukanlah solusi akhir dari konflik di Ukraina. Sampai saat ini, konflik masih terus berlanjut.

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya konflik yang terjadi di Ukraina sendiri merupakan konflik yang sudah berakar sejak terbentuknya negara Ukraina sendiri. Persebaran etnis di Ukraina sendiri yang terbelah menjadi dua yakni ada yang condong ke Barat dan condong ke Rusia. Berlangsungnya konflik yang berlarut-larut ditengarai sebagai akibat dari keadaan Ukraina sendiri yang sejatinya sejak awal kemerdekaannya belum bisa sepenuhnya melepaskan diri dari Rusia sendiri. Adanya peranan Rusia sebagai salah satu kekuatan besar di dunia juga dianggap sebagai penyebab dari berlarut-larutnya konflik ini. Bahkan hingga saat ini di beberapa daerah di Ukraina masih terdapat aksi-aksi protes dari kalangan

militant pro-Rusia. Kedepannya usaha-usaha yang dilakukan kedua belah pihak serta mediasi dari beberapa negara melalui organisasi internasional diharapkan setidaknya mampu meredam dan membangun peace settlement untuk konflik di Ukraina ini.

Referensi:

Anon. 2014. Backing Ukraine’s territorial integrity, UN Assembly declares Crimea referendum invalid [online]. Diakses pada 28 september 2014. tersedia dalam http://www.un.org/apps/news/story.asp?

NewsID=47443&Cr=ukraine&Cr1=#.VCoYZF6I0Y

Anon. 2014. Prahara Ukraina [online] tersedia dalam

(7)

Anon. 2014. Krisis Ukraina [online] tersedia dalam

http://indonesia.rbth.com/krisis_ukraina [diakses pada] 29 September 2014

Anon. 2014. Ukraine Crisis [online] tersedia dalam http://www.bbc.com/news/world-europe-28969784 (diakses 29 September 2014).

Anon. 2014. Sanction OFAC-Enforcement [online] tersedia dalam

http://www.treasury.gov/resource-center/sanctions/OFAC-Enforcement/Pages/20140716.aspx (diakses 30 September 2014).

Anon. 2014. Ukraine [online] tersedia dalam http://csis.org/ukraine/index.htm (diakses 30 September 2014).

Anon. 2014. World Crisis [online] tersedia dalam http://en.itar-tass.com/world/747989 (diakses 30 September 2014).

Anon. 2014. Ukraine, Russia in Crimea Crisis [online] tersedia dalam

http://www.state.gov/r/pa/prs/ps/2014/07/229656.htm (diakses 30 September 2014).

Anon. 2014. Ukraine Conflict [online] tersedia dalam

http://www.president.gov.ua/en/news/30503.html (diakses 30 September 2014).

Referensi

Dokumen terkait

Berikut adalah sebaran IP Address (Internet protocol Address) serta perhitungan Subnetting , yang digunakan dalam merancang jaringan W LAN, seperti yang

Pada masing-masing bentuk dari verba memukul dalam bahasa Bali memiliki perbedaan yang dapat dilihat dari tata cara memukul yang berkaitan dengan alat yang

dan sekolah asing jenis lainnya yang telah ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang lahir atas dasar kerja sama asing dengan lembaga di Indonesia

Lila Bismala, dkk (2014) mengidentifikasi beberapa permasalahan dalam pengelolaan umkm dalam aspek produksi terkait dengan manusia dan sistem kerja sebagai berikut: (1)

Sesiapa sahaja adalah dilarang dari memasuki atau menginap di bilik atau asrama yang diperuntukan kepada pelajar melainkan pelajar yang menginap di asrama berkenaan;

Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa ragam dari setiap shift di setiap ruang, baik yang dilakukan secara manual maupun Model 1 atau Model 2, memiliki ragam taknol

Realisasi Anggaran DPD RI Tahun Anggaran 2013 telah mengalami 8 (delapan) kali revisi, sesuai dengan keputusan lembaga DPD RI (pimpinan/alat kelengkapan) dalam

individu dengan permasalahan tentang dunia karier yang di hadapinya maupun proses dalam pengambilan putusan karier kelak saat akan memasuki jenjang SMA maupun