Utilization of Interferon Gamma Release Assay:
Pitfalls and Various Factors Affecting Its Result
Diajukan oleh: Agnes R Indrati
Dept. Patologi Klinik, RS Hasan Sadikin/ FK Universitas Padjadjaran Bandung
Pada Acara:
5th Bandung Infectious Disease Symposium Bandung
Utilization of Interferon Gamma Release Assay:
Pitfalls and Various Factors Affecting Its Result
Agnes R Indrati
Dept. Patologi Klinik, RS Hasan Sadikin/ FK Universitas Padjadjaran Bandung
Sebelum tahun 2001, tes tuberkulin merupakan satu-satunya pemeriksaan imunologis yang tersedia untuk mengetahui infeksi Mycobacterium tuberculosis. Adanya reaksi silang antara derivat protein pada tes tuberkulin dengan vaksinasi BCG dan mikobakteri non tuberkulosis menyebabkan timbulnya hasil positif palsu dan rendahnya spesifisitas pada tes tuberkulin. Tes tuberkulin memiliki sensitivitas yang rendah pada individu dengan sistem imun yang kompromis seperti pasien HIV dan anak. Ditemukannya peran penting interferon gamma pada regulasi respon imun seluler pada infeksi M.tb diikuti berkembangnya pemeriksaaninterferon gamma release assays(IGRA) untuk mendeteksi infeksi M. Tb. IGRA mendeteksi adanya sensitisasi M. Tb dengan mengukur pelepasan IFN-γ sebagai respon
terhadap antigen M. Tb. Antigen ESAT-6, CFP-10 dan TB7.7 yang digunakan pada IGRA tidak ditemukan pada BCG dan mikobakteria di lingkungan (kecuali M. Kansasi, M. Marinum, M. Flavescens dan M. Gastrii), sehingga spesifisitas pada IGRA lebih baik dibandingkan tes tuberkulin. Antigen-antigen ini merupakan target utama sel limfosit pada infeksi M. Tb. Terdapat 2 jenis IGRA yang tersedia secara komersial saat ini, yaitu IGRA yang dibaca secara ELISA (Quantiferron) dan secara spot (ELIspot).