• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Dimensi Religiusitas pada Majelis Jemaat Gereja "X" di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Derajat Dimensi Religiusitas pada Majelis Jemaat Gereja "X" di Kota Bandung."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui derajat dimensi religiusitas pada Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan total sampling dan sampel penelitian ini berjumlah 26 orang.

Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner yang terdiri dari 3 kuisioner yang dibuat oleh peneliti dan mengacu pada teori Religiusitas dari Glock dan Stark (1965), yang meliputi lima dimensi religiusitas. Untuk kuesioner I dan II menggunakan construct validity. Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan Pearson dan uji reliabilitas menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach, untuk kuisioner I dengan validitas berkisar antara 0,414 – 0,709 dan reliabilitas 0,732. Untuk kuisioner II validitas berkisar antara 0,575 – 0,736 dan reliabilitas sebesar 0,736. Untuk kuesioner III uji validitas menggunakan content validity .

Hasil penelitian : derajat dimensi religiusitas pada Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung secara keseluruhan tersebar merata di setiap dimensinya yaitu dimensi ideologis (57,7%), dimensi pengalaman (57,7%), dimensi pengamalan (50%), dimensi praktik agama (50%) tetapi pada dimensi pengetahuan (61,5%) menunjukan derajat dimensi yang rendah. Ada beberapa faktor yang berkaitan seperti usia, figur panutan keluarga, figur panutan di luar keluarga, guru, teman, organisasi sekolah, tipe kepribadian.

Saran penelitian : melakukan pengujian hubungan antar dimensi religiusitas, melakukan penelitian korelasional untuk melihat hubungan antara derajat dimensi religiusitas dengan faktor-faktor yang mempengaruhi. Untuk Majelis jemaat dapat dijadikan sebagai bahan pembinaan untuk menjadikan anggota majelis jemaat mencapai sebuah religiusitas yang utuh.

(2)

ABSTRACT

This research aims to describe the degree of religious dimensions of the “Majelis jemaat” in Church “X” Bandung. The sample are chosen using total sampling method which amount to 26 people.

This research used three types of the theory of Religiosity of Glock and Stark (1965), which includes five dimensions religiosity. For questionnaires I And II using construct validity. Based on test validation results by using Pearson and reliability test with the coefficient reliability Alpha Cronbach’s formula, for the questionnaires I with validation range between 0,414 – 0,709 and with reliability 0,732. For questionnaires II with validation range between 0,575 – 0,736 and with reliability 0,736. For questionnaires III test validation using content validity.

Results showed, the degree of religious dimensions of the “Majelis jemaat” Church “X” are balanced overall in religious belief (57,7%), in religious feeling (57,7%), in religious effect (50%), and practice in religious are balanced (50%) but in religious knowledge (61,5%) showed a low score. There are a few factor that attach such age, authority figure in family, authority figure outside family, teachers, friend, school organizaton, and personality type.

Suggestion : To explore the connection between dimensions of religiosity, doing a correlational research to see the connection between religious dimensions with affecting factors. For the member of “majelis jemaat” to give support to its members to reach a whole religisiousity value.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I – PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1. Maksud ... 7

1.3.2. Tujuan ... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 8

1.4.2. Kegunaan Praktis ... 8

1.5. Kerangka Pemikiran ... 8

(4)

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA ... 17

2.1. Agama ... 17

2.1.1. Pengertian Agama ... 17

2.1.2. Pengertian Agama Kristen ... 17

2.2. Religiusitas ... 19

2.2.1. Pengertian Religiusitas, Spiritualias, dan Iman ... 19

2.2.2. Lima Dimensi Religiusitas ... 21

2.2.3. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas ... 21

2.2.4. Perkembangan Jiwa Keagamaan ... 24

2.2.5. Fungsi Agama Bagi Manusia ... 26

2.3. Tahap Perkembangan Dewasa ... 27

BAB III – METODOLOGI PENELITIAN ... 29

3.1. Rancangan Penelitian ... 29

3.2. Skema Prosedur Penelitian ... 29

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 30

3.3.1. Variabel Penelitian ... 30

3.3.2. Definisi Operasional ... 30

3.4. Alat Ukur ... 31

3.4.1. Alat Ukur Derajat Religiusitas ... 31

3.4.2. Data Pribadi dan Data Penunjang... 36

3.4.3. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 37

3.4.3.1. Validitas Alat Ukur ... 37

(5)

3.5. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 39

3.5.1. Populasi Sasaran ... 39

3.5.2. Karakteristik Sampel ... 39

3.5.3. Teknik Penarikan Sampel ... 39

3.6. Teknik Analisais Data ... 39

BAB IV – HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1. Gambaran Sampel Penelitian ... 41

4.2. Hasil Penelitian ... 45

4.3. Pembahasan ... 46

BAB V – KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

5.1. Simpulan ... 59

5.2. Saran ... 61

5.2.1. Saran Teoritis ... 61

5.2.2. Saran Praktis ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Dimensi dan Indikator Alat Ukur Religiusitas I...30 Tabel 3.2 Dimensi dan Indikator Alat ukur Religiusitas II...31 Tabel 3.3 Dimensi dan Indikator Alat Ukur Religiusitas III...31 Tabel 3.4 Cara Penilaian Religiusitas I (Dimensi Ideologis, Pengalaman, dan

Pengamalan)...33 Tabel 3.5 Cara Penilaian Religiusitas II (Dimensi Praktek Agama)...33 Tabel 3.6 Cara Penilaian Religiusitas III (Dimensi Pengetahuan

Agama)...33 Tabel 3.7 Skala Reliabilitas Alpha-Cronbach...35 Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Faktor Penunjang Dimensi

Religiusitas...38 Tabel 4.2 Derajat Dimensi-dimensi Religiusitas pada Majelis Jemaat Gereja “X” Di Kota

(7)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir...15

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Kuisioner Religiusitas LAMPIRAN 2 Karakteristik Responden

LAMPIRAN 3 Hasil Jawaban Derajat Dimensi – Dimensi Religiusitas

LAMPIRAN 4 Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas alat ukur Religiusitas LAMPIRAN 5 Tabel Rangkuman Tabulasi Silang Derajat Dimensi Religiusitas dan

Faktor-faktor Penunjang

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Agama adalah sebuah istilah yang diambil dari bahasa Sanskerta yaitu “Āgama” yang

memiliki arti tradisi. Istilah asing lainnya yang memiliki pengertian dengan agama adalah dari bahasa latin “religio” yang terambil dari kata kerja “re-ligare” yang memiliki arti mengikat

kembali. Mengikat disini memiliki arti yaitu seseorang akan mengikat dirinya kepada Tuhan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia dengan lingkunganya.

Manusia terlahir sebagai makhluk yang religius (homo religius) dimana manusia dilahirkan untuk memiliki potensi dalam kehidupan beragam yang sudah ada sejak diri individu lahir ke dunia. Dari ungkapan diatas tercermin bahwa adanya ikatan yang intim antara manusia dengan Tuhan yang tidak dapat dipisahkan sejak manusia hadir dan lahir di dunia.

Begitu juga manusia di Indonesia, Indonesia adalah negara yang kaya akan perbedaan dan keberagaman setiap penduduknya baik dalam ras, budaya, kepercayaan, tradisi, dan agama. Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi nilai - nilai keagamaan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya unsur keagamaan yang tertera pada salah satu sila Pancasila yang berfungsi sebagai dasar negara. Sila tersebut adalah sila satu yang berbunyi, ”Ke-Tuhan-an Yang Maha Esa”. Keagamaan juga tertera pada Undang – Undang Dasar 1945, tepatnya pasal

(10)

ayat 2 yang berbunyi, ”Negara menjamin kemerdekaan tiap - tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Selain itu juga adanya pengamanan dari pihak kepolisian pada setiap perayaan hari besar agama tertentu. Seperti ketika sedang ada perayaan Natal yang dirayakan oleh umat agama Kristen, pemerintah meminta pihak berwajib untuk mengamankan Gereja-gereja yang mengadakan kebaktian atau perayaan Natal tersebut.

Agama Kristen pertama kali masuk ke Indonesia diperkenalkan oleh Bangsa Belanda. Penyebaran agama ini disebarkan melalui jalur perdagangan rempah-rempah di Indonesia bagian timur khususnya di wilayah Maluku lalu disebarkan ke pelosok tanah air. Penyebaran ini dilakukan oleh pendeta-pendeta asal Belanda yang bekerja untuk bangsa Belanda lalu mereka menyebarkan kepada penduduk-penduduk lokal. Selain disebarkan oleh Pendeta-pendeta asal Belanda, agama Kristen juga disebarkan oleh Pendeta-pendeta-Pendeta-pendeta asal Jerman, Swiss yang pada umumnya mereka menyebarkannya melalui pelayaran di seluruh pelosok tanah air. Dikarenakan penyebaran agama Kristen di pelosok tanah air, maka muncul Gereja-gereja. Gereja-gereja ini pertama kali muncul sesuai dengan nama-nama daerah penyebarannya, seperti misalnya Gereja Kristen Protestan Maluku, Huriah Kristen Batak Protestan, Gereja Jawa, Gereja Kalimantan, dan lain sebagainya. Semenjak tahun 1950 lalu beberapa Gereja tersebut bersatu kedalam suatu perkumpulan yang dinamakan Dewan Gereja Indonesia, yang saat ini merubah namanya menjadi Persekutuan Gereja Indonesia dan Gereja “X” masuk kedalam wadah organisasi tersebut.

(11)

3 Gereja “X” sendiri dikepalai oleh Pendeta dan dalam melaksanakan tugas-tugas gerejawi Pendeta dibantu oleh Majelis jemaat dalam melaksanakan hal tersebut. Majelis jemaat adalah anggota jemaat gereja yang dipilih dan diangkat menjadi pemimpin diatara sesama anggota untuk suatu masa bersama dengan pendeta oleh Organisasi Majelis jemaat dan jemaat Gereja (Tata Gereja “X” tahun 2013-14). Masa jabatan yang ditentukan adalah 3 tahun dan dapat diangkat kembali maksimal 2 periode berturut-turut. Hal ini tertuang dalam Tata Gereja “X” tahun 2013-2014. Dalam hal pelayanan ini Majelis Jemaat bekerja secara

sukarela. Majelis jemaat di Gereja “X” berjumlah 26 orang.

Majelis Jemaat diketuai oleh salah seorang penatua. Dalam struktur organisasi, Majelis Jemaat dibagi ke dalam Badan Pengurus Harian dan 4 bidang, yaitu Badan pengurus harian, Bidang 1 (Kesaksian Pelayanan), Bidang 2 (Persekutuan), Bidang 3 (Pembangunan Jemaat/Bina), Sarpen (Sarana Prasarana). Para Majelis jemaat memiliki tugas untuk mengawasi kegiatan-kegiatan yang ada di dalam Komisi Gereja sesuai dengan bidang yang dijabat. Selain itu juga Majelis jemaat bertugas untuk memfasilitasi dan mendampingi setiap komisi dalam membuat anggara setiap tahunnya dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan setiap bulannya. Pada pelaksanaannya, Majelis Jemaat saling membantu satu sama lain dan turut turun langsung berpartisipasi dengaan setiap komisi yang ada di jemaat.

(12)

jemaat ini diwujudkan dalam bentuk Katekisasi, pemahaman Alkitab, pembinaan penanaman ajaran agama Kristen, juga mendorong jemaat untuk mau ikut aktif dalam setiap kegiatan ritual gerejawi seperti persekutuan doa, pemahaman Alkitab, dan juga katekisasi. Tugas yang ketiga adalah melaksanakan kesaksian dan pelayanan. Kesaksian dan pelayanan ini bersifat lebih kepada aksi nyata yang dapat diwujudkan oleh Gereja kepada masyarakat sekitar baik kepada masyarakat Kristen dan Non Kristen. Selain itu juga kesaksian dan pelayanan ini bersifat internal dan eksternal. Hal-hal yang bersifat internal ini diperuntukan untuk jemaat Gereja “X” sendiri seperti memberikan bantuan secara ekonomi kepada jemaat yang membutuhkan, memberikan beasiswa kepada jemaat Gereja “X” yang membutuhkan, pengobatan gratis setiap bulannya, dan lain sebagaianya. Sedangkan hal-hal yang bersifat eksternal lebih bersifat aksi sosial ke luar yaitu diperuntukan untuk masyarakat dan penduduk sekitar. Hal-hal ini diwujudkan dalam bentuk donor darah setiap 3 bulan sekali, memberikan bantuan untuk korban-korban bencana, memberikan pendidikan atau les kepada anak-anak di lingkungan sekitar, mengunjungi penjara-penjara untuk memberikan bantuan, dan lain sebagainya. (Tata Gereja “X” tahun 2013-2014)

Dari ketiga tugas tersebut diharapkan Majelis jemaat dapat memahami dan melakukan setiap ajaran Agama Kristen ke dalam kehidupan mereka sehari-hari dan membantu jemaat untuk bersama-sama bertumbuh dalam ajaran Kristiani. Selain itu juga Majelis jemaat diharapakan untuk bisa mengaplikasikan ajaran agama Kristen ke dalam kehidupan mereka sehari-hari di kehidupan di luar Gereja baik itu dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan bermasyarakat dengan orang-orang non Kristen di lingkungan Majelis jemaat tinggal.

(13)

5

dimensi religiusitas yaitu dimensi pengetahuan (religious knowledge), dimensi ideologis (religious belief), dimensi praktik agama (religious practice), dimensi pengalaman dan penghayatan (religious feeling), dimensi pengamalan dan konsekuensi (religious effect).

Dimensi pengetahuan (religious knowledge) berisi tentang tingkat pengetahuan anggota Majelis Jemaat Gereja”X” terhadap ajaran-ajaran pokok agama yang diajarkan.

Gambaran perilaku yang ditunjukan oleh anggota Majelis Jemaat Gereja “X” di Kota Bandung adalah mengetahui dan memahami mengenai inti ajaran pokok ajaran agama Kristen seperti konsep kasih, Allah Tri Tunggal, sepuluh perintah Allah, pengetahuan mengenai Kemajelisan Gereja “X”.

Dimensi ideologis (religious belief) yang berisi keyakinan anggota Majelis Jemaat Gereja “X” di Kota Bandung terhadap ajaran agamanya. Gambaran perilaku Anggota Majelis Jemaat Gereja “X” di Kota Bandung yang memiliki dimensi ideologis adalah memiliki

keyakinan akan keberadaan Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, percaya terhadap kisah Nabi dan mujizatnya, percaya mengenai Allah Tritunggal, percaya adanya surga dan neraka, mempercayai isi Alkitab.

Dimensi praktik agama (religious practice) yang berisi kepatuhan anggota Majelis Jemaat Gereja “X” di Kota Bandung dalam melaksanakan ritual-ritual keagamaan

sebagaimana yang dianjurkan oleh agama Kristen. Gambaran perilaku Anggota Majelis Jemaat Gereja “X” di Kota Bandung yang memiliki dimensi praktik agama adalah mengikuti

kebaktian setiap Minggu, mengikuti sakramen perjamuan kudus, membaca renungan dan alkitab, dan berdoa.

(14)

kedekatan dengan Tuhan, perasaan bahwa Tuhan mendengarkan doanya, perasan bersyukur atas berkat yang Tuhan berikan, perasaan dicintai oleh Tuhan.

Dimensi pengamalan dan konsekuensi (religious effect) berisi tentang pengaplikasian ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Dimensi pengamalan dan konsekuensi digambarkan dalam perilaku seperti memiliki perilaku yang positif, penguasaan diri, menolong orang-orang yang kesulitan, memiliki kemurahan hati, berjuang hidup sukses menurut ukuran kekristenan. dalam kehidupan mereka. 1 orang anggota Majelis jemaat berdoa ketika dia makan saja dan hanya ketika dia ingat untuk berdoa, sesekali mereka malah lupa untuk berdoa. Dia menganggap bahwa walaupun tidak berdoa yang penting melakukan hal yang baik kepada orang lain sudah cukup. Dari survey diatas terlihat adanya dimensi pengalaman yang dirasakan oleh Majelis jemaat, artinya adanya hubungan yang intim dan kedekatan antara individu dengan Tuhan mereka merasakan adanya kehadiran Tuhan dalama kehidupan mereka. Selain itu ada juga dimensi praktik yang dilaksanakan oleh Majelis jemaat, beberapa Majelis jemaat melaksanakan praktik agamanya secara rutin dan ada juga yang menjalankan praktik agamanya secara tidak rutin.

(15)

7

Alkitab. 3 orang membaca membaca Alkitab hanya ketika kebaktian di hari minggu saja, karena alasan tidak ada waktu untuk membaca Alkitab dengan kegiatan dan pekerjaan mereka sehari-hari, dan mereka merasa kehidupan mereka baik-baik saja ketika tidak membaca Alkitab.

Dalam hal melayani perjamuan kudus, 5 orang pernah melayani dalam hal perjamuan kudus. 3 orang merasa mereka menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk melayani sakramen perjamuan kudus. Menurut mereka hal tersebut menjadi tanggung jawab pelayanan ynag harus dilakukan sebagai wujud pengucapan syukur kepada Tuhan atas apa yang telah mereka dapat dalam hidupnya. Sedangkan 2 orang menganggap bahwa hal itu hanya tanggung jawab biasa sebagai Majelis jemaat. Mereka berpendapat jika tidak dilayani oleh mereka pun perjamuan kudus masih bisa ditangani oleh anggota Majelis jemaat yang lain. Berdasarkan hasil survey diatas didapatkan adanya dimensi pengamalan dan ideologis dalam diri Majelis jemaat. Mereka memiliki kepercayaan yang mereka aplikasikan dalam bentuk pelayanan kepada jemaat di Gereja. Sedangkan beberapa Majelis jemaat merasa hal tersebut menjadi bentuk tanggung jawab saja bukan sebagai aplikasi dari kepercayaan yang mereka yakini.

Berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti Derajat Religiusitas pada Majelis Jemaat Gereja “X” di Kota Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

Bagaimana gambaran religiusitas dan faktor–faktor apa yang berkaitan dengan dimensi religiusitas.

(16)

Untuk mendapatkan data empiris dimensi religiusitas anggota Majelis Jemaat Gereja “X” di Kota Bandung khususnya kelima dimensi religiusitas.

1.3.2 Tujuan :

Mengetahui gambaran tentang derajat dimensi – dimensi religiusitas dari Majelis Jemaat Gereja “X” di Kota Bandung beserta keterkaitan faktor penunjang.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

- Menambah informasi mengenai derajat dimensi religiusitas pada anggota ke dalam bidang Psikologi Integratif.

- Memberikan masukan bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai religiusitas dan dapat mendorong dikembangkannya penelitian yang berhubungan dengan religiusitas.

1.4.2 Kegunaan Praktis

- Memberikan informasi kepada Majelis Jemaat Gereja “X” di Kota Bandung mengenai gambaran dimensi religiusitas pada anggota Majelis Jemaat sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan - kebijakan dalam mengembangkan religiusitas anggota.

- Memberikan informasi mengenai adanya keterkaitan faktor yang mempengaruhi religiusitas kepada Majelis Jemaat Gereja “X” di Kota Bandung untuk dapat dijadikan pertimbangkan dalam memberikan pembinaan religiusitas anggota Majelis Jemaat di Kota Bandung.

(17)

9

- Memberikans saran kepada guru untuk bisa menjadi panutan bagi para peserta didik dalam hal beragama.

1.5Kerangka Pemikiran

Majelis jemaat adalah lembaga kepemimpinan untuk pelaksanaan tugas penatua dan pendeta Gereja “X” (Manual pelayanan Gereja “X” 2013-2014 pasal 4). Sebagai lembaga kepemimpinan di Gereja “X”, Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung tentu memiliki tugas-tugas dalam memimpin dan melaksanakan pembangunan Gereja. Secara umum tugas-tugas dari setiap Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung adalah memimpin jemaat mewujudkan persekutuan, memimpin jemaat melakukan pembangunan jemaat, memimpin melaksanakan kesaksian dan pelayanan. Dalam hal mewujudkan tugas-tugas umum ini, Majelis Jemaat Gereja “X” di Kota Bandung diharapkan memiliki dasar pengetahuan dan pemahaman agama. Setelah memiliki pengetahuan dan pemahaman agama akan tumbuh keyakinan dalam diri Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung untuk mempercayai pengetahuan agama yang dimilikinya dan menjalankan praktik agama dalam kehidupan beragamanya. Seiring dengan adanya hal tesebut maka akan muncul sebuah pengalaman dan penghayatan dalam diri Majelis jemaat Gereja “X”

di Kota Bandung dalam kehidupan beragamanya dan hal ini dapat mendorong majelis jemaat untuk mengamalkan atau membagikan apa yang dimilikinya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pengertian dan dimensi-dimensi Religiusitas menurut Glock dan Stark (1965).

(18)

Knowledge), dimensi ideologis (Religious belief), dimensi praktik agama (Religious

Practice), dimensi pengalaman dan penghayatan (Religious feeling), dimensi pengamalan dan konsekuensi (Religious Effect). Derajat religiusitas Majelis Jemaat dapat dilihat dari masing-masing dimensinya.

Dimensi pertama pengetahuan agama (Religious knowledge) melibatkan proses kognitif yang merujuk kepada pengetahuan majelis jemaat gereja “X” di kota Bandung

terhadap ajaran-ajaran pokok agama yang diajarkan. Majelis jemaat yang memiliki derajat dimensi pengetahuan agama yang tinggi mengetahui inti ajaran pokok agama Kristen, mengetahui kisah-kisah Alkitab, mengetahui mengenai Allah tri tunggal, mengenai 10 perintah Allah, mengetahui mengenai kasih. Sebaliknya Majelis Jemaat yang memiliki derajat dimensi pengetahuan yang rendah kurang mengetahui inti ajaran pokok agama Kristen, mengetahui kisah-ksiah Alkitab, kurang memahami pengetahuan mengenai Allah tri tunggal, kurang mengetahui mengenai 10 perintah Allah, kurang mengetahui mengenai kasih.

(19)

11

Dimensi ketiga dimensi praktik agama (Religious Practice) melibatkan proses konatif yang merujuk kepada tingkat kepatuhan Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana yang dianut oleh agamanya. Majelis jemaat yang memiliki dimensi praktik agama yang tinggi akan melakukan ritual agama sesuai dengan ajaran Kristiani, seperti mengikuti kebaktian setiap minggu, mengikuti sakramen perjamuan kudus, melayani dalam sakramen perjamuan kudus, membaca renungan dan alkitab setiap hari, dan berdoa setiap hari, mengikuti persekutuan doa. Sebaliknya Majelis jemaat yang memiliki dimensi praktik agama yang rendah akan jarang melakukan ritual agama yang sesuai dengan ajaran agama Kristen, seperti jarang mengikuti kebaktian setiap minggu, jarang mengikuti sakramen perjamuan kudus, jarang melayani sakramen perjamuan kudus, jarang membaca renungan dan alkitab, dan jarang berdoa, jarang mengikuti persekutuan doa.

Dimensi keempat dimensi pengalaman dan penghayatan (Religious feeling) melibatkan proses afektif yang merujuk kepada derajat Majelis jemaat Gereja “X” di Kota

Bandung dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman religiusitas. Majelis jemaat yang memiliki dimensi pengalaman-pengalaman dan penghayatan yang tinggi akan memiliki perasaan dekat dengan Tuhan, perasaan bahwa Tuhan mendengarkan doanya, perasaan bersyukur kepada Tuhan, perasaan dicintai oleh Tuhan. Sebaliknya Majelis jemaat yang memiliki dimensi pengalaman dan penghayatan yang rendah akan memiliki perasaan kurang dekat dengan Tuhan, perasaan bahwa Tuhan tidak mendengarkan doanya, perasaan kurang bersyukur kepada Tuhan, perasaan kurang dicintai oleh Tuhan.

(20)

memiliki dimensi pengamalan dan konsekuensi yang tinggi akan memiliki perilaku yang positif, seperti penguasaan diri, menolong orang yang kesulitan, memiliki kemurahan hati, berjuang hidup sukses menurut ukuran kekristenan. Majelis Jemaat yang kurang dalam penguasaan dirinya, tidak murah hati, jarang menolong orang lain, dan berjuang hidup sukses menurut ukuran dirinya akan memiliki derajat dimensi konsekuensi yang rendah.

Majelis Jemaat Gereja “X” di kota Bandung memiliki dimensi religiusitas dalam

dirinya tetapi setiap dimensi memiliki derajat tinggi rendah masing-masing yang tidak dapat dijadikan satu. Namun dimensi-dimensi tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor pendukung lain yang dapat mempengaruhi seseorang terhadap religiusitasnya. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan beragama seseorang. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan agama, yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Jalaluddin, 2002). Faktor intern meliputi usia dan kepribadian. Usia dapat mempengaruhi agama pada tingkat usia yang berbeda. Pada tingkat usia yang berbeda terlihat adanya perbedaan pemahaman agama. Perkembangan usia dalam memahami agama sejalan dengan perkembangan kognitif yang semakin berkembang.

Pemahaman agama pada usia yang berbeda dipengaruhi juga dengan perkembangan kognitifnya. Pada anggota Majelis jemaat sudah mulai muncul cara berpikir kritis tentang agama yang diperolehnya sejak anak – anak. Semakin dewasa usia Majelis jemaat maka akan semakin kritis pula dalam memahami ajaran agamanya, baik dalam memahami ajaran agama yang bersifat doktrin, praktik agama, pengalamannya berelasi dengan Tuhan, pengetahuan agamanya dan saat mengaplikasikan ajaran agama tersebut kepada kehidupan sehari – hari.

(21)

13

aspek, yaitu pertama dorongan untuk bertingkah laku yang terdiri dari extrovert dan introvert. Kedua cara memperoleh informasi yang terdiri dari sensing dan intuition. Ketiga cara mengolah informasi dan mengambil keputusan yang terdiri dari thinking dan feeling. Terakhir gaya hidup yang terdiri dari judging dan perceiving.

Faktor external meliputi lingkungan keluarga, lingkungan institusional, dan lingkungan masyarakat. Pertama lingkungan keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh para Majelis jemaat. Jalaluddin (2002) menggungkapkan bahwa keluarga merupakan faktor dominan yang meletakan dasar bagi perkembangan jiwa keagamaan. Proses pembentukan agama di lingkungan keluarga pada Majelis jemaat dimulai sejak ia dilahirkan, orang tua mengajarkan dan mengenalkan mengenai nilai – nilai iman yang baik dan tidak baik yang sesuai dengan ajaran agama, seperti diajarkan untuk berdoa dan beribadah ke gereja sehingga para Majelis jemaat melakukan proses imitasi dari tingkah laku agama yang diajarkan oleh orang tuanya dan cenderung memiliki keyakinan yang sama dengan orang tuanya. Selain itu juga faktor lingkungan keluarga lainnya adalah keluarga inti yaitu Suami/Istri dan anak. Hal ini juga dapat mempengaruhi beragama seorang Majelis Jemaat. Majelis jemaat diharapkan bisa menjadi panutan bagi suami/istri dan anak-anaknya dalam hal bersikap.

(22)

pembinaan bagi para Majelis Jemaat yang diharapakan bisa membuat kehidupan religiusitas Majelis jemaat menjadi lebih baik.

Faktor ekstern yang terakhir adalah lingkungan masyarakat, lingkungan ini merupakan lingkungan yang dibatasi oleh norma dan nilai – nilai yang didukung oleh warganya sehingga setiap anggotanya berusaha untuk menyesuaikan sikap dan tingkah laku dengan norma dan nilai yang ada. Majelis jemaat yang tinggal di lingkungan masyarakat yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat akan berpengaruh positif bagi perkembangan religius Majeli jemaat dan menuntut Majelis jemaat untuk memiliki kehidupan pribadi yang sesuai dengan ajaran agamanya, seperti menolong sesama, melaksanakan ritual praktek agama secara rutin. Sementara Majelis jemaat yang tinggal di dalam lingkungan masyarakat yang lebih cair bahkan cenderung sekuler, kehidupan keagamaannya cenderung lebih longgar yang tidak dibatasi oleh norma dan nilai – nilai yang mengikat akan cenderung berperilaku tidak sesuai dengn ajaran agamanya, seperti menunda praktek ritual agamanya.

Berdasarkan kelima dimensi religiusitas dan faktor – faktor yang mempengaruhinya, maka kita dapat mengetahui derajat dimensi – dimensi religiusitas anggota Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung. Guna memperjelas uraian di atas,

(23)
(24)

1.6Asumsi Penelitian

1. Semakin bertambah umur Majelis Jemaat semakin tinggi tingkat religiusitas. 2. Derajat dimensi –dimensi religiusitas pada anggota Majelis jemaat Gereja “X” di

Kota Bandung dipengaruhi oleh faktor internal yaitu usia dan kepribadian.

3. Derajat dimensi – dimensi religiusitas pada anggota Majelis Jemaat Gereja “X” di Kota Bandung dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga, lingkungan institusional dan lingkungan masyarakat.

(25)

59 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan kesimpulan mengenai hasil analisis dan pengolahan data 26 orang Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung beserta saran yang bernilai teoritis dan praktis yang terarah sesuai dengan hasil penelitian.

5.1 Simpulan

Dari pembahasan mengenai derajat dimensi religiusitas pada Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Derajat dimensi ideologis Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung menunjukan derajat yang tinggi dan dimensi ini berkaitan dengan usia, figur panutan keluarga, orang tua majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung mengajarkan agama yang dianut,

agama yang dianut oleh orang tua majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung,

mengikuti organisasi rohani lain di luar majelis jemaat, pengaruh guru, pengaruh teman sekolah, mengikuti organisasi rohani di sekolah, mengikuti kegiatan rohani di sekolah, dan majelis jemaat Gereja “X” dengan tipe kepribadian Introvert, perceiving.

2. Derajat dimensi pengalaman Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung menunjukan derajat yang tinggi dan dimensi ini berkaitan dengan usia, figur panutan di keluarga majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung, orang tua Majelis jemaat Gereja

“X” di kota Bandung mengajarkan agama yang dianut, agama yang dianut orang tua

(26)

di luar keluarga, pengaruh guru, pengaruh teman sekolah, mengikuti organisasi rohani di sekolah, mengikuti kegiatan rohani di sekolah, dan Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung dengan tipe kepribadian introvert, sensing, feeling, judging.

3. Derajat dimensi pengamalan Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung memiliki derajat yang moderat dan dimensi ini berkaitan dengan figur panutan di keluarga Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung, figur panutan lain di luar keluarga,

mengikuti organisasi rohani di sekolah, dan Majelis jemaat Gereja “X” di Kota

Bandung dengan tipe kepribadian introvert, judging, dan perceiving.

4. Derajat dimensi praktik agama Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung memiliki derjat yang moderat dan dimensi ini berkaitan dengan usia, orang tua Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung yang mengajarkan agama yang dianut, mengikuti

organisasi rohani di sekolah, dan Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung dengan

tipe kepribadian introvert dan feeling.

5. Derajat dimensi pengetahuan agama Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung memiliki derajat dimensi yang rendah dan dimensi ini berkaitan dengan usia, figur panutan di keluarga Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung, orang tua Majelis

jemaat Gereja “X” di Kota Bandung yang mengajarkan agama yang dianut, orang tua

Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung yang berpindah agama menjadi Kristen,

figur panutan di luar keluarga, pengaruh guru, pengaruh teman di sekolah, mengikuti organisasi rohani di sekolah, mengikuti kegiatan rohani di sekolah, dan Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung dengan tipe kepribadian ekstrovert, sensing, dan thinking.

5.2 Saran

(27)

61

5.2.1 Saran Teoretis

1. Penelitian ini tidak menguji adanya hubungan antar dimensi religiusitasoleh karena itu penelitian selanjutnya disaranakan untuk meneliti pengujian hubungan antar dimensi religiusitas

2. Dapat dipertimbangkan untuk melakukan korelasional untuk melihat hubungan antara derajat dimensi religiusitas dengan faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya faktor usia, faktor kepribadian, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan institusional, dan faktor lingkugan masyarakat.

3. Dapat dipertimbangkan untuk memasukan pertanyaan dimensi pengamalan dan konsekuensi (religous effect) dari kueioner I ke kuesioner II untuk mengukur frekuensi responden dalam hal pengamalan.

5.2.2 Saran Praktis

1. Bagi para Majelis jemaat Gereja “X” di Kota Bandung hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembinaan untuk menjadikan anggota majelis jemaat mencapai sebuah religiusitas yang utuh khususnya dalam hal pengetahuan agama. Selain itu perlu juga adanya pembinaan sebelum anggota jemaat menjabat menjadi majelis jemaat.

2. Bagi para orang tua disarankan untuk sedini mungkin menjadi teladan dalam beragama untuk ana-anaknya.

3. Disarankan kepada orang tua untuk mengarahkan anak-anaknya pada usia remaja untuk mulai mengikuti kegiatan organisasi gereja.

(28)

RELIGIUSITAS PADA MAJELIS JEMAAT GEREJA

“X”

DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh:

RAYNARD WIGUNA NRP: 0930161

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

(29)

LEMBAR PENGESAHAN

2262/SN/F.Psi/UKM/INT/2016

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI DERAJAT DIMENSI RELIGIUSITAS PADA MAJELIS JEMAAT GEREJA “X”

DI KOTA BANDUNG

Dengan ini, saya menyatakan bahwa

isi CD-ROM Laporan Penelitian sama dengan hasil revisi akhir.

Menyetujui, Bandung, April 2016

Pembimbing I

(Drs. Paulus H.P., M.Si., Psikolog) (Raynard Wiguna)

NIK : 310015 0930161

Menyetujui, Menyetujui,

Pembimbing II Ketua Program S1

(Yoga Hardianto, M.Psi., Psikolog) (Lie Fun Fun, M.Psi., Psikolog) NIK : 860059L NIK : 310095

Mengetahui,

Dekan Fakultas Psikologi

(30)

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Raynard Wiguna

NRP : 0930161 Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa laporan penelitian ini adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.

Apabila pada masa mendatang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala konsekuensi sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 17 Tahun 2010.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandung, April 2016

(31)

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Raynard Wiguna

NRP : 0930161 Fakultas : Psikologi menyatakan bahwa:

1) Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non

-Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “STUDI DESKRIPTIF MENGENAI DERAJAT DIMENSI RELIGIUSITAS PADA MAJELIS JEMAAT GEREJA “X” DI KOTA BANDUNG”.

2) Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalihmediakan/ mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya dan menampilkan/ mempublikasikannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta. 3) Saya bersedia menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas

Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, April 2016

(32)

Puji dan syukur penulis panjatkan bagi Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan kasih-Nya yang besar, peneliti mampu menyelesaikan mata kuliah Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Adapun judul dari Skripsi ini adalah “Studi Deskriptif mengenai Derajat Dimensi Religiusitas pada Majelis

Jemaat Gereja “X” di Kota Bandung”

Peneliti menyadari bahwa skripsi yang telah disusun ini belum sempurna. Oleh karena itu, besar harapan peneliti kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan skripsi ini.

Dalam melakukan penyusunan skripsi ini, peneliti menerima bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak. Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama pengerjaan skripsi ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada:

1. Dr. Yuspendi, M.Psi., Psikolog, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Dr. Irene P. Edwina, M.Si., Psikolog selaku Pembantu Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

(33)

4. Drs. Paulus H. Prasetya, M.Si., Psikolog, selaku dosen pembimbing utama yang selalu meluangkan waktu dan dukungan serta arahan kepada peneliti agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan sebaik mungkin.

5. Yoga Hardianto M.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing pendamping yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan dukungan serta arahan kepada peneliti agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan sebaik mungkin

6. Majelis Jemaat Gereja “X” di Kota Bandung, selaku sumber informasi kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

7. Pdt. Em. Jahja Purwanto dan Pdt. Ima F Simamora, selaku pendeta konsulen Gereja “X” yang telah membantu dalam validasi alat ukur.

8. Kepada karyawan Tata usaha dan TKT Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha terima kasih atas bantuan, dan kerja sama kepada peneliti

9. Teman-teman mahasiswa khususnya angkatan 2009 dan dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha terimakasih atas bantuan, saran, dan dorongannya kepada peneliti.

10. Ryan Anthony Williem yang selalu membantu dan memberikan masukan pada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini

11. Teman-teman “Setapak Sriwedari”, Komisi Pemuda Pasirkaliki , teman -teman “Pipa”, terimakasih atas bantuan, dukungan dan semangat yang

selalu diberikan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

(34)

mengingatkan dalam peneliti mengerjakan dan menyusun skripsi ini. 14. Papi dan Mami yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan doa

dalam peneliti mengerjakan dan menyusun skripsi ini.

Akhir kata peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang memerlukan.

Bandung, April 2016

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Anggarasari, R.E. 1997. Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Sikap Konsumtif pada Ibu Rumah Tangga. Psikologika. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. No.4, Tahun II (15-20

Anastasi, A., 1990. Psychological Testing.6th ed. New York : Macmillan Publishing Company

Ancok,Dj dan Suroso, F N. 1995. Psikologi Islami, Solusi Islam Atas Problem – Problem Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Fakultas Psikologi, 2009, Panduan Penelitian Skripsi Sarjana. Bandung Universitas Kristen Maranatha

Glock, C & Stark, R. 1965. Religion and Society in Social Tension. USA: Rand McNally and Company

Guilford. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education. New York: McGraw-Hill.

Jalaluddin. 2002. Psikologi Agama. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Myers, I.B & Myers, P.B. 1995. Gifts Differing: Understanding Personality Type. USA : Davies-Black Publishing

Nazir, M,1998. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia

(36)

DAFTAR RUJUKAN

Williem, Ryan Anthony. 2015. Studi Deskriptif Mengenai Profil Religiusitas Pada Anggota Angkatan Muda Vihara “X” di Kota Bandung

Gereja “X”, Majelis Jemaat. Manual Pelayanan Gereja ”X” “ Mewujudkan Damai

Sejahtera” Tahun Pelayanan 2014-2015

https://id.wikipedia.org/wiki/Agama (Diakses 24 Juli 2015, Pukul 11.27)

https://eyinn.wordpress.com/2012/05/28/kehidupan-beragama-di-indonesia/ (Diakses 6 Agustus 2015, Pukul 15.36)

http://www.contohmedia.com/2014/10/sejarah-masuknya-agama-kristen-di.html (Diakses 6 Agustus 2015, Pukul 15.55)

http://artikel.sabda.org/kasih_kristiani_mengaktualisasi_kasih_yang_tergambar_dalam_1_kor intus_13

(Diakses tanggal 13 Agustus 2015, Pukul 11.43) http://www.sarapanpagi.org/hukum-kasih-vt344.html

(Diakses tanggal 13 Agustus 2015, Pukul 11.44)

https://midiankhsirait.wordpress.com/2012/01/18/koinonia-marturia-diakonia/ (Diakses tanggal 13 Agustus 2015, Pukul 11.49)

https://id.wikipedia.org/wiki/Kekristenan (Diakses tanggal 21 Januri 2016, Pukul 21:44)

Gambar

Tabel 3.1
Tabel Rangkuman Tabulasi Silang Derajat Dimensi Religiusitas dan
Gambaran perilaku yang ditunjukan oleh anggota Majelis Jemaat Gereja “X” di Kota
figur panutan di luar keluarga, pengaruh guru, pengaruh teman di sekolah, mengikuti

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil dari penelitian ini adalah sensor TCS 230 bekerja dengan baik untuk melihat perbedaan warna dengan pengujian menggunakan Kodak scanner calibration chart dengan bacaan

dari sektor pajak, tapi dengan tidak dikenakannya pajak atas penghasilan yang.. tidak melebihi PTKP yang diterima oleh wajib pajak tentu juga

Para tenaga kerja yang berada di sentra pengasapan ikan kelurahan Bandarharjo mampu untuk meningkatkan kesehatan untuk diri sendiri bahkan untuk orang lain, mengurangi

Dari data pengeringan di atas dapat disimpulkan bahwa pengeringan menggunakan alat pengering cengkeh berbasis mikrokontroler ini jauh lebih cepat dibandingkan dengan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam karya tulis ini adalah membangun suatu Sistem Aplikasi dengan prinsip dan cara kerja yang berupa Expert Advisor yang dapat digunakan

Berawal dari uraian diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh faktor jumlah pengeluaran penghasilan dan faktor mutu

Hitung subnetting berikut dan tuliskan alamat network, , rentang alamat host, alamat broadcast, dan tentukan jenis dari alamat IP (host/network/broadcast) berikut..