• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERA DAN TERA ULANG TANGKI TUTSIDA UNIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TERA DAN TERA ULANG TANGKI TUTSIDA UNIT"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

TERA DAN TERA ULANG TANGKI TUTSIDA UNIT

PELAKSANA TEKNIS DAERAH METROLOGI LEGAL

LAPORAN

PROGRAM STUDI D

FAKULTAS MATEMATIKA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TERA DAN TERA ULANG TANGKI TUTSIDA UNIT

PELAKSANA TEKNIS DAERAH METROLOGI LEGAL

KOTA BATAM

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

MATIUS CELCIUS SINAGA

142411034

PROGRAM STUDI D-3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

TERA DAN TERA ULANG TANGKI TUTSIDA UNIT

PELAKSANA TEKNIS DAERAH METROLOGI LEGAL

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI

(2)

PRAKATA

Metrologi dalam abad ini memiliki fungsi dan peran yang sangat dominan. Hal ini ditandai dengan banyaknya kesepakatan, aturan, atau konvensi internasional yang berhubungan dengan sistem keseragaman penggunaan satuan ukur, standar ukuran, dan metode pengukuran serta alat-alat ukurnya.

Hal tersebut membuktikan bahwa pengukuran merupakan kebutuhan fundamental bagi pemerintah, pedagang, pengusaha, konsumen dan masyarakat luas. Bahkan, pengukuran memegang peran yang sangat signifikan dalam setiap aspek kehidupan manusia. Pengukuran berkontribusi pada mutu kehidupan setiap masyarakat melalui perlindungan konsumen, pelestarian lingkungan, pemanfaatan sumber daya alam secara rasional, serta peningkatan daya saing industry jasa dan manufaktur.

Oleh karna itu, muncul pula Metrologi Legal, yaitu proses pengukuran yang diatur oleh peraturan perundang undangan. Sejalan dengan hal itu, maka laporan dengan judul“Tera Dan Tera Ulang Tangki TUTSIDA Unit Pelaksana Teknis Daerah Metrologi Legal Kota Batam”ini disusun. Pada judul ini, penulis memamaparkan secara khusus prosedur tera dan tera ulang pada Bejana Ukur dalam penggunaannya sebagai alat stadar untuk mengukur atau menguji alat UTTP lainnya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mempersembahkan laporan ini semoga menambah sedikit banyak nya pengetahuan dibidang kemetrologian secara terkhus terhadap Bejana Ukur. Penulis kembali mengucap banyak terimakasi kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan dan pelatihan dalam pengerjaan laporan ini, terkhusus kepada semua pihak yang ada di UPTD METRLOGI KOTA BATAM

baik staff Penera maupun Staff Teknis serta teman teman yang selalu ada disetiap pengerjaan laporan ini. Semoga Tuhan selalu memberkati setiap usaha kita.

Batam, 06 September 2016

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktik Lapangan dan dapat pula menyelesaikan laporan ini.

Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dimulai pada tanggal 11 Juli sampai tanggal 11 September 2016 di Unit Pelayanan Teknis Daerah, banyak pengalaman baru yang diperoleh, baik buruk, suka duka, pahit manis, serta halangan dan rintangan telah penulis lalui. Semua hal itu memberikan pengaruh sekaligus latihan pada diri pribadi khususnya bagi penulis dalam rangka proses pendewasaan sebagai seorang mahasiswa yang menjalani hidup di kota yang belum pernah sebelumnya penulis kunjungi.

Dalam pelaksanaan Praktek Profesi Lapangan selama kurang-lebih 2 bulan ini penulis dengan segala kerendahan hati ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan berupa dorongan, semangat, bimbingan, petunjuk, nasehat dan kerjasama dari berbagai pihak, yaitu kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya yang memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan PKL dan laporan ini untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan D-3 Metrologi dan Instrumentasi.

2. Kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan segala dukungan dan doa kepada penulis.

3. Dosen kami Diana A. Barus, M.Sc selaku ketua jurusan D-3 Metrologi dan Instrumentasi di Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ahmad Elfasi, SE selaku kepala UPTD Metrologi Legal Kota Batam yang telah memberikan kami kesempatan untuk melakukan PKL dan baik memberikan nasehat-nasehat, ilmu dan dukungan dalam melakasakan Praktek Kerja Lapangan. 5. Bapak Abu Bakar, SH selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPTD Metrologi Legal

Kota Batam.

6. Bapak Aprizal, ST selaku divisi massa UPTD Metrologi Legal Kota Batam.

(4)

8. Bapak Ondri, ST selaku penanggung jawab Mutu dan Laboratorium UPTD Metrologi Legal Kota Batam selaku Pembimbing selama Melaksanakannya Praktek Kerja Lapangan di UPTD Metrologi Legal Kota Batam.

9. Bapak Resdiyanto, ST selaku penanggung jawab Teknis UPTD Metrologi Legal Kota Batam.

10. Seluruh Staff Administrasi Ibu Dewi Arif Prihatini, Amd dan Ibu Adelina yang telah membantu dalam melengkapi Dokumen-dokumen yang diperlukan untuk laporan ini 11. Seluruh Staff senior D-3 Metrologi Instrumentasi Universitas Sumatera Utara, Gatra

Novandra,Amd; Rifanti Nadia,Amd; Seh Malem Tarigan,Amd; dan Yunus Firdaus

Kacaribu,Amd yang telah membantu dan membimbing penulis.

12. Seluruh Satuan Polisi Pamong Praja (SatpolPP) UPTD Metrologi Legal Kota Batam, Sapriadi, Raja Nurmala dan Beni Silvia

13. Bang Rahyman selaku Kepala reparatir UPTD Metrologi Legal Kota Batam.

14. Ibu Yeni Sri Wahyuni Penanggung jawab Kebersihan UPTD Metrologi Legal Kota Batam

15. Teman-teman D-3 Metrologi dan Instrumentasi FMIPA USU, Rugun Gladys Sianipar, Eureka Grace Simanjuntak, Alfransisko Pasaribu, Ibrena Githa Sinuhaji, dan Andy Bintang Sinaga yang melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di UPTD Metrologi Legal Kota Batam.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktek kerja lapangan ini masih kurang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan mendukung demi kesempurnaan laporan ini.

Penulis berharap semoga laporan praktek kerja lapangan ini dapat bermanfaat bagi semuapihak, terutama dalam lingkungan Metrologi dan Instrumentasi khususnya, dan masyarakat pada umumnya.

Batam, 06 September 2016

(5)

DAFTAR ISI

PRAKATA x

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI x

BAB I PENDAHULUAN x

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Defenisi TUTSIDA 2

1.4 Maksud dan Tujuan 4

BAB II TINJAUAN UMUM 5

2.1Sejarah Singkat UPDT Metrologi Kota Batam 5

2.2 Dasar Hukum UPTD Metrologi Kota Batam 7

2.3 Visi, Misi, Motto dan Kebijakan Mutu UPTD Metrologi Kota Batam 9

2.3.1 Visi 9

2.3.2 Misi 9

2.3.3 Motto Aparatur Metrologi 9

2.3.4 Kebijakan Mutu 10

2.4 Tugas Pokok dan Fungsi UPTD Metrologi Kota Batam 10

2.4.1 Tugas Pokok 10

2.4.2 Fungsi 11

2.5 Struktur Organisasi 12

2.6 Tugas Pokok, Wewenang dan Tanggung Jawab 13

2.6.1 Kepala UPTD Balai Metrologi 13

2.6.2 Kepala Sub Bagian Tata Usaha 14

2.6.3 Pejabat Fungsional Penera 15

2.7 Cap Tanda Tera 18

2.8 Kegiatan UPTD Metrologi Kota Batam 19

2.9 Laboratorium dan Instalasi Pengujian 19

2.10 Alur Pelayanan Tera dan Tera ulang UPTD Metrologi Kota Batam 20

(6)

BAB III PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN

3.1Persyaratan Teknis 23

3.1.1Bahan 23

3.1.2Konstruksi 23

3.2 Persyaratan Kemetrologian 25

3.3 Pemeriksaan 25

3.4 Pengujian Tera Dan Tera Ulang 25

3.5.Prosedur Pengujian Dan Data 28

BAB IV 43

4.1 Pembubuhan Cap Tanda Tera 43

4.2 Tempat Meletakan Cap Tanda Tera 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 44

5.1 Kesimpulan 44

5.2 Saran 44

LAMPIRAN

1. Gambar Pada Pembahasan

2.1 Lambang Metrologi

2.2 Gambar Struktur Organisasi UPTD Metrologi Kota Batam 2.3 Penunjukan Pembacaan Skala bergerak 0

2.4 Posisi pengukuran TUTSIDA 2.5 Bagian Tutup TUTSIDA

2.6 Posisi pengukuran panjang cincin TUTSIDA 2.7 Penjelasan keseluruhan TUTSIDA

Tabel Pada Pembahasan

3.1 Tabel Volume TUTSIDA

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam meningkatkan suatu pembelajaran diperlukan kinerja dan usaha. Praktek Kerja Lapangan merupakan suatu pembelajaran mahasiswa untuk mencapai AhliMadya. Oleh karena itu setiap mahasiswa harus melaksanakan praktek kerja lapangan. Dengan melaksanakan praktek kerja lapangan mahasiswa bisa belajar dan mengerti bagaimana melakukan pekerjaan yang dilakukan setiap pekerja. Tidak dapat dipungkiri lagi penyerapan tenaga kerja dari suatu pekerjaan tidak terlepas dari keterampilan dan keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja tersebut, untuk itu perusahaan merekrut sumber daya manusia yang siap pakai yang memiliki keterampilan dan keahlian yang akan ditempatkan dalam pekerjaan sesuai dengan bidangnya itu dapat kita lihat dari begitu ketatnya persaingan dalam dunia bisnis saat ini.

Praktek kerja lapangan merupakan wujud aplikasi terpadu antara sikap, kemampuan dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa dibangku kuliah. Dengan mengikuti praktek kerja lapangan diharapkan dapat menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman mahasiswa dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

(8)

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mewujudkan keseragaman dalam pelaksanaan kegiatan tera dan tera ulang Tangki Ukur Tetap Bentuk Silinder Datar.

1.3 Defenisi TUTSIDA

1. Tangki adalah tempat penyimpanan fluida pada tekanan kerja (operasional) yang juga dapat digunakan untuk pengukuran kuantitas dari cairan atau gas yang terdapat didalamnya.

2 Tangki Ukur Tetap Bentuk Silinder Datar yang selanjutnya disingkat TUTSIDA adalah tangki ukur yang mempunyai penampang melintang berbentuk lingkaran atau elips yang diletakkan mendatar secara tetap baik yang tertanam di dalam tanah maupun ditumpu oleh pondasi di atas tanah.

3 Volume nominal adalah nilai dari volume cairan maksimum yang terdapat di dalam TUTSIDA pada kondisi penggunaan normal.

4 Ukuran nominal adalah ukuran dimensi TUTSIDA yang terdiri dari diameter nominal, tinggi nominal dan panjang nominal.

5 Diameter nominal adalah diameter dalam rata-rata semua cincin. 6 Tinggi nominal adalah tinggi TUTSIDA.

7 Panjang nominal adalah panjang rata-rata TUTSIDA.

8 Lemping volume nominal adalah lemping logam yang memuat Tanda Daerah, Tanda Pegawai Berhak, Tanda Sah dan nilai volume nominal.

9 Lubang ukur adalah lubang bertutup pada TUTSIDA, terletak tepat di atas meja ukur yang digunakan sebagai tempat untuk mengukur tinggi cairan.

10 Sumbu pengukuran vertikal adalah garis vertikal yang melewati tengah-tengah pipa pengarah yang letaknya sesuai dengan lubang ukur dan sesuai dengan posisi yang diarahkan untuk pengukuran ketinggian.

11 Meja ukur adalah pelat datar yang dipasang tepat di bawah lubang ukur TUTSIDA digunakan sebagai awal pengukuran tinggi cairan yang berada di dalamnya.

12 Titik ukur kedalaman atau titik referensi nol adalah persimpangan antara sumbu pengukuran vertikal dengan permukaan meja ukur TUTSIDA.

(9)

14 Titik referensi atas adalah titik yang terletak pada sumbu pengukuran vertikal yang dijadikan sebagai referensi untuk mengukur ullage.

15 Tinggi referensi adalah jarak antara titik ukur kedalaman dengan titik referensi atas. 16 Alat ukur ketinggian otomatis adalah alat yang digunakan untuk mengukur dan

menampilkan ketinggian cairan yang berada dalam TUTSIDA secara otomatis dengan memperhatikan referensi tetap, sekurang-kurangnya terdiri dari sensor ketinggian cairan, transduser dan perangkat penunjukan.

17 Benda koreksi (deadwood) adalah benda yang terpasang di dalam TUTSIDA yang mempengaruhi volume TUTSIDA.

18 Depth tape adalah alat ukur panjang untuk mengukur ketinggian cairan.

19 Pengujian metode volumetri adalah penentuan volume TUTSIDA dengan penakaran masuk atau penakaran keluar dengan menggunakan standar ukuran volume memakai cairan.

20 Penakaran masuk adalah mengalirkan cairan dari standar ukuran volume ke dalam tangki.

21 Penakaran keluar adalah mengalirkan cairan dari tangki ke dalam standar ukuran volume statis atau dinamis.

22 Pengujian metode geometri adalah penentuan volume TUTSIDA dengan mengukur dimensi luar atau dimensi dalam TUTSIDA dengan memperhitungkan semua koreksi. 23 Cincin adalah bagian dinding TUTSIDA berbentuk silinder yang pinggir sampingnya

dibatasi oleh sambungan dengan las.

24 Lubang masuk (manhole) adalah lubang pada TUTSIDA, berupa silinder yang ujungnya tertutup dan dapat dibuka untuk masuk atau keluar orang.

25 Pipa masukan adalah pipa yang digunakan untuk mengalirkan cairan ukur masuk ke dalam TUTSIDA.

26 Pipa keluaran adalah pipa yang digunakan untuk mengalirkan cairan ukur keluar TUTSIDA.

27 Pipa pengarah adalah pipa yang dipasang tetap dan vertikal pada lubang ukur.

28 Rawa adalah bagian dari cairan ukur setinggi meja ukur yang tidak bisa dikeluarkan melalui pipa keluaran.

(10)

30 Tabel volume tangki adalah pernyataan dalam bentuk tabel, fungsi matematika V(h) yang mewakili hubungan antara tinggi h (variabel bebas) dan volume (variabel terikat).

31 Ketidakpastian yang diperluas (expanded uncertainty) adalah suatu interval sekitar nilai hasil pengukuran, dimana dapat diharapkan nilai hasil pengukuran terletak didalamnya dan juga merupakan sifat dari besaran yang diukur tersebut.

1.4 Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Untuk mewujudkan keseragaman dalam pelaksanaan kegiatan tera dan tera ulang Tangki Ukur Tetap Bentuk Silinder Datar.

2. Tujuan

(11)

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Singkat Uptd Metrologi Legal Kota Batam

Unit Pelaksana Teknis Daerah Metrologi Legal Kota Batam adalah salah satu Unit Pelaksana TeknisDaerah (UPTD) pada Dinas Perindustrian Perdagangan Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Batam.Selama Periode tahun 2014 sampai tahun 2015, UPTD Metrologi Legal dipimpin oleh diantaranya :

1. TONI RAHAYUTOTO, SE = Tahun 2013 2. ABDUL MADIAN, ST = Tahun 2013 - 2014 3. AHMAD ELFASI, SE = Tahun 2014 s/d sekarang

(12)

DAK untuk melengkapi sarana dan prasarana berupa pembangunan Gedung, Peralatan Standar, Kendaraan Operasional Roda 4 (1 unit) dan Roda 2 (3 unit) dan Prasarana pendukung lainnya.Tepat pada bulan Desember 2013 UPTD Metrologi Kota Batam resmi menempati kantor Baru yang beralamat Jl. Pemuda No. 7 M Batam Centre. Tanggal 3 Maret 2014 UPTD Metrologi Kota Batam mendapatkan surat rekomendasi Penyelenggaraan Pelayanan Tera dan Tera Ulang dari Disperindag Provinsi Kepri.Pada bulan April 2014 dilakukan penilaian terhadap kelembagaan dan dokumen mutu oleh Direktorat Metrologi melalui Kasubdit Kelembagaan dan Penilaian.Tanggal 4 Juli 2014 UPTD Metrologi Kota Batam memperoleh Surat Keterangan Kemampuan Pelayanan Tera dan Tera Ulang (SKKPTTU) dengan memperoleh 23 kewenangan. Tanggal 20 Agustus 2014 Penera pada UPTD Metrologi Kota Batam telah disahkan sebagai pegawai berhak oleh Dirjen SPK.Tanggal 17 September 2014 penera pada UPTD Metrologi Kota Batam mendapatkan Cap Tanda Tera (CTT) dari Direktorat Metrologi.Pada hari kamis tanggal 2 Oktober 2014 diresmikannya kantor UPTD Metrologi Kota Batam Oleh Dirjen SPK, Maka UPTD Metrologi Kota Batam resmi beroperasi penuh. Pengembangan Tahun 2014 Dalam rangka memaksimalkan DAK mengalokasikan untuk pembangunan gedung labaoratorium dan peralatan yang beralokasi dibelakang gedung utama UPTD Metrologi Kota Batam direncanakan selesai dan beroperasi pada bulan November. Gedung yang di bangun antara lain :

1. Laboratorium Volume 2. Laboratorium BDKT 3. Laboratorium Taksi Meter

4. Laboratorium Tangki Ukur Mobil (TUM) 5. Gudang Penyimpanan

Wilayah kerja UPTD Metrologi Legal Kota Batam mencakup seluruh wilayah kota Batam yang terdiri dari 12 Kecamatan, adapun 12 kecamatan tersebut ialah :

(13)

6. Kecamatan Sekupang

2.2 Dasar Hukum Uptd Metrologi Legal Kota Batam

Ketentuan hukum yang di jadikan dasar organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Daerah Metrologi Legal Kota Batam adalah :

1. Peraturan Walikota Batam Nomor: 05 Tahun 2012 tentang pembentukan Unit Pelaksanaan Teknis Metrologi Legal pada Dinas Perindustrian Perdagangan Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Batam.

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No: 08/M-DAG/PER/3/2010 Tentang Alat-alat ukur,Takar,Timbang dan Perlengkapannya(UTTP) yang wajib ditera dan tera ulang.

3. Peraturan Walikota Batam nomor : 16 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Perjalanan Dinas di Lingkungan Pemerintah kota Batam.

4. Peraturan Walikota BatamNomor : 33 Tahun 2012 Tentang Perubahan Pertama Atas peraturan Walikota Batam Nomor : 22 Tahun 2012 Tentang Standar Biaya dan Harga Satuan Belanja Daerah Kota Batam.

5. Peraturan Walikota Batam Nomor : 49 Tahun 2014 Tentang Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang.

6. Lampiran Perda Kota Batam Tentang Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang. 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor : 51/M-DAG/PER/10/2009 Penilaian

Terhadap Unit Pelkasana Teknis dan Unit Pelaksana Teknis Daerah Metrologi Legal.

8. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor :37/PMK/02/2012 Tentang Sandar Biaya Tahun Anggaran 2013.

(14)

10.Peraturan Pemerintah RI Nomor : 22 Tahun 2013 Tentang Perubahan Kelima Belas Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1997 Tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil.

11.Peraturan Pemerintah RI Nomor :45 Tahun 2012 Tentang Jenis Tarif atas Jenis Penerimaan Negara bukan Pajak yang berlaku pada Kementrian Perdagangan. 12.Peraturan Pemerintah RI Nomor : 58 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksana Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

13.Peraturan Pemerintah RI Nomor : 19-1 Tahun 2010 Tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kota Batam.

14.Peraturan Pemerintah RI Nomor :6 Tahun 2002 Tentang Retribusi Biaya Tera dan Tera Ulang dan Kalibrasi Alat-alat Ukur, Takar Timbangan dan Perlengkapannya Serta Pengujian Barang Dalam Keadaan Terbungkus.

15.Peraturan Pemerintah RI Nomor :6 Tahun 2003 Tentang Pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah

16.Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor : 31/M-DAG/PER/10/2011 Tentang Barang Dalam Keadaan Terbungkus.

17.Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor :48/M-DAG/PER/12/2010 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Manusia Kemetrologian.

18.Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor : 50/M-DAG/PER/10/2009 Tentang Unit Kerja Dan Unit Pelaksana Teknis Metrologi Legal.

19.Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor : 54/M-DAG/PER/9/2014 Tentang Tanda Sah Tahun 2015.

20.Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor : 74/M-DAG/PER/12/2012 Tentang Alat-alat Ukur,Takar,Timbang dan Perlengkapannya Asal Impor.

21.Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor :75/M-DAG/PER/12/2012 Tentang Tanda Sah Tahun 2013.

2.3 Visi, Misi Motto dan Kebijakan Mutu UPTD Metrologi Legal Kota Batam 2.3.1 Visi

(15)

2.3.2 Misi

1. Secara berkelanjutan melakukan proses tera dan tera ulang terhadap semua Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya yang ada di tengah masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Terus menerus meningkatkan kompetensi sumber daya manusia UPTD

Metrologi Kota Batam demi terwujudnya sumber daya manusiametrologi yang profesional dan memiliki integritas.

3. Melakukan pengelolaan standar ukuran secara berkelanjutan demi menjamin kebenaran, keakuratan dan sifat mampu telusur.

2.3.3 Motto Aparatur Metrologi

Memperdaya Ukuran Menghilangkan Kepercayaan

Motto aparatur UPTD Metrologi Legal Kota Batam mengikuti gambar (lambang)

Gambar 2.1 Lambang Metrologi

Arti Lambang :

1. Neraca sama lengan dalam keadaan seimbang (dimuati beban/barang dan anak timbangan) : melambangkan keadilan dan tertib ukur yang merupakan misi Direktorat Metrologi.

(16)

3. Bentuk lingkaran : melambangkan kestabilan yang bergerak dengan pasti dan berkesinambungan.

2.3.4 Kebijakkan Mutu

1. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dan menyediakan sarana prasarana serta lingkungan kerja yang memadai.

2. Menggunakan tegnologi informasi sebagai media terwujudnya kepuasan pelanggan.

3. Mengkomunikasikan dan meninjau secara terus menerus kebijakan mutu agar mencapai kesetaraan pemahaman di UPTD Metrologi Legal Batam.

2.4 Tugas Pokok dan Fungsi UTPD Metrologi Legal Kota Batam 2.4.1 Tugas Pokok

Sesuai dengan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 58 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPTD dilingkungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan, Balai Pelayanan Kemetrologian mempunyai tugas pembinaan, pengendalian, fasilitasi, koordinasi pelayanan tera dan tera ulang alat UTTP berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di kabupaten/kota.

2.4.2 Fungsi

Mempunyai fungsi pelaksanaan kebijakan teknis operasional bidang kemetrologian yaitu pelaksanaan kegiatan teknik dan kegiatan standar ukuran di bidang kemetrologian yang meliputi :

1. Perencanaan dan program penyelenggaraan kemetrologian dibidang pengelolaan 16tandard an laboratorium kemetrologian.

2. Pengelolaan standar ukuran, Cap Tanda Tera dan sarana kemetrologian lainnya.

3. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dan pengujian standar tingkat III untuk UTTP.

4. Pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha dalam kegiatan tera dan tera ulang UTTP Metrologi Legal dan kalibrasi UTTP bukan Metrologi Legal.

(17)

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Atasan sesuai Tupoksi Dari Kewenangan tersebut diatas, didapat hasil sebagai berikut:

1. Terciptanya ketertiban dalam menggunakan alat ukur disegala bidang 2. Terjaminnya kepentingan umum, baik produsen maupun konsumen 3. Terciptanya iklim yang baik terhadap dunia usaha

(18)

2.5 Struktur Organisasi

(19)

2.6 Tugas Pokok dan Wewenang dan Tanggung Jawab

Sesuai dengan struktur organisasinya, sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, maka untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian dapat dijelaskan sebagai berikut :

2.6.1 Kepala UPTD Balai Metrologi

Tugas pokok

2.6.1.1 Bertanggung jawab terhadap tugas pokok dalam melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas Perindustrian Perdagangan Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Batam di bidang kemetrologian.

2.6.1.2 Menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan rencana teknis operasional bidang kemetrologian; 2. Pelaksanaan kebijakan teknis operasional bidang

kemetrologian;

3. Pemantauan monitoring, evaluasi, dan pelaporan bidang kemetrologian.

2.6.1.3 Bertindak selaku Penanggung Jawab Puncak di UPTD Metrologi Legal Kota Batam.

(20)

2.6.2 Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Tugas pokok

1. Mengumpulkan, mengolah data dan informasi, menginventarisasi permasalahan serta melaksanakan pemecahan yang berkaitan dengan urusan umum, kepegawaian, program, keuangan, administrasi data dan pelaporan.

2. Menyiapkan rencana, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan laporan pelaksanaan kegiatan UPTD Metrologi Legal Kota Batam.

3. Menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan dan pembinaan serta petunjuk teknis yang berkaitan dengan urusan umum, kepegawaian, program, keuangan, administrasi data dan pelaporan.

4. Menyiapkan bahan koordinasi dan petunjuk teknis kebutuhan, perumusan sistem dan prosedur, tata hubungan kerja, serta permasalahan yang berkaitan dengan organisasi dan tata laksana. 5. Memberikan pelayanan naskah dinas, kearsipan, pengetikan,

pengadaan dan pendistribusian.

6. Memberikan pelayanan penerimaan tamu, kehumasan dan keprotokolan.

7. Melaksanakan pengurusan perjalanan dinas, keamanan kantor dan pelayanan kerumahtanggaan lainnya.

8. Melayani keperluan dan kebutuhan serta perawatan ruang kerja, ruang rapat/pertemuan, kendaraan dinas, telepon dan sarana/prasarana kantor.

9. Menyusun analisa kebutuhan pemeliharaan gedung dan sarana prasarana kantor.

(21)

11. Mengimplementasikan dan meningkatkan perbaikan secara berkesinambungan sistem manajemen mutu Peraturan Menteri Perdagangan No. 51/M-DAG/PER/10/2009dilingkungan kerjanya untuk peningkatan kinerja.

2.6.3 Penjabat Fungsional Penera

Tugas Pokok

2.6.3.1 Pejabat fungsional penera mempunyai tugas melakukan kegiatan tera, tera ulang UTTP sesuai dengan kewenangannya

2.6.3.2 Bertindak sebagai Auditor Internal berdasarkanpenunjukan/penugasan.

2.6.3.3 Mengimplementasikan dan meningkatkan perbaikan secara berkesinambungan sistem manajemen mutu Peraturan Menteri Perdagangan No. 51/M-DAG/PER/10/2009kerjanya untuk peningkatan kinerja.

Untuk melaksanakan kegiatan operasional UPTD Metrologi Legal Kota Batam maka kepala UPTD menunjuk petugas di lingkungan UPTD Metrologi Legal Kota Batam Tahun 2014 berdasarkan Surat Penunjukan Nomor : 34/UPTDMET-18/II/2014 tanggal 17 Februari 2014sebagai berikut :

2.6.3.4 Management Representative

1. Menyiapkan bahan dan pelaksanaan kegiatan standar ukuran di bidang kemetrologian.

2. Bertindak sebagai penanggung jawab mutu untukmemastikan sistem manajemen yang terkait dengan mutu diterapkan dan diikuti setiap waktu.

3. Bertanggungjawab terhadap pengendalian seluruh dokumen sistem mutu.

(22)

5. Merencanakan dan melaksanakan audit internal dibantu oleh auditor.

6. Merencanakan dan melaksanakan pengembangan sumber daya manusia.

7. Menyelesaikan pengaduan/komplain yang diajukan Wajib Tera/Pemilik UTTP dan berkoordinasi dengan yang terkait. 8. Mempersiapkan bahan dan mengusulkan Kaji Ulang

Manajemen kepada Kepala UPTD.

9. Mengimplementasikan dan meningkatkan perbaikan secara berkesinambungan sistem manajemen mutu Peraturan Menteri Perdagangan No. 51/M-DAG/PER/10/2009 dilingkungan kerjanya untuk peningkatan kinerja.

2.6.3.5 Penanggung Jawab Teknik

1. Menyiapkan bahan dan pelaksanaan kegiatan teknik kemetrologian UPTD Metrologi Legal Kota Batam.

2. Menyiapkan Panduan Mutu dan Prosedur MutuUPTD Metrologi Legal Kota Batam.

3. Merencanakan dan mengembangkan ruang lingkup UPTD Metrologi Legal

4. Bertanggung jawab atas metode tera/tera ulang, dan pengendalian rekaman teknis.

5. Bertanggung jawab atas ketertelusuran pengukuran dan menjamin mutu hasil tera/tera ulang UTTP.

6. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tera/tera ulang UTTP. 7. Menyelesaikan pengaduan/komplain dari Wajib Tera/Pemilik

UTTP berkoordinasi dengan Management Representative. 8. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh penera.

(23)

Menteri Perdagangan No. 51/M-DAG/PER/10/2009 dilingkungan kerjanya untuk peningkatan kinerja.

2.6.3.6 Penanggung Jawab Administrasi dan Keuangan

1. Mencatat, mengarsipkan, mengagendakan, dan mengklasifikasi surat masuk/keluar.

2. Menyediakan formulir, label/stiker tera, tera ulang, kartu order serta kebutuhan sarana lainnya.

3. Menerima alat ukur, kemudian mencatat dan memberi Kartu Order.

4. Melakukan pengetikan Keterangan Hasil Pengujian. 5. Menyerahkan UTTP yang telah di tera/tera ulang.

6. Menyiapkan draft surat mengenai uraian retribusi tera dan tera ulang UTTP, serta menangani pembayaran dari Wajib Tera / Pemilik UTTP.

7. Menerima, mencatat dan menyetorkan keuangan ke Kas Daerah Pemko Batam.

8. Membuat Laporan Keuangan ke Kepala Sub Bagian Tata Usaha.

9. Menyiapkan keuangan untuk biaya operasional.

(24)

2.7 Cap Tanda Tera

Sebagai tanda pada alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP) yang telah dilakukan pengujian tera/tera ulang yang dilakukan oleh pegawai berhak (penera), maka dibubuhkan Cap Tanda Tera. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal telah diatur jenis tanda tera, antara lain :

1. Tanda Sah

(tanda tera sah tahun 2015)

Tanda Sah dibubuhkan pada UTTP setelah dilakukan pengujian untuk tera/tera ulang yang dilakukan oleh Pegawai Berhak (Penera), sebagai bukti alat tersebut memenuhi syarat untuk digunakan UTTP tersebut sebagai transaksi perdagangan.

2. Tanda Batal

Tanda Batal dibubuhkan pada UTTP yang hasil pengujian tera/tera ulang tidak memenuhi persyaratan teknis kemetrologian, UTTP tersebut tidak boleh/dilarang digunakan sebagai transaksi perdagangan.

3. Tanda Jaminan

Tanda Jaminan dibubuhkan pada bagian tertentu UTTP yang telah disahkan, dimaksudkan untuk mencegah untuk dilakukankan perubahan/kecurangan oleh pemilik.

(25)

4. Tanda Daerah

(kode wilayah Batam)

Tanda Daerah dibubuhkan pada UTTP sebagai tanda wilayah kerja Metrologi mana UTTP untuk pertama kalinya ditera.

5. Tanda Pegawai Berhak

( xX contoh inisial pegawai berhak)

Tanda Pegawai Berhak dibubuhkan pada UTTP sebagai tanda Pegawai Berhak yang melakukan peneraan pertama kali.

2.8 Kegiatan UPTD Metrologi Legal Kota Batam

Secara garis besar kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Tera/Tera Ulang alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP).

2. Pengujian Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT).

2.9 Laboratorium dan Instalasi Pengujian

Laboratorium dan Instalasi Pengujian yang dimiliki oleh UPTD Metrologi Legal Kota Batam antara lain :

1. Laboratorium Massa. 2. Laboratorium Volume.

3. Laboratorium Ukuran Panjang.

4. Laboratorium Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 5. Instalasi Pengujian Tangki Ukur Mobil.

6. Instalasi Pengujian Meter Taxi.

7. Ruang pengujian tera/tera ulang timbangan 8. Laboratorium Massa.

9. Laboratorium Volume.

10. Laboratorium Ukuran Panjang. 63

(26)

11. Laboratorium Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 12. Instalasi Pengujian Tangki Ukur Mobil.

13. Instalasi Pengujian Meter Taxi.

14. Ruang pengujian tera/tera ulang timbangan

2.10 Alur Pelayanana Tera/Tera Ulang UPTD Metrologi Legal Kota Batam ALUR PELAYANAN TERA/TERA ULANG UPTD DI KANTOR UPTD

(27)

2.11 Landasan Teori

Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks. Instrumentasi sebagai alat pengukur sering kali merupakan bagian depan atau awal dari bagian-bagian selanjutnya (bagian kendalinya), dan bisa berupa pengukur dari semua jenis besaran fisis, kimia, mekanis, maupun besaran listrik. Beberapa contoh di antaranya adalah pengukur: massa, waktu, panjang, luas, sudut, suhu, kelembaban, tekanan, aliran, pH (keasaman), level, radiasi, suara, cahaya, kecepatan, torque, sifat listrik (arus listrik, tegangan listrik, tahanan listrik), viskositas, density dan lain sebagainya.

(28)

menggunakan jarak dari suatu titik ke titik lain menggunakan skala, meteran ataupun salib ukur yang pembacaannya dapat dipengaruhi oleh tingkat error manusia pada saat pembacaan. Jika terdapat sejumlah fluida yang tersisa dalam suatu bejana atau tangki tidak dapat diperkirakan berapa volume sisa fluida dalam bejana atau tangki tersebut.

(29)

BAB III

PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN

KEMETROLOGIAN

3.1Persyaratan Teknis 3.1.1 Bahan

1) TUTSIDA harus dibuat dari logam dan/atau bahan lain yang baik dan kuat sehingga tidak berubah bentuk untuk menjamin kebenaran pengukuran volume cairan;

2) Dinding TUTSIDA yang dibuat dari lembaran pelat logam disambung dengan las sehingga TUTSIDA tersusun dari satu atau beberapa cincin; dan

3) Ketebalan pelat dinding pada semua cincin TUTSIDA harus sama.

3.1.2 Konstruksi

1) TUTSIDA terdiri dari 2 (dua) bagian utama, yaitu: 1) bagian silinder; dan

2) bagian tutup silinder;

2) TUTSIDA dapat mempunyai bagian sambungan antara silinder dan tutup.

3) TUTSIDA harus dibuat dengan bentuk, ukuran, konstruksi dan pemasangan sedemikian rupa, sehingga:

1) tidak ada udara terkurung saat pengisian atau cairan tertinggal saat pengeluaran; dan

2) memudahkan saat pelaksanaan pengujian dengan metode geometri.

4) Sambungan antara masing-masing pelat dapat dilakukan dengan dilas tumpu, las lurus atau dilas lapis.

5) Pembuatan TUTSIDA dari bahan selain logam dilakukan dengan memakai suatu teknologi yang sesuai.

6) Kedua ujung silinder ditutup dengan pelat yang sama dengan bentuk yang dapat berupa :

1) bidang datar;

(30)

7) Bagian silinder badan TUTSIDA dengan bagian tutup silinder dapat disambungkan secara langsung atau disambungkan dengan ditambah sambungan lurus.

8) Dasar TUTSIDA harus terletak di atas pondasi yang kokoh, sehingga dalam pemakaian tidak terjadi perubahan volume.

9) TUTSIDA dapat dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan untuk mengurangi kehilangan akibat penguapan yang pemasangan dan penggunaannya tidak boleh menyebabkan kesalahan pengukuran. 10) Bentuk, bahan, ketahanan, konstruksi dan perakitan harus sedemikian

rupa, sehingga TUTSIDA tahan terhadap pengaruh lingkungan, cairan yang dikandungnya dan pada penggunaan normal tidak mengalami deformasi yang mungkin mempengaruhi volumeTUTSIDA. tidak mengganggu pengukuran tinggi cairan ukur; dan

2) Bagian dinding pipa pengarahTUTSIDA harus berlubang. 13) Meja ukur

1) Meja ukur harus dibangun pada posisi yang tetap dan stabil; 2) Kedudukan meja ukur harus serendah mungkin, harus lebih

rendah dari pipa keluaran dan terletak tepat di bawah lubang ukur; dan

3) Meja ukur dipasang di bawah pipa pengarah. 14) Lubang ukur harus:

1) berkedudukan di dekat ujung tangga; dan

2) dilengkapi dengan tanda sebagai posisi pengukuran tinggi cairan. 15) Titik referensi atas harus ditetapkan pada posisi yang tetap dan stabil. 16) TUTSIDA dapat dilengkapi tangga sebagai jalan masuk untuk

(31)

17) TUTSIDA dapat mempunyai perlengkapan alat ukur ketinggian cairan.

18) Alat ukur ketinggian cairan sebagaimana dimaksud pada huruf q harus bertanda tera sah yang berlaku

19) TUTSIDA dapat dilengkapi dengan gelas duga dan pelat skala. 20) TUTSIDA yang dipakai untuk cairan ukur yang dipanaskan dan

TUTSIDA yang dipakai untuk gas cair dindingnya dapat dilapisi dengan bahan isolator.

3.2 Persyaratan Kemetrologian

1. Satuan yang dipergunakan harus dalam satuan ukuran yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Ketidakpastian hasil pengukuran maksimum dalam pengujian adalah ± 0,3%.

3.3 Pemeriksaan

3.3.1 Tera

1) Pemeriksaan konstruksi dan peralatan TUTSIDA dilakukan dengan membandingkannya dengan gambar konstruksi;

2) Pemeriksaan uji kebocoran dilaksanakan dengan memperhatikan sambungan pada dinding, keran, lubang masuk dan lain-lain, dalam keadaan TUTSIDA berisi cairan uji; dan

3) Pemeriksaan kemiringan dilakukan dengan mencatat hasil pengujian kemiringan.

3.1.2 Tera ulang

Pemeriksaan konstruksi dan penampilan luar dan dalam TUTSIDA untuk memastikan tidak ada modifikasi.

3.4 Pengujian Tera Dan Tera Ulang

Proses pengujian tera dan tera ulang dilakukan dengan proses-proses sebagai berikut:

3.4.1 Pengujian TUTSIDA dalam rangka tera dapat dilaksanakan di tempat terpasang tetap didasarkan pada kriteria TUTSIDA tidak mudah dipindahkan dan/atau mempunyai kekhususan dari segi konstruksi, ukuran dan bobot.

3.4.1 Pengujian TUTSIDA dalam rangka tera ulang dilaksanakan di tempat TUTSIDA terpasang tetap, sesuai dengan maksud penggunaannya.

(32)

3.5 Prosedur Pengujian Dan Data

3.5.1 Prosedur Pengujian Metode Volumetri

Pelaksanaan pengujian

1. Pengujian dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

1)Penakaran masuk yaitu cairan uji dialirkan melalui meter arus standar atau diukur dengan bejana ukur standar, kemudian dialirkan ke dalam TUTSIDA; dan

2)Penakaran keluar yaitu cairan uji pertama dimasukkan ke dalam TUTSIDA sampai penuh, kemudian cairan uji dialirkan melalui bejana ukur standar. 2. Khusus pengujian dengan metode volumetri menggunakan meter arus standar

harus dilakukan dengan penakaran masuk untuk menjaga kestabilan kecepatan alir.

3. Setiap penakaran masuk melalui meter arus standar harus dengan kecepatan alir konstan sesuai dengan kecepatan alir Meter Faktor (MF) yang dimiliki oleh meter arus standar.

4. Setelah volume cairan yang dimasukan dan/atau dikeluarkan telah sesuai dengan yang diinginkan, dilakukan pengukuran tinggi cairan dalam TUTSIDA.

5. Apabila TUTSIDA dilengkapi dengan gelas duga (gelas penglihat), tinggi cairan sebelum dan sesudah dikeluarkan atau dimasukkan diberi tanda pada pelat skalanya.

6. Setiap kali memasukan atau mengeluarkan cairan harus dilakukan pengukuran suhu cairan pada standar.

7. Pengukuran suhu cairan dalam TUTSIDA dilakukan saat cairan telah mencapai volume nominal.

3.5.2 Prosedur Pengujian Metode Geometri

Metode geometri dilakukan dengan menggunakan pengukuran dimensi.

1. Metode pengukuran secara geometri berlaku untuk tangki yang memiliki kemiringan sampai dengan 10% dari kedudukan mendatar.

2. Prosedur pengujian

(33)

Gambar 2.3. Lokasi dilakukannya pengukuran keliling (1. Bagian sambungan las; 2. Lebar cincin; 3. Lokasi pengukuran keliling)

1) Pengukuran dari bagian luar:

1) Pengukuran pada tera dilakukan pada kondisi kosong;

2) Pengukuran pada tera ulang dilakukan pada saat TUTSIDA dalam keadaan kosong dan/atau berisi cairan;

3) Apabila TUTSIDA dalam keadaan berisi cairan maka catat tinggi, suhu dan massa jenis;

4) Pengukuran keliling TUTSIDA:

1) Ukur keliling TUTSIDA dengan melingkarkan pita ukur dalam posisi luruspada posisi 20%, 50% dan 80% dari panjang masing-masing cincin seperti ditunjukkan dalam Gambar 1; 2) Pita ukur diberi tarikan sesuai dengan spesifikasinya (misal: 5

kg), kemudian baca penunjukan pita ukur;

3) Pita ukur diulur dan amati apakah masih dalam keadaan lurus; 4) Lakukan pengukuran sebagaimana huruf b) dan c) sebanyak 3

(tiga) kali pada satu posisi dalam 1 (satu) cincin;

5) Catat hasil pengukuran ke dalam satuan millimeter (mm) dan perbedaan antara 2 (dua) pengukuran berurutan tersebut harus berada dalam rentang ± 0,03% atau 3 mm (dipilih yang terbesar);

6) Ulangi pengukuran jika hasil pengukuran belum memenuhi syarat sebagaimana disebutkan pada huruf e).

7) Rata-rata dari 3 (tiga) pengukuran keliling sebagaimana pada huruf f) dinyatakan sebagai hasil pengukuran keliling pada titik tersebut;

(34)

9) Rata-rata dari pengukuran keliling pada posisi 20%, 50% dan 80% dari panjang cincin merupakan keliling dari cincin tersebut;

10) Lakukan sebagaimana huruf b) sampai dengan i) pada cincin yang lain; dan

11) Rata-rata dari pengukuran keliling tiap cincin merupakan keliling silinder.

5) Pengukuran keliling sambungan lurus:

a) Lakukan pengukuran keliling pada posisi bagian tengah sambungan lurus sebanyak 3 (tiga) kali; dan

b) Rata-rata dari 3 (tiga) kali pengukuran sebagaimana huruf a) merupakan keliling sambungan lurus.

6) Pengukuran tebal pelat:

a) Lakukan pengukuran tebal pelat dan tebal cat dinding TUTSIDA pada setiap cincin atau dapat diambil dari gambar konstruksi tangki; dan

b) Catat data tebal pelat dan tebal cat ke dalam satuan mm. 7) Pengukuran panjang cincin:

a) Bagi cincin 1(satu) menjadi 3 (tiga) bagian yaitu bagian atas, 50% dan bagian bawah;

b) Beri tanda pada masing-masing bagian sebagaimana huruf a); c) Lakukan pengukuran panjang bagian atas cincin 1 (satu)

sebanyak 3 (tiga) kali;

d) Catat hasil pengukuran ke dalam satuan millimeter (mm) dan perbedaan antara 2 (dua) pengukuran berurutan tersebut harus berada dalam rentang ± 0,03% atau 3 mm (dipilih yang terbesar);

e) Ulangi pengukuran jika hasil pengukuran belum memenuhi syarat sebagaimana disebutkan pada huruf d);

f) Rata-rata dari ketiga pengukuran sebagaimana huruf c) dinyatakan sebagai panjang bagian atas cincin 1 (satu);

g) Lakukan pengukuran pada bagian 50% dan bagian bawah sebagaimana huruf c) sampai dengan f);

h) Rata-rata panjang pada bagian atas, 50% dan bagian bawah dari cincin 1 (satu) dinyatakan sebagai panjang cincin tersebut; i) Lakukan sebagaimana huruf a) sampai dengan h) untuk

(35)

j) Panjang semua cincin dinyatakan sebagai panjang total cincin TUTSIDA.

8) Pengukuran panjang sambungan lurus:

a) Bagi sambungan lurus menjadi 3 (tiga) bagian yaitu bagian atas, 50% dan bagian bawah;

b) Beri tanda pada masing-masing bagian sebagaimana huruf a); c) Lakukan pengukuran panjang sambungan lurus pada bagian

atas sebanyak 3 (tiga) kali;

d) Hitung rata-rata dari ketiga pengukuran sebagaimana huruf c) dinyatakan sebagai panjang sambungan lurus bagian atas; e) Lakukan pengukuran pada bagian 50% dan bagian bawah

sebagaimana huruf c) dan d);

f) Rata-rata panjang pada bagian atas, 50% dan bagian bawah dinyatakan sebagai panjang sambungan lurus; dan

g) Lakukan pengukuran sebagaimana huruf a) sampai dengan huruf f) pada bagian sambungan lurus yang lain.

9) Pengukuran bagian tutup TUTSIDA :

a) Lakukan pengukuran panjang bagian tutup dengan menggunakan pengukur kedalaman apabila pengukuran dapat dilakukan atau diambil dari gambar konstruksi TUTSIDA; b) Lakukan pengukuran pada huruf a) sebanyak 3 (tiga) kali; c) Hasil rata-rata pengukuran sebagaimana huruf b) dinyatakan

sebagai panjang bagian tutup;

d) Lakukan pengukuran jari-jari bagian tutup di delapan titik apabila memungkinkan atau nilainya diambil dari gambar konstruksi TUTSIDA;

(36)

2) Pengukuran dari bagian dalam:

1) Pengukuran diameter dalam TUTSIDA:

a) Lakukan pengukuran diameter dalam pada 4 (empat) kedudukan yang terbagi secara merata pada sekeliling TUTSIDA;

b) Pengukuran dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dan dinyatakan memenuhi syarat apabila perbedaan hasil pengukuran yang berurutan berada dalam 0,05% dari diameter atau ±1 mm (dipilih nilai terbesar);

c) Ulangi pengukuran jika hasil pengukuran belum memenuhi syarat sebagaimana disebutkan pada huruf b); dan

d) Rata-rata dari 4 (empat) hasil pengukuran tersebut dinyatakan sebagai hasil pengukuran diameter dalam.

2) Pengukuran panjang cincin:

a) Bagi cincin 1(satu) menjadi 3 (tiga) bagian pada posisi antara bagian bawah sampai dengan titik 50%;

b) Beri tanda pada masing-masing bagian sebagaimana huruf a); c) Lakukan pengukuran panjang bagian bawah cincin 1 (satu)

sebanyak 3 (tiga) kali;

d) Catat hasil pengukuran ke dalam satuan milimeter (mm) dan perbedaan antara 2 (dua) pengukuran berurutan tersebut harus berada dalam rentang ± 0,03% atau 3 mm (dipilih yang terbesar);

e) Ulangi pengukuran jika hasil pengukuran belum memenuhi syarat sebagaimana disebutkan pada huruf d);

f) Rata-rata dari ketiga pengukuran sebagaimana huruf c) dinyatakan sebagai panjang bagian atas cincin 1 (satu);

g) Lakukan pengukuran pada bagian lain sebagaimana huruf c) sampai dengan f);

h) Rata-rata panjang pada ketiga bagian dari cincin 1 (satu) dinyatakan sebagai panjang cincin tersebut;

i) Lakukan sebagaimana huruf a) sampai dengan h) untuk cincin-cincin yang lain; dan

j) Panjang total cincin dinyatakan sebagai panjang cincin TUTSIDA.

(37)

a) Bagi sambungan lurus menjadi 3 (tiga) bagian yaitu bagian atas, 50% dan bagian bawah;

b) Beri tanda pada masing-masing bagian sebagaimana huruf a); c) Lakukan pengukuran panjang sambungan lurus pada bagian

atas sebanyak 3 (tiga) kali;

d) Hitung rata-rata dari ketiga pengukuran sebagaimana huruf c) dinyatakan sebagai panjang sambungan lurus bagian atas; e) Lakukan pengukuran pada bagian 50% dan bagian bawah

sebagaimana huruf c) dan d);

f) Rata-rata panjang pada bagian atas, 50% dan bagian bawah dinyatakan sebagai panjang sambungan lurus; dan

g) Lakukan pengukuran sebagaimana huruf a) sampai dengan huruf f) pada bagian sambungan lurus yang lain.

4) Pengukuran bagian tutup TUTSIDA:

a) Lakukan pengukuran panjang dari bagian tutup dengan menggunakan pengukur kedalaman apabila pengukuran dapat dilakukan atau diambil dari gambar konstruksi TUTSIDA; b) Lakukan pengukuran pada huruf a) sebanyak 3 (tiga) kali; c) Hasil rata-rata pengukuran sebagaimana huruf b) dinyatakan

sebagai panjang bagian tutup;

d) Lakukan pengukuran jari-jari bagian tutup di delapan titik apabila memungkinkan atau nilainya diambil dari gambar konstruksi TUTSIDA;

e) Hasil rata-rata pengukuran sebagaimana huruf d) dinyatakan sebagai jari-jari bagian tutup.

5) Pengukuran panjang TUTSIDA:

Lakukan pengukuran antar pusat bagian tutup sebagai panjang total TUTSIDA sebanyak 2 (dua) kali dan toleransi perbedaan antara 2 (dua) hasil pengukuran yang berurutan harus berada dalam ±0,03 % dari panjang TUTSIDA atau 3 mm (diambil nilai terbesar).

3) Pengukuran lain-lain

Lakukan pengukuran untuk mendapatkan data selain yang ada pada huruf a dan b. Data-datanya adalah sebagai berikut:

(38)

Lakukan pengukuran kemiringan pada tangki yang sudah dipasang tetap.

2) Tinggi lubang ukur,

Lakukan pengukuran tinggi lubang ukur dengan mengukur jarak tinggi antara meja ukur dan lubang ukur.

3) Pengukuran tinggi meja ukur:

Lakukan pengukuran tinggi meja ukur dan catat hasilnya dalam satuan milimeter (mm).

4) Pengukuran dimensi deadwood:

Lakukan pengukuran dimensi deadwood dan letak ketinggiannya, catat hasilnya dalam satuan milimeter (mm).

3. Perhitungan Tabel Volume Tangki:

a. Cantumkan suhu dan tekanan operasional dalam sertifikat tabel volume tangki;

b. Hitung benda-benda koreksi dan kedudukannya dalam tangki dalam pembuatan tabel volume tangki;

c. Harus memperhitungkan koreksi akibat pemuaian dari alat ukur dan dinding tangki pada semua data hasil pengukuran atau dapat diabaikan apabila dianggap tidak ada perbedaan yang signifikan pada saat pengujian; dan

d. Perhitungan

(39)

a. b. c. d.

Gambar 2.5 Bagian tutup TUTSIDA

Gambar 2.6. Posisi pengukuran panjang cincin TUTSIDA

Gambar 2.7 Penjelasan keseluruhan TUTSIDA. ps = panjang seluruh cincin TUTSIDA, p = panjang TUTSIDA, r1 = jari-jari tutup TUTSIDA

Keterangan :

x1 = nilai keliling rata-rata pada posisi 20% dari sambungan/las

x2 = nilai keliling rata-rata pada posisi 50% dari sambungan/las

x3 = nilai keliling rata-rata pada posisi 80% dari sambungan/las K1 = nilai keliling rata- rata pada cincin ke-1

(40)

y1 = nilai panjang rata-rata cincin pada bagian atas

y2 = nilai panjang rata-rata cincin pada posisi 50% dari cincin

y3 = nilai panjang rata-rata cincin pada bagian bawah dari cincin

p1 = nilai panjang rata-rata cincin ke-1

p2 = nilai panjang rata-rata cincin ke-2 pn = nilai panjang rata-rata cincin ke-n

Y = panjang seluruh cincin

K = keliling TUTSIDA

zsl1, zsl2 = keliling masing-masing sambungan lurus

zsl = keliling sambungan lurus

D = diameter dalam silinder Ds = diameter sambungan lurus

t1 = tebal pelat dinding silinder TUTSIDA

t2 = tebal pelat sambungan dan tembereng TUTSIDA t3 = tebal pelat sambungan lurus

psl1,psl2 = panjang masing-masing sambungan lurus

s1,s2 = panjang masing-masing lengkung sambungan h1,h2 = panjang tembereng

r1 = BF = jari-jari tembereng

r2 = BE = jari-jari ruas lengkung sambungan P = panjang tangki

ps = panjang silinder

(41)

Vr = volume lengkung sambungan Vt = volume tutup

VT = volume total bagian tutup

1) Keliling TUTSIDA (K):

a) Pengukuran keliling pada cincin ke-1: Rata-rata keliling yaitu:

= + 3 +

b) Pengukuran keliling pada cincin ke-n Rata-rata keliling yaitu:

= + 3 +

c) Keliling TUTSIDA:

= ⋯…… ,

Dengan n adalah jumlah cincin pada TUTSIDA 2) Perhitungan panjang seluruh cincin TUTSIDA (y)

a) Pengukuran panjang cincin pada cincin ke-1: Rata-rata panjang yaitu:

= + 3 +

b) Pengukuran panjang cincin pada cincin ke-n: Rata-rata panjang yaitu:

= + 3 +

c) Panjang total cincin TUTSIDA:

= + + ⋯ . +

(42)

3) Perhitungan diameter dalam TUTSIDA (D)

= − 2

4) Perhitungan diameter dalam sambungan lurus (Ds)

a) Rata-rata keliling dari 3 (tiga) kali pengukuran keliling sambungan lurus (zsl1):

= + 3 +

b) Keliling sambungan lurus (zsl):

= +2

c) Diameter sambungan lurus (Ds):

= − 2

5) Perhitungan panjang silinder tangki (ps) ps = y+psl1+psl2

6) Panjang tangki (p)

= + ℎ + + ℎ +

7) Volume silinder:

=14 +14 ( + )

8) Volume lengkung sambungan

= −

= 12

= −

= −

=

=

= −

(43)

sin

= ( ) + ( ) − 1

3

+ −

+

9) Volume tutup (untuk satu tutup)

a) Bentuk tembereng bola (seperti ditunjukkan pada Gambar 3a)

= 16 (3 + )

b) Bentuk cembung setengah bola (seperti ditunjukkan pada Gambar 3b dan 3c)

= 12

c) Bentuk cembung setengah elips (seperti ditunjukkan pada Gambar 3b dan 3c)

= 6

d) Bentuk tembereng bola (seperti ditunjukkan pada Gambar 3d)

= 481 (3 + 4 )

10)Volume total bagian tutup

= +

Volume silinder TUTSIDA dan volume bagian tutup silinder akan menjadi dasar perhitungan dalam pembuatan Tabel Volume TUTSIDA. Konstanta Ks yang digunakan pada perhitungan volume bagian tutup (VT) untuk bentuk tutup sesuai dengan nomor 9) huruf a), b), dan c) menggunakan nilai dari Tabel 3, sedangkan untuk bentuk tutup sesuai dengan nomor 9) huruf d) menggunakan nilai dari Tabel 4.

11)Pengaruh Kemiringan

(44)

4. Pembuatan Tabel Volume TUTSIDA

a. Data TUTSIDA

Data TUTSIDA yang dibutuhkan adalah seperti berikut : 1) Diameter silinder TUTSIDA;

2) Volume silinder; dan 3) Volume total tutup silinder.

b. Perhitungan Tabel Volume TUTSIDA

Tabel volume tangki dibuat untuk tiap kenaikan tinggi 1 cm seperti ditunjukkan dalam Tabel 1, dan konstanta K yang dipergunakan adalah dari Tabel 2 untuk volume silinder dan Tabel 3 dan Tabel 4 untuk volume tutup silinder.

Harga konstanta K setiap bagian dirumuskan sebagai berikut: 1) Bagian silinder:

= 1 cos(1 − 2 ) − 2(1 − 2 ) (1 − )

2) Bagian tutup silinder berupa tembereng bola maupun tembereng ellips:

= 3 − 2

c. Tabel volume tangki dibuat untuk tiap kenaikan tinggi cairan 1 cm dan konstanta K. Tabel terdiri dari 8 (delapan) kolom sebagaimana tercantum pada Tabel 1.

Tabel 3.1. Tabel Volume TUTSIDA

Tinggi

cairan P= Ks K(L) sxVs KT KT(L) xVT volume Selisih Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Keterangan:

(45)

2) Kolom 2 berisi nilai p = M/D, M adalah ketinggian cairan sebagaimana pada kolom 1 dan D adalah diameter dalam TUTSIDA. Sebagai contoh, untuk ketinggian cairan M = 1 cm dengan harga D = 303 cm maka p = 1/303 = 0.00330033, sehingga untuk ketinggian cairan lainnya diisi kelipatan dari angka tersebut. Dalam kolom cukup dituliskan sampai 5 angka dibelakang koma. Ketinggian ½ (setengah) diameter perlu dicantumkan karena merupakan ½ dari volume tangki; 3) Kolom 3 berisi nilai koefisien Ks sebagaimana tercantum pada Tabel 2.

Nilai Koefisien Ks, apabila nilai p pada kolom 2 telah ditentukan, maka nilai Ks dapat dilihat di dalam tabel tersebut. Perlu diperhatikan pada tabel harga p hanya tercantum 3 angka di belakang koma, untuk nilai p dengan angka dibelakang koma lebih dari 3 angka, nilai Ks dapat ditentukan dengan perhitungan interpolasi. Rumus interpolasi yang digunakan adalah:

= + − ( − )

4) Kolom 4 berisi hasil perkalian antara kolom 3 dengan volume silinder TUTSIDA (Vs);

5) Kolom 5 berisi harga koefisien KT sebagaimana tercantum pada Tabel 3 atau Tabel 4 untuk setiap harga p sebagaimana kolom 2;

6) Kolom 6 berisi hasil perkalian antara kolom 5 dengan volume 2 buah tutup silinder TUTSIDA (VT);

7) Kolom 7 merupakan penjumlahan dari kolom 4 dan kolom 6 yang merupakan volume TUTSIDA yang merupakan total volume per ketinggian; dan

Kolom 8 berisi selisih/fraksi volume dalam setiap jenjang ketinggian dari kolom 7. Nilai ini untuk menentukan volume pada ketinggian cairan di bawah 1 cm pada hitungan milimeter.

PEMILIK : COCO BALOI

KAPASITAS : 45000

(46)

No. BEJANA SOUNDING No. BEJANA SOUNDING

1 500,580 102 25 JULI 2016 21 10505,530 702 22

2 1000,980 152 22 11005,530 723

3 1501,280 195 43 23 11505,530 749

4 2001,680 230 35 24 12005,530 776

5 2501,530 265 35 25 12505,530 785

6 3001,530 301 36 26 13006,030 815

7 3501,530 332 31 27 13506,030 836

8 4001,530 366 34 28 14006,030 856

9 4501,530 396 30 29 14506,030 885

10 5001,530 415 19 30 15006,030 902

11 5501,530 450 35 31 15506,030 928

12 6001,530 480 30 32 16006,030 943

13 6501,530 503 23 33 16506,030 965

14 7005,530 529 26 34 17006,030 985

15 7505,530 558 29 35 17506,030 1009

(47)

17 8505,530 607 32 37 18506,030 1049

18 9005,530 632 25 38 19006,030 1069

19 9505,530 658 26 39 19506,030 1088

20 10005,530 680 22 40 20006,030 1109

No. BEJANA SOUNDING No. BEJANA SOUNDING

41 20506,030 1130 66 33006,030 1657

42 21006,030 1150 67 33506,030 1679

43 21506,030 1173 68 34006,030 1700

44 22006,030 1193 69 34506,030 1725

45 22506,030 1213 70 35006,030 1744

46 23006,030 1234 71 35506,030 1767

47 23506,030 1254 72 36006,030 1790

48 24006,030 1275 73 36506,030 1814

49 24506,030 1296 74 37006,030 1840

50 25006,030 1316 75 37506,030 1863

(48)

52 26006,030 1360 77 38506,030 1911

53 26506,030 1379 78 39006,030 1939

54 27006,030 1401 79 39506,030 1961

55 27506,030 1423 80 40006,030 1989

56 28006,030 1440 81 40506,030 2017

57 28506,030 1462 82 41006,030 2043

58 29006,030 1487 83 41506,030 2069

59 29506,030 1503 84 42006,030 2098

60 30006,030 1525 85 42506,030 2125

61 30506,030 1548 86 43006,030 2156

62 31006,030 1569 87 43506,030 2189

63 31506,030 1590 88 44006,030 2225

64 32006,030 1612 89 44506,030 2255

(49)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1Pembubuhan Cap Tanda Tera

1. Tanda Daerah, Tanda Pegawai Berhak dan Tanda Sah dibubuhkan pada lemping volume nominal TUTSIDA.

2. Tanda Jaminan dipasang pada bagian-bagian tertentu dari TUTSIDA yang sudah disahkan pada waktu ditera atau ditera ulang untuk mencegah penukaran dan/atau perubahan.

3. Bentuk dan ukuran tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4.2Tempat Pembubuhan Cap Tanda Tera

1. Tera

1) Tanda Daerah ukuran 8 mm, Tanda Pegawai Berhak (H) dan Tanda Sah Logam (SL) ukuran 6 mm dibubuhkan pada lemping volume nominal secara berurutan dari kiri ke kanan; dan

2) Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm dipasang pada pengikat lemping volume nominal dengan dinding TUTSIDA sehingga lemping volume nominal tidak dapat dipindahkan tanpa merusak Tanda Jaminan.

2. Tera ulang

(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Syarat Teknis TUTSIDA merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan tera dan tera ulang TUTSIDA serta pengawasan TUTSIDA, untuk meminimalkan penyimpangan penggunaan TUTSIDA dalam transaksi serta upaya perwujudan tertib ukur sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.

5.2 Saran

Dengan selesainya pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan, penulis ingin memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna untuk Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Metrologi Legal Kota Batamdan Mahasiswa yang melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

5.2.1 Saran untuk mahasiswa yang melaksanakan Praktek Kerja Lapangan adalah:

1. Sebelum melaksanakan PKL, sebaiknya mahasiswa/i mempersiapkan diri secara fisik dan mental mengenai materi yang akan diimplementasikan saat PKL.

2. Sebaiknya mahasiswa disiplin dan mematuhi peraturan – peraturan yang berlaku di tempat melaksanakan PKL.

(51)

4. Demi kelancaran penyusunan laporan PKL, diharapkan pihak fakultas dapat memberikan informasi yang jelas dan tepat sehingga penyusunan Laporan PKL dapat dilakukan dengan lancar dan cepat.

5.2.2 Saran untuk Unit Pelaksana Teknis Daerah(UPTD) Metrologi Legal Kota Batam adalah:

1. Sebaiknya penera senantiasa menerapkan ST yang benar pada saat pengujian

dilapangan.

2. Sebaiknya para staff, dan pegawai dapat,meluangkan waktu lebih untuk membantu mahasiswa sewaktu PKL agar mahasiswa dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih tentang sistem yang digunakan oleh suatu instasi/lembaga tersebut.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

(53)

*) Lembar Tambahan

Gambar

Gambar 2.2 Struktur Organisasi UPTD Metrologi Kota Batam
Gambar 2.3. Lokasi dilakukannya pengukuran keliling (1. Bagian sambungan las; 2. Lebar cincin; 3
Gambar 2.4.Posisi pengukuran TUTSIDA
Gambar 2.7 Penjelasan keseluruhan TUTSIDA. ps = panjang seluruh cincin TUTSIDA, p = panjang TUTSIDA,   r1 = jari-jari tutup TUTSIDA
+2

Referensi

Dokumen terkait

juga melakukan pengawasan tersendiri pada pompa ukur BBM sebelum digunakan, kegiatan ini rutin dilakukan setiap harinya. Agar tetap menjaga takaran dalam penggunaan

4) Kuantitas bejana ukur yang tersedia harus sesuai dengan laju alir maksimum dari Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa

Tangki Ukur Tetap Bentuk Bola adalah tangki yang berbentuk bola yang terpasang tetap dan disangga di atas tiang penyangga, sehingga bagian bola atau dinding tangkinya tidak ada