NAUI#54061(tantysurya@yahoo.de) Page 1
MAMALIA LAUT YANG MATI : Disposal isu
Oleh
Tanty Surya Thamrin NAUI#54061
Saat mamalia laut ditemukan dalam keadaan mati di air dangkal, misalnya di pantai, masalah utama
yang akan timbul adalah bagaimana cara terbaik untuk disposal tubuh mamalia laut tersebut. Pada
saat mamalia laut tersebut terdampar mati, proses dekomposisi sudah terjadi di dalam tubuh
mamalia laut tersebut. Proses dekomposisi tersebut menyebabkan bakteri yang telah ada dalam
tubuh (termasuk kulit) mamalia laut tersebut menyebar. Hal ini sangat berbahaya, utamanya bagi
manusia, yang menjadikan mamalia laut yang terdampar dalam keadaan mati sebagai objek.
Manusia memiliki kecenderungan untuk melukai dan mutilasi mamalia laut yang mati terdampar
tanpa menyadari bahwa hal tersebut berakibat negative bagi kesehatannya. Semakin lama mamalia
laut tersebut mati terdampar maka akan semakin berbahaya bagi manusia dan binatang peliharaan.
Ada 4 cara disposal yang selama ini dipraktekkan, yaitu:
1. Diledakkan (explosive);
2. Putrefaction (penghancuran secara alami):
3. Ditanam di tanah/pantai (land burial);
4. Ditenggelamkan di laut lepas (sea burial);
Ke-empat cara disposal ini akan dibahas satu persatu dalam kertas kerja ini.
1. Diledakkan (explosive)
Cara disposal dengan meledakkan tubuh mamalia laut yang telah mati sehingga terbagi dalam
keeping-kepingan kecil dahulu paling sering dilakukan dengan alasan efisiensi. Istilah Meledakkan
Whale lebih sering mengacu pada kejadian di Florence, Oregon, pada tahun 1970,
saat sperm-whale yang telah mati diledakkan oleh Oregon Highway Division. Saat ini semua
kawasan pantai di Oregon berada dalam juridiksi Oregon Parks and Recreation Department, namun
pada tahun 1970 kawasan pantai Oregon secara teknis merupakan kawasan jalan Negara (state
highway) sehingga yang berwenang di kawasan tersebut adalah Oregon Highway Division (sekarang
Oregon Department of Transportation, or ODOT). Setelah melakukan konsultasi dengan US Navy,
NAUI#54061(tantysurya@yahoo.de) Page 2
bila di kuburkan akan tidak efektif. Pada tanggal 12 November 1970, sperm-whale sepanjang 14meter dengan berat kurang lebih 8 ton diledakkan dengan ½ ton dinamit. Ledakan tersebut
menyebabkan tubuh sperm-whale tersebar sejauh 800 kaki (240 m) dan menyebarkan bau yang luar
biasa busuk selama berhari-hari. Burung-burung pemakan bangkai yang diharapkan akan
mengkonsumsi kepingan tubuh sperm-whale tersebut juga terbang entah kemana karena ketakutan
mendengar bunyi ledakan tersebut.
2. Putrefaction
Bila tubuh mamalia laut yang telah mati dibiarkan berada di udara terbuka, suatu proses yang
menakjubkan akan terjadi. Putrefaction adalah proses dekomposisi organik yang disebabkan oleh
formasi gas-gas yang ada dalam tubuh mamalia laut tersebut. Gas-gas tersebut antara
lain ammonia, hydrogen sulfide, dan metan. Saat jaringan tipis dan sel rusak, cairan akan menyebar
ke seluruh tubuh mamalia laut tersebut. Cairan yang menyebar ini akan memenuhi semua rongga,
selanjutnya akan terjadi proses respirasi-anaerobik dan akan menghasilkan berbagai gas. Gas-gas
tersebut sangat berbahaya bagi manusia karena memancing berbagai jenis bakteri dan
serangga.sebut akan mulai mengembang, proses ini disebut juga bloat (menjadi gembung).
Peningkatan tekanan yang mendorong cairan untuk keluar dari dalam tubuh mamalia laut tersebut
akan menyebabkan ledakan. Kasus tubuh whale yang meledak yang tercatat adalah yang terjadi di
Tainan City, Taiwan pada tanggal 26 January 2004. Kali ini meledaknya tubuh whale adalah karena
proses alamiah: pengembangnya gas-gas di dalam tubuh whale yang sedang dekomposisi.
Meledaknya tubuh whale tersebut karena selama 13 jam waktu kematian mamalia laut tersebut
tidak dilakukan upaya untuk mengeluarkan gas dari dalam tubuhnya. Akibatnya adalah kepingan
tubuh dan darah whale tersebut tersebar di radius 200 meter dan menyebarkan bau menyengat
selama berhari-hari. Dalam kedua kasus tersebut di atas, membersihkan kepingan tubuh whale
tersebut dalam radius ledakan menjadi pekerjaan berikutnya.
3. Dikubur di tanah/pantai (land/beach burial)
Menguburkan tubuh mamalia laut yang mati di pantai adalah praktik yang paling sering dilakukan
saat ini. Ann Bui (MAppSc, 2009) Auckland University of Technology, dalam tesisnya tentang Beach
burial of cetaceans: implications for conservation, and public health and safety, menemukenali
NAUI#54061(tantysurya@yahoo.de) Page 3
Ada banyak jenis virus dan bakteria yang ditemukan di dalam tubuh mamalia laut yang mati. Virusdan bakteri ini berakibat fatal bagi manusia dan binatang peliharaan, sehingga menyentuh mamalia
laut yang mati sangat tidak disarankan untuk dilakukan oleh perempuan yang sedang hamil,
anak-anak atau orang yang sedang mengalami luka di tubuhnya.
Saat menangani mamalia laut yang telah mati, para ilmuwan mengenakan pakaian pelindung yang
menutupi seluruh tubuh seperti pada gambar diatas. Ini dilakukan untuk melindungi tubuh para
ilmuwan tersebut dari lethal patogen. Ada banyak kasus di mana para ilmuwan yang terpapar bakteri
yang berasal dari objek. Pakaian pelindung ini digunakan hanya sekali, setelah proses penguburan
selesai maka pakaian pelindung ini dimusnahkan.
Saat ini belum ada informasi yang tersedia (setidaknya yang dapat ditemukan oleh penulis) yang
menjelaskan berapa lama pathogen lethal potensial yang dihasilkan oleh proses dekomposisi
mamalia laut akan bertahan di sediment pasir pantai. Selain itu, penulis juga tidak menemukan
informasi berapa lama waktu yang dibutuhkan mamalia laut untuk dekomposisi setelah dikuburkan.
Informasi yang tersedia adalah waktu yang dibutuhkan untuk proses dekomposisi tergantung pada
beberapa hal, antara lain: kedalaman, tipe tanah atau pasir, posisi pada pantai, temperatur rata-rata,
kenaikan muka air laut (pasang-surut), dan kadar udara.
Berdasarkan panduan dasar (Hukum Casper) waktu yang dibutuhkan untuk proses dekomposisi
adalah 2 kali lebih cepat apabila mamalia laut tersebut berada di udara terbuka daripada di dalam air,
dan 8 kali lebih cepat daripada bila mamalia laut tersebut dikuburkan. Jadi, menguburkan mamalia
laut yang mati akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk terdekomposisi.
4. Ditenggelamkan di laut lepas (sea burial)
Cara tradisional disposal tubuh mamalia laut yang mati dengan menenggelamkan di laut lepas
dilakukan oleh masyarakat Hawaii. Cara ini diyakini lebih efektif dan mengadopsi prinsip DO NO
HARM untuk manusia dan lingkungan.
Masyarakat Hawaii bahkan membuat agreement dengan pemerintah untuk penanganan mamalia
laut yang terdampar (hidup dan mati). Praktik ini juga saat ini dilakukan di Australia, New Zealand,
NAUI#54061(tantysurya@yahoo.de) Page 4
yang memiliki kedalaman 20 meter di bawah permukaan laut, kemudian gas dari dalam tubuhnyadikeluarkan, dan diberikan pemberat agar tenggelam.
Saat tubuh mamalia laut tersebut tenggelam di kedalaman sekitar 20 meter di bawah permukaan
laut, dalam waktu relatif singkat jaringan kulit dan dagingnya akan dimangsa oleh scavengers
(pemakan bangkai). Waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan jaringan kulit dan daging
sperm-whale adalah kurang lebih 18 bulan. Semakin sedikit jenis scavenger yang hidup di kedalaman
2,000 m/6,600 ft atau lebih, sehingga mamalia laut yang mati dapat menyediakan makanan bagi
ekosistem lokal tersebut sampai beberapa decade. Penelitian dari Monterey Bay Aquarium Research
Institute (MBARI) menemukan berbagai jenis organisme yang menjadi pemangsa bagi tubuh mamalia
laut yang mati dan tenggelam antara lain hiu, isopoda, lobster, cacing, udang, hagfish, Osedax (cacing
pemakan tulang), kepiting, mentimun laut, dan gurita. Lebih dari 30 jenis species ditemukan sebagai
pemangsa dari tubuh mamalia laut yang tenggelam. Tubuh mamalia laut yang ditenggelamkan
berkontribusi positip terhadap kesehatan ekologi dasar laut. Tubuh mamalia laut tersebut
merupakan sumber makanan yang kaya dengan lemak dan protein.
Kesimpulan
Dari penjelasan tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan panduan dasar Hukum Casper, waktu yang dibutuhkan untuk proses dekomposisi
adalah 2 kali lebih cepat apabila mamalia laut tersebut berada di udara terbuka daripada di
dalam air, dan 8 kali lebih cepat daripada bila mamalia laut tersebut dikuburkan;
2. Disposal dengan cara diledakkan dan putrefaction, walaupun membutuhkan waktu
dekomposisi yang lebih cepat namun akan membawa akibat negatif bagi kesehatan manusia
dan lingkungan;
3. Disposal dengan cara dikubur di tanah/di pantai akan membutuhkan waktu dekomposisi yang
lebih lama dan menghasilkan jenis pathogen lethal potensial. Belum ada hasil penelitian yang
membahas berapa lama pathogen letal potensial tersebut akan bertahan di dalam tanah/pasir;
4. Disposal dengan cara menenggelamkan tubuh mamalia Laut yang telah mati merupakan cara
disposal yang mengadopsi prinsip DO NO HARM, baik untuk manusia dan lingkungan. Tubuh
mamalia laut yang ditenggelamkan berkontribusi positip terhadap kesehatan ekologi dasar laut.
Tubuh mamalia laut tersebut merupakan sumber makanan yang kaya dengan lemak dan
proteína bagi mahluk laut lainnya. Selain itu, proses dekomposisinya lebih cepat dibandingkan
NAUI#54061(tantysurya@yahoo.de) Page 5
Referensi
1. Ann Bui (MAppSc, 2009). Beach burial of cetaceans: implications for conservation, and public health and safety. Unpublished MAppSc thesis, Auckland University of Technology. http://www.aut.ac.nz/research/research-institutes/eos/research/health-and-safety-implicati ons-of-beach-burial-of-whales
2. Kim Fulton-Bennett. Monterey Bay Aquarium Research Institute (MBARI).
3. Lloyd, Robin (May 18, 2007). "New Creature Found Living in Dead Whale". LiveScience. Retrieved March 2, 2010.
4. Little, Crispin T. S. (February 2010). "The Prolific Afterlife of Whales". Scientific American: 78–84. Retrieved March 2, 2010.
5. Russo, Julie Zeidner (24 August 2004). "This Whale's (After) Life". NOAA's Undersea Research
Program. NOAA. Retrieved 13 November 2010.