• Tidak ada hasil yang ditemukan

Opini Pedagang Kaki Lima Terhadap Strategi Komunikasi Satuan Polisi Pamong Praja (Studi Deskriptif Kualitatif Opini Pedagang Kaki Lima Depan Komplek Universitas Sumatera Utara (USU) Terhadap Strategi Komunikasi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Opini Pedagang Kaki Lima Terhadap Strategi Komunikasi Satuan Polisi Pamong Praja (Studi Deskriptif Kualitatif Opini Pedagang Kaki Lima Depan Komplek Universitas Sumatera Utara (USU) Terhadap Strategi Komunikasi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan)"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL WAWANCARA

Wawancara yang dilakukan peneliti bersifat wawancara mendalam dan bertemu secara langsung dengan Informan peneliti (face to face interview). Penelitian ini dimulai pada tanggal 23 Desember 2015 dan berakhir pada tanggal 20 Januari 2016. Informan peneliti dari pihak PKL merasa takut pada awalnya ketika peneliti mengajak wawancara, namun setelah peneliti dapat meyakinkan informan bahwa wawancara ini hanya bertujuan untuk kepentingan peneliti dalam menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S-1) di Universitas Sumatra Utara, Departemen Ilmu Komunikasi dan apa yang mereka opinikan pada saat wawancara dapat menjadi masukan bagi peneliti untuk memberikan pandangan strategi komunikasi yang baru bagi Satpol PP kota Medan barulah informan bersedia untuk diwawancarai oleh peneliti.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan seluruh informan: P: Peneliti

I: Informan

1. Informan 1 (Tuti Kirana)

P: Sudah berapa lama ibu menjadi Pedagang Kaki Lima di depan komplek USU ini?

I: Kalau disini udah 7 tahunan juga bang kurang lebih. P: Suami ibu bekerja sebagai apa?

I: Suami kerja jadi Security bang di S. Parman sana.

P: Selama berjualan disini buk, ada gak ibu dipungut uang sewa/retribusi? Kalau ada, sama siapa aja itu bu?

I: Ada bang. Sama kepling. Cuman itu dulunya itu. Terakhir kalau ga salah mulai

bulan puasa tahun kemarin udah ga ada lagi dimintak dia bang. Semacam uang

retribusilah katanya.

P: Berapa biasanya diminta kepling bu? Dan untuk apa uang itu katanya? I: Gak tentu bang. Kadang mau lima ribu kadang sepuluh. Ya gitulah bang

katanya untuk uang kerbesihan, untuk Satpol PP nya juga bang biar orang itu ga

rusuh kalau mau nertibkan, trus supaya enak jualan disini katanya. Ya kita pun

kita kasih ajalah bang, cmanalah memang udah gitu mungkin peraturan dari atas

(2)

P: Apakah ibu tahu kalau dengan berjualan disini, ibu itu sudah menjadi penyebab kemacetan di jalan ini, melanggar UU No.7 Tahun 2004, melanggar Perda no. 31 tahun 1993, visi dan misi kota Medan ini juga, tau nya ibu?

I: Kalau menjadi penyebab kemacetan iya taunya aku bang. Melanggar peraturan

tau juga bang. Cuman awak ga tau bang UU berapa pasnya yang awak langgar.

Cemanalah bang kami pun terpaksa jualan disi karena carik makan juganya.

P: Pernah gak bu Satpol PP kota Medan mensosialisasikan UU No.7, Perda No.31 itu ke PKL yang disini?

I: Belum bang. Orang itu datang nyuruh tutup ajanya kalau lagi gak boleh jualan

disitu tapi kalau sosialisasi kek yang abang bilang itu belum adalah keknya bang.

P: Lantas apa yang menjadi alasan ibu tetap berjualan di lokasi ini?

I: Ya apa lagi bang kalau bukan karena urusan perut ini. Kebutuhan anak juga,

anak awak dua, karena anak-anak juga bang. Gaji suami manalah cukup untuk

makan 1 bulan bang, belum keperluan yang lain lagi. Awak pun kerja untuk

kebutuhan hidup juganya. Yang halal nya kami carik ini bang, itu pun dilarang,

mau ngerjakan yang haram, takut dosa.

P: Sudah berapa kali ibu ditertibkan Satpol PP selama jualan disini?

I: Udah sering kali lah bang. Soalnya udah 7 tahun juga aku jualan disini.

Ngerilah bang kalau awak ingat yang gitu-gitu. Pernah dulu sampek tarik-tarikan

meja aku sama orang itu bang. Mau diangkutnya mejaku. Ku tarik lah, tapi

sampek dimanalah tenaga cewek ya kan bang, yaudah diangkut juga akhirnya.

Kalau jumlahnya udah ga ingat lagi lah bang, pokoknya seringlah. Apa lagi dulu.

Belakangan ini ajanya ga ada lagi penertiban. sejak puasa kemarin lah bang.

P: Lantas pada saat penertiban, apakah satpol PP berkomunikasi terlebih dahulu dengan ibu?

I: Komunikasi memang bang. Cuman waktu mau penertiban ajanya itu, selesai

penertiban, balik lagi awak jualan ya ga ada lagi komunikasinya.

P: Bagaimana cara mereka berkomunikasi dengan ibu?

I: Udah pernah sih ada, lewat surat juga iya, tapi namanya kita cari makan ya

(3)

dilarang ya tetap pergi (jualan) bang. Misalnya ini ya ada penilaian Adipura, tiga

hari ibu ya tiga hari (tidak berjualan di lokasi penelitian selama penilaian

Adipura), yaudah oke. Sebelum puasa yang tahun lalu ada sekitar 5 bulan kami

ga bisa jualan bang, larit-larit (kucar-kacir)lah bang orang di kejar-kejar sama

PP (Satpol PP) sama orang kelurahan lagi. Yaitulah kalau seandainya orang itu

mau operasi besar mungkin ntah ada mau naik gubernur lagi, gubernur yang

lama mau carik biar ada kerjaannya. Ya orang itu ngasih tau ga boleh jualan itu

bang, ntah 3 hari sebelum penertiban atau sehari sebelumnya bang, baik-baik

memang orang itu ngasih taunya.

P: Pernahkah Satpol PP kota Medan bernegosiasi dengan ibu pada saat akan ada penertiban?

I: Maksud abang ada atau nggak negosiasi sebelum penertiban ya? Maaakkk...

belum pernah adalah bang, kalau mau mereka Negosiasi kek gitu, cari jalan

keluar sama-sama kami, kami pun senang nya bang. Tapi itu pulak lah lagi, kalau

udah dapat jalan keluarnya sama-sama, jangan lah lagi ada yang berjualan

disini. Kalau ada juganya yang jualan disini ya awak pun gak mau lah gitu, harus

sama-sama maunya, kadang kek gitulah ada aja yang ngeyel mas. Pernah kami

dilarang Satpol PPnya, buuk tiga hari ini jangan jualan dulu ya ada penertiban,

ku iyakan bang. Besoknya datang aku menchek ada juganya yang jualan, ya awak

pun besoknya jualan jugalah namanya buat kebutuhan perut , tau abang besoknya

aku jualan disitu betulan digusur sama Satpol PPnya. Kenak angkutlah meja ku.

P: Lantas apakah cara mereka yang berkomunikasi yang seperti itu tepat menurut ibu?

I: Tepat dari mananya kalau kek gitu bang? Yang ada apa mau orang itu harus

dituruti, gak dipikiri orang itu kek mana makan kami kalau dilarang jualan kami.

Yang biar ada ajanya kerjaan orang itu bang.

P: Lantas bagaimana seharusnya komunikasi yang tepat menurut ibu? I: Sebenarnya kalau abang tanya gitu, aku kurang ngerti juga mau bilang apa.

Kalau awak bilang nanti kurang tepat, memang iya juga sih. Tengoklah orang itu

asal mau nertibkan aja baru mau ngomong sama kami, waktu nilai Adipuralah

(4)

jualan disini, udah gitu aja bang, selebihnya ga ada. Kami ini nggaknya

permanen bang, datang orang itu mau gusur kami, kami ambil sampah kami , pigi

kami langsung bang. Ini kemarin bersih bang waktu kami yang ga bisa jualan 5

bulan itu, ga ada sampah disini. Allhamdulillah kali lah bang, waktu pas

puasanya ga ada orang itu gusur, bisa juga awak jualan biar ada duit buat

lebaran. Cuman yang ga enaknya ya gitulah bang, nanti kan ga tau kapan

dilarang lagi kami jualan disini, gitulah terus bang kadang ngeri kalinya awak

rasa bang. Gitulah bang, sebenarnya gak ngerti soal itu, abang lah harusnya

lebih ngerti karena abang anak komunikasi kan, abang lah yang lebih paham itu.”

P: Apakah menurut ibu Komunikasi, Negosiasi, dan Sosialisasi merupakan salah satu kunci utama agar bapak ibu terima ditertibkan?

I: Ya pentinglah bang. Kalau mau aja orang (Satpol PP) itu berkomunikasi,

mendengarkan alasan awak berjualan disini, Insya Allah mengertinya kurasa

orang itu mas. Walaupun gini kerja kami bang, gini pun halal juganya bang.

Maulah contohnya orang itu bernegosiasi kek yang abang bilang itu sama

pedagang yang disini semua, ntah kemanalah dipindahkan kami semua misalnya

kan senang awak, ga melanggar lagi awak, ga jadi penyebab kemacetan lagi

awak kek yang abang bilang. Jadi merasa terbantu kali awak kalau sempat gitu.

Tapi asal semua pindah ya bang, jangan separuh lagi masih aja jualan disini. Ya

awak pun pasti balik juga lah kesini, karena udah punya pelanggan itu disini

bang. Kalau disini bang, awak tinggal duduk aja berdatangan pelanggan awak,

kalau udah dipindah nanti kan merintis lagi awak bang. Tapi kalau semua yang pindah, aku setujunya bang.”

P: Apa harapan ibu untuk Komunikasi Satpol PP kedepannya?

I: harapan nya ya itu bang, maunya komunikasinya itu jangan cuman nyuruh

larang jualan disini aja orang itu. Kalau gitu, mau jugalah harusnya orang itu

dengarkan alasan kami, kenapa balik-balik kesini lagi kami jualan. Biar enak

sama enak hasilnya, negosiasi yang kek abang bilang itu pun perlu dilakukan biar

ga kenak gusur lagi kami bang, disini pun ga macet jadinya. Itu aja lah bang

(5)

2. Informan 2 (Dermawan)

P: Sudah berapa lama menjadi Pedagang Kaki Lima di depan komplek USU ini?

I: Kalau saya udah 3,5 tahun bang. P: Tinggal di Medan sama siapa bang?

I: Sama yang punya usaha ini bang, usaha shiomaynya.

P: Selama berjualan disini, ada gak ibu dipungut uang sewa/retribusi? Kalau ada, sama siapa aja itu bang?

I: Kalau pengutipan itu ya ada bang cuman memang itu dulu. Kalau dulunya,

seingat ku udah setahun belakangan ini ga ada lagi pengutipan. Dulu kepling

mintak itu bang, sekitar lima ribulah per hari. Kadang mau sepuluh ribu. Katanya

biar aman aja kita jualannya disini bang. Yaudah karena bapak itu ngomong nya

gitu, ya kita kasih aja lah bang.

P: Apakah abang tahu kalau dengan berjualan disini, abang itu sudah menjadi penyebab kemacetan di jalan ini, melanggar UU No.7 Tahun 2004, melanggar Perda no. 31 tahun 1993, visi dan misi kota Medan ini juga, tau nya?

I: Iya tau sih bang. Kemarin juga udah liat di pengumuman balihonya. Cuman ya

itu tadi bang. Nyarik makan.

P: Pernah gak bang Satpol PP kota Medan mensosialisasikan UU No.7, Perda No.31 itu ke PKL yang disini?

I: Sosialisasi gak pernah bang. Paling cuman semacam pemberitahuan gitunya

lewat baliho sama surat juga ada. Surat pemberitahuan gitu dilarang jualan.

Pemberitahuan dia bang. Adasih bang kalau itu. Ada ditulis di situ di balik pohon

dilarang jualan disini bang. Cuman ya udah hancur balihonya bang. Lengkap

juga memang sama larangannya. Cuman kan bang kami disinikan cari makan,

yaudahlah tetap jualanlah. Paling kalau orang itu (Satpol PP) datang ya kami

pergi bang. Orang itu pergi, kami jualan lagi. Ya gimanalah bang carik makan

kan. Sadarnya kami salah bang, ngelanggar Undang-undang, gara-gara kami

disini jadi macet juga, cuman maksudnyakan dibantu jugalah kami sama

(6)

P: Lantas apa yang menjadi alasan abang tetap berjualan di lokasi ini? I: Carik makan bang. Hehe. Itu aja memang alasannya bang ga ada yang lain. P: Sudah berapa kali ibu ditertibkan Satpol PP selama jualan disini?

I: Kalau ditertibkan udah seringlah bang. Kalau kisarannya ada sampek 8 kali

udah adalah itu bang.

P: Lantas pada saat penertiban, apakah satpol PP berkomunikasi terlebih dahulu dengan orang abang?

I: Ada sih bang. Cuman ya sekadarnya ajalah. Waktu mau penertiban paling

dibilang dia. Ehh kau tutup ini jualan kau. Ga boleh disini jualan. Kau tutup ini

sekarang. Gitu aja paling bang.

P: Bagaimana cara mereka berkomunikasi?

I: Kalau komunikasi selain waktu penertiban adasih bang kalau itu. Ada ditulis di

situ di balik pohon dilarang jualan disini bang. Cuman ya udah hancur balihonya

bang. Lengkap juga memang sama larangannya. Cuman kan bang kami disinikan

cari makan, yaudahlah tetap jualanlah. Paling kalau orang itu (Satpol PP)

datang ya kami pergi bang. Orang itu pergi, kami jualan lagi. Ya gimanalah bang

carik makan kan. Sadarnya kami salah bang, ngelanggar Undang-undang,

gara-gara kami disini jadi macet juga, cuman maksudnyakan dibantu jugalah kami

sama Pemerintah ya kan, kami pun pengen enak aja nya yang jualan ini.

P: Pernahkah Satpol PP kota Medan bernegosiasi dengan para PKL disini pada saat akan ada penertiban?

I: Kalau berkomunikasi itu lah ada balihonya bang yang ku bilang tadi ada

pemberitahuannya memang, cuman kalau Negosiasi ga pernah bang. Orang itu

datang kami di bentak, jangan jualan disini katanya gitu bang. Pernah bang

sekali bangku-bangku sama meja ku di angkutnya. Kecewalah awak bang cuman

ya mau gimana diam aja lah daripada kek kawan aku kemarin sampek dipijak

Satpol PP kepalanya karena ga terima dia bangkunya di angkut, terakhir ga mau

(7)

P: Lantas apakah cara mereka yang berkomunikasi yang seperti itu tepat menurut abang?

I: Kalau gitu komunikasinya keknya masih kurang bang.

P: Lantas bagaimana seharusnya komunikasi yang tepat menurut bang? I: Ya maunya jangan asal main tertibkan aja bang. Kasih solusilah maunya biar

kita bisa tetap jualan itu aja sih. Sering-sering komunikasi sama kami biar orang

itu paham kami ginipun karena cari makan yang halalnya.

P: Apakah menurut abang Komunikasi, Negosiasi, dan Sosialisasi merupakan salah satu kunci utama agar bapak ibu terima ditertibkan? I: Penting sih bang. Jadi sama-sama enakkan cari jalan keluar gitu. Tapi

negosiasinya yang gimana dulu bang? Kalau dipindahkan ke Belawan sana siapa

nanti yang mau beli bang? Hehe. Kalau sekitar sini ya ga papa bang.

P: Apa harapannya untuk Komunikasi Satpol PP kedepannya?

I: Kalau harapannya ada jalan keluarnya lah bang. Maunya orang itu ga

langsung main tertibkan aja, dikasih lah sama kami izin berjualan disini atau ada

solusi gitukan, maunya kami dipindah bang asal dekat-dekat sini bang jangan

pulak sampek ke belawan sana. Kan kami udah ada pelanggan disini. Kalau

dipindah misalnya, ya semua juga harus pindah bang, kalau memang ga boleh

disini ya jangan ada lagi nanti PKL yang jualan disini lagi. Ya awak pun pasti

balik kesini lagi lah, kan disini udah jelas lebih laku bang daripada nanti awak

pindah lagi, otomatiskan cari pelanggan baru lagi bang.

3. Informan 3 (Chandra)

P: Sudah berapa lama menjadi Pedagang Kaki Lima di depan komplek USU ini?

I: Kalau disini udah sekitar 4 tahun lebih. P: Tinggal di Medan sama siapa bang?

I: Sama abang bang. Jual sticker juga di simpang Unimed sana.

(8)

I: Kalau mintak uang retribusi gitu Kepling, PP (Pemuda Pancasila) mintak

semuanya itu bang.

P: Semalam dapat ku Informasi PP ga ada mintak bang.

I: Ahh.. siapa bilang ga pernah PP mintak duit bang? PP sering kok minta-minta

gitu, kadang tiga ribu dimintanya kadang lima ribu. Memang paling besar orang

itu mintanya lima ribu. Kalau kepling itu udah wajibnya itu pun kadang-kadang,

dua ribu aja nya diminta dia. Ga taulah ya ntah beda disana sama disini. Disini

yang paling sering minta itu PP bang.

P: Apakah abang tahu kalau dengan berjualan disini, abang itu sudah menjadi penyebab kemacetan di jalan ini, melanggar UU No.7 Tahun 2004, melanggar Perda no. 31 tahun 1993, visi dan misi kota Medan ini juga, tau nya?

I: Tau bang.

P: Pernah gak bang Satpol PP kota Medan mensosialisasikan UU No.7, Perda No.31 itu ke PKL yang disini?

I: Kalau secara terus-terusan gak bang. Tapi kalau pemberitahuan gitu ada bang. P: Lantas apa yang menjadi alasan abang tetap berjualan di lokasi ini?

I: Ini lah bang, penuhi hutang perut yang sejengkal ini. 3 kali sehari harus

dipenuhi ini.

P: Sudah berapa kali abang ditertibkan Satpol PP selama jualan disini? I: Kalau ditertibkan udah sering bang. Cuman kalau sampek disita gak pernah.

Kalau sama kami tukang jual sticker ini ga pernah nya Satpol PP itu kasar bang.

Karena kami hanya make batang pohon ini ajanya untuk nempeli sticker ini.

Sama penjual Es terus shiomay nya orang itu kasar karena semuanya pulak di

pake orang itu, sampek trotoar ini aja jadi tempat bangkunya. Kek mana lagi

yang pejalan kaki itu bisa lewat.

P: Lantas pada saat penertiban, apakah satpol PP berkomunikasi terlebih dahulu dengan orang abang?

I: Sekedarnya aja bang. Disuruhnya tutup, kami tutup. Ga dijaga lagi, jualan

(9)

P: Bagaimana cara mereka berkomunikasi?

I: Yaitulah bang. Disuruh tutup ya kami tutup. Gaknya panjang-panjang orang itu

ngomong bang. Paling adalah memag baliho dibuat orang itu dipohon sana

kemarin. Itu pun ga tau kemana dibuat balihonya. Udah rusak kurasa.

P: Pernahkah Satpol PP kota Medan bernegosiasi dengan para PKL disini pada saat akan ada penertiban?

I: Apa lah yang mau di negosiasikannya sama kami bang? Kami pun udah

melanggarnya karena jualan disini. Manalah mungkin Satpol PP itu mau

negosiasi sama kami.

P: Lantas apakah cara mereka yang berkomunikasi yang seperti itu tepat menurut abang?

I: Kalau menurut ku udah baguslah komunikasi orang (Satpol PP) itu. Datang

orang itu, dibilang jangan jualan disini, terus disuruhnya lah tutup. Ya berapa

hari lagi ga ada lagi orang itu, balik lagi kami jualan disini. Udah bisa lagi awak

carik makan bang. Formalitas ajanya orang itu, biar ada kerjanya.

P: Apakah menurut abang Komunikasi, Negosiasi, dan Sosialisasi merupakan salah satu kunci utama agar abang terima ditertibkan?

I: Ga terlalu ngerti aku sebenarnya yang gitu-gitu bang. Kami carik makannya

disini, kalau mau nertibkan ya ditertibkan aja. Cuman beberapa hari lagi balik

lagi kami kesini. Kek kemarin itu kami sempat ga jualan berapa bulan itu,

pelanggan yang carik-carik kami.

P: Apa harapannya untuk Komunikasi Satpol PP kedepannya?

I: Cuma itu aja ku bilang saran ku bang, kalau mengkomunikasikan larangan

berjualan nya orang itu disni ya tegas lah pulak. Hari ini disuruh orang itu

jangan jualan disini, besok lewat aku ada juga yang jualan kek biasa. Ya ikutan

(10)

4. Informan 4 (Indra)

P: Sudah berapa lama menjadi Pedagang Kaki Lima di depan komplek USU ini?

I: Kalau aku udah lumayan lamalah, ada sekitar 5 tahunan juga udah jualan

disni.

P: Tinggal di Medan sama siapa bang?

I: Sama kawan bang. Di sekitar gang Aksara sana. Sama kawanlah, 1 kawan jual

sticker juga, 1 lagi supir angkot.

P: Selama berjualan disini, ada gak abang dipungut uang sewa/retribusi? Kalau ada, sama siapa aja itu bang?

I: Kalau dulu ada bang. Kepling mintak, PP juga mintak. PP itu rajin itu dulu

mintak sama kami itu, rata-rata lima ribu per hari. Kadang tiga ribulah, itu pun

udah ga enak mukaknya terima uang itu. Mau dilawan? awak yang hancur bang.

Serba salah memang

P: Apakah abang tahu kalau dengan berjualan disini, abang itu sudah menjadi penyebab kemacetan di jalan ini, melanggar UU No.7 Tahun 2004, melanggar Perda no. 31 tahun 1993, visi dan misi kota Medan ini juga, tau nya?

I: Taulah. Ada kok kemarin dibuat balihonya di pohon sana sama orang itu. P: Pernah gak bang Satpol PP kota Medan mensosialisasikan UU No.7, Perda No.31 itu ke PKL yang disini?

I: Ga ada penyuluhan dibuat orang itu, paling semacam larangan gitu ajanya dia,

lewat surat pemberitahuan. Itu pun sekali-sekali ajanya orang itu meggusur bang.

Kalau lewat baliho ga ada disini dibuat orang itu dek, yang ada itu di pintu I

sana, karena pernah aku lewat tertengok ku, ada memang disitu dibuat larangan

berjualan. Cuman carik makan awak kan, yaudahlah lanjut aja. Seandainya

orang itu pun betulan ada sosialisasi atau penyuluhan, gak akan berguna itu

sama kami dek, karena kami carik makan disini, di sosialisasikan lah contohnya

kalau kami udah melanggar peraturan nomor berapalah kan karena jualan disini,

ya gak akan kami dengar itu karena pelanggan kami juga nya yang kecarian

(11)

kami ga jualan karena di jaga Satpol PP ini semua, hari keempatnya kami jualan,

udah kecarian pelanggan kami. Kemana aja bang? Kenapa ga jualan orang

abang? Gitulah orang itu nanya sama kami.

P: Lantas apa yang menjadi alasan abang tetap berjualan di lokasi ini? I: Yaitu tadilah dek, carik makan disini. Cuman kalau orang itu nertibkan kami

penjual sticker ini ga mau melawan. Sejujurnya aku pribadi sadarnya aku jualan

ditempat yang dilarang. Cuman mau kemana lagi aku jualan? Mau sewa tempat?

Nombok lah udah. Uang tempat aja udah berapa sebulan. Untung ku pun cuman

3 ribu sampek 5 ribunya ku ambil dari sini. Jujur ajalah aku sama mu. Terus,

lebih laku disini memang dibanding tempat yang lain, harus di akuin nya itu.

P: Sudah berapa kali ibu ditertibkan Satpol PP selama jualan disini?

I: Waduuh... ga pala ku ingat itu bang. Tapi udah seringlah. Gak bisa ku tentukan

berapa kali kisarannya tapi yang jelas seringlah.

P: Lantas pada saat penertiban, apakah satpol PP berkomunikasi terlebih dahulu dengan orang abang?

I: Komunikasi adanya mereka. Kan kalau orang itu misalnya melarang kami

jualan disini, nyuruh kami tutup kan udah termasuk komunikasi namanya itu,

cuman sebatas itu aja lah.

P: Bagaimana cara mereka berkomunikasi?

I: Paling surat pemberitahuan lah dikasih orang itu sama kami. Gitu-gitu ajanya

komunikasinya. Kalau sampek ibaratnya nanya sama kami kenapa jualan disini,

ga pernah bang, karena setau aku keknya dilarang orang itu ngomong sama

kami. Kek musuhan lah kesannya memang kalau antara Satpol PP dan tukang

jualan kek kami ini. Udah dari dulu ke dulunya itu.

P: Pernahkah Satpol PP kota Medan bernegosiasi dengan para PKL disini pada saat akan ada penertiban?

I: Sosialisasi aja belum pernah orang itu, tarhona negosiasi. Negosiasi kan yang

(12)

P: Lantas apakah cara mereka yang berkomunikasi yang seperti itu tepat menurut abang?

I: Kalau boleh jujur, kami nganggapnya udah tepat aja karena cara orang itu kek

gini, datang lah orang itu misalnya nertibkan. Disuruh kami tutup, kami iyakan.

Berapa hari nanti dijaga orang itu, ya ga jualan kami disini. Tiba ga dijaga, balik

lagi kami disini, kek inilah udah lumayan lama juga ga ada penggusuran. Udah

ada lah lima bulan kurasa itu. Asal lah bisa jualan kami bang. Itu ajanya yang

penting sama kami.

P: Apakah menurut abang Komunikasi, Negosiasi, dan Sosialisasi merupakan salah satu kunci utama agar bapak ibu terima ditertibkan? I: Pentingnya itu dek, komunikasi dan sosialisasi atau penyuluhan itu. Orang itu

sosialisasi, ya tau awak jadinya pasal berapa aja yang dilanggarkan. Nah, cuman

ya untuk sekarang ini memang Negosiasi itulah yang paling penting. Karena

gininya, contoh lah aku pribadi ya jenuh juganya aku kek gini aja aku yang

jualan ini, entah kapanlah lagi misalnya datang orang itu menggusur, berarti ga

bisa aku jualan untuk beberapa hari. Istilah nya kan ga tenang jualan kek gitu.

Negosiasi aja pun ga pernah orang itu sama kami, ntah kasih solusi sama kami

kan, ada tanah yang bisa dipake ntah dimana kan dekat sini, siap nya kami semua

dek. Tapi harus semua dipindahkan lah semua. Ini nggak, maksakan kehendak

ajanya. Ga mungkinlah kita yang buka duluan ngajak orang itu negosiasi yang

ada dipukuli lah awak.

P: Apa harapannya untuk Komunikasi Satpol PP kedepannya?

I: Harapan ku sederhana ajalah, lindungi kami orang kecil ini. Carikkan kami

jalan keluar yang terbaik, Negosiasilah sama kami. Kalau belum ada solusinya

dari orang itu, setidaknya dibiarkan aja dulu kami jualan disini. Ga usah

digusur-gusur. Bagi aku pribadi dek, cemanalah aku pengen tenang jualan.

5. Informan 5 (Manganan)

P: Sudah berapa lama menjadi Pedagang Kaki Lima di depan komplek USU ini bang?

(13)

P: Tinggal di Medan sama siapa bang? I: Sendiri bang, ngontrak rumah.

P: Selama berjualan disini, ada gak ibu dipungut uang sewa/retribusi? Kalau ada, sama siapa aja itu bang?

I: Ada kemarin, udah lumayan lama juga ga ada pungutan retribusi disini. Udah

ada hampir setahun. Kepling lah paling sering dulu kalau disini.

P: Apakah abang tahu kalau dengan berjualan disini, abang itu sudah menjadi penyebab kemacetan di jalan ini, melanggar UU No.7 Tahun 2004, melanggar Perda no. 31 tahun 1993, visi dan misi kota Medan ini juga, tau nya?

I: Iya tau kok aku. Kemarin ada baliho diatas pohon sana. Ada

Undang-undangnya ditulis orang itu disitu. Cuman udah lupa lah. Udah lama rusak

balihonya. Iya betulnya yang adek bilang itu, melanggar aturan iya, ngambil hak

pejalan kaki macam yang adek bilang itu juga iya. Tapi lihatlah kami disini

ngapain dek, carik makannya. Kadang yang pejalan kaki juganya yang jajan

ditempat kami. Istilahnya saling memaklumi ajalah kita, kami carik makannya.

P: Pernah gak bang Satpol PP kota Medan mensosialisasikan UU No.7, Perda No.31 itu ke PKL yang disini?

I: Gak ada. Paling dibuat orang itu ya dek, surat pemberitahuan, baliholah disini,

paling kalau mau penertiban nyuruh tutup gitulah.

P: Lantas apa yang menjadi alasan abang tetap berjualan di lokasi ini? I: Nyarik makan dek. Itu ajanya alasan PKL . Semua PKL di Indonesia ini gitu

alasannya.

P: Sudah berapa kali ibu ditertibkan Satpol PP selama jualan disini? I: Udah seringlah. Udah lupa aku berapa kalinya cuman udah seringlah.

P: Lantas pada saat penertiban, apakah satpol PP berkomunikasi terlebih dahulu dengan orang abang?

I: Komunikasi ya komunikasi. Nyampeklah orang itu nanti ya kan, mau

penertibanlah ceritanya ini. Dari jauh nnti kan udah tahunya kami itu. Sirenenya

itulah pertandanya, purak-purak sibuklah nanti kami kemas-kemas. Gitu sampek

orang itu ngomong lah nanti. Asikk kau ajalah jualan disini. Tutup.. tutup jualan

(14)

P: Bagaimana cara mereka berkomunikasi?

I: Itu tadi dek. Surat larangan, baliho sama waktu penertiban itu. Kalau aku udah

kebal ajalah. Dilarang orang itu jualan yaudah awak didiamkan aja ya kan. Yang

penting balik lagi kemari jualan. Pelanggan itu yang penting kalau Satpol PPnya

buatlah tau sama tau juganya orang itu.

P: Pernahkah Satpol PP kota Medan bernegosiasi dengan para PKL disini pada saat akan ada penertiban?

I: Negosiasi belum pernah mereka. Lagian apalah gunanya negosiasi itu kalau

toh kaminya yang rugi. Disini banyak pembeli. Kalaulah ada negosiasi, hasil

negosiasinya kami harus pindah ke tempat yang ditentukan orang (Satpol PP) itu

rugi besar lah kami lagi, sementara pembeli kan banyak disini. Anak-anak

kuliahan itu lah dek. Jadi kurang setuju juga aku pribadi kalau ada penggusuran.

Harusnya pemerintah kita ini maklumi ajalah orang susah carik makan ya kan,

jadi ga perlu ada negosiasi, komunikasi, sama sosialisasi itu kalau untuk masalah

ini. Sama-sama ngerti aja udah ya kan.

P: Lantas apakah cara mereka yang berkomunikasi yang seperti itu tepat menurut abang?

I: Ini dari sudut pandang aku sebagai PKL ajalah ya. Aku jujur ajalah dek, lebih

bagusnya menurutku orang itu gitu. Jaga tiga hari yaudah besoknya atau lusa

udah ga dijaga lagi. Lanjut lagi PKL ini jualan disini. Aku lebih suka gitu, bisa

kita terus jualan. Kalau sempat dilarang betulan apa gak gilak awak. Kemana

lagi pergi jualan kan?

P: Lantas bagaimana seharusnya komunikasi yang tepat menurut bang? I: Harusnya dek pemerintah (Satpol PP) itu ga perlulah menertibkan kami ini.

Karena bukan zinah kami disini, carik makan kami. Mau komunikasi pun orang

itu sama kami atau sosialisasi peraturan tapi ga ngaruh lah itu karena bukannya

bisa makan dari sosialisasinya orang itu. Jadi ga perlu dilakuin itu. Maklumi

ajalah kami orang miskin ini cari makan disini. Menyebabkan kemacetan yang

kek kau bilang tadi kami ini dek, gak ada pun kami macet juganya medan.

Orang kendaraannya yang udah banyak di Medan ini. Disitunya masalahnya

(15)

P: Apakah menurut abang Komunikasi, Negosiasi, dan Sosialisasi merupakan salah satu kunci utama agar bapak ibu terima ditertibkan? I: Penting-penting ajanya kalau itu semua karena tiap harinya kita pake itu, sama

tetangga, kawan ya kan. Cuman kalau mau dipake nertibkan kaminya, aduuhhh

jangan sampek lah. Kami carik makan ajanya disini, ngertilah maunya

pemerintah itu. Udah terlanjur banyak disini pelanggan kami dek.

P: Apa harapannya untuk Komunikasi Satpol PP kedepannya?

I: Harapannya ya supaya pemerintah (Satpol PP) kita ngerti ajalah kami disini

kerja, carik makan lah yang utama. Adek skripsian kan, wawancara harapan

abang juga sampek lah maunya yang abang bilang ini ke telinganya Satpol PP

sana siapa tau diketuk Allah hati mereka ya kan, ga ada lagi penertiban terakhir

jadi maklum orang itu sama kami.

6. Informan 6 (Samsir)

P: Sudah berapa lama bapak menjadi Pedagang Kaki Lima di depan komplek USU ini?

I: Kalau disini udah 6 tahun jugalah kurang lebih. P: Tinggal di Medan sama siapa pak?

I: Sama istri nak. Berdua aja dirumah, anak udah berkeluarga semua makanya

jadi tinggal berdua aja dirumah sama ibu.

P: Selama berjualan disini, ada gak bapak dipungut uang sewa/retribusi? Kalau ada, sama siapa aja itu pak?

I: Dulu ya ada, kalau belakangan ini belum ada yang mintak. Itu jatah keplinglah.

Lima ribu gitu dia mintaknya kemarin. Itu hitung perhari lima ribu. Biar aman

kata dia jualan disini. Yaudah kasih ajalah.

P: Apakah bapak tahu kalau dengan berjualan disini sudah menjadi penyebab kemacetan di jalan ini, melanggar UU No.7 Tahun 2004, melanggar Perda no. 31 tahun 1993, visi dan misi kota Medan ini juga, tau nya bapak?

I: Tau. Cuman ya gimana lagi kan. Hari itu ada baliho dibuat di sini. Lengkap

sama Undang-undang yang melamarnya, cuman ya kita ga makan nanti kalau

(16)

P: Pernah gak pak Satpol PP kota Medan mensosialisasikan UU No.7, Perda No.31 itu ke PKL yang disini?

I: Kalau sosialisasi menurut bapak kurang nak, masih belum cocok juga dibilang

sosialisasi karena kalau sosialisasi ini kan mereka berbicara langsung dengan

kita menjelaskan sejelas-jelasnya nah kalau ini hanya lewat baliho, kan belum

cocok disebut sosialisasi dia kan? Jadi masih belum bisa dibilang sosialisasi cara

mereka itu kalau menurut bapak.

P: Lantas apa yang menjadi alasan bapak tetap berjualan di lokasi ini? I: Alasan yang pertama itu tetap untuk perut nak. Hanya ini yang bisa bapak

kerjakan buat makan, makanya gak habis pikirlah kalau sempat dilarang penuh

disini gak boleh jualan lagi. Mau kemana lagi kami nyarik tempat jualan nak?

P: Sudah berapa kali bapak ditertibkan Satpol PP selama jualan disini? I: Wahh udah seringlah. Udah sampek lupa bapak berapa kali. Yang penting bisa

jualan lagi aja dia.

P: Lantas pada saat penertiban, apakah satpol PP berkomunikasi terlebih dahulu dengan orang abang?

I: Bapak udah berjualan disini selama enam tahun lah kurang lebih nak. Kalau

komunikasinya ya adalah, lewat surat disampaikan ke saya terus baliho juga

pernah dipasang disini. Isinya ya peraturan sama Undang-undang yang melarang

jualan disini kan, cuman bapak udah lupa itu nomor brapa peraturannya. Nah

sekarang udah hancur balihonya, kenak hujan kan, panas juga terakhir busuk

kayunya, jatuh terus hilang entah kemana. Dulu ada memang diatas ini baliho.

Bapak ngertilah kenapa dilarang jualan disini, cuman kan saya sama istri kan

perlu makan juga makanya yaudahlah ga apa-apa. Paling kalau disuruh jangan

jualan, ya kita manut aja lah dek. Bapak juga udah ga muda lagi jadi ga ada

tenaga kalau ngelawan.

P: Bagaimana cara mereka berkomunikasi?

I: Mereka kan kalau datang biasanya udah pasang sirene dari jauh, pedagang

yang lain udah pada teriak itu, Satpol PP datang ..!! kata pedagang yang lihat

kan, ya bapak udah langsung kemas-kemas aja, pembeli pun belum habis dia

makan udah langsung pergi karena takut juga sama Satpol PP ini. P: Pernahkah

(17)

I: Sosialisasi nak buatlah ada walaupun masih belum cocok diblang sosialisasi

menurut bapak tadi. Kalau negosiasi itu memang belum pernah bapak dengar

sama sekali. Setahu bapak yang orang itu buat yaitu nyuruh kita bubar. Kalau

negosiasi belum pernah itu.

P: Lantas apakah cara mereka yang berkomunikasi yang seperti itu tepat menurut bapak?

I: Kurang nak. Kalau kekurangan komunikasinya ya pasti adalah nak. Menurut

bapak Satpol PP itu agak-agak sombong, karena ga mau cakap sama kami

baik-baik 4 mata lah gitu. Jadi ya mintanya tutup yaudah kita tutup, selesai itu yaudah

ga ada bicara lagi nak, ya gitulah makanya banyak tukang dagangan anggap

musuhan sama Satpol PP nya sendiri. Kalau bapak disuruh tutup yaudah bapak

tutup ajalah.

P: Lantas bagaimana seharusnya komunikasi yang tepat menurut bapak? I: Komunikasinya diteruskanlah jangan cuman gusur aja dia ngomong,

Sosialisasinya agak diperjelas bukan lewat baliho atau surat edaran dia, nah ajak

PKL ini carik jalan keluar sama-sama. Kalau mereka nilai kami menggangu,

supaya gak jadi pengganggu kami, ayok mari ngomongkan sama kami. Jangan

belum apa-apa udah main gusur aja.

P: Apakah menurut abang Komunikasi, Negosiasi, dan Sosialisasi merupakan salah satu kunci utama agar bapak ibu terima ditertibkan? I: Penting nak, Insya Allah penting itu. Kalaulah mereka mau berbicara

(komunikasi), mendengar alasan kami kenapa berjualan disini pasti kan ada jalan

nantinya untuk mencari jalan tengah sampai ada kata mufakat dengan

pemerintah kita. Sosialisasi itu juga penting supaya kami pedagang ini yang

sekolahnya ga ada yang sampek sarjana ini jadi tahu apa aja pasal yang kami

langgar. Ini malah datang, nyuruh tutup, jaga berapa hari habis itu udah ga

nampak lagi batang hidungnya. Bapak lihat pedagang yang lain jualan ya bapak

pun ikutan lah jualan lagi. Cobak kalau Satpol PP nya mau cakap kan ga

sampeklah ada berantem-berantam gitu bapak rasa, yang di Gatsu (jalan Gatot

Subroto) itu aja contohnya sampek berapa itu Sapol PP dan PKL yang luka-luka

(18)

P: Apa harapannya untuk Komunikasi Satpol PP kedepannya?

I: Harapannya yaudah sama kek yang bapak bilang tadi bagusnya komunikasinya

Satpol PP itu gimana nak.

7. Informan 7 (Wira)

P: Sudah berapa lama menjadi Pedagang Kaki Lima di depan komplek USU ini?

I: Kalau aku udah 2 tahun lebih bang. P: Tinggal di Medan sama siapa bang?

I: Sama ibu bang, sama adik juga. Bertiga ajalah sekarang dirumah, abang udah

di Jakarta soalnya, kalau bapak udah inalilahi.

P: Selama berjualan disini, ada gak ibu dipungut uang sewa/retribusi? Kalau ada, sama siapa aja itu bang?

I: Ada bang. Kalau sama kami kepling yang minta bang. Itupun udah lama ga ada

minta-minta lagi. Kalau kemarin hampir tiap hari. Jam-jam lima-an nanti datang

lah dia, lima ribu dimintak dia, sepuluh pun mau dia mintaknya.

P: Apakah abang tahu kalau dengan berjualan disini, abang itu sudah menjadi penyebab kemacetan di jalan ini, melanggar UU No.7 Tahun 2004, melanggar Perda no. 31 tahun 1993, visi dan misi kota Medan ini juga, tau nya?

I: Tau bang. Hehe.

P: Pernah gak bang Satpol PP kota Medan mensosialisasikan UU No.7, Perda No.31 itu ke PKL yang disini?

I: Aduuhhh... kalau sosialisasi gitu belum pernah lah bang. Setau aku selama aku

jualan disini bang, cuman baliho itu ajalah sama surat itu yang dituliskan kita

melanggar peraturan kalau jualan disini. Kalau penyuluhan gitu ga ada bang.

P: Lantas apa yang menjadi alasan abang tetap berjualan di lokasi ini? I: Bantu keuangan keluarga bang. Kerjaan mamak pun cuman buruh kontraknya

bang, adek ku satu lagi masih sekolah, cuman ini caraku bisa membantu ya inilah

ku kerjakan.

P: Sudah berapa kali ibu ditertibkan Satpol PP selama jualan disini?

I: Ditertibkan selama disini udah ada 5 kali lah bang. Sekitar segitulah kalau aku

(19)

P: Lantas pada saat penertiban, apakah satpol PP berkomunikasi terlebih dahulu dengan orang abang?

I: Ada bang. Nyuruh tutup, jangan jualan disini lagi udah gitu aja komunikasinya. P: Bagaimana cara mereka berkomunikasi?

I: Kalau komunikasi ya melalui surat gitulah bang, udah pernah juga dikasih

bang. Kalau aku ga salah itu suratnya dikasih sama kami bang setahun lalu lah

terakhir. Nanti datang anggotanya naik mobil patrolinya kadang juga naik kereta

orang itu, terus ngomong kalau ada surat dari Walikota Medan melarang jualan

disini, mintaknya supaya ga jualan disini lagi. Sebenarnya surat itu mau dia

sekali sebulan datang, atau dua kali sebulan juga pernah bang, cuman terakhir

kali suratnya itu ya tahun lalu. Tahun ini ntah kenapa ga ada lagi bang. Baliho

juga pernah ada diatas sana, cuman balihonya udah hancur juga. Kurang tau

bang kenapa hancur. Tapi dulu sempat ada juga. Isinya yaitu bang larangan

berjualan disini karena melanggar peraturan apalah, udah lupa juga bang

karena udah setahun yang lalu juga itu kira-kira. Jadi ga terlalu ingat

lengkapnya. Pokoknya gitulah dia intinya bang, dilarang berjualan disini karena

udah melanggar peraturanlah.

P: Pernahkah Satpol PP kota Medan bernegosiasi dengan para PKL disini pada saat akan ada penertiban?

I: Ini negosiasinya nyarik jalan keluar maksud abang kan? seingat aku belum

pernah bang. Ngomong sama kami aja malas orang itu bang, apa lagi nyari jalan

tengah. Sama orang itu kan yang penting kami ga jualan disini lagi. Selebihnya

mana lah peduli orang itu bang.

P: Lantas apakah cara mereka yang berkomunikasi yang seperti itu tepat menurut abang?

I: Kalau menurut pendapat pribadi ku bang ya, masih kurang lah jelas kali itu

bang. Karena selama ini orang itu komunikasinya paling lewat surat aja, baliho

itu juga dan paling kalau nertibkan nyuruh tutup.. tutup ini jualan kau. Katanya

gitu bang. Yaudah habis ga ada lagi yang lain. Kalau komunikasi tatap muka gitu

bang, misalnya mereka nanya kenapa kami kok paksa kali harus balik lagi jualan

(20)

Komunikasi antara kelompok kami sama orang itu (Satpol PP), ga ada lah

gitu-gituan. Yang ada kalau kami ngomong malah dikira orang itu melawan bang.

Makanya kadang bingung juga aku bang, antara orang itu jaga image gitu biar

dibilang berwibawa, atau memang Satpol PPnya yang tengil-tengil (sombong)

semua ya kan makanya sampek ga mau bicara sama kami tukang jualan ini ya

kan, ga taulah aku bang.

P: Apakah menurut abang Komunikasi, Negosiasi, dan Sosialisasi merupakan salah satu kunci utama agar bapak ibu terima ditertibkan? I: Itu pentinglah bang. Cobak aja mereka mau ngmong sama kami ya kan pasti

enak lah, ntah diajak ngmong satu-satu kami kan bang. Ditanyain alasannya

kenapa jualan disini, atau kalau gak satu-satu ya berkelompok gitu kek yang

abang bilang, ntah siapa perwakilannya dari sini ya kan itu penting itu bang.

Istilahnya dikasihlah kesempatan kami bicara jangan cuman main tertib-tertibkan

aja. Sosialisasi langsung juga penting itu bang, tapi komunikasi dulu lah orang

itu bang biar kami pun enak dengarkan orang itu sosialisasi. Kalau udah jalan itu

bang, kan kami berani ngasih solusi. Ya negosiasi lah istilahnya bang. Makanya

penting itu memang. Bukannya apa-apa bang, menurut ku ya ga selamanya cara

kekerasan mempan sama orang, mau dihajar orang itu pun kami bang, ya kami

pedagang disini udah kompaknya, ga dijaga pol PPnya balik kami jualan, dijaga

lagi cabut kami. Gitu-gitu ajanya bang.

P: Apa harapannya untuk Komunikasi Satpol PP kedepannya?

I: Harapannya apa ya bang. Paling ya itulah, maulah orang itu ngomong

baik-baik sama kami, ditanyain satu-satu atau langsung perwakilan kelompok sini ya

kan bang. Kalau kami yang mulai takut kami bang, karena orang itu nyangkanya

kami ngelawan orang itu. Padahal kalau ga karena biar ada duit untuk makan, ya

ga mungkin kami gini bang. Kami pun sebenarnya ga mau melanggar peraturan

bang, karena sama kami yang penting jualan lah bang. Diajak kami berembuk

gitu kan enak bang, ntah jalan tengahnya nanti kami dipindah dekat-dekat sini

asal lah ga digusur lagi ya gak papa juga bang. Yang mau nyewa sama

pemerintah pun itu gak papa lah bang, asal sesuai sama kantong awak aja.

(21)

pribadi terima aja bang, asal ada tempat baru nya ya terus gini bang kalau

memang ditertibkan ya semua pedagang ini mulai dari pintu I sampai IV sana

tertibkan jugalah, jangan nanti ada aja lagi yang jualan disini bang, ya ga

maulah aku bang. Itu aja sih bang saran aku.

8. Informan 8 (D. Damanik)

P: Sudah berapa kalikah bapak turun ke lapangan untuk menertibkan PKL? I: Wahh kalau menertibkan udah banyak kali. Udah ga ingat secara jumlah, sejak

mengabdi udah turun ke lapangan. Tahun 1986 lah saya sudah mengabdi di

kesatuan Satpol PP ini.

P: Berapa kali setahu bapak penertiban yang dilakukan Satpol PP terhadap PKL yang berjualan di depan Komplek USU?

I: Kalau untuk PK Lima yang di depan komplek USU percisnya ga ingatlah

secara otak, tapi kalau kisarannya sejak saya menjabat menjadi Kasi-Op sampai

sekarang sudah ada tiga puluh kali dilakukan penertiban disitu. Bahkan pernah

itu waktu tahun dua ribuan juga ini, pernah dijaga sampai dua tahun sesudah itu

di tinggal lah, balik lah lagi pedagang itu.

P: Selama bapak ikut menertibkan, apakah bapak pernah berkomunikasi dengan PKL yang berjualan di depan komplek USU? Apa saja yang bapak komunikasikan?

I: Sering (berkomunikasi). Ya paling itu keluhannya, dia carik makan. Itu ajanya

keluhan orang itu. Susah pak katanya carik makan mau dimana lagi kami jualan?

katanya. Kalau komunikasinya ngomong langsung ya paling karena kita ini kan

penegak peraturan daerah kita bilang baik-baik, ya tolong lah bu jangan jualan

disini. Masih sebatas itu saja dia. Sebenarnya kalau secara hati ga bisa tega kita

nertibkan orang itu, tapi lantaran udah tugas, udah tupoksi kita kan itu dia. Kan

harus kita bisa bedakan yang mana tugas dan yang mana pribadi. Kalau kita

melaksanakan pribadi ya ga jalan lah tugas ini kan itu dia.

(22)

I: Begini, kalau kita sosialisasi tekhnisnya masih secara tertulis saja memang. Itu

harus kita akui. Sebelum dilakukan penertiban, kita buat itu suratnya secara

tertulis. Kalau memang dia baca, taulah dia itu tapi kadangkan dia ga mau baca.

kadang-kadang pada saat penertiban kita kasih tau kalau dia udah melanggar.

Tapi yang jelas pembinaan sudah dilakukan sebelum penertiban, dengan cara

dikasih tau langsung bahwa dia telah melanggar (peraturan) begitu seterusnya

sampai berulang-ulang, gak juga di dengar kami buat lagi surat peringatan,

dicantumkan lagi peraturan yang udah mereka langgar selama tiga kali, masih

juga berjualan disana, barulah dilaksanakan penertiban. Kadang bagi kawasan

yang sudah sering dilakukan penertiban, kita ga pake surat lagi, udah langsung

main turun aja. Itu udah diatur dia di protap (prosedur tetap) kita.

P: Negosiasi juga belum dilakukan oleh Satpol PP, itu pendapat dari PKL pak. Bagaimana tanggapan bapak?

I: Negosiasi tetapnya kita lakukan. Misalnya aja waktu pajak USU masih di

dalam, kita negosiasikan itu sama mereka supaya mereka berjualan di dalam.

Cuman ada juga yang bandal orang itu, jualan lagi di pinggir jalan itu, kita

arahkan lagi supaya ke dalam. Cuman setelah itu terbakar pajaknya yang di

dalam, ya balik lagi orang itu ke pinggir pasar itu lagi. Mau kita negosiasikan

gimana caranya? Karena belum ada tempat untuk mengarahkannya karena untuk

saat ini wacana membuat kota Medan seperti Surabaya masih belum disahkan

oleh bapak Walikota, sedangkan Perda kota Medan yang masih berlaku sekarang,

dimana pun bahu jalan, trotoar, di atas parit kota Medan tidak boleh ada PK

lima. Itu wacananya udah 2 tahun yang lalu di mulai. Jadi Negosiasi kita sama

orang itu masih bertujuan supaya mereka tidak berjualan disitu.

P: Dalam UUD 1945 pasal 27 tentang warga negara berhak akan pekerjaan dan penghidupan yang layak dan UUD pasal 34 ayat 1 tentang fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Kalau menurut pasal itu pak, kan berhaknya mereka atas Negosiasi yang bersifat win-win solution? Apa tanggapan bapak?

I: Sebenarnya sudah juga dilaksanakan negosiasi seperti itu namun tidak di

(23)

artinya jangan lewat parkiran jalan itu (pinggir/bahu jalan) dan jangan dibuat

kursi dan meja di trotoar itu sebab menggangu anak USU berjalan kaki. Itu udah

pak RH itu yang ngasih kelonggaran seperti itu dan dilanjut dengan pak Eldin ini.

Ada hampir 1 tahun itu. Namun tetap dikasih tau, tetap dikasih tau, mereka nggak

juga, akhirnya di nol kan (Negosiasi dicabut). Memang pedagangnya yang

bandal. Kan udah dbilang jangan menempatkan barang di trotoar (meja dan

kursi) kalau ditaruhnya lagi meja disitu kan sudah menyulitkan pejalan kaki

sementara itu Kampus, dari pintu sini ke pintu sana masyarakat sering jalan kaki

disitu. Itu hari itu masalahnya.

Untuk masalah jangka panjangnya guna melindungi itu para PK lima, itulah

perda itu harus ada dulu, tentang jalan ini bisa ada PK lima, sedangkan jalan

lain tidak boleh ada, sehingga kita bisa arahkan dia ke jalan yang boleh ada PK

limanya, nah lantaran masalahnya adalah belum bisa disahkan oleh walikota

sekarang, karena masih harus butuh dirapatkan lagi dengan pihak terkait, kota

Surabaya kan sudah ada perda yang seperti itu, kita belum. Masih belum

disahkan.

P: Kalau Anggota Satpol PP ini Pak, adanya haknya mnyampaikan saran guna penataan PKL pak?

I: Kalau saran ya ada kok hak tiap anggota untuk nyampaikan itu ke bapak Kasat,

bukan cuman saya saja yang berhak tapikan apa yang mau kita buat saran untuk

itu?kalau ada kira-kira saran yang bermanfaat, kenapa ga boleh? karena tetap

dia (Kasatpol PP) anjurkan itu waktu dia berbicara pun di rapat misalnya kalau

mau ada saran ya silahkan aja disampaikan. Seperti kemarin ada wacana mau

dibuat seperti Surabaya, ada jalan yang bisa PK Lima berjualan ada yang tidak.

Itu kan harus mengacu kepada peraturan ataupun Undang-Undang, nah itu yang

belum ada. Tetap mengacu kepada wacana itu kita sekarang cuman belum tuntas

dia.

Cuman ya itu tadi, karena masih wacana jadi belum ada langkah baik dan saran

yang dapat langsung dilaksanakan untuk menata PKL itu untuk saat ini.

(24)

depan USU, bernegosiasi dengan pihak USU untuk memakai halaman bangunan mereka yang disebrang komplek USU, contohnya Asrama Putra USU. Bagaimana menurut bapak mengenai saran itu?

I: Baik saya kira saran itu karena selama ini kita ga sampai terpikir sampai

kesitu. Nanti pasti akan saya sampaikan saran itu ke bapak Kasatpol. Itu saran

yang cukup membangun saya kira.

P: Jadi bagaimana bapak memandang Komunikasi, Sosialisasi dan Negosiasi dalam kaitannya penertiban PKL ini pak? Pentingnya bapak rasa?

I: Itu bukan hanya sekadar penting lagi itu, itu sudah termasuk Protap dalam

ruang lingkup kerja Satpol PP. Namanya pun kita orang timur, kan gak mungkin

kita langsung main pukul walaupun salah PK lima itu ya tetap harus ada

komunikasi, pak tolonglah mulai besok jangan lagi jualan disini, sosialisasinya

baik lisan maupun tulisan, dan Negosiasinya tadi agar PK lima tadi tidak

berjualan disembarang tempat. Itu berkaitan itu semua.

P: Kalau memang penting pak, apakah menurut bapak masih ada kekurangan dalam Komunikasi Satpol PP kota Medan ini?

I: Tetap ada kekurangannya kita harus akui itu, kekurangannya ya ditenaga

ahlinya sendiri yang khusus dia mengenai komunikasi dengan PK lima, ya

contohnya seperti nanti adek tamat dari USU, masuklah Satpol PP supaya ada

yang khusus mengerti bagaimana pola komunikasi Satpol PP yang harusnya

dapat diterapkan di lapangan. Karena kita harus akui kalau strategi komunikasi

kita, baik itu komunikasinya, pembinaan PK lima melalui sosialisasinya maupun

Negosiasi masih dilakukan pada saat kita ke lapangan artinya masih belum cukup

intesitas komunikasi Satpol PP dalam berkomunikasi dengan mereka karena kita

juga tidak ada tenaga ahli khusus dibidang itu.

Memang ada kabid pembinaan disini, cuman yaitulah tetap saja tidak

intens karena kekurangan anggota yang khusus menguasai bidang itu, makanya

pada saat penertiban saja baru kita jalankan strategi komunikasi.

(25)

I: Bukan kita yang gak tegas, tapi memang harus kita akui kalau Satpol PP ini

masih sangat kekurangan anggota sementara Medannya cukup berat dan luas,

selain itu kerja Satpol PP bukan hanya menertibkan PKL saja. Itu PKL USU itu

harusnya tiap hari itu diadakan patroli disitu, cuman karena kita kekurangan

anggota, sementara kerjaan kita juga banyak makanya kelihatan ga diperhatikan

itu. Anggota Satpol PP ini masih harus dibagi lagi pengamanan rumah dinas,

pengamanan kantor walikota, pengamanan aset, pengamanan demonstrasi,

setengah anggota Satpol PP ini sudah ditugaskan untuk pengamanan aset, rumah

dinas, pengawalan Walikota, Wakilnya dan Sekda juga jadi setengahnya lagi lah

ya terjun ke lapangan padahal di Medan ini berapa banyak pasar, berapa banyak

jalan-jalan yang digunakan PKL untuk berjualan. Jadi kita jelas memang

kekurangan anggota. Paling yang bisa terjun kelapangan itu hanya sekitar 500an

orang saja.

Memang anggaran kota Medan ini masih belum ada untuk menambah

anggota pol PP ini, ya masih itulah kemampuan pemerintah daerah kita, jadi

mau kita apakan? Kami jaga dipasar ini, di daerah sana ketinggalan. Masih

begitu lah dia memang. Jadi bukan karena kita yang kurang tegas.

P: Kalau begitu pak, bagaimana tekhnis lapangan dan strategi komunikasi yang saat ini digunakan Satpol PP kota Medan?

I: Kalau untuk saat ini kita harus akui masih ala kadarnya. Kita surati mereka,

berupa surat larangan, kita pasang baliho sebagai bentuk peemberitahuan dan

sosialisasi secara tidak langsung, dan kita ingatkan kembali pada saat

pengarahan, kita kasih tau juga peraturan yang mereka langgar, dan kalau masih

berjualan juga terpaksa kita lakukan tindakan refresif. Seperti yang saya bilang

barusan juga, kalau bandel PKLnya itu ga pakai surat lagi, kita langsung terjun.

Bagi yang disita barangnya, biasanya mereka datang itu untuk menjemput, nah

disitulah baru seksi pembinaannya bertindak, dikasih pengarahan kembali bahwa

itu bukan daerah berjualan. Tapi bagi PKL yang nakal itu, dibiarkan dia

barangnya itu kami sita, ga dijemput. Masih seperti itulah tekhnis dan

(26)

P: Ini mengenai uang retribusi pak, saya juga dapat info dari PKL bahwa anggota Satpol PP ini juga mau meminta uang kepada PKL, apakah bapak tahu mengenai itu?

I: Kalau itu saya ga tau karena kita ga ada perintahkan seperti itu, tapi bisa saja

ada anggota kita ini yang nakal, dan saya ga bisa pastikan itu karena kalau kita

tanya sama PK limanya, ada kau kasih sesuatu sama anggota? Jawaban mereka

selalu ga ada. Jadi saya tidak tahu mengenai itu dan saya juga tidak bisa

pastikan.

P: Baiklah jika begitu pak, ini juga mengenai tugas Satpol PP kota Medan pak, para PKL beranggapan jika Satpol PP melaksanakan penertiban hanya karena supaya ada pekerjaan, bagaimana tanggapan bapak mengenai hal tersebut?

I: Bukan kita kurang kerjaan, justru sangat banyak pekerjaan kita makanya

mereka jadi seperti tak tersentuh itu. Anggota Satpol PP saat ini, 500an lebih dan

ga sampai 600 orang. Sementara kita punya kerjaan banyak. Contoh,

Pengamanan rumah dinas, pengamanan kantor walikota, pengamanan aset,

pengamanan demo. Setengah jumlah anggota Satpol PP kota Medan ditugaskan

menjaga aset, rumah dinas dan kantor walikota sementara kalau sudah dia

ditugaskan untuk menjaga kantor, rumah dinas dan aset itu ga bisa lagi dirotasi

untuk terjun ke pajak atau ke pasar untuk menertibkan PKL. Jadi hanya setengah

dari jumlah anggota Satpol PP lah yang bisa dirotasi ke pajak dan pasar untuk

menertibkan PKL, sementara kalau kita sadari ada berapa banyak pajak di

medan ini yang harus kita tertibkan. Ada berapa banyak pasar juga yang jadi

tempat PKL untuk berjualan. Jadi bukan ga ada kerjaan, justru kita banyak

pekerjaan makanya sampai mengeluh kita kekurangan anggota. Itu dia.

P: Apalah harapan bapak untuk Satpol PP ini kedepannya agar Strategi Komunikasi Satpol PP itu tidak gagal?

I: Ya harapannya itu tadi, maunya ada tenaga ahli yang S-1 misalnya khusus

menangani komunikasi, pembinaan berupa sosialisasi (penyuluhan) dan

Negosiasi terhadap PK lima sehingga kalau sudah ada tenaga ahli, maka

(27)

benar-benar terkonsep. Artinya, bukan pada saat ada pengarahan dan penertiban saja

baru ada komunikasi, selain itu strategi komunikasi Satpol PP ini pasti lebih

(28)

KEPALA SATUAN

POLISI PAMONG PRAJA KOTA MEDAN

Bagian Tata Usaha

Sub Bagian Kepegawaian Sub Bagian Umum

Kelompok Jabatan Fungsional

Bidang Operasi dan Pembinaan

Seksi Operasi

Seksi Pembinaan

Bidang Pengawasan

Seksi Usaha Industri

Seksi Usaha Non Industri

Bidang Penuntutan dan Peradilan

Seksi Pengaduan dan Bukti - Bukti

Seksi Penuntutan dan Penindakan

(Gambar 4.4)

(29)
(30)

BIODATA PENELITI

Nama : Nico Simpati Sinaga

Tempat/Tgl. Lahir : Pematangsiantar, 19 Mei 1993 Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jalan Berdikari 94A, Pasar 1, Padang Bulan, Medan Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak

Riwayat Pendidikan : SD Negeri 122377 Pematangsiantar SMP RK Bintang Timur, Pematangsiantar SMA Swasta Budi Mulia Pematangsiantar

NAMA ORANG TUA

Ayah : Jhon Abidin Sinaga Ibu : Dameria br. Manalu Nama Adik : Novelia Citra Sinaga

Santo Mario Sinaga

PEKERJAAN ORANG TUA

Ayah : Supir Truk

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Alvin A. Goldberg & Carl E. Larson. 1975.Groub Communication: Discussion

Process and Aplication. (terjemahan 1985).

Ardianto, Elvinaro & Bambang Q. Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Basrowi dan Suwandi.2008.Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Budyatna, Prof.Dr. Muhammad M.A dan Ganiem, Dr. Leilomona M.Si.2011.

Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana Prenada Media Groub.

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Groub.

Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada

.2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Djunasi, Sunarjo. 1984. Opini Publik. Yogyakarta : Liberty.

Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

. 2007. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan praktek. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hasan, M. Iqbal. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana Prenada Media Groub.

(32)

Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi Serba Ada dan Serba Makna. Jakarta: Kencana Prenada Media Groub.

. 1991. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti Limbong, Dayat. 2006. Penataan Lahan Usaha PKL: Penertiban vs

Kelangsungan Hidup. Medan:Pustaka Bunga Press.

Muhtadi, A. Saeful. 1999. Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek. Bandung: Logos.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari. 2001. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press.

Pohan, Syarifuddin.dkk. 2012. Buku Pedoman dan Proposal Penelitian. Medan: PT Grasindo Monoratama.

Purba, Amir.dkk. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Pustaka Bangsa Press. Satropoetro, Santoso. 1990. Komunikasi Sosial. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Sugiyono, 2007. Statistika Untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta.

Sujarweni, Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru. Sugiono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Sumber Internet:

balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Arwin%20Hsb.pdf (diakses pada tanggal 11 Juli 2015)

beritasumut.com (diakses pada tanggal 12 Juli 2015)

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368875-MK-Johannes%20Natanael%20S.pdf (diakses pada tanggal 5 Juli 2015)

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=15&cad =rja&uact=8&ved=0CDYQFjAEOAo&url=http%3A%2F%2Frepository.t elkomuniversity.ac.id%2Fpustaka%2Ffiles%2F100027%2Fjurnal_eproc% 2Fkomunikasi-public-relations-dalam-implementasi-teknik-lobi-dan-

(33)

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=r ja&uact=8&ved=0CCkQFjAC&url=http%3A%2F%2Frepository.ung.ac.i d%2Fget%2Fsimlit_res%2F1%2F298%2FEfektivitas-Komunikasi-dan-

Negosiasi-Dalam-Bisnis.pdf&ei=FsqYVdK_HJeJuwSDs4hA&usg=AFQjCNHsjuNGD_N6c p3GTB-zjxRf8s_iyQ (diakses pada tanggal 5 Juli 2015)

http://www.kompasiana.com/muhammadnur_se/ini-kuncinya-jokowi-tertibkan-pkl-tanpa-kekerasan_550d46c3a33311d81a2e3b04

id.Wikipedia.org/wiki/Polisi_Pamong_Praja (diakses pada tanggal 11 Juli 2015) kbbi.web.id/negosiasi (diakses pada tanggal 5 juli 2015)

medan.tribunnews.com/2014/12/06/siap-siap-kawasan-dr-mansyur-medan-akan-bebas-pedagang-kaki-lima (diakses pada tanggal 12 Juli 2015)

Merdeka.com/peristiwa/bentrok-dengan-pkl-6-anggota-satpol-pp-kota-malang-terluka.html (diakses pada tanggal 11 Juli 2015)

metro.news.viva.co.id/news/read/640798-bentrok-satpol-pp-dengan-pkl--monas-sempat-menceka (diakses pada tanggal 11 Juli 2015)

Pemkomedan.go.id/file/h_1215070628.pdf (diakses pada tanggal 14 Juni 2015) Pemkomedan.go.id/new/hal-visi-dan-misi.html( diakses pada tanggal 29 juni

2015) repository.usu.ac.id repository.ugm.ac.id

(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetaui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis, sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Jadi metodologi adalah penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat pada penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut Bungin Burhan dalam bukunya yang berjudul Penelitian Kualitatif:

Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya (2008)

penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. Adapun tujuan penelitian deskriptif menurut Hasan (2002) adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada

2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.

3. Membuat perbandingan atau evaluasi.

4. Menentukan apa yang dilakukan dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menerapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

3.2 Objek Penelitian

(35)

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah informan yang dimintai informasi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun subjek penelitian ini adalah :

1. Pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jalan Dr. Mansyur, Pintu I sampai IV Universitas Sumatra Utara (depan komplek USU

2. Kepala dan anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan.

3.4 Kerangka Analisis

Adapun kerangka analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1.3 Kerangka Analisis (Informan)

Sebagai Subjek Penelitian

Pengumpulan data dari Informan selaku subjek penelitian dengan Teknik Wawancara Mendalam

(Reduksi Data) Hasil Wawancara Penelitian

(Penyajian Data)

Penelaahan hasil wawancara penelitian

Penarikan kesimpulan dari penyajian data dan verifikasi penelitian

(36)

Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data dari informan sebagai subjek penelitian yang memiliki kriteria sesuai dengan yang diterapkan oleh peneliti, kemudian peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan triangulasi data dan teori, dan proses pengumpulan data tersebut dilakukan secara terus-menerus hingga menjadi data jenuh. Kemudian dengan menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman selama dilapangan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Peneliti melakukan reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya. Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. (Sugiyono, 2005:92)

2. Melakukan penyajian data

Dalam melakukan penyajian data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matriks, network (jaringan kerja), dan chart. (Sugiyono, 2005:95)

3. penarikan kesimpulan dan verifikasi

Kesimpulan awal yang digunakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan adalah yang kridibel. (Sugiyono, 2005:99)

4. Menghubungkan kesimpulan dengan pokok permasalahan

Gambar

Gambar 1.3 Kerangka Analisis
Tabel 1.3 Kriteria Penentuan Informan
Gambar 1.4 Peta Jalan Dr. Mansyur Sumber: Google Maps
Gambar 2.4 Denah Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Model yang dikembangkan adalah pengaruh perubahan harga bahan makanan antara lain perubahan harga beras, daging ayam, cabe rawit dan tanaman sayur sebagai

Salah satu model pembelajaran yang dapat membiasakan siswa menggunakan kemampuan bernalarnya adalah model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based

Laporan

Kedua, jarak dari jalan dan intensitas cahaya tidak berpengaruh terhadap sebaran jumlah individu tumbuhan asing invasif Clidemia hirta di Taman Hutan Raya Bung

Media yang dapat digunakan dalam mempromosi koleksi Terbitan Pemerintah di Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat kepada pemustaka adalah

Dari beberapa uraian diatas penulis ingin meneliti beberapa pertemuan antara pasangan Spanyol Carolina Marin dan Cina Li Xuerui dengan cara menganalisis

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat pendidikan pada Badan Perencaan Pembangunan Daerah Kota Samarinda adalah sebagai berikut

Arief Yuliman Susetyana Tempat Lahir : Yogyakarta Tanggal Lahir : 2 Juni 1963 Jabatan : Kabid Teknologi Informasi Polda Jawa