BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.2 Kerangka Teori
2.2.4 Strategi Komunikasi
2.2.4.2 Komunikator Dalam Strategi Komunikasi
3. Mendidik (Educating)
Tujuan dari strategi yang berikut adalah Educating. Tiap informasi tentang pendaftaran pasien katarak harus disampaikan dalam kemasan educating atau yang bersifat mendidik.
4. Menyebarkan Informasi (Informing)
Salah satu tujuan strategi komunikasi adalah menyebarluaskan informasi kepada masyarakat atau audiens yang menjadi sasaran kita. Diusahakan agar informasi yang disebarkan ini merupakan informasi yang spesifik dan aktual, sehingga dapat digunakan konsumen. Apalagi jika informasi ini tidak saja sekedar pemberitahuan, atau motivasi semata tetapi mengandung unsur pendidikan. Ini yang kita sebut dengan strategy of informing.
5. Mendukung Pembuatan Keputusan (Supporting Decision Making)
Tujuan strategi komunikasi terakhir adalah strategi yang mendukung pembuatan keputusan. Dalam rangka pembuatan keputusan, maka informasi yang dikumpulkan, dikategorisasi, dianalisis sedemikian rupa, sehingga dapat dijadikan informasi utama bagi pembuatan keputusan.
Praktik dalam strategi komunikasi umumnya terdiri dari tiga esensi utama yaitu:
1. Strategi implementasi 2. Strategi dukungan
3. Strategi integrasi. (Liliweri, 2011:248-249)
2.2.4.2Komunikator Dalam Strategi Komunikasi
Dalam strategi komunikasi peranan seorang komunikator sangatlah penting. Strategi komunikasi harus luwes sedemikian rupa sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi bisa datang sewaktu-waktu, lebih-lebih jika komunikasi dilangsungkan melalui media massa. Faktor-faktor yang berpengaruh bisa terdapat pada komponen media atau komponen komunikan sehingga efek yang diharapkan tak kunjung tercapai. (Effendy, 2003:304)
Selanjutnya menurut Effendy dalam bukunya yang berjudul Ilmu
Komunikasi : Teori dan Praktek (2007), komunikasi merupakan proses yang
rumit. Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu diperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor-faktor pendukung dan penghambat pada setiap komponen tersebut.
1. Mengenali sasaran komunikasi
Apapun tujuannya, metodenya, dan banyaknya sasaran, pada diri komunikan perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
Faktor kerangka referensi (frame of reference)
Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil dari paduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideologi, cita-cita dan sebagainya. Dalam situasi komunikasi antarpersona mudah untuk mengenal kerangka referensi komunikan karena hanya satu orang. Yang sukar ialah mengenal kerangka referensi dalam komunikasi kelompok. Ada kelompok yang individu-individunya sedah dikenal seperti kelompok karyawan atau kelompok perwira. Ada juga yang tidak dikenal seperti pengunjung rapat RW. Komunikan harus disesuaikan dengan kerangka referensi mereka itu, dan lebih sulit lagi mengenal kerangka referensi para komunikan dalam komunikasi massa sebab sifatnya sangat heterogen. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan kepada khalayak melalui media massa hanya yang bersifat informatif dan umum, yang dapat dimengerti oleh semua orang, mengenai hal yang menyangkut kepentingan semua orang.
Faktor situasi dan kondisi
Yang dimaksudkan situasi di sini ialah situasi komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi yang bisa menghambat jalannya komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga datang tiba-tiba pada saat komunikasi dilancarkan.
Yang dimaksud dengan kondisi di sini ialah state of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi. Komunikasi kita tidak akan efektif apabila komunikan sedang marah, sedih, bingung, sakit atau lapar. Dalam menghadapi komunikan dengan kondisi seperti itu, kadang-kadang kita bisa menangguhkan komunikasi kita sampai datangnya suasana yang menyenangkan. Akan tetapi, tidak jarang pula kita melakukannya pada saat itu juga. Di sini faktor kemanusiaan sangat penting.
2. Pemilihan media komunikasi
Media komunikasi sangat banyak jumlahnya mulai dari yang tradisional sampai yang modern yang dewasa ini banyak dipergunakan. Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan dipergunakan.
3. Pengkajian tujuan pesan komunikasi
Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi, teknik persuasi atau teknik instruksi. Apapun tekniknya pertama-tama komunikan harus mengerti pesan komunikasi itu. Pesan komunikasi terdiri atas isi pesan (the content of
the message) dan lambang (symbol). Isi pesan bisa satu, tetapi lambang yang
dipergunakan bisa macam-macam. Lambang yang dipergunakan untuk menyampaikan isi komunikasi ialah bahasa, gambar, warna, kial (gestur), dan sebagainya. Lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi ialah bahasa karena hanya bahasalah yang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan, fakta dan opini, hal yang kongkret dan yang abstrak, pengalaman yang sudah lalu dan kegiatan yang akan datang, dan sebagainya.
4. Peranan komunikator dalam komunikasi
Ada faktor penting pada diri komunikator bila ia melancarkan komunikasi, yaitu daya tarik sumber (source attractiiveness) dan kredibilitas sumber (source credibility).
Daya tarik sumber
Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan kata lain, komunikan merasa ada kesamaan antara komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator.
Kredibilitas sumber
Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil ialah kepercayaan komunikan pada komunikator. Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang
komunikator. Seorang dokter akan mendapat kepercayaan jika ia menerangkan soal kepercayaan. Seorang perwira akan mendapat kepercayaan jika ia membahas soal keamanan dan ketertiban masyarakat. Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator harus dapat bersikap empatik (empathy), yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Dengan kata lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain. Seorang komunikator harus bersikap empatik ketika ia berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, marah, bingung, sedih, sakit, kecewa, dan sebagainya. Dalam menjalankan strategi komunikasi, peranan seorang komunikator amatlah penting. Komunikasi yang efektif terjadi apabila komunikator telah melakukan persiapan. Persiapan yang dimaksud oleh Marhaeni Fajar dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (2009) adalah sebelum komunikator melancarkan komunikenya, ia terlebih dahulu harus mengenal khalayak, menyusun pesan dan memilih medium yang cocok dengan kondisi khalayak tersebut.
“Cui ascendit sine labore, descendit sine honore” merupakan pepatah lama yang artinya adalah barang siapa yang bekerja dengan tanpa persiapan dia akan jatuh dengan kehilangan kehormatan. Pepatah lama tersebut merupakan pepatah yang wajib dipedomani seorang komunikator agar strategi komunikasi dapat berjalan dengan baik dan efektif. Oleh karena itu dalam persiapan ini, komunikator dapat melakukan hal berikut:
1. Melakukan penelitian, orientasi dan pendugaan 2. Menyusun perencanaan dan strategi
3. Penelitian yang dilakukan komunikator ini, dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dan situasi khalayak, yaitu menemukan data tentang lapangan pengalaman dang kerangka referensinya. Hal ini meliputi:
Pendidikan, agama, bahasa, adat kebiasaan, norma-norma dan usia. Pekerjaan (pokok dan sampingan), jumlah anak/tanggungan, dan kekayaan.
Hubungan sosial, pengalaman perjalanan, sumber informasi dan kawan akrab.
Pengaruh sosial, jabatan/kedudukan dan sebagainya.
Pengetahuan, sikap dan praktik khalayak tentang pesan-pesan yang disampaikan. (Fajar, 2009:214-215)
Selesai persiapan-persiapan itu dilakukan, barulah memasuki tahap pelakasanaan, yaitu dengan berlangsungnya komunikasi (communicating). Selama komunikasi itu berlangsung dan sesudahnya, maka komunikator harus pula mengadakan evaluasi (Evaluating). Evaluasi pada dasarnya meliputi dua hal, yaitu penilaian terhadap jalannya program komunikasi selama komunikasi itu berlangsung dan sesudah komunikasi itu selesai. Selama komunikasi itu berlangsung, yang perlu mendapat perhatian ialah apakah dalam komunikasi itu tidak terdapat gangguan dalam prosesnya. Gangguan itu dapat dibagi dalam dua bagian yaitu:
1. Engineering noise, yaitu gangguan yang timbul sebagai akibat dari kurang
sempurnanya medium yang digunakan, baik oleh penerima maupun oleh pengirim pesan.
2. Semantic noise, yaitu gangguan yang timbul dari susunan kata-kata,
lambang-lambang, isyarat-isyarat dan lain-lain, sehingga tak dapat dipahami oleh penerima pesan atau khalayak. (Fajar, 2009:216)
Kemudian, penelitian atau penilaian selanjutnya, ditujukan kepada penerima khalayak terhadap program komunikasi yang dilancarkan. Dalam hubungan ini, dapat dipakai sebagai pedoman ukuran empat dimensi seperti yang dikemukakan oleh Charles R.Wright (dalam Gutlip M. Scoot dan Center H. Alien) sebagai berikut:
1. Audience Coverage
Untuk dapat berhasil, pertama-tama kita harus memperhatikan besarnya dan macamnya khalayak. Berapa besar dan macam audience yang dapat tercapai? Proporsi apa yang diwakili mereka dari khalayak yang dituju?
2. Auidence Response
Bagaimana dari khalayak? Apakah isi pesan yang disampaikan mempengaruhi mereka secara menguntungkan atau tidak? Apakah telah membangkitkan perhatian mereka?
3. Communication Impact
Setelah kita menduga reaksi apa yang akan timbul, kita harus memperhitungkan perngaruh pesan-pesan yang akan disampaikan pada khalayak itu. Efek apakah dari suatu pesan tampak berahan pada massa. 4. Process of influence
Proses suatu komunikasi yang bagaimanakah yang dapat mempengaruhi khalayak? Melalui saluran dan mekanisme pengaruh serta persuasi apakah pada akhirnya dapat mempengaruhi seseorang? (Fajar, 2009:217)
Sesungguhnya unsur komunikator harus disesuaikan dengan kebutuhan khalayak dan termasuk dalam kesuluruhan strategi komunikasi. Komunikator yang berbeda, dengan membawa pesan yang sama kepada khalayak yang sama dalam suasana yang sama pula, dapat membawa efek yang berbeda. Artinya tidak semua komunikator mempunyai daya tarik yang sama. Khalayak sangat menghargai komunikator yang berkompeten, yang dikenal, yang dikagumi dan yang cukup disegani oleh masyarakat. (Fajar, 2009:217)