• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Motivasi Belajar Siswa di BKTIK dalam Penerapan Kurikulum 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Motivasi Belajar Siswa di BKTIK dalam Penerapan Kurikulum 2013"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI BELAJAR SISWA DI BKTIK DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 Tugas Akhir

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Informatika Universitas Kristen Satya Wacana untuk memenuhi sebagai Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Disusun Oleh:

Prasetyo Wibowo ( 702012024)

Program Studi Pendidikan Teknik Informasi dan Komunikasi Fakultas Teknik Informatika

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

1. Pendahuluan

Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan dari pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dirintis pada tahun 2004. Terintegrasinya TIK pada semua mata pelajaran, atau adanya pemanfaatan TIK pada pembelajaran memungkinkan peserta didik untuk menjadi lebih aktif dan kreatif. Hal ini dikarenakan TIK terbukti memiliki beberapa manfaat yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Menurut Murtiyasa, TIK dapat memberikan peserta didik, pendidik dan pengelola pendidikan fleksibilitas program[1]. Bahan pembelajaran dapat dibuat lebih menarik dan berkesan untuk meningkatkan pembelajaran. Selain itu menurut Fitriyadi, TIK bermanfaat untuk menyediakan akses terbuka terhadap materi dan informasi interaktif melalui jaringan dan membuka peluang kolaborasi guru dan siswa maupun antar-siswa[2]. Dengan demikian, TIK dapat meningkatkan efektivitas serta efisiensi proses pembelajaran[3].

Berkaitan dengan integrasi TIK pada semua mata pelajaran, guru TIK berperan lebih untuk memfasilitasi bimbingan BKTIK kepada peserta didik, dimana hal ini diatur dalam Permendikbud Nomor 45 tahun 2015[4]. Melalui BKTIK yang memang berbeda bentuk dari mata pelajaran TIK karena bisa bersifat klasikal maupun personal, diharapkan peserta didik dapat memperoleh keterampilan TIK yang nantinya akan berguna ketika mereka mengikuti semua mata pelajaran yang telah terintegrasi dengan TIK. Disisi lain, untuk memperoleh keterampilan atau untuk meningkatkan hasil belajar di BKTIK diperlukan motivasi yang baik. Motivasi merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Semakin baik motivasi belajar siswa, semakin baik pula hasil belajarnya. Menurut Handayani (2010), terdapat hubungan positif antara motivasi belajar intrinsik maupun motivasi belajar ekstrinsik terhadap prestasi belajar sehingga semakin tinggi motivasi belajar siswa akan semakin tinggi pula prestasi belajarnya. Demikian juga, semakin baik motivasi siswa untuk belajar di BKTIK, maka semakin baik pula hasil belajarnya yang akan membekali mereka untuk mengikuti semua pelajaran yang terintegrasi dengan TIK. Beberapa Sekolah Menengah Pertama di Kota Salatiga sudah mulai menerapkan Kurikulum 2013 beserta program BKTIKnya.Oleh karena itu, berkaitan dengan perubahan mata pelajaran TIK ke BKTIK, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar siswa di BKTIK dalam penerapan Kurikulum 2013.

2. Tinjauan Pustaka

(7)

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang mulai diterapkan disekolah-sekolah di Indonesia. Terjadi pergeseran pada struktur kurikulum pendidikan nasional, dimana mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tidak lagi menjadi mata pelajaran wajib. Dalam struktur kurikulum sebelum kurikulum 2013, yaitu kurikulum 2004 (KBK) dan kurikulum 2006 (KTSP) mata pelajaran TIK ada di jenjang SMP dan SMA sebagai mata pelajaran wajib dan SD sebagai muatan lokal (mulok). Perubahan itu disahkan dalam PP Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,yang menunjukkan bahwa mata pelajaran TIK dihapus (tidak ada) dalam struktur kurikulum sebagai sebuah mata pelajaran. Akan tetapi, tentang kurikulum 2013 menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mata Pelajaran TIK/KKPI itu tidak dihilangkan melainkan terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya[7]. Jika sebelumnya TIK hanya sebatas membuka, mengetik, dan pembelajaran browsing maka yang diinginkan oleh Kurikulum 2013 adalah kemampuan tersebut langsung diaplikasikan untuk kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, mata pelajaran TIK dalam kurikulum 2013 tidak dihapus melainkan beralih fungsi menjadi layanan BKTIK dimana dalam implementasi Kurikulum 2013 merupakan kegiatan bimbingan dan fasilitasi yang akan dilaksanakan secara terjadwal bagi peserta didik, sesama guru, dan tenaga kependidikan di sekolah[8]. Program layanan pembimbingan dan fasilitasi TIK untuk setiap periode disusun dengan memperhatikan unsur-unsur tertentu sesuai dengan program yang ingin dicapai setiap satuan pendidikan.

Layanan BKTIK dalam Permendikbud Nomor 68 Tahun 2014 yang direvisi di Permendikbud Nomor 45 Tahun 2015, memungkinkan peserta didik untuk mendapatkan layanan bimbingan dan layanan/fasilitasi TIK dalam kegiatan pembelajaran maupun ekstrakurikuler. Adapun peran guru TIK pada layanan BKTIK yang tercantum pada Permendikbud Nomor 45 Tahun 2015 pasal (6) ayat 2 membimbing peserta didik SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang sederajat untuk mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan, menyebarkan data dan informasi dalam berbagai cara untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran. Selain itu guru TIK juga berperan dalam rangka pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah dengan memanfaatkan TIK sebagai sarana untuk mengeksplorasi sumber belajar. Guru TIK melaksanakan bimbingan TIK kepada peserta didik sebagaimana yang dimaksud pada ayat 2dilaksanakan secara klasikal atau kelompok belajar; dan/atau individual. Diharapkan dengan adanya jam bimbingan terhadap fasilitasi TIK di semua mata pelajaran oleh guru TIK, peserta didik mampu memperoleh keterampilan TIK yang lebih baik. Dengan keterampilan tersebut mereka dapat mencari lebih banyak informasi untuk proses belajar dan menerima pembaharuan informasi yang diaplikasikan dalam belajar. Dengan demikian, BKTIK di kurikulum 2013 sangatlah penting, walaupun BKTIK sendiri tidak masuk dalam struktur kurikulum 2013[9]. Dalam mengikuti BKTIK, peserta didik membutuhkan motivasi yang baik untuk mencapai tujuan pembelajaran TIK yang diharapkan. Walaupun ada perubahan bentuk dari mata pelajaran TIK ke BKTIK, diharapkan siswa tetap memiliki motivasi yang baik dalam belajar TIK.

(8)

untuk mencapai tujuan dan memberikan manfaat pembelajaran. Adapun Manfaat Motivasi menurut Sardiman ada tiga yaitu (1) mendorong manusia untuk berbuat sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan, (2) menentukan arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya, (3) menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat dengan tujuan tersebut[12]. Hasil penelitian dari Supenti,menunjukkan bahwa tinggi rendahnya motivasi belajar mempunyai pengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik, yang artinya jika motivasi belajar meningkat maka hasil belajar juga meningkat[13]. Dengan demikian motivasi dapat disimpulkan sebagai penggerak siswa untuk belajar serta mengarahkan siswa kepada tujuan yang terarah, baik bersumber dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) itu sendiri maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Motivasi siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa hal termasuk bagaimana guru membawakan pembelajaran di kelas, salah satunya melalui metode mengajar yang tepat. Wina Sanjayamenambahkan bahwa metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Tentu saja salah satu tujuan pembelajaran adalah untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar[14].

(9)

3. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang Penelitian ini menggunakan mix method, dimana metode kuantitatif dan metode kualitatif, digunakan untuk melengkapi metode kuantitatif.Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar TIK siswa di BKTIK dalam penerapan Kurikulum 2013, dilakukan di tiga SMP Negeri di Salatiga. Untuk menjaga privasi sekolah, maka nama ketiga sekolah pada penelitian ini disebutkan dengan inisial SMP A, SMP B, dan SMP C. Kuesioner dibagikan kepada seratus lima puluh siswa di tiga sekolah, dimana masing-masing sekolah diambil 50 siswa, untuk mendapatkan informasi mengenai motivasi belajar. Selain itu, wawancara dilakukan kepada guru untuk melihat kesesuaian antara hasil kuesioner yang sudah diisi oleh siswa dengan apa yang dirasakan oleh guru mengenai motivasi siswa melalui beberapa indikator. Berikut merupakan tabel indikator Motivasi yang digunakan untuk mengukur Motivasi belajar TIK siswa di BKTIK.

Tabel 1. Indikator Motivasi dan Instrumen Penelitian

Aspek Indikator Sumber Data Instrumen Nomor

Butir Soal

(10)

data yang diperoleh mudah untuk dipahami. Penentuan Skala pengukuran variable dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian diberi skor penilaian 5, 4, 3, 2, 1 pada setiap pertanyaan. Penilaian diuraikan dengan nilai 5 untuk sangat setuju (SS), 4 untuk setuju (S), 3 untuk netral (N), 2 untuk tidak setuju (TS), 1 untuk sangat tidak setuju (STS). Adapun rumus menghitung presentase skor responden adalah sebagai berikut. [20]

Gambar 1 Rumus Menghitung Presentase skor responden Keterangan:

P = persentase yang dicari; F = skor tiap indikator; N = skor ideal

Hasil dari proses olah data diatas didapatkan berupa data persentase masing-masing dari tiap variable jawaban. Untuk memperoleh gambaran atau keterangan dari hasil persentase maka, pengelompokan hasil persentase dilakukan untuk penilaian terhadap sistem dengan penentuan kelas interval yang disertai dengan nilai kategori yang sesuai dengan rumus interval sebagai berikut.

Gambar 2. Rumus interval pembobotan

Hasil perhitungan persentase kemudian dikonsultasikan pada kriteria pedoman interpretasi data sebagaimana yang ada pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria Interprestasi Data

Keabsahan datapada penelitian ini didapatkan melalui teknik triangulasi teknikpengumpulan data. Triangulasi teknik pengumpulan adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Data dari hasil wawancara kepada guru digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari kuesioner untuk melihat apakah data-data tersebut sudah sesuai. Sebelum kuesioner dibagikan, instrumen diuji dengan menggunakan Uji Validitas Product Moment Pearson Correlation. Berdasarkan hasil output perhitungan uji validitass dan reliabilitas, dapat diambil kesimpulan dengan perbandingan nilai rhitung dan rtabel. Nilai rtabel didapatkan dari total responden N=5 pada signifikansi 5% yaitu 0,878. Dengan kata lain, hasil penyataan valid dan instrument bisa digunakan karena nilai r hitung lebih besar dari 0,878. Dan berdasarkan pengujian reliabilitas diketahui angkacronbach alpha adalah 2,316. Jadi angket tersebut lebih besar dari nilai minimum cronbanch alpha 1,438. Oleh karena itu, dapat

No Persentase (%) Kriteria 1 81-100% Sangat Tinggi

2 61-80 % Tinggi

3 41-60 % Kurang

4 21-40 % Rendah

(11)

disimpulkan bahwa instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variable dapat dikatakanreliable dan dapat digunakan.

Hasil Penelitian

Kuesioner dibagikan dibeberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP), untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar TIK siswa di BKTIK dalam penerapan Kurikulum 2013 dilihat dari empat aspek motivasi belajar yaitu tingkat perhatian, tingkat relevansi, tingkat keyakinan dan tingkat kepuasan siswa dalam pembelajaran. Adapun hasil penelitian dari tiap aspek adalah sebagai berikut.

Aspek Tingkat Perhatian menjelaskan bahwa dimana siswa yang memiliki motivasi yang baik akan memiliki perhatian yang lebih terhadap pembelajaran. Indikator tingkat perhatian terdiri dari delapan butir pernyataan. Tabel distribusi frekuensi indikator tingkat perhatian berdasarkan hasil kuesioner di tiga sekolah, diolah pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Kuesioner Aspek Tingkat Perhatian

Indikator Pernyataan % Kategori

A B C A B C

Mendengarkan Saya selalu mendengarkan penjelasan dari guru mengenai

Memandang Saya selalu memandang guru dengan seksama, ketika

Menulis/ Mencatat Saya selalu mencatat materi

yang telah

Mengamati Saya selalu mengamati ketika

guru menyampaikan materi 85% 94% 94% Sangat

(12)

% Kategori

Indikator Pernyataan A B C A B C

Mengingat Saya selalu mengingat kembali pembelajaran yang diberikan dikelas

81% 91% 87% Sangat Tinggi

Sangat Tinggi

Sangat Tinggi

Bertanya Saya selalu bertanya ketika tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru

84% 79% 74% Sangat

Tinggi Tinggi Tinggi

Rata-Rata 87% 86% 88% Sangat

Tinggi

Sangat Tinggi

Sangat Tinggi

Rata-Rata Keseluruhan

87%

Sangat Tinggi

Dari tabel 3, pada aspek tingkat perhatian di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Salatiga tersebut masuk pada kategori sangat tinggi yang mendapatkan persentase sebesar 87%. Ditemukan bahwa ketiga sekolah tersebut rata-rata memiliki jawaban yang hampir sama, dimana pada setiap indikator mendapatkan hasil pada kategori tinggi sampai sangat tinggi. Dari ketiga sekolah rata-rata indikator dari aspek tingkat perhatian yang mendapatkan persentase paling tinggi adalah indikator memandang dan mengamati, sedangkan indikator yang paling rendah di tiga sekolah adalah indikator bertanya.

Berdasarkan hasil wawancara kepada guru di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Salatiga ternyata ditemukan perbedaan dengan hasil kuesioner di beberapa indikator. Sebagai contoh adalah pada indikator mendengarkan, memandang, dan menulis/mencatat beberapa guru mengungkapkan bahwa ketika guru menyampaikan materi dikelas, masih terlihat beberapa siswa yang sering berbicara sendiri dengan temannya. Selain itu, pada indikator menulis/mencatat, guru menyampaikan bahwa hanya sebagian kecil siswa yang mencatat materi di BKTIK. Selain itu ditemukan juga persamaan dari SMP A, SMP B dan SMP C dari indikator mengingat bahwa untuk mengingat kembali materi yang sudah diajarkan sebagian besar siswa dapat menjawab pertanyaan/quis serta mampu mengerjakan praktikum dengan baik, sehingga pernyataan hasil kuisioner menurut tabel diatas dapat dikatakan sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan. Dan yang terakhir pada indikator bertanya, didapatkan persamaan data antara dua SMP A dan SMP C, dimana guru mengungkapkan bahwa sebagian besar kecenderungan siswa bertanya tinggi terlihat dari mereka biasanya bertanya ketika materi BKTIK yang sudah disampaikan kurang untuk dimengerti. Dan guru SMP B mengungkapkan bahwa, terlihat beberapa kecil siswa kecenderungan bertanya masih rendah terlihat dari mereka malu/kurang percaya diri dengan pertanyaan yang ingin dilontarkan.

(13)

Tabel 4. Hasil Kuesioner Aspek Tingkat Relevansi

Indikator Pernyataan % Kategori

A B C A B C

Rata-rata Keseluruhan 80% Tinggi

Dari tabel 4, pada aspek tingkat perhatian di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Salatiga tersebut masuk pada kategori tinggi yang mendapatkan persentase sebesar 80%. Ditemukan bahwa ketiga sekolah tersebut rata-rata memiliki jawaban yang hampir sama, dimana pada setiap indikator mendapatkan hasil pada kategori tinggi sampai sangat tinggi. Dari ketiga sekolah rata-rata indikator dari aspek tingkat relevansi yang mendapatkan persentase paling tinggi adalah indikator mengetahui manfaat dari pembelajaran yang dilakukan. Sedangkan indikator yang paling rendah di tiga sekolah adalah indikator mengetahui tujuan dari pembelajaran yang dilakukan.

Berdasarkan hasil wawancara kepada guru di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Salatiga ternyata ditemukan persamaan dengan hasil kuesioner di indikator mengetahui tujuan dari pembelajaran yang dilakukan, ketiga guru mengungkapkan bahwa mereka selalu menyampaikan tujuan dari pembelajaran di BKTIK yang akan disampaikan. Dari awal pembelajaran, guru akan terlebih dahulu menyampaikan tujuan pembelajaran di BKTIK. Dan yang kedua ternyata ditemukan perbedaan di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan hasil kuesioner. Guru mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa paham dengan manfaat pembelajaran di BKTIK, tetapi sebagian kecil siswa masih terlihat diam karena sudah lupa dengan tujuan materi pembelajaran di BKTIK yang sudah guru sampaikan diawal pembelajaran, sehingga mereka kurang untuk mengetahui manfaat pembelajaran di BKTIK.

Aspek yang ketiga adalah Aspek Tingkat Keyakinan yang menjelaskan bahwa dimana siswa yang memiliki motivasi yang baik, yakin bahwa dia mampu mengerjakan tugas-tugas dengan baik dan tidak pantang menyerah. Indikator tingkat keyakinan terdiri dari tiga pernyataan. Tabel distribusi frekuensi indikator tingkat keyakinan berdasarkan hasil kuesioner di tiga sekolah, diolah pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Kuesioner Aspek Tingkat Keyakinan

Indikator Pernyataan Total % Kategori

(14)

Memiliki sikap mandiri

Saya belajar dan mengerjakan tugas

secara mandiri 50 78% 80% 80% Tinggi Tinggi Tinggi

Memiliki keberanian dalam

mengungkapkan pendapat

Saya berani mengungkapkan pendapat dalam pembelajaran maupun diskusi dalam BKTIK

50 76% 76% 75% Tinggi Tinggi Tinggi

Rata-Rata 79% 79% 79% Tinggi Tinggi Tinggi

Dari tabel 5, pada aspek tingkat perhatian di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Salatiga tersebut masuk pada kategori tinggi yang mendapatkan persentase sebesar 79%. Ditemukan bahwa ketiga sekolah tersebut rata-rata memiliki jawaban yang hampir sama, dimana pada setiap indikator mendapatkan hasil pada kategori tinggi. Dari ketiga sekolah, rata-rata indikator dari aspek tingkat keyakinan yang mendapatkan persentase paling tinggi adalah indikator memiliki rasa percaya diri, sedangkan indikator yang paling rendah di tiga sekolah adalah indikator memiliki keberanian dalam mengungkapkan pendapat.

Berdasarkan hasil wawancara kepada guru di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Salatiga, ternyata ditemukan persamaan dengan hasil kuesioner di beberapa indikator. Guru SMP A dan SMP C mengungkapkan bahwa siswa terlihat memiliki kepercayaan diri karena dalam pembelajaran di BKTIK siswa tergolong aktif bertanya ataupun menjawab pertanyaan yang diajukan. Sedangkan guru SMP B mengungkapkan bahwa pada waktu praktikum, ada sebagian kecil siswa yang belum mahir dalam menggunakan komputer sehingga masih dibutuhkan proses bimbingan terhadap siswa tersebut. Dan yang kedua pada indikator memiliki sikap mandiri ditemukan persamaan di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan hasil kuesioner di beberapa indikator. Guru mengungkapkan bahwa, siswa tergolong cukup mandiri baik dalam belajar di BKTIK maupun mengerjakan tugas, namun dalam beberapa hal baik itu belajar maupun praktik mereka masih membutuhkan proses bimbingan. Terakhir lalu ditemukan persamaan antara hasil wawancara dengan hasil kuesioner dibeberapa indikator. Guru SMP A dan SMP C mengungkapkan bahwa, siswa tergolong aktif mengungkapkan pendapat ataupun menjawab pertanyaan yang diajukan. Sebaliknya, Guru SMP B mengungkapkan bahwa beberapa siswa masih terlihat takut dengan jawaban yang ingin dilontarkannya atau tidak sesuai dengan konteks materi dalam BKTIK.

(15)

Tabel 6. Hasil Kuesioner Aspek Tingkat Kepuasan

Indikator Pernyataan % Kategori

A B C A B C tersebut masuk pada kategori tinggi yang mendapatkan persentase sebesar 78%. Ditemukan bahwa ketiga sekolah tersebut rata-rata memiliki jawaban yang hampir sama, dimana pada setiap indikator mendapatkan hasil pada kategori tinggi sampai sangat tinggi. Dari ketiga sekolah, rata-rata indikator dari aspek tingkat kepuasan yang mendapatkan persentase paling tinggi adalah peran guru TIK di BKTIK (kompetensi) dan alokasi waktu, sedangkan indikator yang paling rendah di tiga sekolah adalah indikator peran guru TIK di BKTIK (pelayanan).

(16)

sebagian besar siswa belum mencapai KKM (Kriteria Kelulusan Minimum) sebesar 70, sehingga nilai mereka masih tergolong cukup rendah dalam mengetahui konten materi di BKTIK.

Yang kedua ditemukan persamaan di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu guru mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa merasa puas dengan pembelajaran di BKTIK karena mereka bisa bereksplorasi sendiri sesuai kreativitas dan apabila siswa tidak jelas, siswa dapat bertanya langsung dengan guru agar dapat dijelaskan letak kesalahannya. Ketiga ditemukan juga persamaan di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam peran guru TIK di BKTIK (cara mengajar). Walaupun pada kategori tinggi, ternyata berdasarkan hasil wawancara kepada guru, guru mengungkapkan tidak menggunakan inovasi pembelajaran apapun, sehingga dapat disimpulkan guru itu hanya menggunakan metode pembelajaran konvesional yaitu dengan ceramah dan sesekali hanya menggunakan media LCD/Proyektor untuk membantu dalam penjelasan materi. Keempat ditemukan juga persamaan di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP), guru mengungkapkan bahwa guru memberikan penjelasan materi kepada siswa yang aktif dalam bertanya tentang kejelasan materi yang sebelumnya kurang dipahami serta membantu mereka dalam pencarian informasi di internet. Kelima ditemukan juga persamaan di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP), guru mengungkapkan bahwa guru memberikan penjelasan materi kepada siswa yang aktif dalam bertanya tentang kejelasan materi yang sebelumnya kurang dipahami serta membantu mereka dalam pencarian informasi di internet.

Yang keenam ditemukan persamaan baik di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP ) Negeri di Salatiga yang mengungkapkan bahwa guru memiliki latar belakang pendidikan di bidang TIK, serta mereka memiliki tingkat kompetensi yang sama baik dari Multimedia, Desain grafis, Web dan Microsoft office. Ketujuh, ditemukan persamaan di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP), guru mengungkapkan bahwa alokasi waktu yang diberikan dalam minggu selama dua jam untuk satu kelas secara rutin terjadwal, permasalahan siswa berkaitan dengan TIK dapat terselesaikan dalam waktu bimbingan dua jam tersebut.Oleh karena itu, dapat dikatakan sudah tidak perlu adanya waktu tambahan dalam hal pembimbingan. Dan yang terahkir ditemukan persamaan baik dari SMP A dan SMP B, dimana guru mengungkapkan bahwa, nilai tugas harian siswa dapat dikatakan baik atau memenuhi standart yang ditentukan oleh guru, sehingga sebagian besar siswa sudah memiliki keterampilan yang sesuai di BKTIK. Akan tetapi, pada SMP C ditemukan perbedaan, dimana sebagian besar siswa masih terlihat kebingungan dalam mengerjakan tugas praktikum sehingga masih diperlukan proses bimbingan terhadap siswa tersebut agar harapan kedepannya sebagian besar siswa memiliki keterampilan yang baik.

4. Diskusi

(17)

pembelajaran yang berlangsung kurang begitu menarik dan terasa membosankan. Hal ini mengakibatkan sebagian kecil siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi di BKTIK. Oleh karena itu, guru seharusnya memiliki inovasipembelajaran tentangmetode pembelajaran dan penggunaanmediapembelajaran yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam aktivitas pembelajaran. Semakin siswa ikut terlibat aktif, semakin tinggi perhatian siswa dalam belajar. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Sugihartono[17] agar siswa berminat dan memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan, guru dapat senantiasa mendorong keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar atau dalam aktivitas pembelajaran. Dengan kata lain, guru di BKTIK seharusnya memiliki inovasi yang berkaitan dengan metode pembelajaran untuk mendorong perhatian siswa.

Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada aspek tingkat kepuasan di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan aspek yang memperoleh skor terendah. Dan skor yang terendah pada aspek ini ada pada indikator peran guru TIK di BKTIK (cara mengajar). Hasil wawancara kepada guru menguatkan bahwa memang ada kekurangan pada indikator cara mengajar guru. Menurut mereka, pembelajaran yang berlangsung masih menggunakan metode konvensional, tidak ada inovasi pembelajaran,dan hanya sesekali menggunakan media LCD/Proyektor untuk membantu dalam penjelasan materi. Hal ini sebetulnya berkaitan dengan aspek tingkat perhatian. Kurangnya inovasi pembelajaran oleh guru dapat menjadi sebab mengapa guru-guru tersebut dalam wawancara menyatakan bahwa siswa kurang memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh mereka. Sebetulnya dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan inovatif dapat mendorong perhatian siswa dan bisa digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih optimal. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Wina Sanjaya[14], metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa motivasi siswa masuk pada kategori sangat tinggi dengan persentase rata-rata 81% (berdasarkan hasil kuesioner) walaupun terdapat perbedaan pada beberapa indikator motivasi yang didapat melalui wawancara kepada guru. Perbedaan itu terutama berkaitan dengan kurangnya inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Oleh karena itu,guru disarankan untuk melakukan inovasi pembelajaran di BKTIK baik dari media maupun menggunakan metode yang bervariasi untuk pembelajaran. Dan untuk penelitian selanjutnya disarankan dapat melakukan pengembangan teknik pengumpulan data dalam bentuk observasi untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi di BKTIK. Selain itu, fokus penelitian bisa diarahkan lebih ke bimbingan non-klasikal.

5. DAFTAR PUSTAKA

[1] Murtiyasa, Budi. (2012). “Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Untuk

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika“. (Skripsi)Surakarta : FKIP Univ.

Muhammadiyah Surakarta. Diakses dari

http://physicsmaster.orgfree.com/Artikel%20%26%20Jurnal/Inovasi%20Dalam%20Pendidikan/T IK_inEduMath.pdf pada tanggal 9 Mei 2017

[2] Fitriyadi, Herry. (2013).“Integrasi Teknologi Informasi Komunikasi dalam Pendidikan: Potensi

(18)

(Online) Diakses dari http://journal.uny.ac.id/index.php/jptk/article/viewFile/3255/2737 pada tanggal 9 Mei 2017.

[3] Setiadi, Ahmad.(2016) “PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL UNTUK EFEKTIFITAS

KOMUNIKASI.”JURNAL HUMANIORA BINA SARANA INFORMATIKA,16(2), hal 1-4.

(Online) Diakses dari

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/cakrawala/article/download/1283/1055, pada tanggal 9 Mei 201.

[4] Kemendikbud. 2013. Permendikbud No.45 tahun 2015 tentang Peran Guru TIK dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Diakses dari http://jdih.kemdikbud.go.id/new/public/produkhukum, pada tanggal 2Juni 2017

[5] Nurmala, Desy Ayu. (2014). “ Pengaruh Motivasi Belajar dan Aktivitas Belajar Terhadap Hasil

Belajar”.Jurnal Jurusan Pendidikan Ekonomi,4 (1), hal 1-10. (Online) Diakses dari https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPE/article/viewFile/3046/2521 pada tanggal 16 Mei 2017.

[6] Rasyid, Rusman . (2010)." Peranan Motivasi Belajar Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di Sekolah.” Jurnal Nalar Pendidikan, 1 (1), hal 1-25. (Online) Diakses dari http://ojs.unm.ac.id/index.php/nalar/article/viewFile/2404/1887 pada tanggal 16 Mei 2017.

[7] Purwanto, Hadi. Kompas, 6 Maret 2014, Asosiasi Guru TIK/KKPI Nasional (Agtiknas), Diakses dari https://www.kompasiana.com/purwanto_ngw/press-release-asosiasi-guru-tik-kkpi-nasional-agtiknas_54f82980a33311315e8b468d 8 Agustus 2017.

[8] Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru TIK dan KKPI. Diakses tanggal 14Juni 2017 dari http://gerbangkurikulum.psma.kemdikbud.go.id

[9] Yudhanegara, Septyawan Sukma. (2015). “Peranan Guru TIK Dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SMA Negeri 4 Tegal.”Artikel ilmiah S-1. Semarang : UNNES. Diakses dari http://lib.unnes.ac.id/20726/1/1102411099-s.pdf pada tanggal 14 Juni 2017

[10] Departemen Pendidikan Indonesia (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

[11] Nashar, (2004). Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.

[12] A.M, Sardiman. 2000. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

[13] Supenti, Iis. (2008). “Hubungan Motivasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SDN Pademang Timur 05 Pagi Jakarta Utara” . (Online) Diakses dari

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20644/1/IIS%20SUPENTI-FITK_NoRestriction.pdf pada tanggal 18 Juni 2017

[14] Sanjaya, Wina. (2010). “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.” Jakarta :

Prenada Media Group

[15] Made, Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara

[16] Syaiful Bahri, Djamarah. (2011).” Psikologi Belajar” Jakarta: PT. Rineka Cipta

[17] Sugiharto, Kartika, N.F. dan, Farida Harahap. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press

[18] Somantrie, H. (2009). “Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia (Kebijakan, Dimensi, Proses,

dan Indikator Pencapaiannya)”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (1), hlm. 1-19.

[19] Robbins, Stephen P. (2008). Perilaku Organisasi. Edisi kesepuluh. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia.

Gambar

Tabel 1. Indikator Motivasi dan Instrumen Penelitian
Gambar 2. Rumus interval pembobotan
Tabel 3. Hasil Kuesioner Aspek Tingkat Perhatian
Tabel 4.
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

(3) Apabila daerah yang dibentuk menurut pasal 1 meliputi beberapa Daerah Swapraja, maka dengan tidak mengurangi ketentuan dimaksud dalam ayat 1, Daerah-daerah Swapraja

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa pengaruh kawasan pendidikan formal terhadap ruas Jalan Kaharuddin Nasution terjadi arus lalu lintas puncak pada hari kerja dan sekolah

Setelah mendapatkan hasil dari beberapa uji di atas, penulis dapat memberikan argumentasi bahwa alur transmisi moneter melalui jalur harga aset syariah (yang

Enceng gondok mampu memberikan kontribusi yang tinggi untuk menurunkan konsentrasi kontaminan, karena akar tanaman pada eceng gondok lebih banyak dan panjang pula

49 049/OLB/13 JONY CHOLISTRIYANTO Lulus OLB AAPL INDONESIA CREW Sudah Jadi.. 50 050/OLB/13 JULIAN ALIB RISKI Tidak Lulus

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber atau referensi untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut, dapat menambah wawasan, dan pengetahuan di bidang kesehatan

Hal tersebut sejalan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas terhadap