• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI - Analisis Manajemen Risiko (Studi Kasus pada Gudang Obat Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI - Analisis Manajemen Risiko (Studi Kasus pada Gudang Obat Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar )"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Manajemen Risiko

2.1.1 Pengertian Manajemen Risiko

Ada beberapa defenisi tentang risiko, antara lain (Kasidi, 2010 : 5) :

1. Risiko adalah kemungkinan yang tidak diharapkan.

2. Risiko adalah ketidakpastian atau uncertainty yang mungkin melahirkan

kerugian (loss).

3. Risiko adalah kejadian yang merugikan.Dalam bidang investasi risiko

diartikan sebagai kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari apa

yang diharapkan; dan

4. Definisi lain dikatakan : risk management is a rational attempt to reduce or avoid the consequences of loss or injury . Manajemen risiko adalah suatu usaha secara rasional untuk menghindari arau mengurangi kerugian atau

cedera.

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa risiko adalah

kemungkinan terjadinya penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan

kerugian. Sedangkan manajemen risiko adalah usaha yang secara rasional

ditujukan untuk mengurangi kemungkinan dari risiko yang dihadapi. Risiko tidak

cukup dihindari, tapi harus dihadapi dengan cara –cara yang dapat memperkecil

kemungkinan terjadinya suatu kerugian. Risiko dapat datang setiap saat, agar

(2)

2.1.2 Jenis – Jenis Risiko

Risiko secara umum dapat dikelompokkan menjadi (Kasidi, 2010 : 7 ) :

1. Risiko Spekulatif ( Speculative Risk ) 2. Risiko Murni ( Pure Risk )

Risiko spekulatif adalah risiko yang mengandung dua kemungkinan, yaitu

kemungkinan yang menguntungkan atau kemungkinan yang merugikan. Risiko

ini biasanya berkaitan dengan risiko usaha atau bisnis.

Risiko murni adalah risiko yang hanya mengandung satu kemungkinan,

yaitu kemungkinan rugi saja. Pengelompokan risiko ini menjadi sangat penting,

karena setiap kegiatan usaha baik perseorangan maupun sebagai badan akan selalu

berhadapan dengan risiko tersebut, baik risiko spekulatif maupun risiko murni.

Walaupun kategori suatu risiko tidak selalu jelas, namun kebanyakan risiko dapat

diklasifikasikan. Suatu risiko tergolong risiko spekulatif atau risiko murni akan

sangat tergantung pada pendekatan yang digunakan.

2.1.3 Penyebab Risiko

Risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya peristiwa yang menyimpang

dari apa yang diharapkan. Penyimpangan ini baru akan nampak bilamana sudah

berbentuk suatu kerugian. Jika tidak ada kemungkinan kerugian, maka hal ini

berarti tidak ada risiko. Jadi faktor –faktor yang menyebabkan terjadinya suatu

kerugian adalah penting dalam analisis risiko. Dua faktor yang bekerjasama

(3)

Bencana ini merupakan penyebab langsung terjadinya kerugian,

kehadirannya menimbulkan risiko yang menyebabkan terjadinya kemungkinan

penyimpangan yang tidak diharapkan. Lingkungan kita selalu dihadapkan dengan

bencana –bencana, seperti ; banjir, tanah longsor, gempa, gelombang laut yang

tinggi, gunung meletus, kebakaran, pencurian, perampokan, kematian dan masih

banyak yang lainnya.

Bahaya adalah keadaan yang melatar belakangi terjadinya kerugian oleh

bencana tertentu. Bahaya meningkatkan risiko kemungkinan terjadinya kerugian.

Keadaan –keadaan tertentu disebut berbahaya, misalnya mengendarai mobil di

jalan raya terlalu kencang, mendirikan bangunan yang tinggi tanpa dilengkapi

dengan alat pengaman, kondisi hujan badai dan sambaran petir.

Macam – macam bahaya (Kasidi, 2010 : 12) :

1. Bahaya fisik, adalah aspek fisik dari hal yang terbuka terhadap risiko.

Misalnya, lokasi sebuah gedung mempengaruhi kepekaannya terhadap risiko.

Misalnya, lokasi sebuah gedung mempengaruhi kepekaannya terhadap

kerugian, karena terbakar atau terkena gempa.

2. Bahaya Moral juga mempengaruhi kemungkinan kerugian. Contoh :

ketidakjujuran adalah bahaya moral yang dapat meningkatkan kemungkinan

risiko. Seseorang kasir yang bermoral tidak baik memiliki kemungkinan

melakukan penggelapan uang cukup tinggi.

3. Bahaya morale adalah bahaya yang ditimbulkan oleh sikap ketidak hati –

hatian dan kurangnya perhatian sehingga dapat meningkatkan terjadinya

(4)

4. Bahaya karena hukum atau peraturan yaitu suatu bahaya yang timbul karena

mengabaikan undang – undang atau peraturan yang telah ditetapkan.

2.1.4 Sumber Risiko

Sumber risiko dapat diklasifikasikan menjadi : risiko sosial, risiko fisik

dan risiko ekonomi.

1. Risiko Sosial. Sumber utama risiko ini adalah masyarakat. Artinya, tindakan

orang – orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan

merugikan. Misalnya pencurian, vandalisme, huru – hara, peperangan dan

sebagainya.

2. Risiko fisik. Ada banyak sumber risiko fisik, sebagian merupakan fenomena

alam dan sebagian karena tingkah laku manusia. Kebakaran adalah penyebab

utama cedera fisik, kematian maupun kerusakan harta. Kebakaran dapat

disebabkan oleh petir, konsluiting kabel, gesekan benda maupun kecerobohan

manusia.

3. Risiko ekonomi. Banyak risiko yang dihadapi oleh manusia itu bersifat

ekonomi, misalnya : inflasi, resesi, fluktuasi harga dan lain – lain. Selama

periode inflasi daya beli uang merosot. Para pensiunan dan mereka yang

berpenghasilan tetap, tidak mungkin lagi dapat mempertahankan tingkat hidup

sebagaimana biasanya. Bahkan pada periode ekonomi yang relatif stabil,

daerah – daerah tertentu mungkin mengalami boom atau resesi. Keadaan ini menempatkan orang – orang dan pengusaha pada risiko yang sama dengan

(5)

Walaupun seseorang atau badan telah mengasuransikan risikonya, bukan

berarti telah terlindung sepenuhnya dari kemungkinan terjadinya kerugian.

Asuransi hanya menanggung sebagian dari risiko yang mungkin terjadi. Bahkan,

mungkin sebagian besar risiko itu harus dihadapi sendiri dan tidak dapat

dipindahkan kepada perusahaan asuransi. Inilah yang menyebabkan manajemen

risiko menjadi suatu keharusan dalam setiap usaha, baik usaha perseorangan

maupun suatu badan.

Program manajemen risiko pertama –tama bertugas untuk

mengidentifikasi risiko – risiko usaha yang dihadapi. Kemudian mengadakan

evaluasi dan pengukuran risiko, selanjutnya menentukan metode penanganannya.

Untuk menjalankan program tersebut, harus ada strategi tertentu.

Identifikasi risiko adalah kegiatan mengidentifikasi semua risiko usaha

yang dihadapi, baik risiko yang sifatnya murni. Segala informasi yang berkenaan

dengan usaha yang dikumpulkan kemudian dianalisis bagian –bagian mana yang

sekiranya akan muncul sebagai penyebab kemungkinan terjadinya suatu kerugian.

Evaluasi dan pengkuran risiko adalah kegiatan untuk menilai bagian –

bagian yang dipekirakan akan menjadi penyebab terjadinya suatu kerugian.

Selanjutnya memperkirakan satuan biayanya jika risiko ini menjelma menjadi

suatu kerugian. Beberapa teknik pengukuran risiko dapat digunakan, antara lain

dengan menggunakan pendekatan probabilitas.Setelah analisis dan evaluasi risiko,

langkah selanjutnya adalah mengelola risiko. Berbagai cara untuk mengelola

risiko usaha, antara lain dengan cara penghindaran, ditangani sendiri,diversifikasi

(6)

2.2Proses Manajemen Risiko

Proses manajemen risiko hendaknya merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari manajemen umum. Ia harus masuk dan menjadi bagian budaya

organisasi, praktik terbaik organisasi dan proses bisnis organisasi. Proses

manajemen risiko meliputi lima kegiatan yaitu komunikasi dan konsultasi,

menentukan konteks, asesmen risiko, perlakuan risiko serta monitoring dan

review.

2.2.1 Komunikasi dan Konsultasi

Komunikasi dan konsultasi dengan pemangku kepentingan internal

maupun eksternal harus dilaksanakan seekstensif mungkin sesuai dengan

kebutuhan dan pada setiap tahapan proses manajemen risiko. Oleh karena itu

sejak awal harus disusun suatu rencana komunikasi dan konsultasi dengan para

pemangku kepentingan. Rencana ini harus merujuk pada risiko yang mungkin

terjadi, dampaknya, dan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasinya, serta hal –

hal lain yang terkait. Komunikasi dan konsultasi yang efektif baik internal

maupun eksternal haruslah membuahkan kejelasan bagi pihak – pihak yang

bertanggung jawab untuk menerapkan proses manajemen risiko dan para

pemangku kepentingan terkait. Mereka harus memahami dengan baik kriteria

pengambilan keputusan serta mengapa suatu tindakan perlu diambil. Pendekatan

konsultasi secara kelompok sangat disarankan untuk menghasilkan hal – hal

berikut tetapi tidak terbatas pada :

1. Penentuan konteks yang benar ;

2. Memastikan bahwa kepentingan para pemangku kepentingan telah dimengerti

(7)

3. Memperoleh manfaat dari berbagai keahlian yang ada untuk menganilisis

risiko ( multidisiplin ) ;

4. Memastikan bahwa semua risiko telah diidentifikasikan dengan baik ;

5. Memastikan bahwa berbagai pandangan telah dipertimbangkan dalam

melakukan evaluasi risiko ;

6. Meningkatkan proses manajemen perubahan ketika pelaksanaan proses

manajemen risiko ;

7. Memperoleh persetujuan dan dukungan untuk tindakan perlakuan risiko ; serta

8. Mengembangkan rencana komunikasi dan konsultasi internal maupun

eksternal.

Komunikasi dan konsultasi dengan para pemangku kepentingan sangat

penting karena mereka memberikan pertimbangan dan penilaian terhadap risiko

yang didasarkan atas persepsi mereka terhadap risiko tersebut. Persepsi terhadap

risiko ini sangat berbeda bagi masing – masing pemangku kepentingan, baik dari

segi nilai, konsep, kebutuhan maupun kepentingan mereka. Apabila pandangan

mereka mempunyai pengaruh yang menentukan dalam pengambilan keputusan

maka menjadi sangat penting untuk dapat mengidentifikasi persepsi mereka. Hal

tersebut perlu dicatat dan dijadikan bahan pertimbangan dalam proses

pengambilan keputusan. Rencana komunikasi dan konsultasi hendaknya :

1. Merupakan forum untuk bertukar informasi di antara para pemangku

kepentingan ;

2. Tempat untuk menyampaikan pesan secara jujur, akurat, mudah dimengerti

dan didasarkan pada fakta yang ada ;

(8)

2.2.2 Menetapkan Konteks

Dengan ditetapkannya konteks berarti manajemen organisasi menentukan

batasan atau parameter internal dan eksternal yang akan dijadikan pertimbangan

dalam pengelolaan risiko menentukan lingkup kerja dan kriteria risiko untuk

proses – proses selanjutnya. Konteks yang ditetapkan haruslah meliputi semua

parameter internal dan eksternal yang relevan dan penting bagi organisasi. Dalam

menentukan konteks akan banyak ditemui kesamaan parameter dengan proses

sebelumnya yaitu ketika merencanakan kerangka kerja manajemen risiko. Akan

tetapi dalam proses manajemen risisko parameter ini akan ditelaah jauh lebih rinci

khusus nya yang terkait dengan lingkungan suatu proses manajemen risiko

tertentu. Konteks manajemen risiko adalah konteks di mana proses manajemen

risiko diterapkan. Hal ini meliputi sasaran organisasi, strategi, lingkup, parameter,

kegiatan utama organisasi atau bagian lain di mana manajemen risiko diterapkan.

Penerapan manajemen risiko dilaksanakan dengan mempertimbangkan biaya dan

manfaat kewenangan dan pencatatan / dokumentasi proses yang diperlukan harus

ditentukan dengan baik. Konteks proses manajemen risiko akan berubah sesuai

dengan kebutuhan organisasi. Hal ini dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada hal

– hal berikut :

1. Penetapan tanggung jawab untuk manajemen risiko ;

2. Penerapan lingkup kegiatan manajemen risiko baik dari luas maupun

kedalamannya, termasuk bila ada hal – hal khusus yang harus diperhatikan

atau tidak dicakup ;

3. Penentuan tujuan, sasaran, lokasi maupun tempatkegiatan, proses, fungsi,

(9)

4. Penentuan hubungan dari proyek atau kegiatan khusus organisasi dengan

proyek dan kegiatan lain organisasi;

5. Penentuan metode untuk melakukan asesmen risiko ;

6. Penentuan kriteria penilaian kinerja manajemen risiko ;

7. Melakukan identifikasi dan spesifikasi keputusan yang harus diambil ;

8. Menentukan identifikasi lingkup ataupun kerangka kajian studi yang

diperlukan, termasuk luas dan sasarannya serta sumber daya yang diperlukan

untuk melakukan kajian tersebut.

Faktor – faktor di atas dan juga faktor lain yang relevan dapat membantu

mengetahui apakah pendekatan proses manajemen risiko yang digunakan sesuai

dengan kebutuhan organisasi dan dampaknya terhadap risiko – risiko yang dapat

memengaruhi pencapaian sasaran.

2.2.3 Identifikasi Risiko

Organisasi harus melakukan identifikasi sumber risiko, area dampak

risiko, peristiwa dan penyebabnya serta potensi akibatnya. Sasaran dan tahapan ini

adalah membuat daftar risiko secara komprehensif dan luas yang dapat

memengaruhi pencapaian sasaran, baik meningkatkan, menghalangi,

memperlambat atau bahkan menggagalkan pencapaian sasaran organisasi. Perlu

juga diidentifikasi risiko – risiko yang terjadi bila peluang yang ada tidak kita

ambil. Proses identifikasi ini penting untuk dilakukan secara meluas dan

mendalam serta komprehensif, karena risiko yang tidak teridentifikasi pada

tahapan ini tidak akan diikutsertakan pada proses – proses berikutnya. Identifikasi

risiko ini juga dilakukan terhadap sumber – sumber risiko baik yang di dalam

(10)

digunakan oleh organisasi hendaknya sesuai dengan sasaran, kemampuan, dan

jenis risiko yang dihadapi oleh organisasi. Informasi yang relevan dan terkini

sangat penting dalam proses identifikasi risiko. Bila memungkinkan hendaknya

juga digali latar belakang informasi tersebut. Orang – orang yang mepunyai

pengetahuan tentang risiko terkait atau proses terkait hendaknya dilibatkan dalam

proses identifikasi risiko. Bila memungkinkan hendaknya juga digali latar

belakang informasi tersebut. Orang – orang yang mempunyai pengetahuan tentang

risiko terkait hendaknya dilibatkan dalam proses identifikasi risiko. Setelah

mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi perlu dipertimbangkan hal – hal

yang dapat menyebabkan risiko itu terjadi. Bagaimanakah skenario yang

memungkinkan hal tersebut terjadi dan bagaimana besar dampak nya. Sesuai hal

yang secara signifikan dapat menimbulkan risiko harus dipertimbangkan dan

diperhatikan.

Salah satu teknik identifikasi risiko adalahFailure Mode and Affect

Analysis (FMEA) untuk mencegah trejadinya kegagalan dan dampaknya sebelum terjadi. Ada sepuluh langkah untuk menerapkannya, yaitu: (Leo J.Susilo & Victor

Riwu Kaho, 2014: 121-125):

1. Peninjauan proses

Tim FMEA harus meninjau ulang peta proses atau bagan alir yang ada untuk

dianalisis. Ini perlu dilakukan untuk mendapatkan kesamaan paham terhadap

proses tersebut. Ini perlu dilakukan untuk mendapatkan kesamaan paham

(11)

harus melakukan peninjauan lapangan untuk meningkatkan pemahaman

terhadap proses yang dianlisis.

2. Brainstroming potensi kesalahan/kegagalan proses

Setalah melakukan peninjauan di lapangan terhadap proses yang akan

dianalisis maka setiap anggota melakukan proses brainstorming. Proses ini

dilakukan lebih dari satu kali untuk memperoleh satu daftar yang

komprehensif terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi. Hasil

brainstroming ini kemudian dikelompokan menjadi beberapa penyebab kesalahan, seperti manusia, mesin/peralatan, metarial, metode kerja dan

lingkungan kerja. Cara lain untuk mengelompokkan adalah menurut jenis

kesalahan itu sendiri, misalnya kesalahan pada pkesalahan elektrik, kesalahan

mekanis dan lain-lan. Pengelompokan ini akan mempermudah proses analisis

nantinya dan mengetahui dampak satu kesalahan yang mungkin menimbulkan

kesalahan lain.

3. Menyusun daftar dampak masing-masing kesalahan

Setelah diketahui semua daftar kesalahan yang mungkin terjadi maka disusun

dampak dari masing-masing kesalahan. Untuk setaip kesalahan dampak yang

terjadi mungkin satu atau lebih dari satu. Proses ini harus dilaksanakan

dengan cermat dan teliti, karena apa yang terlewatkan dari proses ini tidak

akan mendapat perhatian untuk ditangani. Penentuan dampak, kriteria,

kemungkinan dan deteksi ini harus diterapkan terlebih dahulu. Kriteria ini

mula-mula secara kualitatif dan kemudian dibuat secara kuantitatif. Skala

kriteria utnuk ketiga jenis penilaian harus sama, misalnya terbagai dalam

(12)

peringkat dari ketiga variabel yang dinilai dilakaukan secara konsenus dan

disepakati olehseluruh anggota tim.

4. Penilaian tingkat dampak kesalahan

Penilaian terhadap tingkat dampak adalah perkiraan besarnya dampak negatif

yang diakibatkan apabila kesalahan terjadi. Bila pernah terjadi makapenilaian

akan mudah, tetapi bila belum pernah terjadi maka penilaian berdasarkan

perkiraan.

5. Penilaian kemungkinan terjadinya kesalahan

Sama dengan langkah ke-4. Bila tersedia cukup data maka dapat dihitung

probababilitas atau frekuensi kemungkinan terjaidnya kesalahan tersebut. Bila

tidak tersedia maka harus digunakan estimasi yang berdasarkan pendapat ahli.

6. Penilaian kemungkinan deteksi

Penilaian yang diberikan menunjukan seberapa jauh kita dapat mendeketsi

terjadinya kesalahan atau timbulnya dampak terhadap suatu kesalahan. Hal ini

dapat diukur dengan seberapa jauh pengendalian/indikator terhadap hal

tersebut tersedia. Bila tidak ada maka nilainya rendah, tetapi bila banyak

indikator sehingga kecil kemungkinan tidak terdeteksi maka nilainya tinggi.

7. Perhitungan tingkat prioritas risiko – RPN

Nilai prioritas risiko (RPN) merupakan hasil perkalian dari :

RPN = (nilai dampak) x (nilai kemungkinan) x (nilai deteksi)

Total ini RPN ini dihitung untuk setiap kesalahan yang mungkin terjadi. Bila

proses tersebut terdiri dari kelompok-kelompok tertentu maka jumluh

(13)

kelompok proses tesebut bila suatu kesalahan terjadi. Jadi, terdapat tingkat

prioritas tertinggi untuk jenis kesalahan dan jenis kelompok proses.

8. Menyusun prioritas kesalahan yang harus ditangani

Setelah dilakukan perhitungan RPN untuk masing-masing potensi kesalahan

maka dapat disusun prioritas berdasarkan nilai RPN tersebut. Apabila

digunakan skala 10 untuk masing-masing variabel maka nilai RPN tertinggi

adalah RPN = 10 x 10 x 10 =1.000. Bila digunakan skala 5 maka nilai

tertinggi RPN = 5 x 5 x5 = 125. Terhadap nilai RPN tersebut dapat dibuat

klasifikasi tinggi, sedang dan rendah atau ditentukan nilai secara umum bahwa

nilai RPN diatas 250 (cut of points) harus dilkukan penanganan untuk

memperkecil kemungkianan terjadinya kesalahan dan dampaknya, serta

pengendalian deteksinya. Penentuan klasifikasi atau nilai batas penanganan

ditentukan oleh kepala tim atau manajemen sesuai dengan proses yang

dianalisis.

9. Melakukan mitigasi untuk mencegah kesalahan dengan dampak yang tinggi

Idealnya semua kesalahan yang menimbulkan dampak tinggi harus

dihilangkan sepenuhnya. Penanganan dilakukan secara serentak untuk ketiga

aspek, meningkatkkan kemampuan untuk mendetksi kesalahan, mengurangi

kemungkinan terjadinya kesalahan dan mengurangi dampak terjadinya

kesalahan bila terjadi.

10.Menghitung ulang RPN setelah langkah penanganan dilakukan

Segera setelah tindak lindung risiko dilaksanakan, harus dilakukan

pengukuran ulang atau perkiraa nilai deteksi, nilai dampak dan kemungkinan

(14)

risiko kesalahan tadi. Hasil tindak lindung tadi harus menghasilkan penurunan

nilai RPN yang cukup signifikan ke tingkat yang cukup aman. Bila belum

tercaapi maka dilakukan tindak lindung lebih lanjut.

2.2.4 Analisis Risiko

Analisis risiko adalah upaya untuk memahami risiko lebih dalam. Hasil

analisis risiko ini akan menjadi masukan bagi evaluasi risiko dan untuk proses

pengambilan keputusan mengenai perlakuan terhadap risiko tersebut. Termasuk

dalam pengertian ini adalah cara dan strategi yang tepat dalam memperlakukan

risiko tersebut. Analisis risiko meliputi kegiatan – kegiatan yang menganalisis

sumber risiko dan pemicu terjadinya risiko, dampak positif dan negatif serta

kemungkinan terjadinya. Organisasi harus mengidentifikasi dengan baik faktor –

faktor yang dapat memengaruhi kemungkinan terjadinya risiko dan dampaknya.

Risiko dianalisis dengan menentukan dampak dan kemungkinan terjadinya, serta

atribut lain risiko. Suatu kejadian dapat mempunyai dampak yang beragam dan

dapat memengaruhi berbagai macam sasaran organisasi. Pengendalian risiko yang

ada harus diperiksa efektivitasnya serta harus dimasukkan ke dalam pertimbangan

analisis risiko. Cara menyatakan besaran dampak dan besaran terjadinya risiko

serta cara penggabungannya untuk menentukan kegawatan risiko akan bervariasi

sesuai dengan jenis risiko. Ini semua harus disesuaikan dengan informasi yang

tersedia dan bagaimana hasil asesmen akan digunakan. Semua proses ini harus

sesuai dan konsisten dengan kriteria risiko yang telah ditetapkan sebelumnya.

Perlu juga memerhatikan ketergantungan berbagai macam risiko beserta sumber

risiko nya. Dalam menentukan tingkat kepercayaan dan sensivitas risiko, proses

(15)

digunakan. Hal ini harus dikomunikasikan secara jelas kepada para pengambil

keputusan dan para pemangku kepentingan yang terkait. Faktor – faktor seperti

perbedaan pendapat dari para ahli atau keterbatasan model yang digunakan, harus

dinyatakan secara jelas dan bila perlu digaris bawahi. Analisis risiko dapat

dilaksanakan dengan tingkat kerincian yang bervariasi tergantung dari jenis risiko,

sasaran analisis risiko, informasi, data dan sumber daya yang tersedia. Analisis

dapat dilakukan secara kuantitatif, semi kuantitatif, kualitatif atau kombinasi dari

cara – cara ini, tergantung dari kondisi yang ada. Dalam praktik biasanya

dilakukan analisis kualitatif terlebih dahulu untuk mendapatkan indikasi umum

tingkat kegawatan risiko dan mengetahui peta risiko serta risiko – risiko yang

gawat. Setelah itu sesuai dengan keperluan, harus dilaksanakan langkah

berikutnya dengan melakukan analisis yang lebih spesifik dan secara kuantitatif.

Besaran dampak risiko dapat ditentukan dengan membuat model akibat dari suatu

peristiwa atau kumpulan peristiwa atau dengan menggunakan ekstrapolasi dari

hasil suatu kajian atau data yang tersedia. Dampak risiko dapat dinyatakan dalam

besaran yang terukur ataupun yang tidak terukur. Dalam hal – hal tertentu dampak

risiko dapat juga dinyatakan dalam beberapa macam ukuran atau sebutan untuk

dapat lebih menggambarkan akibat risiko tersebut sesuai dengan waktu dan

tempat peristiwa, misalnya gabungan dampak finansial, kecelakaan fisik rusaknya

reputasi dan sebagainya.

Tujuan dari analisis risiko adalah melakukan analisis dampak dan

kemungkinan semua risiko yang dapat menghambat tercapainya sasaran

(16)

dicapai apabila beberapa hal berikut dapat dipenuhi : (Leo J.Susilo & Victor Riwu

Kaho, 2014: 136):

1. Proses analisis risiko dilaksanakan secara komprehensif dan mencakup semua

risiko serta peluang yang ditemui dalam proses identifikasi risiko sebelumnya

dan telah masuk ke dalam daftar risiko;

2. Semua yang terkait dengan risiko tersebut (para pemangku risiko) telah

terlibat dalam proses analisis dan melalukan analisis berdasarkan informasi,

data serta pengetahuan yang mereka memiliki dengan baik.

3. Proses analisis ini didampingi atau ditunjang dengan pengetahuan mengenai

manajemen risiko yang memadai ;

4. Prosesanalisis ini didampingi atau ditunjang dengan pengetahuan mengenai

manajemen risiko yang memadai ;

5. Waktu yang dialokasikan untuk proses ini cukup memadai ;

6. Ukuran kemungkinan dan dampak yang digunakan harus konsisten dengan

organisasi tersebut. Apabila digunakan tabel kemungkinan dan dampak,

besaran dan pengelompokan nilai yang digunakan hendaknya tidak terlalu

lebar dan juga tidak terlalu sempit tetapi seusai dengan organisasi tersbut.

Pilihan metode analisis ditentukan oleh konteks, sasaran dan sumber data yang

tersedia. Sebagai contoh pada tingkat pada tingkat unit bisnis atau proyek,

manajer perlu mengidentifikasi dan memprioritaskan risiko-risiko spesifik

yang mengancam pencapaian sasaran/target yang ditetapkan. (Leo J.Susilo &

Victor Riwu Kaho, 2014: 137)

(17)

Teknik ini merupakan analisis kualitatif yang paling sederhana dan paling

sering digunakan. Skema pemeringkatan risiko haruslah distandarisasikan dan

digunakan dengan konsisten untuk keseluruhan organisasi. Ini penting untuk

mendapatkan kesamaan pemahaman terhadap pengertian kemungkinan dan

dampak yang akan digunakan. Melalui skema ini ditentukan cara gambaran

kuantitatif dan kualifikasi yang digunakan untuk istilah “besar, sedang dan

rendah”. Input untuk mengembangkan skema ini berasal dari mereka yang

berpengalaman dalam organisasi atau proyek dan mempunyai keahlian dalam

bidang tersebut. Dengan demikian diperoleh uraian yang tepat untuk nilai

kemungkinanserta dampak yang akan digunakan. Metode pengumpulan informasi

ini dapat dilakukan dengan teknik expert judgement, baik melalui metode

terstruktur seperti Delphi Teqnique maupun bentuk wawancara atau bentuk Focus Group Discussion lainya. Hal ini penting untuk mengurangi aspek subjektif dan kelemahan tidak tersedianya data yang memadai. Masukan para ahli ini kemudian

akan diolah oleh penanggung jawab manajemen risiko menjadi peringkat yang

akan digunakan dan disahkan oleh manajemen organisasi menjadi standar bagi

seluruh organisasi. (Leo J.Susilo & Victor Riwu Kaho, 2014:154)

2.2.5 Evaluasi Risiko

Menurut (Leo J.Susilo & Victor Riwu Kaho, 2014:167 ) tujuan dari

evaluasi risiko adalah membantu proses pengambilan keputusan berdasarkan hasil

analisis risiko. Proses evaluasi risiko akan menentukan risiko - risiko mana yang

memerlukan perlakuan dan bagaimana prioritas perlakuan atas risiko – risiko

(18)

Hasil analisis risiko menjadi masukan untuk dievaluasi lebih lanjut

menjadi urutan prioritas perlakuan risiko, sekaligus menyaring risiko –risiko

tertentu untuk tidak ditindaklanjuti atau diperlakukan khusus. Keputusan tindak

lanjut tersebut mencakup :

1. Apakah suatu risiko butuh penanganan ?

2. Apakah suatu tindakan penanganan perlu dilakukan ?

3. Bagaimanakah prioritas perlakuan risiko disusun ?

Sifat dari keputusan yang perlu diambil dan kriteria yang akan digunakan

dalam pengambilan keputusan telah ditetapkan pada tahap ini. Ini perlu karena

telah diperoleh informasi lebih banyak mengenai risiko –risiko tersebut dari tahap

analisis risiko. Kriteria untuk pengambilan keputusan harus konsisten dengan

konteks eksterbal, internal dan manajemen risiko yang telah didefenisikan. Selain

itu, juga harus selalu memerhatikan sasaran perusahaan, sasaran pengelolaan

risiko, dan pendapat para pemangku kepentingan. Keputusan dalam mengevaluasi

biasanya didasarkan pada peringkat risiko yang telah diperoleh dari hasil analisis

risiko, tetapi dapat juga didasarkan atas nilai ambang yang ditetapkan sesuai

dengan :

1. Tingkat dampak yang telah ditentukan ;

2. Kemungkinan timbulnya suatu kejadian tertentu ;

3. Efek kumulatif timbulnya suatu kejadian ;

4. Rentang ketidakpastian terhadap tingkat – tingkat

Kriteria – kriteria evaluasi risiko tersebut di atas pada dasarnya harus

(19)

kuantitatif. Akan tetapi masi terdapat kemungkinan distorsi dalam penyusunan

kriteria ini. Penyebabnya antara lain

1. Pertimbangan nilai - nilai pribadi

Pertimbangan nilai – nilai pada kriteria evaluasi sebenarnya secara implisit

terkandung dalam setiap kriteria. Akan tetapi pertimbangan ini akan

tergantung pada kebiasaan masing –masing individu menghadapi risiko,

tingkat kepercayaannya terhadap efektivitas pengelolaan risiko yang ada, serta

persepsinya terhadap risiko dan manfaat kegiatan tersebut.

2. Pengaruh kejadian – kejadian yang lalu

Kriteria untuk memutuskan apakah suatu risiko perlu ditangani seringkali

mengacu pada kegiatan yang sama pada masa lalu atau berdasarkan

pengalaman sehari – hari. Namun data ini dapat mengalami penyimpangan

karena :

a. Besar bencana yang baru satu kali terjadi atau keuntungan besar yang tak

disangka –sangka, akan sangat mendominasi bank data.

b. Penurunan tingkat risiko karena peningkatan sistem pengendalian setelah

belajar dari insiden yang lalu, atau adanya perbaikan standar pengendalian.

Ini berarti bahwa kriteria yang didasarkan pada risiko – risiko historis

tidak dapat diandalkan sepenuhnya sebagai acuan untuk mengendalikan

situasi terkini.

c. Perubahan kegiatan, proses atau lingkungan yang tidak sesuailagi dengan

situasi masa lalu.

Menyusun kriteria evaluasi berdasarkan pengalaman risiko masa lalu harus

(20)

1. Suatu risiko memerlukan perlakuan pada suatu kondisi tertentu, tetapi pada

kondisi lain tidak perlu ditangani.

2. Dengan metode analisis terbaru, risiko yang dapat diterima di masa lalu kini

tidak dapat diterima lagi. Begitu pula ada risiko yang menurut standar sosial

saat ini tidak dapat ditolerir lagi.

3. Lain pandang lain belalang, latar belakang risiko yang berbeda – beda

menimbulkan pertanyaan apakah standar evaluasi risiko harus disusun sesuai

dengan masing –masing situasi ataukah dapat bersifat universal. Untuk situasi

semacam ini, petimbangan kebijakan politik, sosial dan ekonomi dapa

digunakan sebagai tambahan data risiko yang ada.

Selain itu perlu juga diperhatikan keterbatasan hasil analisis kualitatif

sebagai sarana untuk evaluasi. Ini karna penyusunan suatu matriks kemungkinan

dan dampak secara kualitatif sangat terkait dengan latar belakang serta persepsi

para penyusunnya. Interpretasi dari besaran kualitatif ( tinggi, sedang, rendah,

dll.) dapat berbeda antara suatu situasi dengan situasi lainnya. Oleh karena itu

perlu diperhatikan keterbatasan ini dalam menyusun prioritas risiko atas dasar

hasil analisis kualitatif.

Walaupun istilah risiko yang dapat diterima sering digunakan untuk

menyeimbangkan risiko dan manfaat, masih belum cukup untuk menggambarkan

substansi risiko serta manfaat yang dapat ditooleransi. Dengan demikian, setiap

orang perlu memertimbangkan toleransi terhadap risiko – risikoyang timbul dalam

(21)

Kriteria risiko yang paling sederhana hanya memisahkan antara risiko

yang perlu ditangani dengan yang tidak perlu ditangani. Kesederhanaan ini

menarik, tapi tidak menggambarkan unsur ketidakpastian dalam memperkirakan

risiko dan menetapkan batasan yang jelas anatara risiko yang butuh penanganan

dengan yang tidak. Saat ini, kebanyakan pihak membagi risiko ke dalam tiga

kelompok :

1. Kelompok Atas adalah kelompok dimana terdapat risiko – risiko yang

berbahaya dan tidak bisa ditolerir, apapun manfaat yang dikandung dalam

kegiatan tersebut. Oleh karena itu langkah mitigasi risiko harus diambil,

berapapun biayanya.

2. Kelompok tengah adalah kelompok risiko di mana perlu ada analisis manfaat

biaya guna mengukur perbandingan antara peluang serta dampak buruknya.

3. Kelompok Bawah adalah kelompok risiko di mana aspek positif atau negatif

risiko tersebut sangat sepele atau terlalu kecil sehingga tidak butuh

penanganan risiko secara khusus

2.2.6 Perlakuan Risiko

Hasil dari evaluasi risiko adalah suatu daftar yang berisi peringkat risiko

yang memerlukan perlakuan lebih lanjut. Manajemen organisasi harus melakukan

kajian dan menentukan jenis serta bentuk perlakuan risiko yang diperlukan.

Perlakuan risiko ini tidak harus bersifat khusus untuk situasi tertentu, juga tidak

harus berlaku umum. Ini berarti, setiap risiko memerlukan perlakuan yang khas

untuk tiap risiko itu sendiri. Untuk setiap risiko yang memerlukan risiko, perlu

dilakukan pemeriksaan ulang yang cukup komprehensif terhadap informasi dan

(22)

penyebab risiko, apa pemicu timbulnya risiko, bagaimana besar kemungkinannya

terjadi, serta seberapa besar dampaknya. Selain itu perlu juga dipahami kondisi

lingkungan ( hukum, sosial, politik, ekonomi, dll.) serta siapa saja yang terlibat di

dalam kegiatan yang berisiko tersebut. Pengkajian awal yang cukup mendalam

seringkali membuahkan suatu pilihan perlakuan risiko yang tidak hanya

bermanfaat untuk suatu risiko, tetapi juga untuk risiko – risiko lainnya. Artinya,

suatu perlakuan risiko untuk beberapa risiko. Di lain pihak, mungkin untuk satu

macam risiko diperlukan berbagai macam perlakuan risiko. Secara umum,

perlakuan terhadap suatu risiko dapat berupa dari empat perlakuan sebagai berikut

:

1. Menghindari risiko, berarti tidak melaksanakan atau meneruskan kegiatan

yang menimbulkan risiko tersebut. Menghindari risiko adalah suatu strategi

untuk meniadakan risiko sepenuhnya dengan tidak melakukakn kegiatan /

proyek yang diperkirakan mempunyai risiko melebihi selera risiko organisasi.

Saat terbaik untuk mengambil strategi menghindari risiko adalah pada saat –

saat awal kegiatan bisnis dilaksanakan. Bila diketahui atau diantisipasi, suatu

risiko besar mungkin terjadi. Strategi ini juga dapat diambil pada saat kegiatan

atau proyek berjalan sudah cukup jauh, tetapi terjadi perubahan kondisi politik

atau ekonomi yang memaksa menghentikan pelaksanaan kegiatan tersebut.

Beberapa hal yang harus dipertanyakan sebelum mengambil keputusan untuk

melakukan penghindaran risiko adalah :

a. Dampak terhadap sasaran bisnis / organisasi. Dengan menghindari risiko,

(23)

Dengan hilangnya kegiatan ini apakah sasaran organisasi telah ditetapkan

tetap dapat tercapai dengan baik dan tidak terganggu ?

b. Dampak biaya. Apakah betul akibat penghindaran risiko ini lebih besar

nilainya daripada dampak risiko yang dihindari ? Pertanyaan ini karena

dampak penghindaran risiko ini, khususnya dengan tidak dilakukannya

kegiatan atau proyek tekait, seringkali tidak jelas dan baru terasa dalam

jangka panjang.

c. Peluang. Dengan tidak dilaksanakannya suatu kegiatan / proyek maka

suatu peluang hilang. Apakah perhitungan peluang versus risiko atas

kegiatan / proyek ini sudah betul – betul dilakukan dengan cermat ?

2. Berbagi risiko, yaitu suatu tindakan untuk mengurangi kemungkinan

timbulnya risiko atau mengurangi dampak risiko bila terjadi, atau mengurangi

keduanya, yaitu kemungkinan dan dampak. Perlakuan ini sebetulnya adalah

bagian dari kegiatan organisasi sehari – hari. Modus untuk melakukan

pemindahan risiko ini adalah asuransi, subkontrak, outsourcing, perjanjian

bagi hasil, dan joint operation. Mengingat bahwa berbagi risiko ini melibatkan pihak lain tersebut, bagaimanakah kemampuannya baik dalam melaksanakan

pekerjaan maupun menyerap risiko yang timbul. Untuk memastikan bahwa

strategi pemindahan risiko memang tepat, perlu diajukan beberapa pertanyaan

sebagai berikut :

a. Kejelasan tujuan dan sasaran para pihak. Apakah tujuan dari pihak yang

memindahkan risiko tersebut ? Apakah hal ini cukup jelas / transparan

(24)

b. Kemampuan mengelola. Suatu pemindahan risiko hanya efektif bila pihak

penerima risiko mampu mengelola kegiatan yang mengandung risiko

tersebut, atau mampu menyerap risiko tersebut bila terjadi. Dengan kata

lain, penerima risiko harus mampu melakukan mitigasi risiko terkait.

Bagaimanakah kemampuan penerima risiko terhadap hal – hal tersebut ?

c. Konteks risiko. Selain kemampuan untuk mengelola risiko, juga

diperlukan pemahaman terhadap dinamika risiko itu sendiri. Hal ini

meliputi pemahaman terhadap volatilitas pergerakan atau perubahan dari

sumber risiko, perubahan dari kemungkinan terjadinya dan apa

pemicunya, serta perubahan dampak yang mungkin terjadi. Apakah

penerima risiko juga cukup memahami konteks risiko semacam ini ?

d. Efektivitas biaya. Penerima pekerjaan yang mengandung risiko tersebut

biasanya akan membebankan biaya tambahan yang tidak rendah. Ia akan

memperhitungkan semua biaya yang terkait dengan faktor risiko tersebut,

terutama bila risiko tersebut terjadi. Pertanyaannya adalah apakah biaya

yang dibebankan tersebut memang dapat diterima bila dibandingkan

dengan dampak biaya yang akan diserap organisasi jika risiko tersebut

terjadi ?

3. Mitigasi risiko adalah perlakuan risiko yang bertujuan untuk mengurangi

risiko. Bentuk pengurangan risiko ini dapat berupa pengurangan kemungkinan

terjadinya risiko, pengurangan kerugian yang diakibatkan bila risiko tersebut

terjadi, dan diversifikasi risiko. Diversifikasi adalah suatu strategi yang lebih

sering disebut sebagai “ jangan menempatkan semua telur dalam satu

(25)

adalah investasi dalam berbagai macam portofolio untuk mengurangi risiko

kerugian.

4. Menerima risiko, yaitu tidak melakukan perlakuan apapun terhadap risiko

tersebut. Strategi perlakuan risiko menerima risiko merupakan suatu strategi

untuk menerima risiko, karena memang lebih ekonomis untuk menerima

risiko itu. Selain itu, juga kerna tidak tersedia alternatif lain untuk

menghindari risiko, berbagi risiko, atau melakukan mitigasi. Penerimaan

risiko sering juga disebut sebagai penyerapan risiko, toleransi risiko atau

retensi risiko. Risiko ini termasuk juga risiko tersisa setelah dilakukan

perlakuan risiko sebelumnya. Untuk melakukan strategi penerimaan risiko,

perlu dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :

a. Penentuan pilihan. Apakah memang semua pilihan telah dikaji dengan

cermat sehingga pilihan menerima risiko yang diambil ? Apakah betul –

betul sudah tidak terdapat alternatif lain untuk melakukan mitigasi,

pemindahan, atau penghindaran risiko ?

b. Waktu dan kondisi. Pada saat pilihan diambil untuk menerima risiko karna

dianggap tidak ada pilihan lain, hal ini tidak boleh dianggap sebagai

keadaan yang tidak dapat ditolak. Tetapi sebaliknya, dengan perubahan

waktu konteks risiko juga berubah dan berbagai dinamika perubahan juga

terjadi sehingga kemungkinan adanya alternatif baru akan timbul. Perlu

dilakukan monitoring dan review secara proaktif untuk memantau arah

perubahan yang terjadi. Manajemen risiko yang baik akan selalu

(26)

c. Kemampuan menyerap risiko. Pilihan untuk menerima risiko dilakukan

dengan sadar. Artinya, karena lebih ekonomis untuk melakukan hal tersebut

dibandingkan melakukan tindakan lainnya. Bagaimanakah dampaknya jika

risiko tersebut memang terjadi ? Seberapa besarkah kemungkinan

terjadinya ? Apakah betul risiko ini hanya merupakan risiko tunggal dan

bukan risiko yang memicu risiko – risiko lainnya ? Jika risiko ini memang

akan menimbulkan rentetan risiko lainnya, apakah dampaknya hanya

finansial saja ataukah juga dampak – dampak lainnya ? Misalnya dampak

reputasi, dampak berhentinya operasi, dampak keselamatan kerja dan lain –

lain. Ini adalah pertanyaan –pertanyaan yang perlu dipertimbangkan.

2.2.7 Monitoring dan Review

Monitoring adalah pemantauan rutin terhadap kinerja aktual proses manajemen risiko dibandingkan dengan rencana atau harapan yang akan

dihasilkan. Review adalah peninjauan atau pengkajian berkala atas kondisi saat ini dan dengan fokus tertentu misalnya efektivitas pengendalian terhadap risiko

keuangan atau pasar, atau bagaimana mempertajam analisis risiko saat ini.

Monitoring dan review merupakan bagian yang mendasar dan sangat penting dalam proses manajmen risiko, terutama dalam proses manajemen risiko bagi

keseluruhan organisasi. Sangat penting untuk memantau dan meninjau

perkembangan serta perubahan status risiko, efektivitas strategi dan pelaksanaan

perlakuan serta pengendalian risiko dan perencanaan system manajemen risiko

serta keseluruhan manajemen risiko. Pelaksanaan monitoring dan review

berkelanjutan ini bertujuan untuk memberikan jaminan yang wajar terhadap

(27)

Dalam menerapkan proses monitoring dan review yang mampu memenuhi fungsi yang diinginkan, manajemen organisasi harus mempertimbangkan

beberapa pertanyaan dasar dalam menyusun proses monitoring dan review ini. Beberapa pertanyaan dasar tersebut adalah :

1. Siapa yang harus melakukan monitoring dan review ? 2. Apa yang perlu dipantau dan ditinjau ?

3. Informasi yang bagaimana yang harus dievaluasi ?

4. Bagaimanakah proses pelaporannya dan siapa yang berhak membacanya ?

Pertanyaan – pertanyaan di atas menjadi dasar dari perencanaan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini terdiri dari dua analisis, yaitu analisis untuk mengetahui pengaruh variasi tiga parameter scan yaitu tegangan tabung, arus-waktu

Judul :” Hubungan Teknologi Informasi dengan Motivasi Membaca Pemustaka di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan ”. Skripsi ini membahas

BPRS PNM Binama Semarang dilakukan dengan pemberian motivasi kerja kepada karyawan, pemberian pelatihan ( training ) dan promosi jabatan..

Analisis komunikasi siswa dengan strategi pembelajaran learning starts with a question mendapatkan hasil yang sangat baik, salah satunya siswa ketika berkomunikasi

Dari penelitian uji antimalaria ekstrak sambiloto terstandar (parameter kadar androrgrafolida) terhadap pertumbuhan Plasmodium berghei secara in vivo pada mencit

Chang di atas adalah contoh bagaimana mengajak kencan si gebetan dengan santai dan dak menunjukkan rasa ngarep.... Setelah chang kira-kira dua minggu dengan Jessica,

Pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga

Cayetano Heredia, Lima,Peru, melaporkan bahwa pemakaian Racecadotril (acetorphan) yang merupakan enkephalinace inhibitor dengan efek anti sekretorik