BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Toksik dalam Produk Konsumen
Produk konsumen adalah produk-produk yang dibeli konsumen akhir, baik
individu maupun rumah tangga, untuk memenuhi kebutuhan personal (Simamora,
2001). Produk Konsumen menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia. Dewasa
ini banyak ditemukan produk konsumen yang mengandung bahan toksik. Bahan
toksik adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan
manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh.
Meningkatnya penggunaan senyawa kimia berbahaya pada produk konsumen
mengakibatkan gangguan kesehatan dan merusak lingkungan (Pohan, 2014).
Salah satu bahan toksik dalam produk konsumen adalah logam berat.
Toksisitas logam berat dalam tubuh manusia dapat terjadi dengan cara termakan
(melalui saluran pencernaan), dan penetrasi melalui kulit. Menurut Gossel dan
Bricker, ada 5 logam berbahaya pada manusia yaitu arsen (As), kadmium (Cd),
timbal (Pb), merkuri (Hg), dan besi (Fe) (Darmono, 2001).
2.2 Logam Timbal
2.2.1 Pengertian dan Sifat Logam Timbal
Timbal dalam kehidupan sehari-hari lebih dikenal dengan nama timah
hitam, dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum, dan logam ini disimbolkan
dengan Pb. Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV-A
pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 2 dengan bobot
atau berat atom (BA) 207,2 (Palar, 2008). Timbal atau plumbum (Pb) adalah
mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk
melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Jika timbal dicampur dengan logam
lain akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya
(Widowati et. al. 2008).
Timbal pada awalnya adalah logam berat yang secara alami terdapat di
dalam kerak bumi. Namun Timbal juga berasal dari kegiatan manusia bahkan
mampu mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb alami (Widowati
et.al. 2008). Timbal lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik
lainnya. Kadarnya dalam lingkungan meningkat karena penambangan, peleburan
dan berbagai penggunaan dalam industri (Lu, 1995). Timbal merupakan logam
yang sangat beracun yang pada dasarnya tidak dapat dimusnahkan serta tidak
terurai menjadi zat lain (Sunu, 2001).
Menurut Palar (2008), logam timbal atau Pb mempunyai sifat-sifat khusus
seperti berikut:
1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan
pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga
logam timbal sering digunakan sebagai bahan pelapis.
3. Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327,50C.
4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam logam
biasa, kecuali emas dan merkuri.
2.2.2 Penggunaan Logam Timbal
Dalam kehidupan sehari-hari, timbal banyak digunakan dalam industri
logam, baterai, cat, kabel, karet, mainan anak-anak, dan bahan tambahan dalam
bensin (Sartono, 2002). Timbal juga digunakan untuk produk-produk logam
seperti amunisi, pelapis kabel, bahan kimia, pewarna, pipa dan solder. Timbal
dapat digunakan sebagai campuran dalam pembuatan pelapis keramik yang
disebut-glaze silika dengan okside lainnya-yaitu merupakan lapisan tipis gelas
yang menyerap ke dalam permukaan tanah liat yang digunakan untuk membuat
keramik. Komponen timbal (PbO) ditambahkan ke dalam glaze untuk membentuk
sifat yang mengkilap yang tidak dibentuk okside lainnya (Sunu, 2001).
Timah hitam digunakan pula sebagai zat warna yaitu Pb karbonat dan Pb
sulfat sebagai zat warna putih dan Pb kromat sebagai krom kuning, krom jingga,
krom merah dan krom hijau (Palar, 1994 dalam Ardyanto,2005).
2.2.3 Keracunan Logam Timbal
Keracunan yang ditimbulkan oleh persenyawaan logam Pb dapat terjadi
karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh. Proses masuknya
Pb dapat melalui beberapa cara yaitu melaui pernafasan, oral (melalui makanan
dan minuman) dan penetrasi pada lapisan kulit (Palar, 2008). Penyerapan lewat
pernafasan akan masuk ke dalam pembuluh darah paru-paru. Logam timbal yang
masuk ke paru-paru melalui pernafasan akan terserap dan berikatan dengan darah
paru-paru untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh (Palar,
dalam darah (Fardiaz, 2001 dalam Naria, 2005). Penyerapan lewat kulit dapat
terjadi karena timbal dapat larut dalam minyak dan lemak (Palar, 2008).
Tidak semua senyawa timbal dapat diserap oleh tubuh melainkan hanya
sekitar 5-10% dari jumlah Pb yang masuk melalui oral yang akan diserap tubuh.
Dari jumlah yang terserap itu, hanya 15 % yang akan mengendap pada jaringan
tubuh, dan sisanya akan turut terbuang bersama bahan sisa metabolisme seperti
urin dan feces. Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam
ini sangat berbahaya. Hal itu disebabkan senyawa-senyawa Pb dapat memberikan
efek racun terhadap banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh. Keracunan
yang disebabkan oleh keberadaan logam timbal berpengaruh terhadap sistem
syaraf, sistem ginjal, sistem reproduksi, sistem endokrin, dan jantung (Palar,
2008).
Unsur Pb yang terserap masuk ke dalam tubuh perlu waktu yang cukup
lama untuk hilang keluar dari tubuh (Akhadi, 2009). Batas kandungan logam
timbal yang direkomendasikan untuk konsumsi menurut ketentuan FAO/WHO
(JECFA= Joint Expert Comitte On Food Additives) adalah sebesar 0,05 mg/kg
berat badan (Darmono, 2001). Pada jaringan atau organ tubuh, logam timbal akan
terakumulasi pada tulang karena logam ini dalam membentuk ion (Pb2+) mampu
menggantikan ion Ca2+ (kalsium) yang terdapat dalam jaringan tulang (Palar,
2008). Sebagian timbal kemudian akan diekskresikan melalui urin atau feses
(Widowati et. al. 2008).
Timbulnya gejala keracunan yang diakibatkan oleh kandungan timbal di
100 ml darah. Semakin tinggi kandungan Pb dalam darah, maka semakin
berbahaya bagi kesehatan tubuh. Daya racun timbal yang berada di dalam tubuh
antara lain disebabkan oleh penghambatan kerja enzim oleh ion-ion Pb (Sunu,
2001).
Berikut ini adalah skema akumulasi paparan timbal yang masuk ke dalam
tubuh manusia:
Gambar 2.1 Akumulasi timbal pada tubuh manusia (Sumber : Depkes RI, 2001 dalam Naria, 2005)
Akumulasi timbal dalam tubuh dapat menyebabkan keracunan akut dan
kronis, bahkan kematian. Efek keracunan timbal secara akut sangat khas,
berkaitan dengan paparan dosis yang relatif tinggi, waktu paparan yang relatif
parah, anemia, perubahan perilaku, dan kehilangan nafsu makan. Pada kejadian
keracunan timbal, tidak semua efek yang telah dipaparkan muncul secara lengkap,
tetapi hanya sebagian efek saja yang teramati dengan jelas.
Efek keracunan timbal kronis terjadi sebagai akibat paparan timbal yang
sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama, dapat terjadi pada kurun
waktu bulanan hingga tahunan. Efek keracunan timbal kronis biasanya
menimbulkan gejala yang tidak spesifik pada hampir semua sistem tubuh. Efek
negatif keracunan timbal kronis pada manusia menurut laporan penelitian Pokras
dan Kneeland (2009) terdiri atas penurunan libido dan kesuburan (jantan dan
betina), keguguran dan kelahiran prematur, masalah kecerdasan, hipertensi,
kardiovaskuler, lebih agresif, serta gangguan fungsi ginjal (Mustika et.al. 2014).
Besarnya tingkat keracunan timbal menurut WHO (1977) dalam Naria
(2005) dipengaruhi oleh:
1. Umur. Anak-anak mengabsorbsi timbal lebih banyak dari orang dewasa. Anak
anak juga lebih rentan sehingga dapat terjadi efek keracunan pada kandungan
timbal yang rendah dalam darah.
2. Jenis kelamin. Wanita lebih rentan dibandingkan dengan pria.
3. Musim panas akan meningkatkan daya racun timbal.
4. Peningkatan asam lambung akan meningkatkan absorbsi timbal.
5. Peminum alkohol lebih rentan terhadap timbal.
2.2.4 Dampak Timbal Terhadap Kesehatan
Keracunan yang disebabkan oleh keberadaan timbal di dalam tubuh
menjadi sasaran peristiwa keracunan yang disebabkan oleh keberadaan logam
timbal adalah sistem syaraf, sistem ginjal, sistem ginjal, sistem reproduksi, sistem
endokrin. Setiap bagian yang diserang akan memperlihatkan efek yang
berbeda-beda (Palar, 2008).
Mekanisme toksisitas Pb berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah:
1. Sistem haemopoietik
Sel-sel darah merah merupakan suatu bentuk kompleks khelat yang
dibentuk oleh logam Fe (besi) dengan gugus haemo dan globin sintesa dari
kompleks tersebut melibatkan 2 enzim, yaitu enzim ALAD (Amino Levulinic
Acid Dehidrase) atau asam amino levulinat dehidrase dan enzim
ferrokhelatase. Enzim ALAD adalah enzim jenis sitoplasma. Enzim ini akan
bereaksi secara aktif pada tahap awal sintesa dan selama sirkulasi sel darah
merah berlangsung. Senyawa Pb yang terdapat dalam tubuh akan mengikat
gugus aktif enzim ALAD. Enzim ALAD berfungsi pada sintesa sel darah
merah. Adanya timbal pada tubuh akan mengganggu kerja enzim tersebut
sehingga sintesa sel darah merah terganggu (Palar, 2008). Penghambatan
sintesa sel darah merah mengakibatkan terjadinya anemia (Widowati et. al.
2008).
2. Sistem syaraf
Sistem syaraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap daya racun
yang dibawa oleh logam timbal (Palar, 2008). Timbal mengakibatkan
demielinasi (rusaknya sarung mielin saraf) otak dan otak kecil yang putih
2005). Pb menimbulkan kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi,
kerusakan otak besar, dan delirium (Widowati et. al. 2008).
3. Sistem urinaria
Senyawa timbal yang larut dalam darah akan dibawa oleh darah ke
seluruh tubuh dan akan masuk kedalam glomerulus. Disini terjadi pemisahan
akhir semua bahan yang dibawa darah, yaitu yang masih berguna bagi tubuh
atau yang harus dibuang karena sudah tidak diperlukan lagi. Ikut sertanya
timbal yang larut dalam darah ke sistem urinaria (ginjal) mengakibatkan
terjadinya kerusakan pada saluran ginjal. Kerusakan yang terjadi tersebut
disebabkan terbentuknya intranuclear inclusion bodies yang disertai dengan
terbentuknya aminociduria, yaitu terjadinya kelebihan asam amino dalam urin
(Palar, 2008).
4. Sistem reproduksi
Pada percobaan yang dilakukan terhadap tikus putih jantan dan betina
yang diberi perlakuan dengan 1% Pb-asetat ke dalam makanannya, didapatkan
penurunan kemampuan sistem reproduksi dari hewan tersebut. Embrio yang
dihasilkan dari perkawinan antara tikus jantan yang diberi perlakuan dengan
Pb-asetat dan betina yang normal (tidak diberi perlakuan), mengalami
hambatan dalam pertumbuhannya. Sedangkan janin yang terdapat pada betina
yang diberi perlakuan dengan Pb-asetat mengalami penurunan dalam ukuran,
hambatan pada pertumbuhan dalam rahim induk dan setelah dilahirkan. Pada
wanita dengan paparan timbal yang tinggi, timbal akan disimpan dalam tulang.
masuk ke peredaran darah, melalui plasenta dan kemudian akan ikut masuk
dalam sistem peredaran darah janin (Palar, 2008). Ibu hamil yang
terkontaminasi timbal tersebut akan mengalami keguguran, tidak
berkembangnya sel otak embrio, serta kematian janin (Widowati et. al. 2008).
Jika bayi lahir, timbal akan dikeluarkan bersama dengan air susu (Palar, 2008).
5. Sistem endokrin
Timbal mengakibatkan gangguan fungsi tiroid (Widowati et. al. 2008).
Fungsi tiroid sebagai hormon akan mengalami tekanan bila manusia
kekurangan I 131 (yodium isotop 131). Pengukuran terhadap steroid dalam
urin pada kondisi paparan timbal yang berbeda dapat digunakan untuk melihat
hubungan penyerapan timbal pada sistem endokrin. Dari pengamatan yang
dilakukan dengan paparan timbal yang berbeda terjadi pengurangan
pengeluaran steroid dan terus mengalami peningkatan dalam posisi minus.
Kecepatan pengeluaran aldosteron juga mengalami penurunan selama
pengurangan konsumsi garam pada orang yang keracunan timbal (Palar, 2008).
6. Sistem gastrointestinal
Efek timbal ini terjadi karena mengonsumsi bahan yang tercemar timbal
(Widowati et. al. 2008). Gejala awal muncul pada konsentrasi timbal (Pb)
dalam darah sekitar 80 μg / 100 ml, gejala-gejala tersebut meliputi kurangnya
nafsu makan, gangguan pencernaaan, gangguan epigastrik setelah makan,
sembelit dan diare. Jika kadar timbal (Pb) dalam darah melebihi 100 μg / 100
ml, maka kecenderungan untuk munculnya gejala lebih parah lagi, yaitu bagian
segera ditangani, maka akan muncul kolik yang lebih spesifik. Konsentrasi
timbal (Pb) dalam darah diatas 150 μg / 100 ml penderita menderita nyeri dan
melakukan reaksi kaki ditarik-tarik kearah perut secara terus menerus dan
menggeretakkan gigi, diikuti keluarnya keringat pada kening. Jika tidak
dilakukan penanganan lebih lanjut, maka kolik dapat terjadi selama beberapa
hari, bahkan hingga satu minggu (Naightray, 2013).
7. Sistem kardiovaskuler
Timbal dapat menyebabkan peningkatan permiabilitas pembuluh darah
(Widowati et. al. 2008). Timbal juga dapat menyebabkan naiknya tekanan
darah. Jika terjadi hal demikian, maka pasien tersebut akan mengalami
hipotonia. Kemungkinan kerusakan miokardial harus diperhatikan (Naightray,
2013).
8. Risiko karsinogenik.
International Agency for Research on Center (IARC) menyatakan bahwa
timbal (Pb) inorganik dan senyawanya, kemungkinan menyebabkan kanker
pada manusia. Tahap awal proses terjadinya kanker adanya kerusakan DNA
yang menyebabkan peningkatan lesi genetik herediter yang menetap atau
disebut mutasi. Timbal (Pb) diperkirakan mempunyai sifat toksik pada gen
sehingga dapat mempengaruhi terjadinya kerusakan DNA / mutasi gen dalam
kultur sel mamalia. Patogenesis kanker otak akibat terpapar timbal (Pb) adalah
sebagai berikut : timbal (Pb) masuk kedalam darah melalui makanan dan akan
proliferensi sel yang membentuk nodul selanjutnya berkembang menjadi tumor
ganas (Naightray, 2013).
2.2.5 Dampak Timbal Terhadap Lingkungan A. Udara
Pencemaran timbal di udara dapat disebabkan oleh asap yang berasal dari
cerobong pabrik yang mengolah senyawa timbal dan knalpot kendaraan.
Senyawa-senyawa timbal dalam keadaan kering dapat terdispersi di dalam udara,
sehingga kemudian terhirup pada saat bernafas dan sebagian akan diserap kulit
ataupun diserap oleh daun tumbuhan (Palar, 2008). Baku mutu udara ambien
untuk timbal berdasarkan PP RI No. 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 2,0 μg/Nm3.
B. Air
Timbal dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan timbal di
udara dengan bantuan air hujan. Pencemaran timbal di perairan juga dapat
disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia seperti dari air buangan (limbah) dari
industri yang berkaitan dengan timbal. Limbah tersebut akan jatuh pada jalur-jalur
perairan dan akan merusak tata lingkungan perairan yang dimasukinya. Badan
perairan yang telah kemasukan senyawa atau ion-ion Pb dengan jumlah yang
melebihi konsentrasi semestinya, dapat menyebabkan kematian bagi biota
perairan tersebut. Konsentrasi Pb yang mencapai 188 mg/l dapat membunuh
ikan-ikan (Palar,2008). Baku mutu timbal di perairan berdasarkan PP No. 20 tahun
C. Tanah
Pencemaran timbal di tanah dapat disebabkan oleh buangan sampah sisa
produk konsumen yang mengandung timbal. Keberadaan timbal di dalam tanah
dapat juga berasal dari emisi kendaraan bermotor, yang mana partikel timbal yang
terlepas ke udara secara alami dengan adanya gaya gravitasi membuat timbal
turun ke tanah. Rata-rata timbal yang terdapat di dalam tanah adalah sebesar 5 –
25 mg/kg (Widowati et. al. 2008). Jika timbal telah mencemari permukaan tanah,
maka timbal dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah.
Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia
beracun di tanah. Timbal di tanah tersebut dapat mencemari air tanah dan udara di
atasnya (Veegha, 2008).
D. Tanaman
Organ tanaman dapat mengakumulasi timbal melalui daun, batang, dan
akar. Perpindahan timbal dari tanah ke tanaman tergantung komposisi dan pH
tanah. Konsentrasi timbal yang tinggi (100-1000 mg/kg) akan mengakibatkan
pengaruh toksik pada proses fotosintesis dan pertumbuhan. Timbal hanya
mempengaruhi tanaman bila konsentrasinya tinggi (Charlene, 2004 dalam
Widaningrum et. al. 2007). Tanaman dapat menyerap logam timbal pada saat
kondisi kesuburan dan kandungan bahan organik tanah rendah. Pada keadaan ini
logam berat timbal akan terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion yang bergerak
bebas pada larutan tanah sehingga dapat menyebabkan terjadinya serapan timbal
mengandung timbal dikonsumsi manusia, akan menyebabkan terjadinya
penyerapan timbal di dalam tubuh manusia.
E. Makanan
Semua bahan pangan alami mengandung Timbal (Pb) dalam konsentrasi
kecil, dan selama persiapan makanan mungkin kandungan Timbal (Pb) akan
bertambah. Timbal pada makanan dapat berasal dari peralatan masak, alat-alat
makan, dan wadah-wadah penyimpanan yang terbuat dari alloy Pb atau keramik
yang dilapisi glaze (Fardiaz, 1992). Sedangkan dalam air minum juga dapat
ditemukan senyawa timbal bila air tersebut disimpan atau dialirkan melalui pipa
yang merupakan alloy dari logam timbal (Palar, 2008).
2.2.6 Tingkat Timbal Normal dalam Tubuh
Untuk mengetahui kandungan timbal di dalam tubuh dapat dilakukan
dengan menganalisis konsentrasi timbal di dalam darah atau urin (Sunu, 2001).
Pada manusia dewasa jumlah kandungan atau konsentrasi timbal dalam darah
tidak sama. Berdasarkan pada perbedaan-perbedaan tersebut, maka konsentrasi
timbal dapat digolongkan ke dalam empat kategori. Bila manusia terpapar oleh
timbal dalam batasan normal atau dalam batasan toleransi, maka daya racun yang
dimiliki oleh timbal tidak akan bekerja dan tidak menimbulkan pengaruh apa-apa.
Tetapi bila jumlah yang diserap telah mencapai batas ambang, maka individu
Tabel 2.1 Empat Kategori Pb dalam Darah Orang Dewasa
Kategori µg Pb/100ml Darah Deskripsi
A (Normal) <40 Tidak terkena paparan
atau tingkat paparan Normal
B (dapat dioleransi) 40-80 Pertambahan penyerap- an dari keadaan terpa- par tetapi masih bisa di Toleransi
C (berlebih) 80-120 Kenaikan penyerapan
dari keterpaparan yang banyak dan mulai mem- perlihatkan tanda-tanda Keracunan
D (tingkat bahaya) >120 Penyerapan mencapai tingkat bahaya dengan tanda-tanda keracunan ringan sampai berat
(Sumber: Palar, 2008)
Kadar maksimum Pb yang masih dianggap aman dalam darah anak-anak
sesuai dengan yang diperkenankan WHO dalam Depkes (2001) adalah 10 μg/dl
darah, sedangkan untuk orang dewasa adalah 10- 25 μg/dl darah (Naria, 2005).
Bila manusia terpapar oleh Pb dalam normal atau batasan toleransi, maka daya
racun yang dimiliki oleh Pb tetap akan bekerja dan bila jumlah yang diserap telah
mencapai ambang atau bahkan melebihi batas ambang maka individu yang
terpapar akan memperlihatkan gejala keracunan Pb yang lebih banyak menyerang
bagian tubuh (Kurniawan, 2008).
2.3 Kosmetika
2.3.1 Pengertian Kosmetika
Kosmetika adalah sediaan atau panduan bahan yang siap digunakan pada
dan rongga mulut, untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi
tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit (Permenkes
RI, 1998).
Kosmetika adalah setiap bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
digunakan pada seluruh bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku,
bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa disekitar
mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan
atau memperbaiki bau badan dan atau melindungi atau memelihara tubuh pada
kondisi baik (BPOM RI, 2003).
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.
Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari
bahan bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat
manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud
meningkatkan kecantikan (Wasitaadmadja, 1997).
Kosmetika impor adalah kosmetika yang dibuat oleh industri di luar negeri
yang dimasukkan dan diedarkan di wilayah indonesia (BPOM RI, 2003).
Kosmetika dalam negeri adalah kosmetika yang dibuat dan dikemas oleh industri
kosmetika di dalam negeri atau dibuat di luar negeri namun dikemas dalam
kemasan primer oleh industri kosmetika di dalam negeri. Kemasan Primer adalah
2.3.2 Jenis - Jenis Kosmetika
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI yang dikutip oleh Tranggono
dan Latifah (2007), kosmetika dibagi ke dalam 13 preparat:
1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain.
2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dan lainlain.
3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dan lain-lain.
4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan lain-lain.
5. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan lain-lain.
6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain.
7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstik, dan lain-lain.
8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes, dan
lain-lain.
9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain-lain.
10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dan lain-lain.
11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dan
lain-lain.
12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain.
13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dan
lain-lain.
Menurut Anita yang dalam Rostamailis (2005), kosmetika terbagi atas 2
1. Kosmetika tradisional. Maksudnya adalah kosmetika alamiah yang dibuat
sendiri, langsung dari bahan-bahan yang segar atau bahan-bahan yang telah
dikeringkan, buah-buahan atau tanam-tanaman yang ada disekitar kita.
2. Kosmetika modern. Maksudnya adalah kosmetika yang diproduksi secara
pabrik (laboratorium) di mana bahan-bahannya yang telah dicampur dengan
zat-zat kimia yang mengawetkan kosmetika tersebut.
Menurut Tranggono dan Latifah (2007), penggolongan kosmetika menurut
kegunaaanya bagi kulit adalah sebagai berikut :
1. Kosmetika perawatan kulit (skin-care cosmetics).
Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk
didalamnya :
a. Kosmetika untuk membersihkan kulit (cleanser)
b. Kosmetika untuk melembabkan kulit (mouisturizer)
c. Kosmetika pelindung kulit
d. Kosmetika untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling)
2. Kosmetika riasan (dekoratif atau make-up).
Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga
menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek
psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence).
2.3.3 Kosmetika Dekoratif
Kosmetika dekoratif merupakan kosmetika yang hanya melekat pada alat
tubuh yang dirias dan tidak bermaksud untuk diserap ke dalam kulit serta
terdiri atas bahan aktif berupa zat warna dalam berbagai bahan dasar (bedak, cair,
minyak, krim, tingtur, aerosol) dengan pelengkap bahan pembuat stabil dan
parfum. (Wasitaatmadja, 1997).
Menurut Tranggono dan Latifah (2007), kosmetika dekoratif dapat dibagi
dalam dua golongan, yaitu:
1. Kosmetika dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eye shadow,
dan lain-lain.
2. Kosmetika dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama
baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, dan pengeriting
rambut.
Menurut Wasitaatmadja (1997), berdasarkan bagian tubuh yang dirias,
kosmetika dekoratif dapat dibagi menjadi:
1. Kosmetika rias kulit (wajah).
2. Kosmetika rias bibir.
3. Kosmetika rias rambut.
4. Kosmetika rias mata.
5. Kosmetika rias kuku.
Bibir adalah bagian muka yang sering bergerak. Bibir memberi ekspresi
seperti mata walaupun tidak bergerak (Soerjopranoto dan Poerwosoenoe, 1984).
Bibir dianggap sebagai bagian penting dalam penampilan seseorang maupun alat
seksual yang cukup diandalkan (Wasitaatmadja, 1997). Warna bibir akan memberi
menyempurnakan seluruh riasan di wajah, serta menghasilkan penampilan yang
seimbang dan sempurna (Bentley, 2005).
Kosmetika rias bibir selain untuk merias bibir disertai juga dengan bahan
untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang merusak, misalnya
sinar ultraviolet. Ada beberapa macam kosmetika rias bibir, yaitu:
1. Lipstik dan lip crayon.
2. Krim bibir (lip cream) dan pengkilat bibir (lip gloss).
3. Penggaris bibir (lip liner) dan lip sealers (Wasitaatmadja, 1997).
2.4 Lipstik
2.4.1 Pengertian dan Persyaratan Lipstik
Lipstik dalam berbagai bentuk dan wujud telah ada sejak dahulu kala.
Sejarah mencatat, orang Mesir kuno menggunakan henna untuk mewarnai
bibirnya (Ismunandar, 2007). Lipstik adalah suatu bahan make-up/riasan yang
selalu dioleskan di bibir (Rostamailis, 2005). Lipstik juga merupakan pewarna
bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat (roll up) yang dibentuk dari
minyak, lilin dan lemak (Wasitaatmadja, 1997).
Menurut Ditjen POM dalam Utami (2011), lipstik adalah sediaan
kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik
sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah yang dikemas dalam
bentuk batang padat. Hakikat fungsinya adalah untuk memberikan warna bibir
menjadi merah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat dan
Menurut Tranggono dan Latifah (2007), persyaratan untuk lipstik yang
diinginkan atau dituntut oleh masyarakat, antara lain :
1. Melapisi bibir secara mencukupi.
2. Dapat bertahan di bibir dalam waktu yang lama.
3. Cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket.
4. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir.
5. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya.
6. Memberikan warna yang merata pada bibir.
7. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya.
8. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau
berbintik-bintik, atau memperlihatkan hal-hal lain yang tidak menarik.
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor Hk.03.1.23.07.11.6662
Tahun 2011 Tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam
Kosmetika, dinyatakan bahwa cemaran timbal dalam kosmetika tidak lebih dari
20mg/kg atau 20mg/L (20bpj).
2.4.2 Jenis - Jenis Lipstik
Berikut ini ada beberapa jenis lipstik, seperti:
1. Stik
Lipstik jenis ini tidak mengilap dan sedikit lembab (Gusnaldi, 2007). Agar
tahan lama, dioleskan seperti biasa dan dihapus dengan tisu. Setelah itu
Gambar 2.2 Lipstik jenis stik (Sumber : Gusnaldi, 2007)
2. Pallete
Dalam satu wadah kecil terdapat beberapa jenis warna. Mengandung krim
untuk melembabkan bibir (Gusnaldi, 2007).
Gambar 2.3 Lipstik jenis pallete (Sumber : Gusnaldi, 2007)
3. Liquid
Bentuknya cair, mengkilap dan pekat. Biasanya kemasannya dilengkapi
dengan spons atau kuas kecil di bagian ujung untuk mempermudah pengolesan
(Gusnaldi, 2007). Biasanya listik jenis cair berfungsi sebagai pengkilap dan
pelembab (Hafizh, 2014).
4. Pen Lippolish
Kemasannya seperti pena. Bentuknya cair, mengkilap di bibir. Praktis
karena ujungnya dilengkapi dengan kuas (Gusnaldi, 2007).
Gambar 2.5 Lipstik jenis pen lippolish (Sumber : Gusnaldi, 2007)
5. Pasta
Bentuknya cair seperti gel dan dikemas dalam tube seperti pasta gigi
Lipstik jenis ini diratakan pada bibir dengan menggunakan jemari (Gusnaldi,
2007).
Gambar 2.6 Lipstik jenis paste (Sumber : Gusnaldi, 2007)
6. Gloss
Memberi kesan mengilap dan bercahaya pada bibir. Beberapa dilengkapi
dengan glitter untuk memberi efek berkilau keperakan (Gusnaldi, 2007).
Warna bening akan menimbulkan kesan natural. Lipstik jenis ini mengkilat
sehingga memberi efek bibir lebih menonjol, maka tidak disarankan untuk
Gambar 2.7 Lipstik jenis gloss (Sumber : Gusnaldi, 2007) 2.4.3 Kandungan Lipstik
Badan lipstik biasanya terbuat dari campuran minyak jarak dan lilin,
biasanya lilin tawon lebah campuran ini terbukti bersifat tiksotropik, yakni tetap
tegar dalam tabung namun dengan mudah digerakkan bila ditekankan pada bibir
ketika digunakan. Pewarna yang digunakan pada lipstik harus bersifat tidak larut
dalam air. Sebab kalau tidak, ludah para wanita akan selalu berwarna
(Ismunandar, 2007). Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dari biji
Ricinus communelinne (Familia Euphorbiaceae) (Depkes RI, 1995).
Adapun bahan-bahan utama pada lipstik adalah sebagai berikut :
1. Lilin
Misalnya carnauba wax, paraffin waxes, ozokerite, beewax, candellila
wax, spermaceti, ceeresine. Semuanya berperan pada kekerasan lipstick
(Tranggono dan Latifah, 2007).
2. Minyak
Fase minyak dalam lipstik dipilih terutama berdasarkan kemampuannya
melarutkan zat-zat warna eosin. Misalnya: minyak castrol, tetrahydrofurfuril
alcohol, fatty acid alkylolamides, dihydric alcohol, beserta monoethers dan
3. Lemak
Misalnya, krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi
(misalnya hydrogenated castrol oil), cetyl alcohol, oleyil alcohol, lanolin
(Tranggono dan Latifah, 2007).
4. Acetoglycerides
Asetogliserid berfungsi untuk memperbaiki sofat thixotropik batang lipstik
sehingga meskipun temperatur berfluktuasi, kepadatan lipstik tetap konstan
(Tranggono dan Latifah, 2007).
5. Zat-zat pewarna (coloring agents)
Zat pewarna yang dipakai secara universal di dalam lipstik adalah zat
warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk lipstik,
yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutan dalam minyak. Pelarut terbaik didalam
eosin adalah castrol oil. Castrol oil berfungsi sebagai emolien untuk
menghaluskan dan melembutkan kulit serta bersifat melembabkan (Widodo
dan Sumarsih (2007) dalam Yatimah, 2014)
6. Antioksidan
Antioksidan yang digunakan harus memenuhi syarat (Wasitaatmadja,
1997):
a. Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam kosmetika.
b. Tidak berwarna.
c. Tidak toksik.
7. Bahan pengawet
Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan lipstik
sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapi
ketika lipstik diaplikasikan pada bibir, kemungkinan terjadi kontaminasi pada
permukaan lipstik sehingga terjadi pertumbuhan organisme. Oleh karena itu
perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik. Pengawet yang sering
digunakan adalah metil paraben dan propil paraben (Poucher, 2000 dalam
Yatimah, 2014).
8. Bahan pewangi
Bahan pewangi (fragrance) atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar
(flavoring) harus mampu menutupi rasa bau dan rasa kurang sedap dari
lemak-lemak dalam lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang
menyenangkan (Tranggono dan Latifah, 2007).
9. Surfaktan
Surfaktan kadang-kadang ditambahkan dalam pembuatan lipstik untuk
memudahkan pembasahan disperse partikel-partikel pigmen warna yang padat
(Tranggono dan Latifah, 2007).
2.4.4 Tahapan Pembuatan Lipstik
Tahapan pembuatan lipstik secara umum meliputi beberapa langkah
berikut ini:
1. Bahan dasar pembuatan lipstik adalah minyak, lemak dan lilin. Bahan baku
lipstik dilelehkan dan campuran dibuat secara terpisah. Campuran tersebut
2. Pelarut dan minyak cair kemudian dicampur dengan pigmen warna. Campuran
akan melewati mesin roll untuk menggiling campuran sehingga menghasilkan
pigmen yang halus.
3. Setelah pigmen selesai digiling dan dicampur, lilin yang sudah dipanaskan
dicampurkan. Campuran diaduk hingga merata dan memiliki warna yang sama.
4. Lipstik harus bebas dari gelembung udara. Lipstik yang masih dalam bentuk
cair kemudian dapat disaring dan dibentuk, dan dituang ke dalam cetakan.
5. Lipstik didinginkan.
6. Lipstik dikeluarkan dari cetakan dan diperiksa. Jika cacat, akan diulang.
7. Lipstik siap diberi label dan dikemas (Yola, 2013).
2.5 Timbal pada Lipstik
Beberapa lipstik ditemukan mengandung Timbal. Timbal digunakan untuk
membuat lipstik di bibir tahan dari pengoksidasian udara (oxidation) dan tahan air
(waterproof) (Utomo, 2005). Kontaminasi timbal pada lipstik dapat juga berasal
dari kontaminasi solder timbal atau cat yang mengandung timbal yang terdapat
pada peralatan produksi (Hepp et.al. 2009). Kosmetika mudah teroksidasi oleh
udara sehingga terjadi pemecahan bahan yang terkandung di dalamnya yang akan
mengubah warna dan bentuk kosmetika (Wasitaadmadja, 1997).
Logam timbal merupakan logam yang kurang reaktif. Deret Volta yang
diurutkan kiri ke kanan menunjukkan unsur Pb berada pada urutan ke-13 dari 19
unsur. Semakin ke kanan, logam semakin kurang reaktif atau semakin sulit
air dingin dan air panas (Palar, 1994 dalam Ardyanto, 2005). Hal-hal tersebut
membuat lipstik yang mengandung timbal menjadi tahan oksidasi dan tahan air.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kandungan logam
berat timbal pada lipstik. Salah satunya adalah uji kandungan logam berat timbal
pada lipstik yang beredar di Jakarta Selatan. Sebanyak 6 sampel lipstik yang diuji
seluruhnya mengandung timbal melebihi persyaratan yang ditetapkan oleh BPOM
yaitu melebihi 20 mg/kg. Rentang kadar timbal dalam sampel lipstik yang berasal
dari luar negeri (impor) adalah 189,9-202,1 mg/kg dan yang berasal dari dalam
negeri adalah 183,3-196 mg/kg (Vida et.al. 2012). Penelitian juga telah dilakukan
oleh Ziarati et al (2012). Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa kadar timbal
tertinggi terdapat pada lipstik warna merah muda yaitu +40 mg/kg.
Lipstik yang mengandung timbal dapat kita cek sendiri yaitu dengan cara
menggoreskan lipstik beberapa kali ke tangan. Lalu, cincin emas 18 karat
disapukan di atas lapisan lipstik. Jika warna lipstik berubah menjadi kusam atau
kehitam-hitaman, kemungkinan besar lipstik mengandung timbal berlebihan
(Utomo, 2005).
2.6 Cara Pengendalian Paparan Timbal pada Lipstik
Cara pengendalian dapat dilakukan sebelum dan sesudah terjadi paparan
timbal pada lipstik di dalam tubuh. Berikut ini adalah beberapa upaya
pengendalian yang dapat dilakukan sebelum terjadi paparan timbal pada lipstik di
dalam tubuh:
1. Cermat memilih dan membeli lipstik sesuai kebutuhan sehingga tidak
2. Cermat dalam menggunakan lipstik.
a. Jika konsumen sedang hamil, konsultasikan pemilihan lipstik yang aman ke
dokter kandungan atau dokter kulit.
b. Tidak sembarangan memakai lipstik milik orang lain.
3. Cermat membaca informasi yang tercantum dalam lipstik.
a. Konsumen memperhatikan informasi yang tersedia pada label seperti cara
penggunaan, kegunaan, komposisi, tanggal kadaluarsa atau peringatan lain
(bila ada).
b. Untuk lipstik yang teregistrasi diwajibkan mencantumkan nomor izin edar.
Sedangkan produk yang ternotifikasi pencantuman nomor notifikasi tidak
diwajibkan, namun nama dan alamat produsen harus tercantum dengan jelas
pada label.
c. Daftar lipstik yang ternotifikasi/teregistrasi oleh Badan POM dapat dicek
melalui website Badan POM (BPOM RI, 2014).
4. Cek sendiri keberadaan timbal pada lipstik yaitu dengan cara menggoreskan
lipstik beberapa kali ke tangan. Lalu, cincin emas 18 karat disapukan di atas
lapisan lipstik. Jika warna lipstik berubah menjadi kusam atau
kehitam-hitaman, kemungkinan besar lipstik mengandung timbal berlebihan (Utomo,
2005).
Berikut ini adalah beberapa upaya pengendalian yang dapat dilakukan
setelah terjadi paparan timbal pada lipstik di dalam tubuh:
1. Menghentikan penambahan paparan timbal yang memasuki tubuh penderita
2. Konsumsi suplemen kalsium
Menurut Hasan (2012), pemberian kalsium dengan dosis 3 kali 500 mg
sehari selama 12 minggu dapat menurunkan kadar timbal dalam darah dari
10,35±3,36 μg/dL secara bermakna menjadi 3,2±1,58 μg/dL. Absorbsi timbal
dari saluran pencernaan dapat diganggu oleh kehadiran ion kalsium karena ion
kalsium dan timbal saling berkompetisi. Kalsium mengganggu ikatan timbal
dengan hemoglobin darah dengan adanya kompetisi antara ion Ca dan Pb
sewaktu berikatan dengan hemoglobin darah. Ikatan timbal dalam tulang sama
prosesnya seperti ikatan kalsium dalam tulang. Faktor yang mengganggu
terhadap distribusi kalsium dalam darah juga mengganggu distribusi timbal
dalam darah (Hardman et. al. 2001 dalam Hasan, 2012).
3. Konsumsi buah Apel.
Pektin (serat larut) dalam apel dapat mengikat logam berat, seperti timbal
dan merkuri, dan mengeluarkannya dari tubuh. Mekanismenya melalui
pencegahan konstipasi (sulit buang air besar) sehingga substansi toksik dapat
segera dikeluarkan melalui feses (Shandy, 2011)
4. Melakukan pengobatan dengan ethylendiaminetetraacetic (EDTA) intravenous.
Ethylendiaminetetraacetic akan mengikat kation Pb dalam tulang dan
jaringan lunak yang kemudian akan dikeluarkan melalui urin (Ardyanto, 2005).
2.7 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi settelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoadmodjo, 2003).
Notoadmodjo (2003), menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar
3. Aplikasi (aplication), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (analysis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam
satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis), menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru
6. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Tingkat pengetahuan konsumen dan pedagang merupakan hal yang
penting untuk diketahui. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk membentuk tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan
yang akan dipakai. Begitu pula tingkat pengetahuan pedagang akan membentuk
tindakan pedagang dalam memilih produk lipstik yang akan dijual. Menurut
Notoadmojo (2007), tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Usia, merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu (tahun).
2. Pendidikan, merupakan proses belajar yang pernah ditempuh secara formal
didalam suatu lembaga.
3. Sumber informasi, merupakan segala sesuatu yang menjadi perantara salam
penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan.
2.8 Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer ketika
mengamati garis-garis hitam pada spektrum matahari. Spektrofotometri serapan
atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah
sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan
kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk
molekul dari logam dari sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis kelumit
logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1
ppm), pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit.
Untuk keperluan analisis kuantitatif dengan SSA, maka sampel harus
dalam bentuk larutan. Larutan yang dianalisis haruslah sangat encer. Metode
pelarutan apapun yang dipilih untuk dilakukan analisis dengan SSA, yang
terpenting adalah bahwa larutan yang dihasilkan harus jernih, stabil, dan tidak