• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Toksik dalam Produk Konsumen - Analisis Kandungan Timbal pada Lipstik Impor dan Dalam Negeri Serta Tingkat Pengetahuan Konsumen dan Pedagang Terhadap Lipstik di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Toksik dalam Produk Konsumen - Analisis Kandungan Timbal pada Lipstik Impor dan Dalam Negeri Serta Tingkat Pengetahuan Konsumen dan Pedagang Terhadap Lipstik di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Toksik dalam Produk Konsumen

Produk konsumen adalah produk-produk yang dibeli konsumen akhir, baik

individu maupun rumah tangga, untuk memenuhi kebutuhan personal (Simamora,

2001). Produk Konsumen menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia. Dewasa

ini banyak ditemukan produk konsumen yang mengandung bahan toksik. Bahan

toksik adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan

manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh.

Meningkatnya penggunaan senyawa kimia berbahaya pada produk konsumen

mengakibatkan gangguan kesehatan dan merusak lingkungan (Pohan, 2014).

Salah satu bahan toksik dalam produk konsumen adalah logam berat.

Toksisitas logam berat dalam tubuh manusia dapat terjadi dengan cara termakan

(melalui saluran pencernaan), dan penetrasi melalui kulit. Menurut Gossel dan

Bricker, ada 5 logam berbahaya pada manusia yaitu arsen (As), kadmium (Cd),

timbal (Pb), merkuri (Hg), dan besi (Fe) (Darmono, 2001).

2.2 Logam Timbal

2.2.1 Pengertian dan Sifat Logam Timbal

Timbal dalam kehidupan sehari-hari lebih dikenal dengan nama timah

hitam, dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum, dan logam ini disimbolkan

dengan Pb. Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV-A

pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 2 dengan bobot

atau berat atom (BA) 207,2 (Palar, 2008). Timbal atau plumbum (Pb) adalah

(2)

mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk

melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Jika timbal dicampur dengan logam

lain akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya

(Widowati et. al. 2008).

Timbal pada awalnya adalah logam berat yang secara alami terdapat di

dalam kerak bumi. Namun Timbal juga berasal dari kegiatan manusia bahkan

mampu mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb alami (Widowati

et.al. 2008). Timbal lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik

lainnya. Kadarnya dalam lingkungan meningkat karena penambangan, peleburan

dan berbagai penggunaan dalam industri (Lu, 1995). Timbal merupakan logam

yang sangat beracun yang pada dasarnya tidak dapat dimusnahkan serta tidak

terurai menjadi zat lain (Sunu, 2001).

Menurut Palar (2008), logam timbal atau Pb mempunyai sifat-sifat khusus

seperti berikut:

1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan

pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.

2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga

logam timbal sering digunakan sebagai bahan pelapis.

3. Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327,50C.

4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam logam

biasa, kecuali emas dan merkuri.

(3)

2.2.2 Penggunaan Logam Timbal

Dalam kehidupan sehari-hari, timbal banyak digunakan dalam industri

logam, baterai, cat, kabel, karet, mainan anak-anak, dan bahan tambahan dalam

bensin (Sartono, 2002). Timbal juga digunakan untuk produk-produk logam

seperti amunisi, pelapis kabel, bahan kimia, pewarna, pipa dan solder. Timbal

dapat digunakan sebagai campuran dalam pembuatan pelapis keramik yang

disebut-glaze silika dengan okside lainnya-yaitu merupakan lapisan tipis gelas

yang menyerap ke dalam permukaan tanah liat yang digunakan untuk membuat

keramik. Komponen timbal (PbO) ditambahkan ke dalam glaze untuk membentuk

sifat yang mengkilap yang tidak dibentuk okside lainnya (Sunu, 2001).

Timah hitam digunakan pula sebagai zat warna yaitu Pb karbonat dan Pb

sulfat sebagai zat warna putih dan Pb kromat sebagai krom kuning, krom jingga,

krom merah dan krom hijau (Palar, 1994 dalam Ardyanto,2005).

2.2.3 Keracunan Logam Timbal

Keracunan yang ditimbulkan oleh persenyawaan logam Pb dapat terjadi

karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh. Proses masuknya

Pb dapat melalui beberapa cara yaitu melaui pernafasan, oral (melalui makanan

dan minuman) dan penetrasi pada lapisan kulit (Palar, 2008). Penyerapan lewat

pernafasan akan masuk ke dalam pembuluh darah paru-paru. Logam timbal yang

masuk ke paru-paru melalui pernafasan akan terserap dan berikatan dengan darah

paru-paru untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh (Palar,

(4)

dalam darah (Fardiaz, 2001 dalam Naria, 2005). Penyerapan lewat kulit dapat

terjadi karena timbal dapat larut dalam minyak dan lemak (Palar, 2008).

Tidak semua senyawa timbal dapat diserap oleh tubuh melainkan hanya

sekitar 5-10% dari jumlah Pb yang masuk melalui oral yang akan diserap tubuh.

Dari jumlah yang terserap itu, hanya 15 % yang akan mengendap pada jaringan

tubuh, dan sisanya akan turut terbuang bersama bahan sisa metabolisme seperti

urin dan feces. Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam

ini sangat berbahaya. Hal itu disebabkan senyawa-senyawa Pb dapat memberikan

efek racun terhadap banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh. Keracunan

yang disebabkan oleh keberadaan logam timbal berpengaruh terhadap sistem

syaraf, sistem ginjal, sistem reproduksi, sistem endokrin, dan jantung (Palar,

2008).

Unsur Pb yang terserap masuk ke dalam tubuh perlu waktu yang cukup

lama untuk hilang keluar dari tubuh (Akhadi, 2009). Batas kandungan logam

timbal yang direkomendasikan untuk konsumsi menurut ketentuan FAO/WHO

(JECFA= Joint Expert Comitte On Food Additives) adalah sebesar 0,05 mg/kg

berat badan (Darmono, 2001). Pada jaringan atau organ tubuh, logam timbal akan

terakumulasi pada tulang karena logam ini dalam membentuk ion (Pb2+) mampu

menggantikan ion Ca2+ (kalsium) yang terdapat dalam jaringan tulang (Palar,

2008). Sebagian timbal kemudian akan diekskresikan melalui urin atau feses

(Widowati et. al. 2008).

Timbulnya gejala keracunan yang diakibatkan oleh kandungan timbal di

(5)

100 ml darah. Semakin tinggi kandungan Pb dalam darah, maka semakin

berbahaya bagi kesehatan tubuh. Daya racun timbal yang berada di dalam tubuh

antara lain disebabkan oleh penghambatan kerja enzim oleh ion-ion Pb (Sunu,

2001).

Berikut ini adalah skema akumulasi paparan timbal yang masuk ke dalam

tubuh manusia:

Gambar 2.1 Akumulasi timbal pada tubuh manusia (Sumber : Depkes RI, 2001 dalam Naria, 2005)

Akumulasi timbal dalam tubuh dapat menyebabkan keracunan akut dan

kronis, bahkan kematian. Efek keracunan timbal secara akut sangat khas,

berkaitan dengan paparan dosis yang relatif tinggi, waktu paparan yang relatif

(6)

parah, anemia, perubahan perilaku, dan kehilangan nafsu makan. Pada kejadian

keracunan timbal, tidak semua efek yang telah dipaparkan muncul secara lengkap,

tetapi hanya sebagian efek saja yang teramati dengan jelas.

Efek keracunan timbal kronis terjadi sebagai akibat paparan timbal yang

sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama, dapat terjadi pada kurun

waktu bulanan hingga tahunan. Efek keracunan timbal kronis biasanya

menimbulkan gejala yang tidak spesifik pada hampir semua sistem tubuh. Efek

negatif keracunan timbal kronis pada manusia menurut laporan penelitian Pokras

dan Kneeland (2009) terdiri atas penurunan libido dan kesuburan (jantan dan

betina), keguguran dan kelahiran prematur, masalah kecerdasan, hipertensi,

kardiovaskuler, lebih agresif, serta gangguan fungsi ginjal (Mustika et.al. 2014).

Besarnya tingkat keracunan timbal menurut WHO (1977) dalam Naria

(2005) dipengaruhi oleh:

1. Umur. Anak-anak mengabsorbsi timbal lebih banyak dari orang dewasa. Anak

anak juga lebih rentan sehingga dapat terjadi efek keracunan pada kandungan

timbal yang rendah dalam darah.

2. Jenis kelamin. Wanita lebih rentan dibandingkan dengan pria.

3. Musim panas akan meningkatkan daya racun timbal.

4. Peningkatan asam lambung akan meningkatkan absorbsi timbal.

5. Peminum alkohol lebih rentan terhadap timbal.

2.2.4 Dampak Timbal Terhadap Kesehatan

Keracunan yang disebabkan oleh keberadaan timbal di dalam tubuh

(7)

menjadi sasaran peristiwa keracunan yang disebabkan oleh keberadaan logam

timbal adalah sistem syaraf, sistem ginjal, sistem ginjal, sistem reproduksi, sistem

endokrin. Setiap bagian yang diserang akan memperlihatkan efek yang

berbeda-beda (Palar, 2008).

Mekanisme toksisitas Pb berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah:

1. Sistem haemopoietik

Sel-sel darah merah merupakan suatu bentuk kompleks khelat yang

dibentuk oleh logam Fe (besi) dengan gugus haemo dan globin sintesa dari

kompleks tersebut melibatkan 2 enzim, yaitu enzim ALAD (Amino Levulinic

Acid Dehidrase) atau asam amino levulinat dehidrase dan enzim

ferrokhelatase. Enzim ALAD adalah enzim jenis sitoplasma. Enzim ini akan

bereaksi secara aktif pada tahap awal sintesa dan selama sirkulasi sel darah

merah berlangsung. Senyawa Pb yang terdapat dalam tubuh akan mengikat

gugus aktif enzim ALAD. Enzim ALAD berfungsi pada sintesa sel darah

merah. Adanya timbal pada tubuh akan mengganggu kerja enzim tersebut

sehingga sintesa sel darah merah terganggu (Palar, 2008). Penghambatan

sintesa sel darah merah mengakibatkan terjadinya anemia (Widowati et. al.

2008).

2. Sistem syaraf

Sistem syaraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap daya racun

yang dibawa oleh logam timbal (Palar, 2008). Timbal mengakibatkan

demielinasi (rusaknya sarung mielin saraf) otak dan otak kecil yang putih

(8)

2005). Pb menimbulkan kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi,

kerusakan otak besar, dan delirium (Widowati et. al. 2008).

3. Sistem urinaria

Senyawa timbal yang larut dalam darah akan dibawa oleh darah ke

seluruh tubuh dan akan masuk kedalam glomerulus. Disini terjadi pemisahan

akhir semua bahan yang dibawa darah, yaitu yang masih berguna bagi tubuh

atau yang harus dibuang karena sudah tidak diperlukan lagi. Ikut sertanya

timbal yang larut dalam darah ke sistem urinaria (ginjal) mengakibatkan

terjadinya kerusakan pada saluran ginjal. Kerusakan yang terjadi tersebut

disebabkan terbentuknya intranuclear inclusion bodies yang disertai dengan

terbentuknya aminociduria, yaitu terjadinya kelebihan asam amino dalam urin

(Palar, 2008).

4. Sistem reproduksi

Pada percobaan yang dilakukan terhadap tikus putih jantan dan betina

yang diberi perlakuan dengan 1% Pb-asetat ke dalam makanannya, didapatkan

penurunan kemampuan sistem reproduksi dari hewan tersebut. Embrio yang

dihasilkan dari perkawinan antara tikus jantan yang diberi perlakuan dengan

Pb-asetat dan betina yang normal (tidak diberi perlakuan), mengalami

hambatan dalam pertumbuhannya. Sedangkan janin yang terdapat pada betina

yang diberi perlakuan dengan Pb-asetat mengalami penurunan dalam ukuran,

hambatan pada pertumbuhan dalam rahim induk dan setelah dilahirkan. Pada

wanita dengan paparan timbal yang tinggi, timbal akan disimpan dalam tulang.

(9)

masuk ke peredaran darah, melalui plasenta dan kemudian akan ikut masuk

dalam sistem peredaran darah janin (Palar, 2008). Ibu hamil yang

terkontaminasi timbal tersebut akan mengalami keguguran, tidak

berkembangnya sel otak embrio, serta kematian janin (Widowati et. al. 2008).

Jika bayi lahir, timbal akan dikeluarkan bersama dengan air susu (Palar, 2008).

5. Sistem endokrin

Timbal mengakibatkan gangguan fungsi tiroid (Widowati et. al. 2008).

Fungsi tiroid sebagai hormon akan mengalami tekanan bila manusia

kekurangan I 131 (yodium isotop 131). Pengukuran terhadap steroid dalam

urin pada kondisi paparan timbal yang berbeda dapat digunakan untuk melihat

hubungan penyerapan timbal pada sistem endokrin. Dari pengamatan yang

dilakukan dengan paparan timbal yang berbeda terjadi pengurangan

pengeluaran steroid dan terus mengalami peningkatan dalam posisi minus.

Kecepatan pengeluaran aldosteron juga mengalami penurunan selama

pengurangan konsumsi garam pada orang yang keracunan timbal (Palar, 2008).

6. Sistem gastrointestinal

Efek timbal ini terjadi karena mengonsumsi bahan yang tercemar timbal

(Widowati et. al. 2008). Gejala awal muncul pada konsentrasi timbal (Pb)

dalam darah sekitar 80 μg / 100 ml, gejala-gejala tersebut meliputi kurangnya

nafsu makan, gangguan pencernaaan, gangguan epigastrik setelah makan,

sembelit dan diare. Jika kadar timbal (Pb) dalam darah melebihi 100 μg / 100

ml, maka kecenderungan untuk munculnya gejala lebih parah lagi, yaitu bagian

(10)

segera ditangani, maka akan muncul kolik yang lebih spesifik. Konsentrasi

timbal (Pb) dalam darah diatas 150 μg / 100 ml penderita menderita nyeri dan

melakukan reaksi kaki ditarik-tarik kearah perut secara terus menerus dan

menggeretakkan gigi, diikuti keluarnya keringat pada kening. Jika tidak

dilakukan penanganan lebih lanjut, maka kolik dapat terjadi selama beberapa

hari, bahkan hingga satu minggu (Naightray, 2013).

7. Sistem kardiovaskuler

Timbal dapat menyebabkan peningkatan permiabilitas pembuluh darah

(Widowati et. al. 2008). Timbal juga dapat menyebabkan naiknya tekanan

darah. Jika terjadi hal demikian, maka pasien tersebut akan mengalami

hipotonia. Kemungkinan kerusakan miokardial harus diperhatikan (Naightray,

2013).

8. Risiko karsinogenik.

International Agency for Research on Center (IARC) menyatakan bahwa

timbal (Pb) inorganik dan senyawanya, kemungkinan menyebabkan kanker

pada manusia. Tahap awal proses terjadinya kanker adanya kerusakan DNA

yang menyebabkan peningkatan lesi genetik herediter yang menetap atau

disebut mutasi. Timbal (Pb) diperkirakan mempunyai sifat toksik pada gen

sehingga dapat mempengaruhi terjadinya kerusakan DNA / mutasi gen dalam

kultur sel mamalia. Patogenesis kanker otak akibat terpapar timbal (Pb) adalah

sebagai berikut : timbal (Pb) masuk kedalam darah melalui makanan dan akan

(11)

proliferensi sel yang membentuk nodul selanjutnya berkembang menjadi tumor

ganas (Naightray, 2013).

2.2.5 Dampak Timbal Terhadap Lingkungan A. Udara

Pencemaran timbal di udara dapat disebabkan oleh asap yang berasal dari

cerobong pabrik yang mengolah senyawa timbal dan knalpot kendaraan.

Senyawa-senyawa timbal dalam keadaan kering dapat terdispersi di dalam udara,

sehingga kemudian terhirup pada saat bernafas dan sebagian akan diserap kulit

ataupun diserap oleh daun tumbuhan (Palar, 2008). Baku mutu udara ambien

untuk timbal berdasarkan PP RI No. 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 2,0 μg/Nm3.

B. Air

Timbal dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan timbal di

udara dengan bantuan air hujan. Pencemaran timbal di perairan juga dapat

disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia seperti dari air buangan (limbah) dari

industri yang berkaitan dengan timbal. Limbah tersebut akan jatuh pada jalur-jalur

perairan dan akan merusak tata lingkungan perairan yang dimasukinya. Badan

perairan yang telah kemasukan senyawa atau ion-ion Pb dengan jumlah yang

melebihi konsentrasi semestinya, dapat menyebabkan kematian bagi biota

perairan tersebut. Konsentrasi Pb yang mencapai 188 mg/l dapat membunuh

ikan-ikan (Palar,2008). Baku mutu timbal di perairan berdasarkan PP No. 20 tahun

(12)

C. Tanah

Pencemaran timbal di tanah dapat disebabkan oleh buangan sampah sisa

produk konsumen yang mengandung timbal. Keberadaan timbal di dalam tanah

dapat juga berasal dari emisi kendaraan bermotor, yang mana partikel timbal yang

terlepas ke udara secara alami dengan adanya gaya gravitasi membuat timbal

turun ke tanah. Rata-rata timbal yang terdapat di dalam tanah adalah sebesar 5 –

25 mg/kg (Widowati et. al. 2008). Jika timbal telah mencemari permukaan tanah,

maka timbal dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah.

Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia

beracun di tanah. Timbal di tanah tersebut dapat mencemari air tanah dan udara di

atasnya (Veegha, 2008).

D. Tanaman

Organ tanaman dapat mengakumulasi timbal melalui daun, batang, dan

akar. Perpindahan timbal dari tanah ke tanaman tergantung komposisi dan pH

tanah. Konsentrasi timbal yang tinggi (100-1000 mg/kg) akan mengakibatkan

pengaruh toksik pada proses fotosintesis dan pertumbuhan. Timbal hanya

mempengaruhi tanaman bila konsentrasinya tinggi (Charlene, 2004 dalam

Widaningrum et. al. 2007). Tanaman dapat menyerap logam timbal pada saat

kondisi kesuburan dan kandungan bahan organik tanah rendah. Pada keadaan ini

logam berat timbal akan terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion yang bergerak

bebas pada larutan tanah sehingga dapat menyebabkan terjadinya serapan timbal

(13)

mengandung timbal dikonsumsi manusia, akan menyebabkan terjadinya

penyerapan timbal di dalam tubuh manusia.

E. Makanan

Semua bahan pangan alami mengandung Timbal (Pb) dalam konsentrasi

kecil, dan selama persiapan makanan mungkin kandungan Timbal (Pb) akan

bertambah. Timbal pada makanan dapat berasal dari peralatan masak, alat-alat

makan, dan wadah-wadah penyimpanan yang terbuat dari alloy Pb atau keramik

yang dilapisi glaze (Fardiaz, 1992). Sedangkan dalam air minum juga dapat

ditemukan senyawa timbal bila air tersebut disimpan atau dialirkan melalui pipa

yang merupakan alloy dari logam timbal (Palar, 2008).

2.2.6 Tingkat Timbal Normal dalam Tubuh

Untuk mengetahui kandungan timbal di dalam tubuh dapat dilakukan

dengan menganalisis konsentrasi timbal di dalam darah atau urin (Sunu, 2001).

Pada manusia dewasa jumlah kandungan atau konsentrasi timbal dalam darah

tidak sama. Berdasarkan pada perbedaan-perbedaan tersebut, maka konsentrasi

timbal dapat digolongkan ke dalam empat kategori. Bila manusia terpapar oleh

timbal dalam batasan normal atau dalam batasan toleransi, maka daya racun yang

dimiliki oleh timbal tidak akan bekerja dan tidak menimbulkan pengaruh apa-apa.

Tetapi bila jumlah yang diserap telah mencapai batas ambang, maka individu

(14)

Tabel 2.1 Empat Kategori Pb dalam Darah Orang Dewasa

Kategori µg Pb/100ml Darah Deskripsi

A (Normal) <40 Tidak terkena paparan

atau tingkat paparan Normal

B (dapat dioleransi) 40-80 Pertambahan penyerap- an dari keadaan terpa- par tetapi masih bisa di Toleransi

C (berlebih) 80-120 Kenaikan penyerapan

dari keterpaparan yang banyak dan mulai mem- perlihatkan tanda-tanda Keracunan

D (tingkat bahaya) >120 Penyerapan mencapai tingkat bahaya dengan tanda-tanda keracunan ringan sampai berat

(Sumber: Palar, 2008)

Kadar maksimum Pb yang masih dianggap aman dalam darah anak-anak

sesuai dengan yang diperkenankan WHO dalam Depkes (2001) adalah 10 μg/dl

darah, sedangkan untuk orang dewasa adalah 10- 25 μg/dl darah (Naria, 2005).

Bila manusia terpapar oleh Pb dalam normal atau batasan toleransi, maka daya

racun yang dimiliki oleh Pb tetap akan bekerja dan bila jumlah yang diserap telah

mencapai ambang atau bahkan melebihi batas ambang maka individu yang

terpapar akan memperlihatkan gejala keracunan Pb yang lebih banyak menyerang

bagian tubuh (Kurniawan, 2008).

2.3 Kosmetika

2.3.1 Pengertian Kosmetika

Kosmetika adalah sediaan atau panduan bahan yang siap digunakan pada

(15)

dan rongga mulut, untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah

penampakan, melindungi supaya keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi

tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit (Permenkes

RI, 1998).

Kosmetika adalah setiap bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk

digunakan pada seluruh bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku,

bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa disekitar

mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan

atau memperbaiki bau badan dan atau melindungi atau memelihara tubuh pada

kondisi baik (BPOM RI, 2003).

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.

Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari

bahan bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat

manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud

meningkatkan kecantikan (Wasitaadmadja, 1997).

Kosmetika impor adalah kosmetika yang dibuat oleh industri di luar negeri

yang dimasukkan dan diedarkan di wilayah indonesia (BPOM RI, 2003).

Kosmetika dalam negeri adalah kosmetika yang dibuat dan dikemas oleh industri

kosmetika di dalam negeri atau dibuat di luar negeri namun dikemas dalam

kemasan primer oleh industri kosmetika di dalam negeri. Kemasan Primer adalah

(16)

2.3.2 Jenis - Jenis Kosmetika

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI yang dikutip oleh Tranggono

dan Latifah (2007), kosmetika dibagi ke dalam 13 preparat:

1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain.

2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dan lainlain.

3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dan lain-lain.

4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan lain-lain.

5. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan lain-lain.

6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain.

7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstik, dan lain-lain.

8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes, dan

lain-lain.

9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain-lain.

10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dan lain-lain.

11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dan

lain-lain.

12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain.

13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dan

lain-lain.

Menurut Anita yang dalam Rostamailis (2005), kosmetika terbagi atas 2

(17)

1. Kosmetika tradisional. Maksudnya adalah kosmetika alamiah yang dibuat

sendiri, langsung dari bahan-bahan yang segar atau bahan-bahan yang telah

dikeringkan, buah-buahan atau tanam-tanaman yang ada disekitar kita.

2. Kosmetika modern. Maksudnya adalah kosmetika yang diproduksi secara

pabrik (laboratorium) di mana bahan-bahannya yang telah dicampur dengan

zat-zat kimia yang mengawetkan kosmetika tersebut.

Menurut Tranggono dan Latifah (2007), penggolongan kosmetika menurut

kegunaaanya bagi kulit adalah sebagai berikut :

1. Kosmetika perawatan kulit (skin-care cosmetics).

Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk

didalamnya :

a. Kosmetika untuk membersihkan kulit (cleanser)

b. Kosmetika untuk melembabkan kulit (mouisturizer)

c. Kosmetika pelindung kulit

d. Kosmetika untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling)

2. Kosmetika riasan (dekoratif atau make-up).

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga

menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek

psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence).

2.3.3 Kosmetika Dekoratif

Kosmetika dekoratif merupakan kosmetika yang hanya melekat pada alat

tubuh yang dirias dan tidak bermaksud untuk diserap ke dalam kulit serta

(18)

terdiri atas bahan aktif berupa zat warna dalam berbagai bahan dasar (bedak, cair,

minyak, krim, tingtur, aerosol) dengan pelengkap bahan pembuat stabil dan

parfum. (Wasitaatmadja, 1997).

Menurut Tranggono dan Latifah (2007), kosmetika dekoratif dapat dibagi

dalam dua golongan, yaitu:

1. Kosmetika dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan

pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eye shadow,

dan lain-lain.

2. Kosmetika dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama

baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, dan pengeriting

rambut.

Menurut Wasitaatmadja (1997), berdasarkan bagian tubuh yang dirias,

kosmetika dekoratif dapat dibagi menjadi:

1. Kosmetika rias kulit (wajah).

2. Kosmetika rias bibir.

3. Kosmetika rias rambut.

4. Kosmetika rias mata.

5. Kosmetika rias kuku.

Bibir adalah bagian muka yang sering bergerak. Bibir memberi ekspresi

seperti mata walaupun tidak bergerak (Soerjopranoto dan Poerwosoenoe, 1984).

Bibir dianggap sebagai bagian penting dalam penampilan seseorang maupun alat

seksual yang cukup diandalkan (Wasitaatmadja, 1997). Warna bibir akan memberi

(19)

menyempurnakan seluruh riasan di wajah, serta menghasilkan penampilan yang

seimbang dan sempurna (Bentley, 2005).

Kosmetika rias bibir selain untuk merias bibir disertai juga dengan bahan

untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang merusak, misalnya

sinar ultraviolet. Ada beberapa macam kosmetika rias bibir, yaitu:

1. Lipstik dan lip crayon.

2. Krim bibir (lip cream) dan pengkilat bibir (lip gloss).

3. Penggaris bibir (lip liner) dan lip sealers (Wasitaatmadja, 1997).

2.4 Lipstik

2.4.1 Pengertian dan Persyaratan Lipstik

Lipstik dalam berbagai bentuk dan wujud telah ada sejak dahulu kala.

Sejarah mencatat, orang Mesir kuno menggunakan henna untuk mewarnai

bibirnya (Ismunandar, 2007). Lipstik adalah suatu bahan make-up/riasan yang

selalu dioleskan di bibir (Rostamailis, 2005). Lipstik juga merupakan pewarna

bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat (roll up) yang dibentuk dari

minyak, lilin dan lemak (Wasitaatmadja, 1997).

Menurut Ditjen POM dalam Utami (2011), lipstik adalah sediaan

kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik

sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah yang dikemas dalam

bentuk batang padat. Hakikat fungsinya adalah untuk memberikan warna bibir

menjadi merah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat dan

(20)

Menurut Tranggono dan Latifah (2007), persyaratan untuk lipstik yang

diinginkan atau dituntut oleh masyarakat, antara lain :

1. Melapisi bibir secara mencukupi.

2. Dapat bertahan di bibir dalam waktu yang lama.

3. Cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket.

4. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir.

5. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya.

6. Memberikan warna yang merata pada bibir.

7. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya.

8. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau

berbintik-bintik, atau memperlihatkan hal-hal lain yang tidak menarik.

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan

Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor Hk.03.1.23.07.11.6662

Tahun 2011 Tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam

Kosmetika, dinyatakan bahwa cemaran timbal dalam kosmetika tidak lebih dari

20mg/kg atau 20mg/L (20bpj).

2.4.2 Jenis - Jenis Lipstik

Berikut ini ada beberapa jenis lipstik, seperti:

1. Stik

Lipstik jenis ini tidak mengilap dan sedikit lembab (Gusnaldi, 2007). Agar

tahan lama, dioleskan seperti biasa dan dihapus dengan tisu. Setelah itu

(21)

Gambar 2.2 Lipstik jenis stik (Sumber : Gusnaldi, 2007)

2. Pallete

Dalam satu wadah kecil terdapat beberapa jenis warna. Mengandung krim

untuk melembabkan bibir (Gusnaldi, 2007).

Gambar 2.3 Lipstik jenis pallete (Sumber : Gusnaldi, 2007)

3. Liquid

Bentuknya cair, mengkilap dan pekat. Biasanya kemasannya dilengkapi

dengan spons atau kuas kecil di bagian ujung untuk mempermudah pengolesan

(Gusnaldi, 2007). Biasanya listik jenis cair berfungsi sebagai pengkilap dan

pelembab (Hafizh, 2014).

(22)

4. Pen Lippolish

Kemasannya seperti pena. Bentuknya cair, mengkilap di bibir. Praktis

karena ujungnya dilengkapi dengan kuas (Gusnaldi, 2007).

Gambar 2.5 Lipstik jenis pen lippolish (Sumber : Gusnaldi, 2007)

5. Pasta

Bentuknya cair seperti gel dan dikemas dalam tube seperti pasta gigi

Lipstik jenis ini diratakan pada bibir dengan menggunakan jemari (Gusnaldi,

2007).

Gambar 2.6 Lipstik jenis paste (Sumber : Gusnaldi, 2007)

6. Gloss

Memberi kesan mengilap dan bercahaya pada bibir. Beberapa dilengkapi

dengan glitter untuk memberi efek berkilau keperakan (Gusnaldi, 2007).

Warna bening akan menimbulkan kesan natural. Lipstik jenis ini mengkilat

sehingga memberi efek bibir lebih menonjol, maka tidak disarankan untuk

(23)

Gambar 2.7 Lipstik jenis gloss (Sumber : Gusnaldi, 2007) 2.4.3 Kandungan Lipstik

Badan lipstik biasanya terbuat dari campuran minyak jarak dan lilin,

biasanya lilin tawon lebah campuran ini terbukti bersifat tiksotropik, yakni tetap

tegar dalam tabung namun dengan mudah digerakkan bila ditekankan pada bibir

ketika digunakan. Pewarna yang digunakan pada lipstik harus bersifat tidak larut

dalam air. Sebab kalau tidak, ludah para wanita akan selalu berwarna

(Ismunandar, 2007). Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dari biji

Ricinus communelinne (Familia Euphorbiaceae) (Depkes RI, 1995).

Adapun bahan-bahan utama pada lipstik adalah sebagai berikut :

1. Lilin

Misalnya carnauba wax, paraffin waxes, ozokerite, beewax, candellila

wax, spermaceti, ceeresine. Semuanya berperan pada kekerasan lipstick

(Tranggono dan Latifah, 2007).

2. Minyak

Fase minyak dalam lipstik dipilih terutama berdasarkan kemampuannya

melarutkan zat-zat warna eosin. Misalnya: minyak castrol, tetrahydrofurfuril

alcohol, fatty acid alkylolamides, dihydric alcohol, beserta monoethers dan

(24)

3. Lemak

Misalnya, krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi

(misalnya hydrogenated castrol oil), cetyl alcohol, oleyil alcohol, lanolin

(Tranggono dan Latifah, 2007).

4. Acetoglycerides

Asetogliserid berfungsi untuk memperbaiki sofat thixotropik batang lipstik

sehingga meskipun temperatur berfluktuasi, kepadatan lipstik tetap konstan

(Tranggono dan Latifah, 2007).

5. Zat-zat pewarna (coloring agents)

Zat pewarna yang dipakai secara universal di dalam lipstik adalah zat

warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk lipstik,

yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutan dalam minyak. Pelarut terbaik didalam

eosin adalah castrol oil. Castrol oil berfungsi sebagai emolien untuk

menghaluskan dan melembutkan kulit serta bersifat melembabkan (Widodo

dan Sumarsih (2007) dalam Yatimah, 2014)

6. Antioksidan

Antioksidan yang digunakan harus memenuhi syarat (Wasitaatmadja,

1997):

a. Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam kosmetika.

b. Tidak berwarna.

c. Tidak toksik.

(25)

7. Bahan pengawet

Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan lipstik

sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapi

ketika lipstik diaplikasikan pada bibir, kemungkinan terjadi kontaminasi pada

permukaan lipstik sehingga terjadi pertumbuhan organisme. Oleh karena itu

perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik. Pengawet yang sering

digunakan adalah metil paraben dan propil paraben (Poucher, 2000 dalam

Yatimah, 2014).

8. Bahan pewangi

Bahan pewangi (fragrance) atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar

(flavoring) harus mampu menutupi rasa bau dan rasa kurang sedap dari

lemak-lemak dalam lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang

menyenangkan (Tranggono dan Latifah, 2007).

9. Surfaktan

Surfaktan kadang-kadang ditambahkan dalam pembuatan lipstik untuk

memudahkan pembasahan disperse partikel-partikel pigmen warna yang padat

(Tranggono dan Latifah, 2007).

2.4.4 Tahapan Pembuatan Lipstik

Tahapan pembuatan lipstik secara umum meliputi beberapa langkah

berikut ini:

1. Bahan dasar pembuatan lipstik adalah minyak, lemak dan lilin. Bahan baku

lipstik dilelehkan dan campuran dibuat secara terpisah. Campuran tersebut

(26)

2. Pelarut dan minyak cair kemudian dicampur dengan pigmen warna. Campuran

akan melewati mesin roll untuk menggiling campuran sehingga menghasilkan

pigmen yang halus.

3. Setelah pigmen selesai digiling dan dicampur, lilin yang sudah dipanaskan

dicampurkan. Campuran diaduk hingga merata dan memiliki warna yang sama.

4. Lipstik harus bebas dari gelembung udara. Lipstik yang masih dalam bentuk

cair kemudian dapat disaring dan dibentuk, dan dituang ke dalam cetakan.

5. Lipstik didinginkan.

6. Lipstik dikeluarkan dari cetakan dan diperiksa. Jika cacat, akan diulang.

7. Lipstik siap diberi label dan dikemas (Yola, 2013).

2.5 Timbal pada Lipstik

Beberapa lipstik ditemukan mengandung Timbal. Timbal digunakan untuk

membuat lipstik di bibir tahan dari pengoksidasian udara (oxidation) dan tahan air

(waterproof) (Utomo, 2005). Kontaminasi timbal pada lipstik dapat juga berasal

dari kontaminasi solder timbal atau cat yang mengandung timbal yang terdapat

pada peralatan produksi (Hepp et.al. 2009). Kosmetika mudah teroksidasi oleh

udara sehingga terjadi pemecahan bahan yang terkandung di dalamnya yang akan

mengubah warna dan bentuk kosmetika (Wasitaadmadja, 1997).

Logam timbal merupakan logam yang kurang reaktif. Deret Volta yang

diurutkan kiri ke kanan menunjukkan unsur Pb berada pada urutan ke-13 dari 19

unsur. Semakin ke kanan, logam semakin kurang reaktif atau semakin sulit

(27)

air dingin dan air panas (Palar, 1994 dalam Ardyanto, 2005). Hal-hal tersebut

membuat lipstik yang mengandung timbal menjadi tahan oksidasi dan tahan air.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kandungan logam

berat timbal pada lipstik. Salah satunya adalah uji kandungan logam berat timbal

pada lipstik yang beredar di Jakarta Selatan. Sebanyak 6 sampel lipstik yang diuji

seluruhnya mengandung timbal melebihi persyaratan yang ditetapkan oleh BPOM

yaitu melebihi 20 mg/kg. Rentang kadar timbal dalam sampel lipstik yang berasal

dari luar negeri (impor) adalah 189,9-202,1 mg/kg dan yang berasal dari dalam

negeri adalah 183,3-196 mg/kg (Vida et.al. 2012). Penelitian juga telah dilakukan

oleh Ziarati et al (2012). Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa kadar timbal

tertinggi terdapat pada lipstik warna merah muda yaitu +40 mg/kg.

Lipstik yang mengandung timbal dapat kita cek sendiri yaitu dengan cara

menggoreskan lipstik beberapa kali ke tangan. Lalu, cincin emas 18 karat

disapukan di atas lapisan lipstik. Jika warna lipstik berubah menjadi kusam atau

kehitam-hitaman, kemungkinan besar lipstik mengandung timbal berlebihan

(Utomo, 2005).

2.6 Cara Pengendalian Paparan Timbal pada Lipstik

Cara pengendalian dapat dilakukan sebelum dan sesudah terjadi paparan

timbal pada lipstik di dalam tubuh. Berikut ini adalah beberapa upaya

pengendalian yang dapat dilakukan sebelum terjadi paparan timbal pada lipstik di

dalam tubuh:

1. Cermat memilih dan membeli lipstik sesuai kebutuhan sehingga tidak

(28)

2. Cermat dalam menggunakan lipstik.

a. Jika konsumen sedang hamil, konsultasikan pemilihan lipstik yang aman ke

dokter kandungan atau dokter kulit.

b. Tidak sembarangan memakai lipstik milik orang lain.

3. Cermat membaca informasi yang tercantum dalam lipstik.

a. Konsumen memperhatikan informasi yang tersedia pada label seperti cara

penggunaan, kegunaan, komposisi, tanggal kadaluarsa atau peringatan lain

(bila ada).

b. Untuk lipstik yang teregistrasi diwajibkan mencantumkan nomor izin edar.

Sedangkan produk yang ternotifikasi pencantuman nomor notifikasi tidak

diwajibkan, namun nama dan alamat produsen harus tercantum dengan jelas

pada label.

c. Daftar lipstik yang ternotifikasi/teregistrasi oleh Badan POM dapat dicek

melalui website Badan POM (BPOM RI, 2014).

4. Cek sendiri keberadaan timbal pada lipstik yaitu dengan cara menggoreskan

lipstik beberapa kali ke tangan. Lalu, cincin emas 18 karat disapukan di atas

lapisan lipstik. Jika warna lipstik berubah menjadi kusam atau

kehitam-hitaman, kemungkinan besar lipstik mengandung timbal berlebihan (Utomo,

2005).

Berikut ini adalah beberapa upaya pengendalian yang dapat dilakukan

setelah terjadi paparan timbal pada lipstik di dalam tubuh:

1. Menghentikan penambahan paparan timbal yang memasuki tubuh penderita

(29)

2. Konsumsi suplemen kalsium

Menurut Hasan (2012), pemberian kalsium dengan dosis 3 kali 500 mg

sehari selama 12 minggu dapat menurunkan kadar timbal dalam darah dari

10,35±3,36 μg/dL secara bermakna menjadi 3,2±1,58 μg/dL. Absorbsi timbal

dari saluran pencernaan dapat diganggu oleh kehadiran ion kalsium karena ion

kalsium dan timbal saling berkompetisi. Kalsium mengganggu ikatan timbal

dengan hemoglobin darah dengan adanya kompetisi antara ion Ca dan Pb

sewaktu berikatan dengan hemoglobin darah. Ikatan timbal dalam tulang sama

prosesnya seperti ikatan kalsium dalam tulang. Faktor yang mengganggu

terhadap distribusi kalsium dalam darah juga mengganggu distribusi timbal

dalam darah (Hardman et. al. 2001 dalam Hasan, 2012).

3. Konsumsi buah Apel.

Pektin (serat larut) dalam apel dapat mengikat logam berat, seperti timbal

dan merkuri, dan mengeluarkannya dari tubuh. Mekanismenya melalui

pencegahan konstipasi (sulit buang air besar) sehingga substansi toksik dapat

segera dikeluarkan melalui feses (Shandy, 2011)

4. Melakukan pengobatan dengan ethylendiaminetetraacetic (EDTA) intravenous.

Ethylendiaminetetraacetic akan mengikat kation Pb dalam tulang dan

jaringan lunak yang kemudian akan dikeluarkan melalui urin (Ardyanto, 2005).

2.7 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi settelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

(30)

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoadmodjo, 2003).

Notoadmodjo (2003), menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup

dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar

3. Aplikasi (aplication), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (analysis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis), menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru

6. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Tingkat pengetahuan konsumen dan pedagang merupakan hal yang

penting untuk diketahui. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

untuk membentuk tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan

(31)

yang akan dipakai. Begitu pula tingkat pengetahuan pedagang akan membentuk

tindakan pedagang dalam memilih produk lipstik yang akan dijual. Menurut

Notoadmojo (2007), tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Usia, merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu (tahun).

2. Pendidikan, merupakan proses belajar yang pernah ditempuh secara formal

didalam suatu lembaga.

3. Sumber informasi, merupakan segala sesuatu yang menjadi perantara salam

penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan.

2.8 Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer ketika

mengamati garis-garis hitam pada spektrum matahari. Spektrofotometri serapan

atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah

sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan

kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk

molekul dari logam dari sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis kelumit

logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1

ppm), pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit.

Untuk keperluan analisis kuantitatif dengan SSA, maka sampel harus

dalam bentuk larutan. Larutan yang dianalisis haruslah sangat encer. Metode

pelarutan apapun yang dipilih untuk dilakukan analisis dengan SSA, yang

terpenting adalah bahwa larutan yang dihasilkan harus jernih, stabil, dan tidak

(32)

Gambar

Gambar 2.1 Akumulasi timbal pada tubuh manusia (Sumber : Depkes RI, 2001 dalam Naria, 2005)
Tabel 2.1 Empat Kategori Pb dalam Darah Orang Dewasa
Gambar 2.3 Lipstik jenis pallete (Sumber : Gusnaldi, 2007)
Gambar 2.7 Lipstik jenis gloss (Sumber : Gusnaldi, 2007)

Referensi

Dokumen terkait

Keterampilan dan motivasi menjadi salah satu faktor pendukung yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas karena ketika karyawan memiliki keterampilan

 Terdapatnya hambatan impuls supra atau intraventrikular Aritmia adalah kelainan eletrofisiologi dalam hal kecepatan, irama, tempat asal dari rangsangan (impuls), atau

Dari hasil penelitian didapatkan kecerdasan emosional para perawat di ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebagaian besar dalam kategori tinggi, ini terlihat dari

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa 70% masyarakat yang mengkonsumsi air sumur di Daerah gunung kapur yang memiliki kadar kreatinin normal, hal ini karenakan bahwa hampir

Penyediaan basis data koleksi terintegrasi (integrated online public access catalog) yang memenuhi standar metadata untuk memudahkan akses dan meningkatkan visibilitas

Rumah Sakit dapat mengelola Manajemen Risiko yang merupakan panduan dalam penerapan risiko dan dapat memberikan pemahaman bagi seluruh karyawan tentang kebijakan Manajemen

Selain itu, siswa diharapkan dapat selalu berempati dengan sesama seperti menunjukkanrasa iba terhadap teman yang mengalami musibah, adanya rasa dan niat untuk

Maka dapat disimpulkan bahwa Terapi Biofeedback EMG berpengaruh untuk menurunkan tingkat sakit kepala akut dibandingkan sebelum mendapatkan terapi.. Saran yang dapat