• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Permintaan Pariwisata Warisan Budaya Keraton Surakarta, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Fungsi Permintaan Pariwisata Warisan Budaya Keraton Surakarta, Indonesia"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Fungsi Permintaan Pariwisata Warisan Budaya

Keraton Surakarta, Indonesia

KARNOWAHADI

Business Administration Department, Politeknik Negeri Semarang, Indonesia.

ABSTRACT

This study attempted to analyze the factors influencing tourist demand in Surakarta Palace as one of heritage destinations of Surakarta. The analysis used a theory of demand. The number of respondent of this study is 225 tourists. Dependent variable of this study is the number of visits. Independent variabels of this study are price of tourism (this value is proxied by willingness to pay/WTP), income, education, age, origin (distance), marital status, sex, occupation, and perception. This study uses multiple regression analysis. Variables of price of tourism, origin (distance), and marital status have a negative influence on the variable number of visits. The others have a positif influence on the variable number of visits. The results showed that price of tourism and income variables have a stronger effect on the number of visits.

Key words: Demand, Tourism, Culture, Heritage, Surakarta

PENGANTAR

Indonesia memiliki beragam warisan budaya, yang merupakan salah satu faktor penunjang sektor pariwisata. Warisan budaya merupakan cerminan nilai-nilai luhur masyarakat di masa lalu yang perlu dilestarikan. Namun pada kenyataannya banyak warisan budaya terbengkalai karena dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini. Akibatnya, banyak warisan budaya tidak dipelihara dan punah (atau bahkan hancur). Konservasi warisan budaya akan didukung oleh semua masyarakat, baik masyarakat umum, industri, maupun pemerintah.

Beberapa daerah di Indonesia mencoba melestarikan warisan budaya milik lokal menjadi warisan nasional dan bahkan warisan dunia. Warisan budaya Indonesia yang telah masuk dalam daftar warisan dunia (UNESCO, 2015) antara lain: Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Taman Nasional Komodo.

(2)

Sriwedari, Kampung Batik dan lain-lain. Inilah salah satu daya tarik sektor pariwisata untuk mengundang wisatawan. Pengunjung datang dari dalam negeri dan luar negeri (yang didominasi oleh wisatawan yang berasal dari negara-negara Asia Pasifik, yaitu sekitar 50,3% sedangkan yang lainnya berasal dari Eropa, Amerika, dan lain-lain).

Selain mengembangkan sektor wisata budaya dan sejarah, Surakarta juga memiliki visi langsung pengembangan pariwisata sebagai Town International Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition (MICE), untuk mempersiapkan diri sebagai kota yang siap menerima acara. pertemuan, konferensi, pameran atau skala internasional. Ini akan membawa lebih banyak orang untuk menikmati kota Surakarta, baik domestik maupun mancanegara. Untuk mencapai visi ini, dibutuhkan strategi untuk memberdayakan semua faktor yang mempengaruhi perkembangan sektor pariwisata kota Surakarta.

Surakarta dikenal dengan slogan "Spirit of Java", sebuah barometer ekonomi dan keamanan di provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Surakarta memiliki warisan yang beragam, berwujud maupun tidak berwujud. Warisan budaya yang berbentuk bangunan terdiri dari bangunan Keraton, tempat ibadah (mesjid, gereja, klentheng), museum, dan sebagainya. Warisan budaya dalam bentuk produk kerajinan meliputi batik, wayang, keris, lampu antik, dan sebagainya. Warisan dalam bentuk kuliner tradisional terdiri dari tengkleng, serabi, klepon, sambal tumpang, dan sebagainya. Warisan dalam bentuk event antara lain acara gerebeg satu Suro, sekaten, muludan, festival lesung, festival batik, dan sebagainya. Beberapa warisan telah diakui oleh UNESCO sebagai bagian dari warisan dunia, seperti batik dan keris. Surakarta sedang bersiap untuk mengajukan pada UNESCO sebagai "Heritage City". Warisan yang membutuhkan perawatan dan pemeliharaan untuk pembangunan berkelanjutan. Pelestarian warisan budaya membutuhkan anggaran yang relatif besar, namun di sisi lain, anggaran yang diberikan oleh pemerintah sangat terbatas.

Perkembangan pariwisata sebagai sebuah industri tidak terlepas dari permintaan (demand) dan penawaran (supply). Trend perkembangan wisata saat ini adalah wisata budaya. Wisatawan menginginkan pengalaman nyata dengan budaya dan gaya hidup yang berbeda dengan biasanya. Surakarta merupakan salah satu kota budaya yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai unggulannya. Kota Surakarta berupaya meningkatkan sarana pariwisata sebagai penunjang industri pariwisatanya.

(3)

Tabel 1 Banyaknya Pengunjung Objek Wisata Budaya dan Sejarah Di Kota Surakarta Tahun 2014 – 2016

Objek Wisata 2014 2015 2016

Wisman Wisnus Wisman Wisnus Wisman Wisnus 1. Kraton Kasunanan 1,201 30,882 810 47,331 1,504 6,652 2. Mangkunegaran 23,502 17,731 23,413 27,051 19,650 17,678 3. Museum Radya Pustaka 2,575 14,124 3,092 13,500 520 6,996 4. Taman Sriwedari 7,507 - 5,039 - 6,995 - 5. W.O Sriwedari 311 20,874 136 27,222 250 29,644 6. THR. Sriwedari 31 334,418 46 309,391 73 355,798 7. Museum Batik 1,826 15,094 1,177 12,601 1,220 109,417 8. Taman Satwataru - 327,114 - 272,197 - - 9. Taman Balekambang 1,467 935,496 2,084 1,387,832 288 1,541,665 Jumlah 38,420 1,695,733 35,797 2,097,125 30,500 2,067,850

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2017

Surakarta memiliki peninggalan budaya Keraton yang hingga saat ini keberadaannya masih diakui oleh Pemerintah Indonesia, Keraton Surakarta memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi destinasi wisata budaya yang banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun asing. Namun kurang didukung oleh sarana dan prasarana serta pelayanan yang memadai. Hal ini yang melatarbelakangi perlunya dilakukan kajian tentang analisis permintaan pariwisata.

TINJAUAN PUSTAKA

Fungsi Permintaan

Secara umum, permintaan dipengaruhi oleh perubahan harga. Dalam menurunkan kurva permintaan dari perubahan harga, terdapat dua jenis asumsi: (Nicholson, 2005)

1. Pendapatan Tetap

Kurva permintaan ini dikenal dengan istilah uncompensated demand function. Permintaan merupakan fungsi dari harga dan pendapatan nominal. Dalam fungsi permintaan 2 (dua) jenis barang maka dikenal istilah substitution effect dan income effect

2. Utiliti Tetap

(4)

fungsi ini menyatakan perubahan permintaan dengan mengisolasi efek pendapatan, sehingga perubahan yang terjadi adalah murni efek substitusi.

Contingent Valuation Method (CVM)

CVM merupakan teknik preferensi yang paling banyak digunakan untuk memperkirakan nilai non-pasar. Pada mulanya metode ini diusulkan oleh Ciriacy dan Wantrup (1947) dan diimplementasikan oleh Davis (1963) dan Arminnejad et al. (2006). Mitchell dan Carson (1989) membuktikan bahwa CVM dapat memberikan perkiraan yang tepat untuk mengestimasi Willingness To Pay (WTP) jika dilakukan dengan benar.

CVM adalah metode berbasis survei dimana barang diperdagangkan dalam pasar yang dikonstruksikan atau dihipotetiskan. Oleh karena itu merancang kuesioner untuk survei memiliki peran yang sangat signifikan dalam CVM. CVM disebut contingent karena dalam metode ini, responden diminta untuk menyatakan kesediaan mereka untuk membayar (WTP) bergantung pada sifat pasar hipotetis. Kuesioner ini umumnya mencakup informasi rinci tentang skenario dari barang non-pasar, skenario hipotetis, serta skenario pasar yang dihipotetiskan. Dalam kuesioner juga dimasukkan pertanyaan tentang nilai-nilai lingkungan yang baik, sikap responden terhadap isu-isu lingkungan dan profil sosial ekonomi (Desvouges et al. 1998).

Menurut Gen (2004), WTP merupakan jumlah maksimum uang responden yang akan digunakan untuk membayar barang-barang non-pasar atau untuk mencegah kerusakan (degradasi). Umumnya, CVM harus memilih WTP secara total atau WTP untuk atribut individual (Bateman et al. 2002). Jika peneliti ingin mengetahui nilai konservasi warisan budaya secara menyeluruh, maka digunakan CVM.

Metode Contingent Valuation Method (CVM) meliputi bidding game, payment card, opened-ended, dan dichotomous choice, yang terdiri dari single-bounded referandum model dan multiple bounded. Sedangkan multiple bounded terdiri dari one and one-half bounded, double-bounded, dan triple-bounded.

Penelitian Sebelumnya

Wietzelise dan TOL (2002) melakukan penelitian di Belanda dengan temuan bahwa pemasaran atau pengeluaran untuk promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Jarak berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Temuan lainnya adalah bahwa time trend berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan.

(5)

Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya (Allen, et. al., 2008; Phakdisoth dan Kim, 2007; Katafono dan Gounder, 2004).

Aslan, et. al. (2013) melakukan penelitian tentang permintaan pariwisata di Turki. Penelitian ini menghasilkan pernyataan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisata adalah pendapatan wisatawan, dan harga pariwisata. Temuan penelitian ini adalah bahwa pendapatan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisata. Temuan lainnya adalah bahwa harga pariwisata berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Biaya perjalanan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sejenis sebelumnya, yakni penelitian D’Mello, et. al. (2008) dan Haliciuglu (2004).

Subanti (2011) melakukan penelitian terhadap obyek wisata alam dan sejarah di Kabupaten Semarang menyatakan bahwa harga, biaya perjalanan, dan umur berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Pendapatan, tingkat pendidikan, persepsi, promosi, dan kunjungan sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan.

.

METODOLOGI Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Surakarta (sangat dikenal dengan nama Solo) yang terletak di bagian tengah provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Secara lengkap, kota Surakarta dikenal sebagai "Surakarta Hadiningrat". Saat ini bentuk pemerintahan kerajaan masih ada, tapi di bawah pemerintahan Negara Indonesia.

Ciri khasnya sebagai kota kerajaan masih dipertahankan hingga saat ini, yaitu Istana, Alun-alun, Masjid, dan taman kerajaan. Selain itu, kawasan hunian dengan strata khas kerajaan, seperti kawasan pemukiman "Kepatihan" (sebagai permukiman pejabat tinggi kerajaan), kawasan perumahan "Punggawan" (sebagai tempat permukiman punggawa kerajaan), kawasan perumahan "Baluwarti" (sebagai permukiman dari saudara raja), dan sebagainya.

Sampel dan Pengumpulan Data

Jumlah populasi penelitian ini diwakili oleh rata-rata jumlah pengunjung kota Surakarta pada 3 (tiga) tahun terakhir, yang rata-rata berjumlah 1.988.475 pengunjung. Ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ukuran sampel yang besar. Mitchell dan Carson (1989) menyatakan bahwa sampel yang besar bisa mengatasi masalah bias.

(6)

et al, 2008.; Haliciuglu, 2004; Aslan, et al, 2013; Subanti, 2011). Berdasarkan referensi di atas, penelitian ini menggunakan 225 sampel.

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Responden dipilih secara acak dengan tujuan tertentu (purposive random sampling). Kuesioner diberikan kepada siapa saja yang bertemu dengan peneliti dan sudah berumur lebih dari 17 tahun. Responden dibatasi oleh usia di atas 17 tahun, karena responden pada usia ini memiliki kemampuan analitis untuk memberikan jawaban atas kuesioner dan memiliki penghasilan atau uang saku untuk membayar destinasi wisata. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden dan menunggu sampai responden selesai mengisi kuesioner. Jika responden membutuhkan penjelasan, peneliti memberikan penjelasan yang diperlukan.

Pengumpulan data dilakukan baik pada hari kerja maupun hari libur, sedang ada event maupun tidak ada event, baik pada pagi hari maupun siang hari. Ini agar data bisa didapat dari semua elemen responden. Untuk hari-hari biasa, penyebaran kuesioner dilakukan pada hari Senin sampai Jumat, sementara yang lainnya dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu dan hari libur serta hari-hari ketika ada sebuah event di kota Surakarta.

Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda yang menghasilkan nilai determinasi, uji signifikansi simultan (uji F), dan uji signifikansi parsial (uji t). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah (frekuensi) kunjungan wisatawan (JK), harga pariwisata (WTP), pendapatan (PDP), pendidikan (PDIK), umur (UM), asal (AS), status perkawinan (ST), jenis kelamin (JKEL), pekerjaan (PKJ), dan persepsi (PERS). Model regresi penelitian yang digunakan dipilah menjadi 2 (dua) model, yaitu :

Model 1 :

= + + + + + +

+ + + +

Pada model 1, seluruh variabel yang diteliti dimasukkan sebagai variabel independen. Hasil analisis dari model 1 akan diperoleh beberapa variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan.

Model 2 :

= + + + ⋯ + +

(7)

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 225 responden. Responden penelitian ini meliputi wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Dilihat dari status perkawinan, jumlah responden yang berstatus kawin sebanyak 78,2%. Jumlah responden yang mempunyai pendapatan lebih dari 3 juta rupiah sebanyak 76,9%. Responden yang mempunyai tingkat pendidikan lulusan perguruan tinggi sebanyak 57,3%. Responden yang berkunjung ke Keraton Surakarta setahun sekali sebanyak 27,1%, berkunjung setiap liburan sebanyak 36,9%, sedangkan yang berkunjung sebulan sekali sebanyak 36%.

Secara umum, sebagian besar pengunjung adalah pria. Ini karena pria lebih berani bepergian sendiri dari pada wanita, sedangkan wanita jarang bepergian sendiri. Pengunjung kota Surakarta didominasi oleh pengunjung dengan status menikah. Pengunjung Surakarta kebanyakan pria menikah, dan yang terendah adalah pria lajang.

Dilihat dari tingkat pendapatan responden, yang paling banyak berkunjung ke kota Surakarta adalah mereka yang berpenghasilan lebih dari Rp 3 juta per bulan dan yang terendah kurang dari Rp 1 juta. Pengunjung Surakarta kebanyakan memiliki ijazah pendidikan minimal diploma dan yang terendah adalah sekolah dasar. Dari jenis pekerjaannya, para pengunjung kebanyakan adalah pegawai pemerintah (PNS, TNI, POLRI) dan yang paling rendah adalah pemilik bisnis mandiri. Dilihat dari frekuensi kunjungan, sebagian besar berkunjung sebulan sekali.

Hasil Analisis Regresi

Analisis regresi berganda model 1 yang telah dilakukan menghasilkan beberapa nilai yang menunjukkan hasil analisis penelitian ini. Hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen ditunjukkan oleh nilai R. Nilai R sebesar 0,489 menunjukkan terdapat hubungan antara seluruh variabel independen dengan variabel dependen. Nilai R2 menunjukkan seberapa besar pengaruh variasi

variabel independen secara keseluruhan terhadap variasi variabel dependen. Nilai R2=0,207, berarti secara bersama-sama (simultan) variasi variabel independen

(8)

secara bersama-sama mempengaruhi variasi jumlah kunjungan wisatawan sebesar 20,7%.

Tabel 1. Hasil Analisis regresi berganda

Nilai Signifikansi Sumber : Hasil Olahan Data, 2016

Persamaan regresi model 1 :

= − 0,913 + 0,478 − 0,970 − 0,327

+ 0,118 − 0,455 + 0,083 + 0,040 + 0,025

Hasil uji signifikansi parsial menunjukkan beberapa variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan, tetapi beberapa variabel yang berpengaruh tidak signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Variabel harga pariwisata diproksi dari kemauan (kebersediaan) membayar (willingness to pay/WTP). Variabel harga pariwisata berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Hal ini ditunjukkan dengan t-test sebesar -0,913 dan nilai signifikansi sebesar 0,032. Nilai signifikansi kurang dari 5% menunjukkan bahwa nilai koefisien hasil analisis adalah signifikan. Semakin rendah harga pariwisata maka akan mendorong jumlah kunjungan wisatawan akan semakin meningkat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa elastisitas jumlah kunjungan wisatawan pada destinasi wisata Keraton Surakarta terhadap WTP bersifat inelastis. Persentase perubahan jumlah kunjungan wisata di destinasi wisata Keraton Surakarta lebih kecil jika dibandingkan dengan persentase perubahan harga.

(9)

signifikansi koefisien variabel pendapatan sebesar 0,005 (kurang dari α=5%). Semakin tinggi pendapatan maka jumlah kunjungan wisatawan juga akan semakin meningkat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa elastisitas jumlah kunjungan wisatawan pada destinasi wisata Keraton Surakarta terhadap WTP bersifat inelastis. Persentase perubahan jumlah kunjungan wisata di destinasi wisata Keraton Surakarta lebih kecil jika dibandingkan dengan persentase perubahan pendapatan.

Untuk variabel pendidikan berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Hal ini ditunjukkan dari nilai koefisien sebesar -0,970 dan nilai signifikansi koefisien variabel pendidikan sebesar 0,070 (lebih dari α=5%). Semakin tinggi pendidikan wisatawan maka jumlah kunjungan wisatawan juga akan semakin menurun, meskipun penurunannya tidak signifikan.

Variabel umur wisatawan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Hal ini ditunjukkan dari nilai koefisien sebesar -0,327 dan nilai signifikansi koefisien variabel umur wisatawan sebesar 0,451 (lebih dari α=5%). Semakin tinggi umur wisatawan maka jumlah kunjungan wisatawan akan semakin menurun meskipun tidak signifikan. Asal daerah berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Hal ini ditunjukkan dari nilai koefisien sebesar 0,118 dan nilai signifikansi koefisien variabel asal daerah sebesar 0,128 (lebih dari α=5%).

Status perkawinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Hal ini ditunjukkan dari nilai koefisien sebesar -0,455 dan nilai signifikansi koefisien variabel status perkawinan sebesar 0,001 (kurang dari α=5%). Orang dengan status menikah memiliki jumlah kunjungan wisatawan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan yang masih bujangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa elastisitas jumlah kunjungan wisatawan pada destinasi wisata Keraton Surakarta terhadap status perkawinan bersifat inelastis.

Jenis kelamin berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Hal ini ditunjukkan dari nilai koefisien sebesar 0,083 dan nilai signifikansi koefisien variabel jenis kelamin sebesar 0,436 (lebih dari α=5%). Laki-laki memiliki jumlah kunjungan lebih banyak dibandingkan dengan wanita. Variabel jenis pekerjaan juga mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan secara positif dan tidak signifikan. Wisatawan dengan status pegawai pemerintah memiliki jumlah kunjungan wisatawan yang lebih banyak dibandingkan dengan wisatawan yang pekerjaannya swasta meskipun tidak signifikan.

(10)

Seluruh variabel yang memiliki nilai signifikansi kurang dari 5%, dilakukan analisis tersendiri dan menghasilkan hasil analisis seperti pada Tabel 2. Model 2 dari analisis selanjutnya adalah sebagai berikut :

= + + + +

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Berganda (Variabel Berpengaruh Signifikan) Nilai Signifikansi Sumber : Hasil Olahan Data, 2017

Dari hasil analisis regresi pada Tabel 2 dinyatakan model persamaan regresinya adalh sebagai berikut :

= 5,364 − 1,475 + 0,439 − 0,514

Dari hasil analisis di atas dapat dikatakan bahwa variasi harga pariwisata bersama-sama dengan variasi pendapatan dan status pernikahan akan mempengaruhi variasi jumlah kunjungan wisatawan sebesar 21,5%. Hal ini berarti bahwa masih terdapat 78,5% faktor yang mempengaruhi dari variabel lain yang tidak tercakup pada penelitian ini. Variabel harga pariwisata yang diproksi dari nilai WTP memiliki peran yang paling tinggi dalam penentuan jumlah kunjungan wisatawan dibandingkan dengan variabel pendapatan dan status pernikahan. Variabel harga pariwisata mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan secara negatif dan signifikan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi harga pariwisata maka jumlah kunjungan wisatawan akan semakin menurun.

(11)

KESIMPULAN

Penelitian ini memberikan hasil bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan secara signifikan adalah harga pariwisata, pendapatan, dan status perkawinan. Harga pariwisata yang diproksikan pada nilai WTP mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan secara negatif dan bersifat inelastis. Pendapatan wisatawan memiliki pengaruh positif terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Sedangkan status perkawinan memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Beberapa faktor yang memiliki pengaruh tidak signifikan adalah pendidikan, umur, asal, jenis kelamin, pekerjaan, dan persepsi wisatawan. Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa harga pariwisata merupakan faktor paling dominan yang menentukan jumlah kunjungan wisatawan.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, J., O’Toole, W., Harris, R., & McDonnell, I. 2008. Festival & special event management. Milton, QLD: John Wiles & Sons Australia, Ltd.

Amirnejad, H., Khalilian, S., Assareh, M.H., Ahrnadian, M. 2006. Estimating the existence value of north forests of Iran by using a contingent valuation method. Ecological Economics. 58(4): 665-675.

Aslan, A. 2013, Tourism development and economic growth in the amaediterranean countries: Evidence from panel Grainger causality tests. Current Issues in Tourism, 17(4), 363-372.

Bateman, I.J., Carson, R.T., Day, B., Hanernann, M., Hanley, N., Hett. T., Jones-Lee M., Loomes, G., Mourato, S., Ozdemiroglu, E., Pearce,D., Sugden, R., and Swanson, J. 2002. Economic Valuation with Stated Preference Techniques: A Manual. Edward Elgar Publishing Ltd.

Ciriacy-Wantrup, S.V. 1947. Capital returns from soil-conservation practices, Journal Farm Economics. 29:1181-96.

Davis, R. 1963. Recreation planning as an economic problem. Natural Resources Journal. 3(2): 239-249.

D’Mello, C., J. KcKeown & S. Minninger. 2008. Disaster prevention in tourism: Perspectives on climate justice. pp. 171-178.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta. 2017. Laporan Tahunan. Disbudpar. Surakarta (Draft).

Desvouges, W.H., Johnson, R.R., and Banzhaf, H.S. 1998. Environmental Policy Analysis with limited information: Principles and applications of the tranfer method. Northampton. MA. Edward Elgar.

Gen, S. 2004. Meta analysis of environmental valuation studies. Doctoral Dissertation. Georgia University of Technology.

(12)

Hanim, N. & Salleh, M. 2009. Factors Affecting Inbound Tourism Demand in Malaysia. Universiti Putra Malaysia.

Katafono, R. and Gounder, A. 2004. Modeling Tourism Demand in Fiji. Working Paper 2004/01, Economics Department, Reserve Bank Of Jiji, Suva, Fiji. Mitchell, R.C., and Carson, R.T. 1989. Using surveys to value public goods: The

contingent valuation method. Resources for the Future. Washington DC. Nicholson, W. 2005. Microeconomic Theory. 9th ed. Fort Worth. Texas. Thomson.

Phakdisoth, L. & Kim, D. 2007. The Determinants of Inbound Tourism in Laos, ASEAN Economic Bulletin. 24. 2. ABI/INFORM Global. Pg 21.

Subanti, Sri. 2011. Analisis Permintaan Pariwisata di Kabupaten Semarang (Studi empiris di obyek wisata alam dan sejarah). Naskah Disertasi PDIE UNDIP. UNESCO. 2015. World Heritage List.

Gambar

Tabel 1 Banyaknya Pengunjung Objek Wisata Budaya dan Sejarah Di Kota Surakarta Tahun 2014 – 2016
Tabel 1. Hasil Analisis regresi berganda
Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Berganda (Variabel Berpengaruh Signifikan)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain, berapapun jumlah anggota Dewan Komisaris, komposisi Komisaris Independen, dan porsi kepemilikan Blockholder dalam suatu perusahaan tidak mendorong

From these results it can be concluded that by building a customer mapping to facilitate the determination of strategic decision-making process, especially in the

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi: (a) pengumpulan fakta-fakta terkait penyebaran wabah influenza dari tulisan-tulisan yang relevan, (b)

Istilah penurunan (settlement) digunakan untuk menunjukkan gerakan titik tertentu pada bangunan terhadap titik referensi yang tetap. Penurunan yang tidak seragam

dinarnakan alat SMS Sirkulasi Mixing Sistem, alat ini diarahkan sebagai alat teknologi tepat guna yang diharapkan dapat digunakan bagi petani atau rnasyrakat sebagai

Sistematika penulisan pada laporan penelitian disusun menjadi enam bab yang terbagi ke dalam sub tema terstruktur. Pada Bab ) memuat Pendahuluan yang mencakup

bahwa dalam rangka tertib administrasi, akuntabilitas, transparantif dan disiplin anggaran dalam pengelolaan bantuan keuangan bagi Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD)

Histopatologi biopsi renal sangat berguna untuk menentukan penyakit glomerular yang mendasari (Scottish Intercollegiate Guidelines Network, 2008). Bukti