• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Putusan Pailit Terhadap PT. Telkomsel Tbk.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Putusan Pailit Terhadap PT. Telkomsel Tbk."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Telekomunikasi berasal dari dua arti kata yang berbeda, yaitu “tele” dan “komunikasi”. Tele yang berarti jauh, sedangkan komunikasi yang berarti proses penyampaian sebuah pesan atau informasi dari satu individu ke individu lain atau dari satu tempat ke tempat lain. Dengn demikian, telekomunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian sebuah pesan atau informasi dari satu individu ke individu lain yang dapat dilakukan dalam jarak-jarak jauh.1

Pada abad ke-2 sesudah Masaehi bangsa Romawi menggunakan asap sebagai media telekomunikasi. Mereka membangun jaringan telekomunikasi yang terdiri dari ratusan menara hingga mencapai 4500 kilometer. Setiap menara bisa mengeluarkan asap yang dapat dilihat oleh menara lain yang berada di dekatnya.

Pada abad ke-5 sebelum Masehi, kerajaan Yunani kuno dan Romawi menggunakan api untuk berkomunikasi dari gunung ke gunung atau menara ke menara. Telekomunikasi dilakukan oleh prajurit khusus dengan saling memahami kode berupa jumlah nyala api. Telekomunikasi ini digunakan saat perang dan hanya efektif pada malam hari.

1

Perkembangan Infrastruktur Telekomunikasi, http:/id.scribd.com/doc/3322937/(diakses

(2)

Sistem telekomunikasi ini digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan militer dalam menjalankan pemerintahan atas daerah jajahan yang semakin luas. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia berawal dari tahun 1884, pemerintah kolonial Belanda mendirikan perusahaan swasta yang menyediakan jasa pos domestik dan jasa telegraminternasional. Jasa telepon tersedia pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1882. Dan sampai dengan tahun 1906, disediakan oleh perusahaan swasta dengan lisensi pemerintah selama 25 tahun.

Tahun 1906, pemerintah kolonial Belanda membentuk departemen yang mengendalikan semua jasa pos dan telekomunikasi di Indonesia. Tahun 1961, beberapa dari jasa ini dipindahkan ke perusahaan milik Negara. Tahun 1965, pemerintah memisahkan jasa pos dan telekomunikasi ke dua perusahaan Negara, yaitu: PN Pos dan Giro, dan PN Telekomunikasi. Tahun 1974, PN Telekomunikasi dipecah menjadi dua yaitu: Perusahaan Umum Telekomunikasi dan PT Inti.2

(3)

ke dalam 2 (dua) perusahaan milik Negara, yaitu Perusahaan Negara Pos dan Giro, dan Perusahaan Negara Telekomunikasi.

Perluasan gerak Perusahaan Negara Telekomunikasi ditambah dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintahan Nomor 44 tahun 1969 dan Nomor 45 Tahun 1969 tentang bentuk-bentuk Perusahaan Negara yang mengubah Perusahaan Negara Telekomunikasi menjadi bentuk Perusahaan Umum (Perum). Perubahan status ini ditetapkan pada tanggal 28 april 1970 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintahan (Perumtel) yang disempurnakan lagi dengan Peraturan Pemerintahan Nomor 21 Tahun 1984.

Pada akhirnya tahun 1980, pemerintah mengambil kebijakan dengan membeli seluruh saham PT. Indosat, sebuah perusahaan swasta yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing yang kemudian diubah statusnya menjadi suatu Badan Hukum Milik Negara (BUMN) berbentuk Persero. Penyertaan modal Negara Republik Indonesia dalam PT. Indosat tersebut dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1980.

Selanjutnya untuk lebih meningkatkan pelayanan jasa Telekomunikasi untuk umum, maka dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 1980 diadakan perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1974 yakni dengan menetapkan Perumtel sebagai badan usaha yang diberi wewenang untuk menyelenggarakan telekomunikasi dalam negeri dan PT. Indosat sebagai badan usaha yang diberi wewenang menyelenggarakan telekomunikasi luar negeri.3

(4)

Pada tanggal 24 September 1991, pemerintah mengubah Perumtel yang semula merupakan perusahaan umum menjadi perusahaan Negara yaitu Perusahaan Perseorangan (Persero) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Disingkat Telkom yang didirikan berdasarkan Akte Notaris Imas Fatimah, SH Nomor 128 dengan tujuan utama perusahaan yaitu memberikan layanan untuk masyarakat umum.

Perubahan status ini berdasarkan pemerintah Nomor 25 Tahun 1991 Penawaran umum perdana saham Telkom (Initial Public Pffering/IPO) dilakukan pada tanggal 14 November 1995, sejak saat itu saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya(BES), New

York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE), saham Telkom

juga diperdagangkan di Tokyo Stock Exchange tanpa pencatatan Public Offering Without Listing (POWL).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999, yang mengatur tentang jasa layanan telekomunikasi, dimana terjadi perubahan pasar, dari semula pasar monopoli (dahulu Telkom) kini menjadi non monopoli/pasar bebas (pasar persaingan sempurna). Hal tersebut membuat Telkom sebagai Incumbent

(5)

dituntut untuk dapat memberikan layanan yang terbaik bagi konsumen jasa telekomunikasi.

Pada tahun 1974, PN Telekomunikasi dibagi menjadi dua perusahaan milik Negara, yaitu Perusahaan Umum telekomunikasi (Perumtel) dan yang bergerak sebagai penyedia layanan telekomunikasi domestic dan internasional seta PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (PT.IMTI) yang bergerak sebagai pembuat perangkat telekomunikasi. PAda tahun 1980, bisnis telekomunikasi internasional diambil alih oleh Pt. Indonesia Satellite Corporation (indosat) yang baru saja dibentuk saat itu.

Sebelum tahun 1995, operasi bisnis Telkom dibagi kedalam dua belas wilayah operasi, yang dikenal sebagai wilayah telekomunikasi atau witel. Setiap witel bertanggung jawab penuh atas seluruh aspek bisnis wilayah masing - masing, mulai dari penyedia layanan telepon hingga manajemen dan keamanan

property.

Dalam perkembangannya, TELKOM merombak ke dua belas witel menjadi di visi-divisi, sebagai berikut : 4

4Ibid.

1. Divisi Infrastruktur Telekomunikasi (INFRATEL)

Divisi yang menyelenggarakan jasa Telekomunikasi jarak jauh dalam negeri melalui pengoperasian jaringan transmisi jalur utama nasional.

(6)

Divisi yang melaksanakan riset dan pengembangan Telekomunikasi dan informasi untuk kepentingan internai PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk., baik riset pengembangan produk bara, standarisasi perangkat, grand scenario technology dan uji kaji laboratorium.

3. Divisi Management Service Center (MSC)

Divisi yang bertanggung jawab atas pencapaian perusahaan jasa atelir bagi alat-alat produksi divisi-divisi dan penggunaan lain diluar 7 perusahaan serta jasa-jasa yang berkaitan dengan prioritas pemenuhan pelayanan kebutuhan internai perusahaan.

4. Divisi Telkom Learning Center (TLC)

Divisi yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Untuk menunjang terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas, professional dan integritas.

5. Divisi Information System Center (ISC)

Divisi yang menyediakan system informasi, informasi costumer, billing, corporate database, interkoneksi billing, dan proses telepon selular. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk merupakan penyelenggara bisnis T.I.M.E

(Telecommunication, Information, Media, and Edutaiment) yang terbesar di

(7)

model opera kepada pihak eksternal bersamaan dan transformasi sumber daya manusia.

Tahun 1980, bisnis telekomunikasi internasional dipindahkan dari Perumtel kelndosat. Tahun 1991, pemerintah merubah Perumtel dari "Perusahaan Umum" menjadi Tersero" yaitu PT TELKOM. Tahun 1992, berdiri PT Lintasarta. Tahun 1993, berdiri PTSatelindo yang merupakan joint venture dari beberapa perusahaan telekomunikasi yaitu:TELKOM, Indosat, PT Bimagraha Telekomindo, dan DeTeMobil. Pada tahun ini juga berdiri PT Ratelindo yang merupakan joint venture antara TELKOM dan PT BakrieElectronics. Tahun 1995 dan tahun berikutnya berdiri beberapa perusahaan telekomunikasi lainnya, yang di

dalamnya PT TELKOM mempunyai bagian saham,yaitu: Telkomsel,Komselindo, Mobisel, Metrosel, Pasifik Satelit. Selain itu masih ada perusahaan telekomunikasi yang masih dalam tahap proposal, yang bergerak dalam bidang multimedia.

(8)

tersebut kepada pihak kreditur sebagaimana mestinya, dan utang tersebut telah dinyatakan jatuh tempo.

Secara tata bahasa dapat kita lihat bahwa kata kepailitan itu sebenarnya berasal dari kata istilah "pailit", yang biasa dijumpai dalam pembendaharaan bahasa Belanda, Prancis, Latin dan Inggris. Kepailitan dapat pula kita artikan sebagai suatu proses dimana seorang debitur yang mempunyai kesulitan keuangan untuk membayarkan utangnya dan dinyatakan pailit oleh pengadilan, dalam hai ini pengadilan yang dimaksud adalah pengadilan niaga, karena debitur tersebut tidak dapat membayarkan utangnya.

Pengertian tentang kepailitan sendiri lebih jelas terdapat dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Pasal 1 Angka l tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yaitu adalah suatu sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.

Perusahaan yang dinyatakan pailit oleh pengadilan pastinya dapat memiliki suatu resiko yang besar. Salah satu resikonya tersebut dapat berpengaruh terhadap perusahaannya. Bisa saja perusahaan tersebut menjadi tutup dan dinyatakan bangkrut. Hingga para karyawan pun tidak jarang jadi terkena dampaknya juga akibat perusahaan tempatnya bekerja dinyatakan pailit.

(9)

dilakukan oleh Pengadilan Niaga tersebut terlihat sangat tidak masuk akal, hingga ada upaya hukum yang dilakukan oleh pihak PT.Telkomsel Tbk. tersebut. Upaya hukum yang dilakukan oleh PT.Telkomsel Tbk. adalah dengan mengajukan kasasi kepada pihak Mahkamah Agung.

Upaya hukum kasasi tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan suatu kepastian hukum yang sesungguhnya. Dengan adanya upaya hukum yang dilakukan oleh PT.Telkomsel Tbk. tersebut, membuat putusan dari Pengadilan Niaga tidak diberlakukan lagi. Bahwa pada akhrinya adalah putusan pailit yang dilayangkan terhadap perusahaan BUMN tersebut dihapuskan, dan dinyatakan bebas.

Akibat adanya perbedaan putusan dari Pengadilan Niaga dengan Mahkamah Agung tersebut yang membuat penulis merasa tertarik untuk mencari tahu dan meneliti tentang masalah yang sebenamya terjadi. Hingga dapat diketahui apa yang menjadi perbedaan putusan antara Pengadilan Maga dengan Mahkamah Agung.

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka penulis akan mengemukakan beberapa pokok permasalahan yaitu sebagai berikut :

(10)

2. Bagaimanakah kewenangan Pengadilan Niaga dalam memeriksa dan mengadili perkara kepailitan menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ?

3. Bagaimanakah penerapan ketentuan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dalam Putusan Pailit PT.Telkomsel Tbk?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan penulis

Adanya suatu keinginan dari penulis, untuk mengemukakan masalah secarajuga berkaitan dengan tujuan dan manfaat penulisan. Adapun yang menjadi tujuandapat di uraikan sebagai berikut:

a. Untuk dapat mengetahui bagaimanakah pengertian, syarat ataupun prosedur dalam putusan pailit menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

b. Untuk dapat mengetahui bagaimanakah kewenangan Pengadilan Niaga dalam memeriksa dan mengadili perkara kepailitan menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

(11)

2. Manfaat penulisan

Selain dari tujuan diatas, penulisan skripsi ini juga memberikan manfaat antara lain adalah manfaat secara teoritis dan praktis yakni:

a. Secara teoritis

Maksudnya adalah bahwa pembahasan terhdap masalah ini akan akan memberikan pemahaman dan pandangan yang baru mengenai kasus-kasus kepailitan yang sering terjadi serta untuk dapat mengetahui bagaimanakah kewenangan dari suatu Pengadilan Niaga dalam menghadapi kasus kepailitan yang terjadi pada perusahan-perusahan besar. dan secara teoritis dapat juga memahami bagainakah sebenarnya pengertian dan pemahaman terhadap suatu putusan pailit. Agar tidak adanya kesalahpahaman tentang pengertian putusan pailit yang dilakukan oloeh suatu Pengadilan Niaga.

b. Secara praktis

Seperti yang dapat diketahui bahwa untuk sekarang ini banyak masalah- masalah kepailitan yang menimpa beberapa perusahaan terutama di kota-kota besar sehingga memerlukan penyelesaian yang segera agar tidak menimbulkan persoalan yang lebih besar dan memberikan hasil yang optimal dan menguntungkan kedua belai pihak. Dengan adanya pembahasan dan tinjauan tentang kepailitan terhadap suatu perusahaan terutama adalah BUMN dapat membantu pengusaha-pengusaha ataupun masyarakat luas agar lebih dapat memahami tentang kepailitan tersebut.

(12)

Analisis yuridis putusan pailit terhadap PT. Telkomsel Tbk. Yang diangkat penulis sebagai judul skripsi ini telah diperiksa dan diteliti melalui penelurusan Kepustakaan Fakultas Hukum USU. Tema diatas adalah hasil pemikiran sendiri dibantu dengan referensi, buku-buku, dan pihak-pihak lain dan judul tersebut belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara sebelumnya.

Data yang dipakai guna melengkapi penulisan skripsi ini memanfaatkan informasi dari berbagai media, baik cetak maupun pengumpulan informasi melalui internet, sehingga data-data yang dipakai secara garis besar adalah data yang factual dan up to date. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Keputustakaan

Apabila kita membahas mengenai hukum kepailitan, maka tidak terlepas dari ketentuan peraturan perundang-undangan lain diluar dari peraturan mengenai kepailitan. Dari sejarahnya diketahui bahwa pada mulanya dalam hokum Belanda tidak dikenal perbedaan antara kooplieden ( pedagang ) dengan niet kooplieden ( bukan pedagang ) dalam kepailitan. Namun pada permulaan abad ke 19, yaitu ketika Negeri Belanda dijajah Prancis yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte berlakulah Code du Commerce ( sejak 1 januari 1814 s/d 30 September 1838 )

Pada masa Code du Commerce itu juga dikenal adanya perbedaan antara Kooplieden dengan niet kooplieden, dan Code du Commerce hanya berlaku bagi Kooplieden. Kemudian sesudah Belanda merdeka, Belanda membuat sendiri

(13)

ini dibagi dalam 3 buku dan buku ke III nya adalah Van de Voorzieningen in geval

van onvermogen van kooplieden yang diatur dalam Pasal 764- Pasal 934, dan

dibagi dalam 2 titel, yaitu : 1. Van Faillisement, dan 2. Van Surseance van Betaling5

Pemisah hukum kapailitan antara pedagang dan yang bukan pedagang di dalam sistem hokum Belanda membawa pengaruh terhadap hokum kepailitan di Indonesia. Di Indonesia, hokum kapailitan diatur dalam 2 Undang-Undang, yaitu

.

6

1. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), buku ke tiga yang berjudul Van de Voorzieningen in geval van onvermogen van kooplieden ( tentang peraturan ketidak mampuan pedagang ) yang diatur dalam Pasal 794 sampai Pasal 910WvK.

:

2. Reglement op de Rechtcvordering ( RV ), buku ke tiga Bab ke tujuh,

berjudul Van de staat van kennelijk onvermogen ( tentang keadaan nyata-nyata tidak mampu membayar bagi orang yang bukan pedagang ) yang diatur dalam Pasal 899 sampai dengan Pasal 915 RV.

Dalam mengajukan suatu putusan pailit ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, dimana tentang syarat pailit tersebut ada terdapat dalam Pasal 2 angka 1 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, yakni “Debitur yang mempunyai dua atau lebih Kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu

5

Sunarmi, Hukum Kepailitan, Medan: USU Press, 2009, hal 6

(14)

Dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonan satu atau lebih krediturnya”.

Terjadinya kasus pailit atau kepailitan tidak jarang karena adanya suatu utang Yang ditimbulkan anatara kedua pihak yang melakukan suatu perjanjian kerjasama. Pengertian tentang utang dapat dilihat dalam pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang selanjutnya disebut UU Kepailitan dan PKPU adalah suatu kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitur dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditur untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitur.

Putusan pailitnya PT.Telkomsel Tbk. adalah merupakan putusan dari Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Dimana putusan tersebut terjadi akibat adanya pengaduan dari pihak PT.Prima Jaya Informatika akibat adanya tindakan pelanggaran perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh pihak PT.Telkomsel Tbk hingga dapat timbul suatu utang dan adanya tindakan wanprestasi.

(15)

Dikarenakan adanya pelanggaran perjanjian kerjasama tersebut PT.Prima Jaya Informatika pun mengajukan gugatan ke pengadilan Niaga hingga adanya putusan pernyataan pailit terhadap PT.Telkomsel Tbk. Pelanggaran perjanjian tersebut sebenarnya termasuk kedalam tindakan wanprestasi. Wanprestasi adalah satu tindakan mengingkari atau melanggar tidak memenuhi perjanian atau perikatan antara kedua pihak yang telah melakukan perjanjian kerjasama untuk beberapa waktu yang telah ditentukan.

Terhadap putusan pailit tersebut pihak PT.Telkomsel Tbk. Merasa tidak sepantasnya perusahaan mereka dipailitkan. Oleh karena itu, pihak PT.Telkomsel Tbk pun melakukan suatu upaya hokum, dimana mereka mengajukan upaya kasasi kepada pihak Mahkamah Agung. Dimana pengertian kasasi adalah pembatalan atas keputusan pengadilan-pengadilan yang lain yang dilakukan pada tingkat peradilan terakhir dimana menetapkan perbuatan pengadilan-pengadilan lain dan para hakim yang bertengtangan dengan hokum, kecuali keputusan pengadilan dalam perkara pidana yang mengandung pembebasan terdakwa dari segala tuduhan.

F. Metode Penelitian

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuannya lebih terarah dan dpat dipertanggungjawabkan maka digunakan berbagai metode. Dapat diartikan sebagai suatu jalan yang harus ditempuh, kemudian menjadi penyelidikan atau penelitian berlangsung menurut cara tertentu.

(16)

yang lengkap dan secara jelas tentang permasalahan yang terdapat pada masyarakat yang digunakan dapat dikaitan dengan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan hokum yang berlaku, sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kesimpulan.

Penelitian ini merupakan penelitian Hukum yang bersifat Normatif (Yuridis Normatif) dan Empiris (Yuridis Empiris), yakni penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data Sekunder. Adapun data sekunder yang dimaksudkan penulis antara lain baha hukum primer, sekunder, dan tersier.

Bahan hukum primer yaitu semua dokumen peraturan yang mengukat dan detetpkan oleh pihak-pihak yang berwenang, yakni berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bahan hukum sekunder, yaitu semua dokumen resmi yang merupakan informasi atau hasil kajian mengenai kepalitan dan penundaan Kewajiban pembayaran Utang, seperti buku-buku teks, karya tulis ilmiah, dan beberapa sumber dari situs internet yang berkaitan dengan permasalahan dlam skripsi ini. Sedangkan baha tersier, yaitu semua dokumen yang berisikan konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus, biografi dan lain-lain.

(17)

G. Sistematika Penelitian

Untuk menghasilkan suatu karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya diuraikan secara sistematis dan diperlukan suatu sistematik penulisa yang teratur. Dimna penulis membagi menjadi bab per bab masing-masing bab ini saling berkaitan antra suatu dengan yang lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pendahuluan, dimana pada bab ini dipaparkan hal-hal yang umum sebagai langkah awal dari penulisan skripsi. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PUTUSAN PAPILIT

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBYARAN UTANG

Pada bab ini akan dibahas mengenai bagaimanakah pengertian tentang suatu kepailitan tersebut, bagaimanakah suatu syarat-syarat dalam kepailitan, prosedur tentang permohonan pernyataan pailit, dan bagaimanakah pengertian tentang suatu putusan pailit itu.

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KEWENANGAN

(18)

MENGDILI PERKARA KEPAILITAN MENURUT UU KEPAILITAN DAN PKPU.

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai bagaimanakah proses pembetukan dalam suatu Pengadilan Niaga tersebut, kemudian bagaimanakah sebenarnya kewenangan dari Pengadilan Niaga

Dalam memeriksa dan mengadili dalam perkara kepailitan,dantentang bagaimanakah peran hakim dalam suatu Pengadilan Niaga.

BAB IV PENERAPAN KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR

37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DALAM PUTUSAN PAILIT PT.TELKOMSEL TBK

Pada bab ini akan dipaparkan tentang bagaimana sebenarnya kasus kepailitan terhadap PT.Telkomsel Tbk. Tersebut dapat terjadi apakah sudah sesuai dengan UU kepailitan yang berlaku, kemudian akan di bahas pula tentang ketentuan utang antara debitor dengan kreditor sesuai dengan dari pertimbangan hakim, lalu akan pula disampaikan tentang bukti nyata, fakta atau keadan yang terbukti secara sederhana tentang kasus pailitnya PT.Telkomsel Tbk. Dan kepastian Hukum Sebagai Implikasi Putusan Pailit PT.TELKOMSEL Tbk

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran ICM dengan pendekatan problem posing berbantuan software MATLAB memiliki

Dari pengukuran kinerja kedua algoritma yang telah dilakukan berdasarkan jumlah data, dapat disimpulkan algoritma ID3 memiliki kinerja (precision, recall, dan accuracy) yang

Bhabinkamtibmas, Bripka Firdaus Azmi menyampaikan maklumat Kapolda Lampung untuk tidak mengerahkan massa ke Jakarta kepada Tomas,. Toda dan

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2020 tentang Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 di

Berdasarkan hasil análisis data diperoleh kesimpulan bahwa minat belajar siswa mempunyai pengaruh yang positif terhadap hasil belajar matematika siswa SMA Negeri 1 Uluiwoi

Alasan penulis memilih film animasi (kartun) sebagai objek penelitian ini karena penulis tertarik untuk mengetahui jenis dan fungsi kesopanan apa saja yang terdapat dan

Metode yang digunakan dalam penyusunan Tafsir al-Qur’an Tematik Kementerian Agama RI ini adalah metode tematik, atau dikenal juga dengan istilah maudhu’i..

Kemampuan Imperta cylindrica dan Leersia hexandra dalam menempati sebagian besar lokasi penelitian menunjukkan bahwa kedua jenis ini merupakan jenis dominan yang