• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tafsir Al-Qur an Tematik, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur an, 2012), hal. xiii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tafsir Al-Qur an Tematik, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur an, 2012), hal. xiii"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

A. Pendahuluan

Al-Qur’an telah menyatakan dirinya sebagai kitab petunjuk (hudan) yang dapat menuntun umat manusia menuju ke jalan yang benar. Untuk mengungkap petunjuk dari al-Qur’an, telah dilakukan berbagai kajian oleh sejumlah ulama yang berkompeten sejak masa awal Islam hingga masa kini. Namun demikian, keindahan bahasa dan keluasan makna al-Qur’an membuat kajian-kajian al-Qur’an bagai tak lekang oleh zaman. Setiap generasi yang mengkaji al-Qur’an selalu menemukan pesan-pesan baru yang belum ditemukan oleh generasi sebelumnya. Dari sinilah muncul sejumlah karya tafsir dalam berbagai corak dan metodologinya.

Kajian tafsir di Indonesia telah dilakukan oleh para ulama sejak awal masuknya Islam ke Indonesia. Secara kronologis, dari dekade ke dekade, literatur tafsir al-Qur’an di Indonesia mengalami dinamika yang menarik, baik dari segi penyampaian, tema-tema kajian, serta sifat penafsir.1 Dalam konteks sifat mufasir ini, karya tafsir di Indonesia secara garis besar terbagi menjadi dua macam, yaitu mufasir individual dan mufasir kolektif atau tim. Istilah mufasir individual digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu karya tafsir lahir dan ditulis oleh satu orang. Sedangkan mufasir kolektif menunjukkan bahwa karya tafsir disusun oleh lebih dari satu orang.2

Salah satu karya tafsir yang disusun secara kolektif adalah karya tafsir yang disusun oleh lembaga resmi di bawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia. Hal ini tercermin dengan hadirnya Tafsir Tematik Kementerian Agama Republik Indonesia di tengah masyarakat Indonesia, yang disusun oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.

B. Latar Belakang Penulisan

Mengacu pada sambutan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, bahwa Kementerian Agama RI mempunyai tanggung jawab untuk menjalankan amanat pasal 29 UUD 1945, dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. Disebutkan dalam RPJMN bahwa prioritas peningkatan kualitas kehidupan beragama meliputi: 3

1. Peningkatan kualitas pemahaman dan pengalaman agama 2. Peningkatan kualitas kerukunan umat beragama

3. Peningkatan kualitas pelayanan kehidupan beragama 4. Pelaksanaan ibadah haji yang tertib dan lancar

1 Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia, (Jakarta: Teraju, 2003), hal 56 2

Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia, (Jakarta: Teraju, 2003), hal 176-177

3 Sambutan Kepala Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, Spiritulitas dan Akhlak,

(2)

Selanjutnya, penyusunan tafsir tematik ini dilakukan berdasarkan masukan dan rekomendasi Muker para ulama al-Qur’an tanggal 8-10 Mei 2006 di Yogyakarta dan 14-16 Desember 2006 di Ciloto. Jika sebelumnya tafsir tematik berkembang melalui karya individual, maka kali ini Kementerian Agama menggagas agar terwujud sebuah karya tafsir tematik yang disusun oleh sebuah tim sebagai karya bersama. Ini juga sebagai wujud realisasi tanggung jawab Kementerian Agama terhadap amanat pasal 29 UUD 1945.4

Selain itu, sesuai dengan dinamika masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat memerlukan adanya tafsir yang lebih praktis. Sebuah tafsir yang disusun secara sistematis berdasarkan tema-tema aktual di tengah masyarakat, sehingga diharapkan dapat memberi jawaban atas berbagai problematika umat. Oleh karena itu, tafsir Kementerian Agama ini hadir dengan pendekatan tematik.

C. Penerbitan dan Tim Kerja

Tafsir Al-Qur’an Tematik Kementerian Agama RI, membaca judulnya secara sekilas dapat dipahami bahwa tafsir disusun oleh lembaga resmi dibawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia, yakni Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an. Kemudian tim kerja tersebut menyajikan karya tafsirnya dengan metode tematik atau.

Tafsir tematik atau dikenal juga dengan sebutan maudhu’i, adalah suatu metode tafsir yang pembahasannya berdasarkan tema-tema tertentu yang terdapat dalam al-Qur’an.5

Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menafsirkan al-Qur’an dengan metode tematik adalah:6

1. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik)

2. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut. 3. Menyusun runtutan ayat yang sesuai dengan masa turunnya.

4. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing.

5. Memperhatikan sebab nuzul untuk memahami konteks ayat. 6. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna.

7. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok bahasan.

8. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan. 9. Membuat kesimpulan dari masalah yang dibahas.

4

Sambutan Menteri Agama Departemen Agama RI, Spiritulitas dan Akhlak, Tafsir Al-Qur’an

Tematik, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012), hal. xi

5 Tim Forum Karya Ilmiah RADEN Purna Siswa 2011 MHM Lirboyo, Al-Quran Kita, (Kediri: Lirboyo Press, 2013), hal. 230.

6 Al-Farmawi, Abd Hayy, Bidayah fi Tafsir Maudhu’i, (Kairo: Hadharah al-Arabiyya, 1977), hal. 114-115

(3)

Langkah-langkah di atas adalah hal-hal yang ditempuh dan diperhatikan oleh tim penyusun. Selain langkah-langkah tersebut, tim penyusun juga menyajikan tema-tema yang dibahas berdasarkan pendekatan induktif dan deduktif. Dengan pendekatan induktif, tim penyusun berupaya memberikan jawaban terhadap berbagai persoalan dengan berangkat dari nash al-Qur’an menuju realita. Sementara dengan pendekatan deduktif, tim penyusun berangkat dari persoalan dan realita yang terjadi kemudian mencari solusinya dari al-Qur’an.7

Kegiatan penyusunan tafsir tematik ini dilaksanakan oleh satu tim kerja yang terdiri dari para ahli tafsir, ulama al-Qur’an, para pakar dan cendekiawan dari berbagai bidang yang terkait. Mereka adalah:8

1. Prof. Dr. H.M. Atho Mudzhar (Kepala Badan Litbang dan Diklat)

2. Drs. Muhammad Shohib Tahar, MA. (Kepala Lajnah Pentashihan

Mushaf Al-Qur’an)

3. Prof. Dr. H. Quraish Shihab, MA. (Pembina)

4. Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA (Pembina)

5. Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, M.Sc (Narasumber)

6. Dr. H. Ahsin Sakho Muhammad (Narasumber)

7. Dr. Muchlis M. Hanafi, MA (Ketua)

8. Prof. Dr. H. Darwis Hude, MA (Wakil Ketua)

9. Dr. H. Bunyamin Y. Surur, MA (Sekretaris)

10. Prof. Dr. H. Salim Umar (Anggota)

11. Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin (Anggota)

12. Prof. Dr. Phil. H. M. Nurcholis Setiawan (Anggota)

13. Prof. Dr. H. M. Abdurrahman (Anggota)

14. Prof. Dr. Hj. Huzaimah T. Yanggo (Anggota)

15. Prof. Dr. Rosihon Anwar (Anggota)

16. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA. (Anggota)

17. Dr. H. Ali Nurdin, MA (Anggota)

18. Dr. H. Ahmad Lutfi Fathullah (Anggota)

19. Dr. H. Ahmad Husnul Hakim (Anggota)

20. Dr. Hj. Sri Mulyati, MA. (Anggota)

21. Dr. H. Setiawan Budi Utomo, MA. (Anggota)

22. Dr. H. Muslim Gunawan (Anggota)

23. Dr. Hj. Nur Rofiah, MA. (Anggota)

24. H. Irfan Mas'ud, MA. (Anggota)

25. Hj. Yuli Yasin, MA. (Anggota)

Penyusunan tafsir tematik ini berlangsung selama kurun waktu 3 tahun. Terhitung sejak tahun 2008 sampai tahun 2010 telah disusun 13 tema yang

7 Kata Pengantar Ketua Tim Penyusun Tafsir Tematik Departemen Agama RI, Spiritulitas dan

Akhlak, Tafsir Al-Qur’an Tematik, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012), hal. xxix

(4)

berbeda. Dengan rincian 3 tema pada tahun 2008, 5 tema pada tahun 2009, dan 5 tema pada tahun 2010.

Pada tahun 2008 tim kerja Kemenag RI menyusun tiga tema karya tafsir. Penetapan tema-tema ini merupakan hasil pembahasan yang ditetapkan dalam penyusunan Tafsir Tematik pada tahun 2007. Selain itu, penetapan ketiga tema itu mengacu kepada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, yang terkait dengan kehidupan beragama. Tema-tema tersebut sebagai berikut:9

1. Hubungan Antar-umat Beragama, dengan isi pembahasan: 1) Manusia dan agama; 2) Toleransi Islam terhadap pemeluk agama lain; 3) Hak-hak dan kewajiban umat beragama dan negara; 4) Konsep jihad, perang dan damai dalam Islam; 5) Kekerasan dan terorisme; 6) Perkawinan beda agama; 7) Konsep jizyah bagi non muslim dalam Islam; 8) Etika dialog antaragama; dan 9) Peran negara dalam membina kerukunan.

2. Al-Qur'an dan Pemberdayaan Kaum Duafa, dengan isi pembahasan: 1) Al-Qur'an dan pemberdayaan kaum duafa; 2) Pemberdayaan kaum miskin; 3) Pemberdayaan manusia berusia lanjut; 4) Perlindungan anak; 5) Pemberdayaan perempuan; 6) Pemberdayaan gelandangan dan pengemis; 7) Perlindungan terhadap anak yatim; dan 8) Pemberdayaan duafa dalam konteks masyarakat Indonesia.

3. Membangun Keluarga Harmonis, dengan isi pembahasan: 1) Urgensi berkeluarga; 2) Pernikahan sebagai komitmen Ilahi dan insani; 3) Sakinah, mawaddah dan rahmah dalam rumah tangga; 4) Hak dan kewajiban anggota keluarga; 5) Beberapa bentuk perkawinan yang dipermasalahkan; 6) Permasalahan dalam keluarga; 7) Mengatasi konflik dalam keluarga.

Kemudian pada tahun 2009 tim penyusun menerbitkan lagi 5 tema yang berbeda. Tema-tema yang diterbitkan pada tahun 2009 yaitu:10

1. Pembangunan Ekonomi Umat, dengan pembahasan: 1) Harta dalam Al-Qur'an; 2) Sumber-sumber Harta yang Haram; 3) Korupsi, Kolusi, dan Suap; 4) Keberkahan (Barakah); 5) Kemaslahatan (Maslahah) dalam Ekonomi; 6) Pola Konsumsi; 7) Pasar dan Pola Distribusi dalam Aktifitas Ekonomi; 8) Pola Produksi; 9) Dimensi Ekonomi dalam Kehidupan para Nabi dan Rasul.

9http://lajnah.kemenag.go.id/publikasi/buku-tafsir-tematik, diakses pada tanggal 23 Oktober 2016

10http://lajnah.kemenag.go.id/publikasi/buku-tafsir-tematik, diakses pada tanggal 23 Oktober 2016

(5)

2. Kedudukan dan Peran Perempuan, dengan pembahasan: 1) Pendahuluan; 2) Asal-usul Penciptaan Laki-laki dan Perempuan; 3) Kepemimpinan Perempuan; 4) Profil Perempuan; 5) Peran Perempuan dalam Bidang So sial; 6) Aurat dan Busana Muslimah; 7) Peran Perempuan dalam Keluarga; 8) Perempuan dan Hak Waris; 9) Perempuan dan Kepemilikan; 10) Kesaksian Perempuan; 11) Perzinaan dan Penyimpangan Seksual; 12) Pembunuhan Anak dan Aborsi.

3. Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik, dengan pembahasan: 1) Pendahuluan; 2) Etika Berpolitik; 3) Etika Berbangsa dan Bernegara; 4) Etika Hubungan Internasional dan Diplomasi; 5) Etika Kedokteran; 6) Etika Pemimpin; 7) Etika Dialog; 8) Etika Komunikasi dan Informasi; 9) Etika Bermasyarakat; 10) Etika Lingkungan Hidup; 11) Etika Berekspresi; 12) Etika Berkeluarga; 13) Etika Berdakwah.

4. Pelestarian Lingkungan Hidup, dengan pembahasan: 1)

Pendahuluan; 2) Eksistensi Gunung; 3) Eksistensi Laut; 4) Eksistensi Air; 5) Eksistensi Awan dan Angin; 6) Eksistensi Tetumbuhan dan Pepohonan; 7) Eksistensi Binatang; 8) Kebersihan Lingkungan; 9) Kerusakan Lingkungan; 10) Term Al-Qur'an yang Terkait dengan Kerusakan Lingkungan.

5. Kesehatan dalam Perspektif Al-Qur'an, dengan pembahasan: 1) Etika Kedokteran; 2) Kebersihan; 3) Kehamilan dan Proses Kelahiran; 4) Menyusui dan Kesehatan; 5) Pertumbuhan Bayi; 6) Gerontology (Kesehatan Lansia); 7) Fenomena Tidur; 8) Makanan dan Minuman; 9) Pola Hidup Sehat; 10) Kesehatan Mental 11) Kesehatan Masyarakat.

Selanjutnya tim penyusun menerbitkan 5 tema lagi pada tahun 2010. Tema-tema tersebut adalah sebagai berikut:11

1. Spiritualitas dan Akhlak, dengan pembahasan: 1) Pendahuluan; 2) Unsur-unsur Personal Manusia; 3) Takwa dan Pendekatan Diri kepada Allah; 4) Penyucian Kalbu (Tazkiyatun-Nafs); 5) Maksiat dan Dosa 6) Tobat; 7) Ikhlas dan Rida; 8) Sabar; 9) Tawakal; 10) Zuhud dan Qana'ah; 11) Syukur; 12) Gerakan Spiritualitas dalam Dunia Islam; 13) Spiritualitas dan Tantangan di Era Global.

2. Kerja dan Ketenagakerjaan, dengan pembahasan: 1) Pendahuluan; 2) Kerja dan Urgensinya; 3) Kewirausahaan; 4) Membangun Etos Kerja; 5) Ketenagakerjan dan Unsur-unsurnya; 6) Etika Pengusaha

11http://lajnah.kemenag.go.id/publikasi/buku-tafsir-tematik, diakses pada tanggal 23 Oktober 2016

(6)

dan Etika Pekerja; 7) Kewajiban Pengusaha/ Majikan; 8) Hak Pengusaha/ Majikan; 9) Kewajiban Pekerja/ Karyawan; 10) Hak Pekerja/ Karyawan; 11) Kontrak Kerja; 12) Perempuan dan Ketenagakerjaan; 13) Anak dan Ketenagakerjaan; 14) Disabilitas dan Ketenagakerjaan.

3. Keniscayaan Hari Akhir, dengan pembahasan: 1) Pendahuluan; 2) Term-term yang Menunjuk pada Hari Akhirat; 3) Kematian; 4) Alam Kubur/ Alam Barzakh; 5) Hari Kiamat; 6) Kebangkitan dan Mahsyar; 7) Timbangan Amal, Perhitungan dan Balasan di Akhirat; 8) Syafa'at; 9) Neraka dan Calon Penghuninya; 10) Bentuk-bentuk Siksaan/ Hukuman Neraka; 11) Surga; 12) Ragam Kenikmatan di Surga; 13) Kiat Menuju Masuk Surga;

4. Pendidikan, Pembangunan Karakter, dan Pengembangan SDM, dengan pembahasan: 1) Pendahuluan; 2) Manusia dan Sifat-sifatnya; 3) Sisi Dalam Diri Manusia; 4) Tugas-tugas Utama Manusia; 5) Karakter Utama yang Dibutuhkan; 6) Pendidikan Pra Kelahiran dan PAUD; 7) Pendidikan Persiapan Masa Remaja; 8) Pendidikan Keterampilan; 9) Partisipasi Masyarakat Muslim dalam Pendidikan; 10) Tanggung Jawab Pemerintah dalam Pendidikan; 11) Pengembangan Kualitas Kecerdasan; 12) Pengembangan Kualitas Generasi Muda; 13) Ilmu da Ulama.

5. Hukum, Keadilan dan HAM, dengan pembahasan: 1) Pendahuluan; 2) Hukum dan Penegakannya; 3) Sumber dan Ruang Lingkup Hukum; 4) Bentuk-bentuk Hukuman; 5) Prinsip-prinsip Keadilan; 6) Keadilan dalam Penegakan Hukum; 7) Keadilan dalam Kehidupan; 8) Keadilan dalam Rekrutmen Aparat; 9) Hak Asasi Manusia dan Ruang Lingkupnya; 10) Penegakan dan Perlindungan HAM; 11) Pidana Islam dan HAM; 12) Keseimbangan antara Hak Asasi Manusia dan Kewajibannya; 13) Kebebasan Beragama dan Hak Asasi Manusia.

D. Metode Penafsiran

Metode yang digunakan dalam penyusunan Tafsir al-Qur’an Tematik Kementerian Agama RI ini adalah metode tematik, atau dikenal juga dengan istilah maudhu’i. Bahkan secara jelas penamaan karya tafsir ini didasarkan pada metode yang digunakan dalam penafsiran.

Metode tematik (maudhu’i) adalah suatu metode yang mengarahkan pandangan kepada suatu tema tertentu, lalu mencari pandangan al-Qur’an tentang tema tersebut. Benih metode ini sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw. dimana beliau sering menafsirkan ayat dengan ayat yang lain. Seiring perkembangan zaman berkembang pula benih metode ini. Sehingga

(7)

lahir kitab-kitab tafsir yang secara khusus mengarah kepada tafsir ayat dengan ayat.12

Kendati begitu tafsir-tafsir pada masa itu belum dimaksudkan secara khusus sebagai tafsir tematik yang berdiri sendiri. Ini dikarenakan metode tersebut belum menggunakan metode yang kemudian dikenal sebagai metode tematik. Tafsir tematik mulai mengambil bentuknya melalui Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Musa asy-Syathiby (720-790 H).13

Metode tematik ini, menurut Abdul Mustaqim, mempunyai beberapa keunggulan. Pertama, mencoba memahami ayat-ayat al-Qur’an sebagai satu kesatuan, tidak secara parsial, sehingga memungkinkan untuk memperoleh pemahaman mengenai konsep al-Qur’an secara holistik dan utuh. Kedua, bersifat praktis dan bisa langsung bermanfaat bagi masyarakat, karena pilihan tema disesuaikan dengan dinamika kehidupan yang terjadi di masyarakat.14 E. Contoh Penafsiran

Dalam contoh penafsiran ini penulis mengambil sampel pada pembahasan tentang tobat, yang terdapat pada Tafsir Tematik Kemenag RI dengan judul Spiritualitas dan Akhlak yang diterbitkan pada tahun 2010.

Langkah pertama yang dilakukan oleh tim penyusun, tentu setelah menentukan tema, adalah menguraikan arti kebahasaan dari tema yang dibahas, dalam hal ini adalah tobat. Kata tobat berasal dari bahasa Arab yakni taubah: ta>ba-yatu>bu-taubatan, yang berarti rujuk, kembali, atau kembali dari kemaksiatan pada ketaatan, atau kembali dari jalan yang jauh ke jalan yang lebih dekat kepada Allah swt. Kata tobat juga berarti pengakuan, penyesalan dan pencabutan.15

Kemudian tim penyusun menguraikan arti tobat dengan merujuk pada ayat-ayat al-Qur’an dan pendapat-pendapat ulama yang berkompeten. Misalnya dalam Surah al-Baqarah/2:37, dimana pelakunya adalah Allah swt.:

























Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang. (al-Baqarah/2:37)

Sedang dalam Surah Ta>ha>/20: 82, pelakunya adalah manusia:





















12 M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), hal. 385 13

M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), hal. 387

14 Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an, (Yogyakarta: Adab Press, 2012) hal. 171

15 Lajnah PentashihanMushaf Al-Qur’an, Spiritulitas dan Akhlak, Tafsir Al-Qur’an Tematik, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012), hal. 233

(8)

Dan sungguh, Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman, berbuat kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk. (Ta>ha>/20:82)

Menurut at}-T{aba>t}aba>’i}, tobat dari Allah berarti kembali-Nya Allah kepada hamba dengan mencurahkan rahmat. Adapun tobat manusia, bermakna permohonan ampun disertai dengan meninggalkan dosa.16

Selanjutnya, setelah menguraikan pengertian tobat, tim penyusun menjelaskan tentang perintah untuk bertobat dengan disertai pendapat-pendapat-pendapat ulama. Contohnya adalah:

















Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, (at-Tah}ri>m/66:8)

Menurut al-Qurt}ubi>, ayat tersebut merupakan perintah bertobat. Wajib atas setiap orang mukmin bertobat dalam segala hal dan segala zaman. Sedangkan menurut M. Quraish Shihab, ayat di atas merupakan lanjutan dari ayat sebelumnya yang mengandung nasihat dan tuntunan kepada kaum beriman, apalagi memang setiap orang berpotensi melakukan kesalahan dan kekeliruan.17

Menginjak poin selanjutnya, tim penyusun kemudian menjelaskan tentang syarat-syarat bertobat. Ketika menguraikan poin ini, tim penyusun mengawali dengan pendapat-pendapat ulama, seperti Imam Gaza>li>, Imam al-Qusyairi>, dan Z{unnun al-Mis}ri>, yang kemudian diikuti dengan kesimpulan yang merujuk langsung pada ayat al-Qur’an. Analisa penulis, pada poin ini tim menyusun menjelaskannya dengan pendekatan deduktif, tidak seperti dua poin sebelumnya yang dijelaskan dengan pendekatan induktif. Mungkin ini dikarenakan tidak adanya ayat al-Qur’an yang secara jelas menguraikan tentang syarat-syarat bertobat.

Poin terakhir yang diuraikan oleh tim penyusun adalah tentang tanda-tanda diterimanya tobat dan penghalangnya. Pada poin ini, tim penyusun tidak lagi menguraikan dengan ayat al-Qur’an atau pendapat-pendapat ulama. Ini lebih seperti kesimpulan dari poin-poin yang telah diuraikan sebelumnya.

Contohnya adalah, diantara tanda-tanda diterimanya tobat seseorang yang bertobat itu senantiasa melaksanakan segala apa yang diwajibkan Allah

16 Lajnah PentashihanMushaf Al-Qur’an, Spiritulitas dan Akhlak, Tafsir Al-Qur’an Tematik, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012), hal. 234

17 Lajnah PentashihanMushaf Al-Qur’an, Spiritulitas dan Akhlak, Tafsir Al-Qur’an Tematik, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012), hal. 241-242

(9)

swt. dengan mngerjakannya dan tidak pernah meninggalkannya lagi.18 Sedangkan orang yang bertobat tidak dengan tobat yang benar dan konsisiten, maka tobatnya terhalang untuk diterima.19

F. Kesimpulan dan Penutup

Tafsir tematik (maudhu>’i) adalah suatu metode yang mengarahkan pandangan kepada suatu tema tertentu, lalu mencari pandangan al-Qur’an tentang tema tersebut. Metode penafsiran ini diperkenalkan ulama tafsir untuk memberikan jawaban terhadap aneka problem baru yang ada di masyarakat. Benih metode ini sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw., yang kemudian menemukan bentuknya pada abad 8 H melalui Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Musa asy-Syathiby (720-790 H).

Tafsir Tematik Kemenag RI ini hadir sebagai usaha untuk menjawab berbagai problematika aktual yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia. Selain itu, kehadiran Tafsir Tematuk ini merupakan tindak lanjut dari amanat pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945 dan berdasarkan masukan dan rekomendasi Muker para ulama al-Qur’an tanggal 8-10 Mei 2006 di Yogyakarta dan 14-16 Desember 2006 di Ciloto.

Diterbitkannya Tafsir Tematik ini merupakan realisasi dari program Pemerintah dalam meningkatkan kualitas kehidupan beragama. Hingga saat ini sudah diterbitkan 13 tema yang berbeda, yang disusun dalam rentang tahun 2008-2010.

18 Lajnah PentashihanMushaf Al-Qur’an, Spiritulitas dan Akhlak, Tafsir Al-Qur’an Tematik, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012), hal. 256

19 Lajnah PentashihanMushaf Al-Qur’an, Spiritulitas dan Akhlak, Tafsir Al-Qur’an Tematik, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012), hal. 258

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an, (Yogyakarta: Adab Press, 2012) Al-Farmawi, Abd Hayy, Bidayah fi Tafsir Maudhu’i, (Kairo: Hadharah

al-Arabiyya, 1977)

Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia, (Jakarta: Teraju, 2003)

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Spiritulitas dan Akhlak, Tafsir Al-Qur’an Tematik, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012)

M. Nurdin Zuhdi, Pasaraya Tafsir Indonesia, (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2014) M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang: Lentera Hati, 2013)

Tim Forum Karya Ilmiah RADEN Purna Siswa 2011 MHM Lirboyo, Al-Quran Kita, (Kediri: Lirboyo Press, 2013)

Referensi

Dokumen terkait

Metode maudhu‟i adalah metode tafsir yang berusaha mencari jawaban al- Qur‟an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat al-Qur‟an yang mempunyai tujuan satu, yang bersama-

Sementara itu, menurut Nashruddin Baidan (2011: 67) ilmu tafsir membahas teori-teori yang dipakai dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur`an, jadi penafsiran Al-Qur`an

Keenam, skripsi yang ditulis oleh Aghis Nikmatul Qomariyah dengan judul Penafsiran Bakri Syahid Terhadap Ayat-ayat al-Qur‟an dan Kewajiban Istri dalam Tafsir al-Huda

Berangkat dari pertanyaan, “Bagaimana dimensi sosial dalam wacana tafsir audiovisual “Lebah Menurut al-Qur‟an dan Sains?” Kajian ini menunjukkan bahwa pada

al- ma’tsur Jalaluddin Rakhmat dan al-Thabari adalah tafsir bi al- ma’tsur dengan bentuk penafsiran al-Qur`an dengan Hadis Nabi dan

17 Dengan demikian, pada bagian berikutnya, upaya identifikasi ayat-ayat korupsi dalam al-Qur`an akan digali dari ayat-ayat yang berkaitan dengan unsur korupsi yang

Pertama, konsep penetapan bentuk harakat dan tanda baca dalam MAQSI adalah mengacu berdasarkan hasil komparasi tanda baca dan harakat terhadap cetakan

Dengan menggunakan metode tafsir tematik sebagai penajam dalam analisis ayat- ayat, dan teori Psikoanalisis sebagai penajam dalam analisis relevansi antara stoikisme dalam al-Qur’an