• Tidak ada hasil yang ditemukan

2610201685739 PERUBAHAN KOMPETENSI SETELAH MELALUI PERKULIAHAN FILSAFAT ILMU (Filsaf UTS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2610201685739 PERUBAHAN KOMPETENSI SETELAH MELALUI PERKULIAHAN FILSAFAT ILMU (Filsaf UTS)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN KOMPETENSI SETELAH MELALUI PERKULIAHAN

FILSAFAT ILMU

I. PENDAHULUAN

Kata perubahan memiliki banyak makna bagi setiap pemikiran manusia. Setiap individu memiliki pengertian akan kata “perubahan” itu masing-masing. Sangat tidak mungkin bagi seseorang untuk bisa mengetahui sebuah arti kata bagi individu yang lain dan yang lain lagi. Meski aka nada kemungkinan persamaan makna untuk sebuah arti kata “perubahan” namun dipastikan juga ada sudut pandang yang akan membedakan makna yang sama tersebut. Kali ini penulis akan membahas tentang kata “Perubahan”, namun perubahan yang dimaksudkan adalah perubahan kompetensi diri. Kita semua tau bahwa setiap individu pasti dapat melakukan perubaha terhadap dirinya sendiri, perubahan kompetensi khususnya. Untuk bisa mendapat perubahan kompetensi diri atau peningkatan kompetensi ini kita bisa melakukannya dengan cara belajar. Entah itu belajar dalam bidang apa saja, namun satu yang pasti adalah pasti seseorang yang akan belajar tersebut akan mendapat perubahan kompetensi dari yang sebelumnya tidak tau ataupun sedikit tau meningkat menjadi tau bahkan mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak terpikirkan keberadaannya. Disini penulis akan membagi beberapa perubahan kompetensi yang terjadi pada individu penulis setelah belajar mengenai filsafat ilmu.

II. ISI

Beberapa pertemuan telah berlalu dalam proses belajar tentang filsafat ilmu. Banyak hal yang telah didapat dalam proses belajar kali ini. Banyak hal pula yang bisa disadari tentang hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan ataupun mendapat perhatian. Penulis akan membaginya menjadi 7 inti pembahasan dalam 7 kali pertemuan proses belajar ini.

(2)

dimengerti oleh kebanyakan manusia. Ternyata benar saja dalam bidang filsafat ilmu pada pertemuan pertama penulis sangat merasakan sense yang begitu besar untuk mempelajari hal ini lebih dalam dan lebih jauh meski kadang butuh sedikit waktu untuk mengerti dan menyadari penjelasannya. Disini juga yang paling membahagiakan adalah kita bisa menyuarakan semua gagasan pertanyaan apapun serta tidak adanya larangan atau ponis dalam menyampaikan pendapat individu. Pertemuan pertama membuat penulis menjadi lebih berfikiran rileks tanpa adanya tekanan untuk berkata salah. Disini penulis merasa santai dalam berfikir dan lebih bisa berfantasi dalam menjawab pertanyaan yang ada. Sehingga jawabanpun menjadi lebih kritis dan pemikiran menjadi kritis namun tetap pada jalurnya.

Pertemuan Filsafat Ilmu yang kedua membuat rasa antusias makin meledak dengan pembahasanya. Sebelum menerima pembelajaran Filsafat Ilmu yang kedua, penulis tidak pernah berfikir bahwa masalah selalu ada didalam hidup apabila kita tidak mempermasalahkannya. Penulis sebelumnya menganggap bahwa masalah akan menjadi masalah jika dipermasalahkan. Namun semua itu sepertinya dibantah dalam pembahasan perkuliahan kedua Filsafat Ilmu. Setelah berfikir kembali, penulis menyadari bahwa masalah selalu menemani seperti halnya udara. Kita perlu udara untuk hidup dan kita perlu masalah untuk menjalani hidup meski terkadang kita tidak sadar bahwa itu adalah masalah. Penulis juga menyimpulkan bahwa kita memerlukan masalah untuk membuat kita berkembang, membuat kita bisa berfikir kedepan untuk mengantisipasi apa yang selanjutnya menjadi masalah. Perubahan yang terjadi pada penulis ialah menjadi lebih berfikir untu bisa merasakan apa yang ada disekitar, dan menjadi lebih sensitive dalam melihat sesuatu baik itu adalah masalah ataupun hal yang lainnya.

(3)

Pertemuan Filsafat Ilmu yang keempat yaitu pembahasan tentang alam. Kali ini pembelajaan bahwa alam lah yang memiliki bahan pembelajaran yang paling sempurna sehingga kita baiknya tidak bertuhankan pada teori dan buku-buku yang ada. Karna itu menutup kemampuan berfikir kita yang imajinatif dan luas yang mungkin bisa jauh lebih berkembang dari yang tersurat dibuku. Manusia memiliki tingkat pemahaman yang berbedah-beda disetiap otaknya. Sehingga ketika seseorang mempelajari alam dan menuangkannya dalam sebuah buku tentu saja akan sangat disayngkan. Karna setiap manusia memiliki pemahaman yang berbeda tentu saja ketika seorang manusia lainya mempelajari alam, maka akan didapat sudut pandang dan pengertian berbeda dengan yang sudah ada dibuku. Sebelumnya penulis menganggap semua teori yang ada disetiap buku adalah benar adanya. namun setelah mempelajari alam dan kealamannya penulis mulai berfikir dan meragukan teori yang ada dan mulai mencari teori yang sama namun dari orang yang berbeda bahkan mencari teori yang menentang teori untuk mendapatkan sudut pandang yang lebih terbuka

.

Pertemuan Filsafat Ilmu yang kelima membuka pemikiran penulis tentang adanya rentang subjektifitas. Subjektifitas memilki hakikatnya masing-masing dan tidak mungkin untuk melebihi batasan atau kodratnya. Seperti tumbuhan yang subjektifitasnya tidak akan mencapai subjektifitas hewan dan seterusnya. Jika ada manusia yang berfikir untuk mendekati, menyamakan bahkan melebihi subjektifitas terendah dari sang maha kuasa itu adalah tidak masuk akal dan tidak akan mungkin. Teori subjektifitas ini membantah teori yang mengatakan bahwa manusia berasal dari seekor kera. Dan tentu saja itu masuk akal dengan adanya subjektifitas yang sebelumnya tidak pernah terfikirkan oleh penulis. Jadi penulis perlahan menjadi lebih subjektif dalam memandang.

(4)

Pertemuan ketujuh Filsafat Ilmu tentang visual detail yang sebelumnya bahkan tidak pernah terfikir sedikitpun dikepala. Disini visual detail digambarkan untuk meliahat sesuatu lebih dalam, lebih sempit pandanganya namun lebih luas pemikiranya. Dengan cara visual detai juga sebenarnya pola pikiran kita dilatih untuk mengolah kata, kalimat, argumentasi, hipotesa dan bahkan pertanyaan. Karna ketika kita melihat sebuah objek dengan detail, maka otak kita juga akaan berfikir kritis hingga memunculkan hipotesa dan pertanyaan atas apa yang kita lihat, pertanyaan seperti apa itu, kenapa bisa begitu, dari mana hal itu, bagamana bisa itu, siapa yang itu, mungkin pertanyaan itu bisa muncul kapan saja namun pada saat melakukan visual detail, penulis merasakan semuaa pertanyaan tersebut. Namun sekali lagi itu menurut subjektifitas penulis, setiap pengelihatan pasti memiliki perbedaan arti. Dan semua itu tidaklah salah karna dengan perbedaan tersebut kita bisa memperkaya ilmu pengetahuan kita.

Dari semua perubahan kompetensi diri penulis diatas, tentu saja masih banyak yang dipelajari dalam perkuliahan sampai saat ini seperti penerjemahan preambul ciret yang memberikan pengetahuan tentang transdisipliner yang bahkan keberadaannya baru diketahui oleh penulis dan memiliki visi yang mengagumkan untuk umat manusia. Ada juga tentang ruang dan waktu yang terus berjalan bahkan sedetikpun tidak pernah berhenti dan membuat manusia terus harus belajar dari waktu kewaktu yang sebaiknya belajar kepada alam yang akan bisa membuat pemikiran kita lebih kreatif dan tidak terkekang oleh sistematika yang dibuat. Ada juga LFA yang berguna untuk mengerahkan kemampuan penuh berfikir secara tepat waktu, tepat tempat dan tempat setting untuk menyelesaikan permasalahan. Juga dipelajari tentang pengelihatan secara contekstual dalam pendidikan karna tidak mungkin seekor ikan disuru untuk memanjat pohon, dan seekor monyet dituntut untuk dapat terbang seperti burung. Layaknya hal tersebutlah yang terjadi ketika melihat secara tekstual karna menyamakan kompetensi yang harus dicapai. Karna sekali lagi, setiap individu manusia memiliki cirri khas dan kemampuan berfikirnya masing-masing sehingga memiliki keragaman kemampuan untuk menyeimbangkan alam.

III. PENUTUP

(5)

dan kata yang akan diucapkan. Penulis juga banyak mengetaui tentang adanya ruang dan waktu yang tidak pernah sedetikpun berhenti ini, dan penulis juga membuat sedikit pengertian pada orang disekitar untuk bisa memahami dan menerapkan pemikiran-pemikiran yang sistemati bukan sistematis, pemikiran yang contekstual khususnya dalam bidang ilmu pendidikan guna merubah pendidikan yang ada menjadi lebih baik. Walupun banyak yang mengejek dan melecehkan penulis, namun sedikit demi sedikit diberikan pengertian dan sudut pandang yang berbeda, mereka perlahan mulai mengerti akan apa yang penulis maksudkan. Perubahan kompetensi penulis banyak disebabkan melalui proses pembelajaran dalam Filsafat Ilmu ini khususnya dalam cara berfikir sehingga mempengaruhi sikap yang diambil dan kemampuan bertidak terhadap sebuah masalah ataupun keadaan lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Terhadap ketentuan Pasal 80 Undang-Undang Perkoperasian yang menentukan bahwa dalam hal terhadap defisit hasil usaha pada koperasi simpan pinjam anggota wajib

Wawancara singkat yang dilakukan peneliti melibatkan empat orang yang memiliki latar belakang berbeda berdasarkan jenis kelamin, usia pendidikan dan pekerjaan yang berbeda

Pembahasan CERDAS: Pada teks dinyatakan bahwa proses pertama daur ulang plastik dengan cara “To start, reclamation facilities use equipment that breaks apart the bales of

RANCANGAN AKTIVITAS PEMBIMBINGAN (RAP)*) Judul/Kode Mata kuliah : Karya Ilmiah (Karil)/... Deskripsi Mata kuliah : Karya Ilmiah adalah mata kuliah wajib tempuh sebelum

pengembangan, rehabilitasi, dan revitalisasi kawasan peruntukan permukiman kepadatan sedang sampai tinggi dan intensitas bangunan gedung kompak dan vertikal yang tidak

Berdasarkan perbedaan hasil ekstraksi dengan dua jenis pelarut tersebut maka untuk keperluan pengujian aktivitas antioksidan oleoresin jahe, karakterisasi dan pengujian pada

Mengingat teh memiliki nilai ekonomi dan aspek kesehatan penting, maka dalam perakitan klon baru untuk mencari klon yang berpotensi hasil tinggi dan berkualitas

Setiap santri/santriah wajib menjalankan sholat sunnah dhuha ketika waktu dhuha yang telah ditentukan oleh tim akademik pondok pesantren Al-Khoir.. Setiap santri/santriah