• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 28/PUU-XI/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 28/PUU-XI/2013"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 28/PUU-XI/2013

PERIHAL

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012

TENTANG PERKOPERASIAN

TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

ACARA

MENDENGARKAN KETERANGAN PEMERINTAH DAN DPR

(III)

J A K A R T A

KAMIS, 2 MEI 2013

(2)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 28/PUU-XI/2013

PERIHAL

Pengujian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian [Pasal 1 angka 1, Pasal 50 ayat (1), Pasal 55 ayat (1), Pasal 56 ayat (1) Pasal 66, Pasal 67, Pasal 68, Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, Pasal 72, Pasal 73, Pasal 74, Pasal 75, Pasal 76, Pasal 77, Pasal 80, Pasal 82, dan Pasal 83] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PEMOHON

1. Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (GKPRI) 2. Pusat Koperasi Unit Desa (PKSKUD)

3. Pusat Koperasi Wanita Jawa Timur (PUSKOWANJATI) 4. Koperasi An-Nisa Jawa Timur

5. Pusat Koperasi BUEKA Assakinah Jawa Timur 6. Gabungan Koperasi Susu Indonesia

7. Agung Haryono 8. Mulyono

ACARA

Mendengarkan Keterangan Pemerintah dan DPR (III)

Kamis, 2 Mei 2013, Pukul 11.00 –11.40 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) M. Akil Mochtar (Ketua)

2) Achmad Sodiki (Anggota)

3) Ahmad Fadlil Sumadi (Anggota)

4) Anwar Usman (Anggota)

5) Arif Hidayat (Anggota)

6) Hamdan Zoelva (Anggota)

7) Maria Farida Indrati (Anggota)

8) Muhammad Alim (Anggota)

(3)

Pihak yang Hadir: A. Pemohon:

1. Ahmad Muhaimin (Pusat Koperasi Unit Desa Jawa Timur) 2. Yayuk Wahyu Ningsih (PUSKOPANISA)

3. Aloowi (GKPRI)

4. Sri Untari (PUSKOWANJATI) B. Kuasa Hukum Pemohon:

1. Aan Eko Widiarto 2. Iwan Permadi 3. Haru Permadi C. Pemerintah: 1. Mualimin Abdi 2. Agus Muharram 3. Setyo Herianto 4. Tuti Rianingrum 5. Basuki

(4)

1. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Sidang dalam Perkara Nomor 28/PUU-XI/2013 Pengujian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

Pemohon saya persilakan untuk memperkenalkan diri siapa yang hadir pada persidangan hari ini?

2. KUASA HUKUM PEMOHON: AAN EKO WIDIARTO

Baik, terima kasih, Yang Mulia. Yang hadir dari kami kuasa hukum ada tiga, kami sendiri Aan Eko Widiarto, sebelah kiri saya ada Haru Permadi, kemudian sebelah paling kiri Iwan Permadi. Kemudian dari Prinsipal yang hadir sebelah kanan Bapak Muhaimin dari PUSKUD Jatim, kemudian Bapak Aloowi dari GKPRI, yang berikutnya Bu Yayuk Wahyu Ningsih dari PUSKOPANISA, dan sebelah kanan pas Bu Sri Untari dari PUSKOWANJATI. Dan alhamdulillah pada pagi hari ini kita juga didukung oleh beberapa koperasi yang ada di Jawa Barat dan di Bogor, sama di Jawa Barat dan Jakarta, yang hadir juga turut hadir dalam pengunjung sidang. Terima kasih.

3. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Jadi yang di belakang itu supporting dari koperasi-koperasi semua, ya?

4. KUASA HUKUM PEMOHON: AAN EKO WIDIARTO

Betul, terima kasih.

5. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Pemerintah saya persilakan.

6. PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI

Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. Selamat siang, salam sejahtera untuk kita semua. Pemerintah hadir, Yang Mulia, dari yang paling sebelah kanan Pak Basuki dari Kementerian Koperasi

SIDANG DIBUKA PUKUL 11.00 WIB

(5)

dan UKM. Saya sendiri Mualimin Abdi dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Kemudian di sebelah kiri saya ada Pak Ir. Agus Muharram, beliau adalah Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM. Kemudian di sebelahnya lagi ada Pak Setyo Heriyanto, Deputi Kelembagaan yang sekaligus nanti akan membacakan keterangan

Pemerintah dalam bentuk opening statement. Kemudian paling ujung

ada Tuti Rianingrum dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Yang di belakang ada rekan-rekan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan Kementerian Koperasi dan UKM, Yang Mulia. Terima kasih.

7. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Baik, DPR tidak hadir, ya, sudah memberi tahu tadi. Hari ini kita seharusnya mendengar keterangan Pemerintah dan DPR, tetapi DPR tidak hadir, maka untuk sekarang saya persilakan Pemerintah untuk menyampaikan keterangannya.

8. PEMERINTAH: SETYO HERIYANTO

Bismilahirrahmaanirrahiim. Assalamualaikum wr. wb. Selamat pagi dan salah sejahtera. Yang Mulia Ketua dan Hakim Mahkamah Konstitusi,

perkenankan kami membacakan opening statement Pemerintah atas

permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Yang Mulia Ketua dan Hakim Mahkamah Konstitusi, sehubungan dengan permohonan pengujian konstitusional review ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian selanjutnya disebut Undang-Undang Perkoperasian terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, untuk selanjutnya disebut Undang-Undang Dasar 1945, yang dimohonkan oleh Gabungan Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia (GKPRI) Provinsi Jawa Timur dan kawan-kawan, yang dalam hal ini memberikan kuasa kepada Saudara Aan Eko Widiarto, S.H., M.Hum, dan kawan-kawan yang tergabung dalam Konsultan Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, untuk selanjutnya disebut Para Pemohon. Sesuai registrasi Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Nomor 28/PUU-XI/2013, tanggal 1 Maret 2013, dengan perbaikan permohonan tanggal 3 April 2013.

Selanjutnya perkenankanlah Pemerintah menyampaikan

keterangan pendahuluan (opening statement) Pemerintah atas pengujian undang-undang a quo sebagai berikut.

I. Pokok Permohonan. Pemerintah tidak membacakan pokok permohonan secara keseluruhan, mohon izin, Yang Mulia. Karena

(6)

dianggap telah dipahami oleh Para Pemohon maupun Pemerintah sendiri.

II. Tentang kedudukan hukum (legal standing) Para Pemohon.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Para Pemohon, Pemerintah akan menguraikan lebih rinci dalam keterangan Pemerintah secara lengkap yang akan kami sampaikan melalui Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi maupun pada persidangan berikutnya. Namun demikian, Pemerintah memohon kepada Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, agar kiranya Para Pemohon membuktikan apakah Para Pemohon memiliki kedudukan hukum atau tidak, sesuai dengan yang ditentukan oleh Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi maupun berdasarkan Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi terdahulu, yaitu Putusan Nomor 006/PUU-III/2005 dan Putusan Nomor 11/PUU-V/2007.

III. Penjelasan pemerintah terhadap materi yang dimohonkan oleh Pemohon.

Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Dalam Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 ditegaskan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Ketentuan tersebut sesuai dengan prinsip koperasi. Karena itu koperasi mendapat misi untuk berperan nyata dalam pembangunan perekonomian, menyusun perekonomian yang berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi yang mengutamakan kemakmuran masyarakat, bukan kemakmuran orang seorang.

Pembangunan perkoperasian. Ulangi, pembangunan koperasi diarahkan pada penguatan kelembagaan dan usaha agar koperasi menjadi sehat, kuat, mandiri, tangguh, dan berkembang melalui peningkatan kerjasama, potensi, dan kemampuan ekonomi anggotanya, serta peran dalam perekonomian nasional dan global. Sehingga mampu mewujudkan koperasi sebagai organisasi ekonomi yang sehat, kuat, mandiri, dan tangguh, serta terpercaya sebagai entitas bisnis yang mendasarkan kegiatannya pada nilai dan prinsip koperasi. Implentasi Undang-Undang Perkoperasian secara konsekuen dan konsisten akan menjadikan koperasi Indonesia semakin dipercaya, kuat, mandiri, dan tangguh, serta bermanfaat bagi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dalam mewujudkan misinya, koperasi tak henti-hentinya berusaha mengembangkan dan memberdayakan diri agar tumbuh menjadi kuat dan mandiri, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Di samping itu, koperasi berusaha berperan nyata mengembangkan dan memberdayakan tata ekonomi nasional yang berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi dalam mewujudkan masyarakat maju, adil, dan makmur. Untuk mencapai hal tersebut, keseluruhan kegiatan koperasi harus diselenggarakan berdasarkan nilai yang

(7)

terkandung dalam Undang-Undang 1945. Ulangi, Undang-Undang Dasar Tahun 1945 serta nilai dan prinsip koperasi.

Lebih lanjut terhadap beberapa ketentuan undang-undang perkoperasian yang dimohonkan untuk diuji oleh Para Pemohon, pemerintah memberikan penjelasan sebagai berikut.

1. Terhadap ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Perkoperasian. Pemerintah memberikan keterangan:

a. Dalam Pasal 1 angka 1 definisi koperasi secara lengkap adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang koperas … di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Berdasarkan definisi tersebut, maka koperasi sebagai badan hukum dapat didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum yang dilaksanakan sesuai dengan nilai yang mendasari kegiatan koperasi, yaitu kekeluargaan, menolong diri sendiri, bertanggung jawab, demokrasi persamaan, berkeadilan, dan kemandirian, Pasal 5 ayat (1). Sehingga anggapan para Pemohon bahwa ketentuan Pasal 1 angka 1 menyebabkan koperasi akan bersifat individualisme, menurut pemerintah adalah anggapan yang tidak benar karena koperasi dalam melaksanakan usahanya mengutamakan kemakmuran anggota pada khsususnya dan masyarakat pada umumnya, bukan kemakmuran orang perseorangan. Penjelasan Pasal 5 ayat (1) huruf a.

b. Ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Perkoperasian memuat tentang batasan pengertian atau definisi dari koperasi. Hal ini lazim diatur dalam Bab I, Pasal 1 tentang Ketentuan umum. Bahwa ketentuan umum yang dimaksud dalam suatu peraturan perundang-undangan dimaksudkan agar batas pengertian atau definisi, singkatan, atau akronim yang berfungsi untuk menjelaskan makna suatu kata atau istilah, maka harus dirumuskan sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan pengertian ganda. Lampiran 2, angka 107 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut sejalan dengan Putusan Mahkamah Konstitusi, yakni Putusan Nomor 56/PUU-VI/2008 tanggal 17 Februari 2009 dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 10-17-23/PUU-VII/2009 tanggal 25 Maret 2009. Berdasarkan penjelasan tersebut pemerintah berpendapat bahwa permohonan para Pemohon yang mempersoalkan batasan pengertian singkatan atau hal-hal yang lain yang bersifat umum yang dijadikan dasar atau

pijakan bagi pasal-pasal berikutnya dalam undang-undang a quo

sangatlah tidak berasalan dan tidak tepat, justru ketentuan a quo

(8)

yang dimaksud dengan koperasi, maksud, dan tujuan, serta nilai dan prinsip yang melandasi koperasi Indonesia.

2. Terhadap ketentuan Pasal 37 ayat (1) huruf f dan Pasal 57 ayat (2) Undang-Undang Perkoperasian yang pada intinya menetapkan bahwa pengurus mendapat gaji dan tunjangan, sendangkan pengawas mendapatkan imbalan oleh para Pemohon dianggap membelenggu hak para Pemohon untuk menjalankan koperasi. Pemerintah memberikan penjelasan:

a. Gaji dan tunjangan yang diterima oleh pengurus dan imbalan yang diterima oleh pengawas merupakan bentuk perwujudan nilai tanggung jawab, nilai bertanggung jawab yang mendasari kegiatan koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c Undang-Undang Perkoperasian.

b. Kegiatan mengelola koperasi membutuhkan curahan waktu penuh dari pengurus maupun para pengawas koperasi. Sebagai upaya meningkatkan pelayanan secara operasional kepada para anggota koperasi, pengurus mendapatkan gaji dan tunjangan, sedangkan pengawas mendapatkan imbalan. Adapun besaran gaji dan tunjangan setiap pengurus dan imbalan pengawas ditetapkan dalam rapat anggota sesuai dengan Pasal 57 ayat (2) dan Pasal 49 ayat (3) Undang-Undang Perkoperasian. Dengan demikian

menurut pemerintah ketentuan a quo adalah sejalan dengan

amanat Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

3. Terhadap ketentuan Pasal 50 ayat (1) huruf a, Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Perkoperasian yang menurut para Pemohon tidak memberi kesempatan pada setiap anggota untuk bisa memilih dan dipilih sebagai pengurus secara langsung dalam rapat anggota, namun harus melalui pintu pengusulan oleh pengawas dianggap bertentangan dengan Pasal 28C ayat (2) dan Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Terhadap anggapan para Pemohon tersebut, pemerintah memberikan keterangan sebagai berikut:

a. Pengawas adalah perangkat organisasi koperasi yang dipilih dari dan oleh anggota pada rapat anggota dan bertugas mengawasi dan memberikan nasihat kepada pengurus. Salah satu tugas pengawas adalah mengusulkan calon pengurus.

b. Pengurus dipilih dari orang perseorangan baik anggota maupun non anggota yang harus memenuhi persyaratan tertentu yang

diatur dalam undang-undang a quo, maupun persyaratan khusus

yang tercantum dalam anggaran dasar masing-masing koperasi. c. Kewenangan pengawas mengusulkan calon pengurus adalah

(9)

anggota dan ditetapkan dalam rapat anggota (Pasal 50 Undang-Undang Perkoperasian).

d. Tugas pengawas untuk mengusulkan calon pengurus merupakan fungsi melaksanakan seleksi awal calon pengurus, yaitu melalui tahap penjaringan calon secara terbuka baik dari anggota maupun dari non anggota untuk selanjutnya dilakukan seleksi. Setelah diperoleh calon yang memenuhi syarat, pengawas mengusulkan calon tersebut kepada rapat anggota. Rapat anggotalah keputusan final terhadap pengangkatan pengurus (Pasal 33 huruf c Undang-Undang Perkoperasian), sehingga tidaklah tepat dan

benar dan tidak berdasar jika ketentuan a quo dianggap

menghalang-halangi setiap anggota koperasi untuk menjadi

pengurus koperasi. Ketentuan a quo hanya mengatur mekanisme

pemilihan pengurus yang melalui pengawas, sehingga sepanjang anggota tersebut memenuhi persyaratan, semua persyaratan, maka setiap anggota berhak memilih dan dipilih sebagai pengurus.

4. Terhadap ketentuan Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Perkoperasian yang memungkinkan pengurus dipilih dari nonanggota, menurut para Pemohon dianggapnya pembentuk undang-undang tidak memahami jiwa koperasi. Terhadap anggapan para Pemohon tersebut, pemerintah memberikan keterangan bahwa masing-masing koperasi memiliki karakteristik usaha yang berbeda-beda. Salah satunya terkait dengan kualifikai kompetensi pengurus. Ada koperasi yang seluruh pengurusnya berasal dari anggota, namun ada pula koperasi yang sebagian atau seluruh pengurusnya berasal dari nonanggota. Dalam hal kualifikasi kompetensi pengurus tidak mampu dipenuhi oleh anggota, maka dapat dicari dan diangkat dari nonanggota yang pada akhirnya mekanisme pemilihan pengurus tetap ditentukan dalam rapat anggota.

5. Terhadap Ketentuan Pasal 66 yang mengatur skema modal koperasi yang terdiri dari setoran pokok dan sertifikat modal koperasi sebagai modal awal dianggap bertentangan dengan asas kekeluargaan yang menjadi landasan usaha bersama. Terhadap anggapan para Pemohon tersebut, pemerintah memberikan keterangan bahwa nomenklatur dan struktur permodalan koperasi pada undang-undang ini merupakan penyempurnaan terhadap struktur permodalan koperasi pada undang-undang yang lama yang memiliki kelemahan utama, yaitu tidak stabilnya modal koperasi. Modal koperasi pada undang-undang ini mengatur pilihan-pilihan sumber modal koperasi yang lebih stabil dan dinamis, baik modal sendiri yang bersumber dari anggota, maupun modal yang bersumber dari luar koperasi. Dengan modal koperasi yang lebih stabil dan dinamis tersebut akan mendorong kekuatan modal koperasi sehingga menopang kebutuhan pengembangan usaha koperasi.

(10)

6. Terhadap Ketentuan Pasal 67 ayat (1) Undang-Undang Perkoperasian yang mengatur bahwasanya setoran pokok dibayarkan oleh anggota pada saat yang bersangkutan mengajukan permohonan sebagai anggota dan tidak dapat dikembalikan, dianggap bertentangan dengan Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Terhadap anggapan para Pemohon tersebut, pemerintah memberikan keterangan sebagai berikut.

a. Ketika anggota membayarkan setoran pokok sebagai syarat menjadi anggota, maka uang setoran pokok tersebut sudah berubah menjadi modal atau kekayaan koperasi sebagai badan hukum, bukan lagi sebagai harta pribadi anggota.

b. Pada saat setoran pokok dibayarkan untuk menjadi anggota koperasi, maka terjadi transformasi atau peralihan status uang. Setoran pokok tersebut menjadi kekayaan koperasi sebagai badan hukum. Oleh karena itu, tidak ada pengambilalihan harta atau kekayaan pribadi oleh anggota koperasi tersebut. Sebab anggota koperasi sudah memperoleh servis dan kemanfaatan lainnya dari koperasi, sehingga setoran pokok tidak dapat diambil kembali. c. Setoran pokok adalah syarat menjadi anggota koperasi dan

karena itu anggota koperasi tersebut memperoleh pelayanan atau servis dari koperasi, mendapatkan surplus hasil usaha, dan manfaat lainnya.

7. Terhadap Ketentuan Pasal 68 Undang-Undang Perkoperasian yang mengatur bahwa anggota koperasi harus membeli sertifikat modal koperasi yang menurut para Pemohon dianggap sebagai pemaksaan. Terhadap anggapan para Pemohon tersebut, pemerintah

memberikan keterangan bahwa ketentuan a quo menjadi landasan

keharusan bagi anggota koperasi untuk memiliki sertifikat modal koperasi sebagai alat menghimpun modal koperasi. Pengaturan mengenai sertifikat modal koperasi termasuk jumlah minimumnya ditentukan secara otonom oleh koperasi dalam/atau sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Oleh karena itu, penerbitan dan penjualan sertifikat modal koperasi hanya kepada anggota koperasi dan tidak boleh dijual kepada nonanggota. Maka hal ini merupakan konsekuensi logis yang merupakan kewajiban anggota sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar. Sedangkan terhadap nonanggota diberikan instrumen modal tersendiri seperti modal penyertaan. 8. Terhadap Ketentuan Pasal 69 Undang-Undang Perkoperasian yang

terkait dengan sertifikat modal koperasi yang tidak mempunyai hak suara, menurut pemerintah justru merupakan penegasan bahwa modal koperasi yang berasal dari sertifikat modal koperasi tidak menjadi penentu hak suara dalam rapat anggota. Sehingga berapa pun kepemilikan sertifikat modal koperasi oleh anggota koperasi tidak mempengaruhi suara dalam rapat anggota. Karena itu sertifikat modal koperasi berbeda sama sekali dengan konsep saham dalam

(11)

Undang-Undang Perseroan Terbatas yang menjadi penentu hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

9. Terhadap ketentuan Pasal 70 ayat (2) Undang-Undang Perkoperasian dianggap bertentangan dengan prinsip perlindungan hak milik sebagaimana dijamin oleh ketentuan Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Terhadap anggapan Para Pemohon tersebut, Pemerintah memberikan penjelasan bahwa perihal pemindahan sertifikat modal koperasi berdasarkan ketentuan a quo adalah merupakan hal yang lumrah dan biasa sebagai perbuatan perdat ... perdata atas kepemilikan sertifikat modal koperasi oleh anggota koperasi. Selain itu, pemindahan sertifikat modal koperasi dimaksudkan agar tidak menyebabkan berkurangnya modal koperasi yang berasal dari anggota. Pemindahannya tetap mengacu dan bersesuaian dengan asas kekeluargaan dan prinsip dari anggota, oleh anggota, untuk anggota, serta prinsip satu anggota memiliki satu hak suara. Pengaturan pemindahan sertifikat modal koperasi yang dimiliki oleh anggota koperasi justru telah sejalan dengan prinsip perlindungan terhadap hak milik pribadi sebagaimana ditentukan oleh Pasal 28H ayat (4) dan Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

10. Terhadap ketentuan Pasal 75 Undang-Undang Perkoperasian yang pada intinya mengatur mengenai koperasi dapat menerima modal pernyertaan oleh Para Pemohon dianggap dapat menyebabkan adanya intervensi pihak luar atau nonanggota dan kemungkinan

terjadinya praktik money laundry. Terhadap anggapan Para

Pemohon tersebut, Pemerintah berpendapat bahwa modal pernyetaan merupakan instrumen modal untuk mengembangkan usaha yang berbasis pada potensi dan kelayakan. Penempatan pernyetaan dilakukan dengan perjanjian antara koperasi sebagai penerima modal pernyetaan dan pihak pemodal yang tidak memiliki hak suara dalam rapat anggota, diatur dalam Pasal 76 Undang-Undang Perkoperasian. Dengan demikian anggapan Pemohon bahwa modal pernyetaan dapat menyebabkan intervensi pihak luar atau

nonanggota kepada koperasi dan membuka praktik adanya money

laundry adalah tidak tepat dan tidak berdasar.

11. Terhadap ketentuan Pasal 78 ayat (2) Undang-Undang Perkoperasian yang mengatur pelarangan koperasi membagikan kepada anggota surplus hasil usaha yang berdasar dari transaksi nonanggota dianggap tidak sesuai dengan asas kekeluargaan yang menjadi landasan usaha bersama dalam Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Terhadap anggapan Para Pemohon tersebut, Pemerintah memberikan keterangan bahwa surplus hasil usaha, selisih hasil usaha yang diperoleh dari transaksi nonanggota yang tidak dibagikan kepada anggota tidak akan hilang dari kekayaan koperasi atau digunakan menyimpang dari apa yang telah

(12)

diputuskan oleh rapat anggota. SHU yang berasal dari transaksi dengan nonanggota tetap menjadi milik koperasi dan secara tidak langsung menjadi milik para anggota atau (suara tidak terdengar jelas) private yang tujuannya adalah untuk mengembangkan usaha koperasi dalam rangka meningkatkan pelayanan dan manfaat bagi para anggota.

12. Terhadap ketentuan Pasal 80 Undang-Undang Perkoperasian yang menentukan bahwa dalam hal terhadap defisit hasil usaha pada koperasi simpan pinjam anggota wajib menyetor tambahan sertifikat modal koperasi oleh Para Pemohon dianggap menyimpang dari hakikat dan ciri badan hukum dan karena ... ulangi ... dan karenanya dianggap bertentangan dengan ketentuan Pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945. Terhadap anggapan Para Pemohon

tersebut, Pemerintah memberikan keterangan bahwa ketentuan a

quo hanya berlaku atau lex specialis pada koperasi simpan pinjam. Sebagai lembaga keuangan koperasi simpan pinjam perlu menjaga rasio kecukupan modal yang merupakan indikator penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam. Hal itu dimaksudkan untuk mempertahankan dan menjaga kepercayaan anggota dan pihak luar terhadap koperasi simpan pinjam sebagai wujud pelaksanaan prinsip kehati-hatian atau prudent. Dengan demikian bila terjadi defisit hasil usaha, maka anggota sebagai pemilik berkewajiban mengatasi defisit tersebut, yakni menyetor tambahan sertifikat modal koperasi.

13. Terhadap ketentuan Pasal 82, Pasal 83, dan Pasal 84 Undang-Undang Perkoperasian yang membatasi jenis koperasi sebatas pada koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi jasa, dan koperasi simpan pinjam oleh Para Pemohon dianggap bertentangan dengan Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945. Terhadap anggapan Para Pemohon tersebut Pemerintah memberikan keterangan bahwa penjenisan koperasi didasarkan atas karakteristik kegiatan usaha dan/atau kepentingan ekonomi anggota. Dengan demikian penjenisan koperasi menjadi empat jenis tersebut dapat memfokuskan pengembangan koperasi. Koperasi yang berkembang saat ini bukan berbasis jenis koperasi melainkan macam-macam tipe koperasi yang tidak berorientasi pada karakteristik usaha, ulangi, tidak berorientasi pada karakteristik usaha sehingga sulit dalam menentukan fokus, misi, visi, dan pencetakkan efisiensi, dan daya saing koperasi, sehingga jenis koperasi dicantumkan dalam anggaran dasar.

Yang Mulia, Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Dari uraian permohonan Para Pemohon dan seluruh uraian penjelasan Pemerintah tersebut di atas, menurut Pemerintah pada hakikatnya yang terjadi adalah Para Pemohon tidak secara jeli dan komprehensif dalam memahami Undang-Undang Pengkoperasian, dengan perkataan lain anggapan-anggapan Para Pemohon tersebut tidak terkait sama sekali

(13)

dengan isu konstitusionalitas keberlakuan materi muatan yang dimohonkan untuk diuji tersebut.

IV. Kesimpulan.

Berdasarkan penjelasan dan argumentasi tersebut Pemerintah memohon kepada Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia yang memeriksa, memutus, dan mengadili permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Pengkoperasian terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat memberikan keputusan sebagai berikut.

1. Menyatakan bahwa Para Pemohon tidak mempunyai kedudukan hukum (legal standing).

2. Menolak permohonan pengujian Para Pemohon seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan tidak dapat diterima.

3. Menyatakan keterangan Pemerintah ... ulangi, menerima keterangan Pemerintah secara keseluruhan.

4. Menyatakan Ketentuan Pasal 1 angka 1, Pasal 50 ayat (1), Pasal 55 ayat (1), Pasal 56 ayat (1), Pasal 66, Pasal 67, Pasal 68, Pasal 69, Pasal 70 Pasal 71, Pasal 71, Pasal 72, Pasal 73, Pasal 74, Pasal 75, Pasal 76, Pasal 77, Pasal 80, Pasal 82, dan Pasal 83 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Pengkoperasian tidak bertentangan dengan Ketentuan Pasal 28C ayat (2), Pasal 28D ayat (2), Pasal 28H ayat (4), Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Demikian atas perhatian Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, kami ucapkan terima kasih. Jakarta, 2 Mei 2013. Kuasa Hukum Presiden Republik Indonesia. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Amir Syamsudin ditandatangani. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Syarifuddin Hasan ditandatangani. Demikian, terima kasih.

9. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Baik, terima kasih. Nanti keterangan Pemerintahnya disampaikan ke Kepaniteraan, ya, yang selengkapnya. Seharusnya ada keterangan DPR, tetapi DPR tidak hadir. Saudara Pemohon, apakah Saudara dalam Perkara ini akan mengajukan ahli atau saksi?

10. KUASA HUKUM PEMOHON: AAN EKO WIDIARTO Betul, Yang Mulia, kami akan mengajukan. 11. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

(14)

12. KUASA HUKUM PEMOHON: AAN EKO WIDIARTO

Dua-duanya, Yang Mulia. Kalau untuk ahli ada 14, kemudian untuk saksi ada 6.

13. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Baiklah. Untuk itu sidang ini akan kami tunda pada hari Selasa 4 Juni karena ini jadwalnya padat sekali di Mahkamah.

14. KUASA HUKUM PEMOHON: AAN EKO WIDIARTO Maaf, Yang Mulia, bisa sebentar.

15. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Ya, sebentar dulu. Sidang ini akan kita tunda 4 Juni 2013, ya. Yang agendanya adalah mendengar keterangan ahli dan saksi dari Pemohon. Nah, untuk itu dari 14 ahli itu mungkin paling banyak Saudara harus hadirkan 5 dulu lah ahlinya, supaya bisa mendapat kesempatan karena kita sidangnya juga dimulai jam 10.30 WIB dan harus berakhir itu jam 12.00 WIB atau paling lambat jam 12.30 WIB. Oleh karena itu setting waktunya itu disesuaikan dengan jumlah saksi, jangan sampai nanti Saudara mengajukan ... eh, ahli, ya? Mengajukan ahli banyak-banyak di sini, tapi enggak didengar juga kan bolak-balik, bolak-balik, ongkos dan biayanya juga menjadi mahal bagi Saudara, ya? Tapi bagaimana mengatur, yang penting keterangan para ahli itu bisa didengar, itu.

Ada hal yang mau disampaikan?

16. KUASA HUKUM PEMOHON: AAN EKO WIDIARTO

Baik. Terima kasih, Yang Mulia. Terkait dengan keterangan Pemerintah tadi, ini karena mumpung ada Pemerintah lengkap datang, kami ingin klarifikasi. Keterangan tadi diberikan apakah memang atas keseluruhan, atas permohonan yang awal, dan perbaikan? Kalau dibaca tadi, kami dengar juga perbaikan sudah masuk. Hanya saja untuk keterangan terhadap (suara tidak terdengar jelas) ontslag atas undang itu yang kami mempersoalkan pembatalan suatu undang-undang, kami tidak mendengarkan, apakah memang itu diterima ataukah tidak?

Kemudian, yang kedua adalah soal pengawas yang kewenangannya kami anggap atau kami rasakan melebihi dari kewenangan RAT karena bisa memberhentikan anggota, kemudian bisa

(15)

memberhentikan pengurus, dan seterusnya. Itu juga tidak kami dengar, apakah itu juga diterima? Kalau itu diterima, alhamdulillah.

Kemudian, kalau boleh agak dalam, Yang Mulia, mumpung juga Pemerintah ada. Sejauh yang kami ketahui, sekarang ini ada koperasi yang asetnya sampai Rp2,5 triliun, Yang Mulia, yaitu Kospin Jasa Pekalongan. Dan ada juga ... ada Koperasi KSP Obor Nusa Tenggara yang asetnya sampai Rp201 miliar, ini di perbatasan. Untuk total ... untuk Obor NTT dan Semen Gresik ini bentuknya KSU (Koperasi Serba Usaha). Kalau ini tadi pemerintah risau, sehingga perlu berbasis karakteristik usaha, kami mengira kok itu tidak (...)

17. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Enggak. Atau begini, Pak. Kalau soal argumentasi, itu masing-masinglah, ya? Jadi ... apa namanya ... itu yang pertama. Yang kedua, ya sepanjang permohonan itu tidak dijawab … ini bukan pihak sebenarnya. Jadi, Pemerintah itu pemberi keterangan. Jadi, sepanjang yang diberikan keterangan secara tertulis itulah yang menjadi pegangan

kita. Di luar itu kan berarti tidak diberi keterangan, kan gitu? Itu ... itu

posisi masing-masing.

Nah, oleh ... kemudian, hal-hal yang berkaitan dengan apakah kerisauan, apakah menurut Pemerintah itu menjadi dasar, sehingga karakteristik koperasinya perlu diubah, nah itu nanti yang kita perjelas dalam persidangan. Karena Saudara kan mengajukan argumentasi itu nanti didukung oleh ahli dan saksi fakta kalau ada, ya?

18. PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI Izin, Yang Mulia.

19. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Ya.

20. PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI Pemerintah, Yang Mulia. 21. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

(16)

22. PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI

Menanggapi sedikit. Ya, yang tadi disampaikan oleh Kuasa Hukum Pemohon. Jadi memang kalau Pemerintah memang dalam kesempatan

sidang pertama, makanya kita selalu mengatakan itu opening statement

atau keterangan pembuka.

Nah, nanti hal-hal yang lebih komprehensif akan kita jelaskan di keterangan Pemerintah secara tertulis. Karena mengingat waktu kalau kita 30 lembar halam … 40 lembar, kan terlalu lama membacanya.

Oleh karena itu, kita peras itu. Bukan berarti yang tidak tercantum kita bersepakat, tapi nanti kita akan uraikan lebih lanjut. Terima kasih, Yang Mulia.

23. KETUA: M. AKIL MOCHTAR

Ya. Jadi, begini, di hukum acaranya memang tidak ada opening statement ya, jadi keterangan Pemerintah. Bahwa kemudian Pemerintah ini di ... memberi keterangan yang lengkap lagi secara tertulis, ya sepanjang masih dalam tenggang waktu dan toleransi sesuai dengan hukum acara, ya itu tetap menjadi bagian dari perkara ini. Tetapi apa yang disampaikan pada hari ini karena itu dinyatakan dalam sidang, itulah bagian keterangan Pemerintah pada hari ini. Yang belum ada kan

dianggap belum pernah ada, kecuali nanti ada, gitu lho. Dan para pihak

diberi kesempatan untuk kesimpulan di terakhir, kan nanti menyampaikan kesimpulan. Kesimpulan itu bagian juga dari keterangan masing-masing untuk memperjelas hal-hal yang ada, ya?

Oleh karena itu, berapa pun banyaknya ... kalau soal menyampaikan secara analisis, secara lisan, itu kan soal teknis saja, tapi jawabannya dipersiapkan sedemikian rupa. Karena di situ juga tadi jawabannya ditandatangani oleh presiden atau diwakili oleh kuasanya langsung. Dan itu jawaban yang resmi itu, keterangan resmi Pemerintah di dalam sidang, ya?

Okelah. Nanti kita ... apa namanya ... perbincangkan atau perdebatkan lebih jauh pada sidang berikutnya. Hari ini sesuai dengan

ketentuan, masing-masing diberi hak untuk menyampaikan

keterangannya.

Jadi, saya ulangi lagi. Persidangan ini ditunda hari Selasa, 4 Juni 2013, jam 10.30 WIB ya, untuk mendengarkan keterangan ahli. Disusun, jadi jangan 14 kali, ya? Ya, supaya kita bertahaplah.

Baik. Cukup, ya? Dari Hakim juga tidak ada hal yang harus disampaikan.

(17)

Dengan demikian, sidang dalam perkara ini saya nyatakan selesai dan sidang ditutup.

Jakarta, 2 Mei 2013

Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d.

Rudy Heryanto

NIP. 19730601 200604 1 004 SIDANG DITUTUP PUKUL 11.40 WIB

KETUK PALU 3X

Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.

Referensi

Dokumen terkait

1) Pertama-tama keluarga calon mempelai laki-laki akan mengutus seseorang untuk menemui keluarga calon mempelai perempuan dalam rangka merundingkan tentang berapa nilai

Terkait dengan produk pembiayaan yang ada di Koperasi Pondok Pesantren Manba’ul ‘Ulum, pembiayaan bagi hasil manakah yang mampu mendominasi seluruh pembiayaan yang

Apabila dilihat dari capaiannya di tahun 2017, maka capaian Nilai Tukar di atas angka 100 dan telah melampaui target tahun 2017 adalah untuk nelayan, pengolah dan petambak

Tampilan tabel memuat karakteristik umum dari DAS dan nilai-nilai tangkapan yang didapatkan di outlet (watershed summary), analisis sedimen, hidrologi (erosi, sedimentasi dan

Akibat hukum dari putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 28/PUU-XI/2013 yang mengakibatkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian bertentangan dengan

Kalau mengenai kewenangan Mahkamah saya sudah baca dengan legal standing barangkali tidak usah, cuman yang mengenai pokok permohonan apa yang Saudara persoalkan?...

Rata- rata kecepatan pertumbuhan panjang dari Siganus javus Betina yaitu sebesar 0,0172cm/hari, dimana pendugaan umur nol dari ikan Siganus javus Betina memiliki

Secara hukum, pengelolaan keuangan daerah yang dimaksudkan dalam rangka perwujudan kewajiban pemerintah daerah harus dilakukan dengan sejumlah prinsip, yakni: efisien, efektif,