• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuransi dan pegadaian syariah doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Asuransi dan pegadaian syariah doc"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam hidup ini, adakalannya orang mengalami kesulitan pada suatu ketika. Kesulitan yang di hadapi itu bermacam-macam, sehingga orang sangat membutuhkan bantuan satu sama lain. Di antara berbagai macam kesulitan itu masalah yang rumit di hadapi seseorang adalah ketika ia tidak memiliki uang. Uang adalah hal pokok yang di butuhkan manusia karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi sekarang kebutuhan hidup serba mahal.

Untuk menutupi atau mengatasi masalah itu orang terpaksa meminjam uang kepada pihak lain atau kepada rumah pegadaian atau kepada perorangan. Ketika orang itu meminjam kepada pegadaian maka pinjaman itu harus disertai jaminan. Akan tetapi sampai saat ini masih ada kesan dalam masyarakat, kalau seseorang pergi ke pegadaian untuk meminjam sejumlah uang dengan cara menggadaikan barang adalah aib dan seolah kehidupan orang tersebut sudah sangat menderita. Karena itu banyak di antara masyarakat yang malu menggunakan fasilitas pegadaian lain halnya jika kita pergi ke sebuah bank disana akan terlihat lebih prestisius, walaupun dalam prosesnya memerlukan waktu yang relatif lebih lama denga persyaratan yang lebih rumit.

(2)

Untuk menjembatani keinginan tersebut perlu di kaji tentang pengertian gadai syariah itu seperti apa, apa dasar hukum gadai syariah, rukun dan syarat sahnya perjanjian gadai, pemanfaatan dan penjualan barang gadaian serta bagaimana berakhirnya akad rahn, apa perbedaan antara rahn dan gadai, serta implementasinya dalam gadai syariah.

B. Rumusan Masalah

Didalam makalah ini akan dibahas tentang;

1. Pengertian asuransi dan pegadaian syariah

2. Prinsip operasionalisasi asuransi dan pegadaian syariah

3. Pandangan/ tinjauan hukum Islam tentang asuransi dan pegadaian syariah.

C. Tujuan

1. Memahami pengertian asuransi dan pegadaian syariah

2. Memahami prinsip operasionalisasi asuransi dan pegadaian syariah

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian, Prinsip Operasionalisasi, dan Pandangan/ Tinjauan Hukum Islam tentang Asuransi.

1. Pengertian Asuransi.

Secara umum pengertian asuransi dapat dilihat pada pasal 246 KUHD yaitu “suatu perjanjian yang dengan perjanjian tersebut penanggung mengikatkan diri kepada seseorang tertanggung untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tertentu. (Suparman, 1993: 41) Djazuli dkk (2002: 119) menyatakan bahwa dari pengertian diatas terdapat empat unsur yag mesti ada yaitu; pertama, perjanjian yang mendasari terbentuknya perikatan antara dua pihak yang sekaligus terjadinya hubungan keperdataan (muamalah). Kedua, premi berupa sejumlah uang yang sanggup dibayar oleh tergantung kepada penanggung. Ketiga, adanya ganti rugi dari penanggung kepada tertanggung jika terjadi klaim atau masa perjanjian selesai. Keempat, adanya suatu peristiwa yang tertentu datangnya.

Disisi lain adanya dua pihak yang terlibat. Pertama, pihak yang mempunyai kesanggupan untuk menanggung atau mnjamin yang selanjutnya disebut dengan penanggung. Kedua, pihak yang akan mendapatkan ganti rugi jika menderita suatu musibah sebagai akibat dari suatu peristiwa yang belum tentu akan terjadi, yang selanjutnya disebut dengan tertanggung. Pihak pertama bisa berupa perseorangan, badan hukum atau lembaga seperti perusahaan, sedangkan pihak kedua adalah masyarakat luas.

(4)

Prinsip utama dalam perasuransian syariah adalah ta’awanu ‘alal birri wa al-taqwa (tolong-menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa) dan al-takmin

(rasa aman). Prinsip ini menjadikan para anggota atau peserta asuransi sebagai sebuah keluarga besar yang satu dengan lainnya saling menjamin dan menanggung risiko. Hal ini disebabkan transaksi yang dibuat dalam asuransi takaful adalah akad

takafuli (saling menanggung), bukan akad tabaduli (saling menukar) yang selama ini digunakan oleh asuransi konvensional, yaitu pertukaran pembayaran premi dengan uang pertanggungan.

Para ulama dan ahli ekonomi Islam mengemukakan bahwa asuransi syariah atau asuransi takaful ditegakkan atas tiga prinsip utama, yaitu:

1. Saling bertanggung jawab, yang berarti para peserta asuransi takaful memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk membantu dan menolong peserta lain yang mengalami musibah atau kerugian dengan niat ikhlas, karena memikul tanggung jawab dengan niat ikhlas adalah ibadah. Hal ini dapat diperhatikan dari hadits-hadits Nabi saw. berikut:

”Kedudukan hubungan persaudaraan dan perasaan orang-orang beriman antara satu dengan lain seperti satu tubuh (jasad) apabila satu dari anggotanya tidak sehat, maka akan berpengaruh kepada seluruh tubuh” (HR. Bukhari dan Muslim).

”Seorang mukmin dengan mukmin yang lain (dalam suatu masyarakat) seperti sebuah bangunan di mana tiap-tiap bagian dalam bangunan itu mengukuhkan bagian-bagian yang lain”(HR. Bukhari dan Muslim).

Rasa tanggung jawab terhadap sesama merupakan kewajiban setiap muslim. Rasa tanggung jawab ini tentu lahir dari sifat saling menyayangi, mencintai, saling membantu dan merasa mementingkan kebersamaan untuk mendapatkan kemakmuran bersama dalam mewujudkan masyarakat yang beriman, takwa dan harmonis.

(5)

memerhatikan kepentingan diri sendiri semata tetapi juga mesti mementingkan orang lain atau masyarakat.

2. Saling bekerja sama atau saling membantu, yang berarti di antara peserta asuransi takaful yang satu dengan lainnya saling bekerja sama dan saling tolong-menolong dalam mengatasi kesulitan yang dialami karena sebab musibah yang diderita. Sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Maidah ayat 2 yang artinya:

“Bekerjasamalah kamu pada perkara-perkara kebajikan dan takwa, dan jangan bekerja sama dalam perkara-perkara dosa dan permusuhan.”

Hadits juga membicarakan perkara seperti ini, di antaranya yaitu:

“Barang siapa yang memenuhi hajat (kebutuhan) saudaranya, Allah akan memenuhi hajatnya” (HR Bukhari, Muslim dan Abu Daud).

Dengan prinsip ini maka asuransi takaful merealisir perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an dan Rasulullah SAW dalam al-Sunnah tentang kewajiban hidup bersama dan saling menolong di antara sesama umat manusia.

3. Saling melindungi penderitaan satu sama lain, yang berarti bahwa para peserta asuransi takaful akan berperan sebagai pelindung bagi peserta lain yang mengalami gangguan keselamatan berupa musibah yang dideritanya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Quraisy ayat 4 yang artinya:

“(Allah) yang telah menyediakan makanan untuk menghilangkan bahaya kelaparan dan menyelamatkan/mengamankan mereka dari mara bahaya ketakutan.”

(6)

Dengan begitu maka asuransi takaful merealisir perintah Allah dalam Al-Qur’an dan Rasulullah SAW dalam al-Sunnah tentang kewajiban saling melindungi di antara sesama warga masyarakat.

4. Pandangan/ Tinjauan Hukum Islam tentang Asuransi.

Masalah asuransi dalam pandangan ajaran Islam termasuk masalah ijtihadiyah, artinya hukuman perlu dikaji sedalam mungkin karena tidak dijelaskan oleh Alquran dan Al-sunnah secara eksplisit. Para imam mujtahid seperti Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hanbal dan para mujtahid yang semasa dengan mereka tidak memberikan fatwa mengenai asuransi karena pada masa itu asuransi belum dikenal. Sistem asuransi baru dikenal di dunia Timur pada abad XIX Masehi. Dunia barat sudah mengenal sistem asuransi ini sejak abad XIV Masehi, sedangkan para ulama mujtahid besar hidup pada sekitar abad II sampai dengan IX Masehi.

Dikalangan ulama atau cendikiawan Muslim terdapat empat pendapat tentang hukum asuransi, yaitu:

a. Mengharamkan asuransi dalam segala macam dan bentuknya seperti sekarang ini, termasuk asuransi jiwa. Kelompok ini antara lain Sayyid Sabiq yang diungkap dalam kitabnya Fiqh al-Sunnah, Abdullah al-Qalqili, Muhammad Yusuf al-Qardhawi, da Muhammad Bakhit al-Muth’i, alasannya antara lain:

 asuransi hakikatnya sama dengan judi;

 mengandung unsur tidak jelas dan tidak pasti;

 mengandung unsur iba/rente;

 mengandung unsur eksploitasi karena apabila pemegang polis tidak bisa melanjutkan pembayaran preminya, bisa hilang atau dikurangi uang premi yang telah dibayarkan;

 premi-premi yang telh dibayarkan oleh para pemegang polis diputar dalam praktik riba (karena uang tersebut dikreditkan dan dibungakan);

 asuransi termasuk akad sharfi, artinya jual beli atau tukar-menukar mata uang tidak dengan uang tunai;

(7)

b. Membolehkan semua asuransi oleh Abdul wahhab Khalaf, Mustafa Ahmad Zarqa, Muhammad Yusuf Musa dan alasan-alasan yang dikemukakannya sebagai berikut:

 Tidak ada nash Alquran maupun nash al-Hadits yang melarang auransi;

 Kedua pihak yang berjanji (asurador dan yang mempertanggungkan) dengan penuh kerelaan menerima operasi ini dilakukan dengan memikul tanggung jawab masing-masing;

 Asuransi tidak merugikan salah satu atau kedua belah pihak dan bahkan asuransi menguntungkan kedua belah pihak;

 Asuransi mengandung kepentingan umum, sebab premi-premi yang terkumpul dapat diinvestasikan (disalurkan kembali untuk dijadikan modal) untuk proyek-proyek yang produktif dan untuk pembangunan;

 Asuransi termasuk akad mudharabah, maksudnya asuransi merupakan akad kerja sama bagi hasil antara pemegang polis (pemilik modal) dengan pihak perusahaan asuransi yang mengatur modal atas dasar bagi hasil (profit and loss sharing);

 Asuransi termasuk syirkah ta’awuniyah;

 Dianalogikan atau diqiaskan dengan sistem pensiun, seperti taspen;

 Operasi asuransi dilakukan untuk kemaslahatan umum dan kepentingan bersama;

 Asuransi menjaga banyak manusia dari kecelakaan harta benda, kekayaan, dan kepribadia.

c. Membolehkan asuransi yang bersifat sosial dan mengharamkan asuransi yang bersifat komersial semata.

d. Menganggap bahwa asuransi bersifat syubhat karena tidak ada dalil-dalil yang secara jlas mengharamkan ataupun secara jelas mengharamkan ataupun secara jelas menghalalkannya.

B. Pengertian, Prinsip Operasionalisasi, dan Pandangan/ Tinjauan Hukum Islam tentang Pegadaian Syariah.

1. Pengertian Pegadaian Syariah.

(8)

Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh orang lain atas nama orang yang mempunyai utang.

Gadai dalam fiqh diebut Rahn, yang menurut bahasa adalah tetap, kekal, dan jaminan. Menurut beberapa mazhab, Rahn berarti perjanjian penyerahan harta oleh pemiliknya dijadikan sebagai pembayar hak piutang tersebut, baik seluruhnya maupun sebagian. Penyerahan jaminan tersebut tidak haus bersifat actual (berwujud), namun yang terlebih penting penyerahan itu bersifat legal misalnya berupa penyerahan sertifikat atau surat bukti kepemilikan yang sah suatu harta jaminan. Menurut mahab Syafi’i dan Hambali, harta yang dijadikan jaminan tersebut tidak termasuk manfaatnya.

Gadai syariah adalah produk jasa berupa pemberian pinjaman menggunakan sistem gadai dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip syariat Islam, yaitu antara lain tidak menentukan tarif jasa dari besarnya uang pinjaman.

Dalam hukum perdata, hak gadai hanya berlaku pada benda bergerak; sedangkan dalam hukum Islam, rahn berlaku pada seluruh harta, baik harta yang bergerak maupun yang tidak bergerak.

Perusahaan Umum Pegdaian dalah satu-satunya badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai seperti dimaksud dalm Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1150 di atas. Tugas pokoknya adalah memberikan pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai agar masyarakat tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan informal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari masyarakat.1

2. Prinsip Operasionalisasi Pegadaian Syariah.

(9)

Dalam operasionalnya, pengelolaan usaha gadai syariah ini diperlakukan sebagaimana pengelolaan sebuah perusahaan dengan sistem manajemen modern yang dicerminkan dari penggunaan azas rasionalitas, efisiensi, dan efektivitas. Ketiga azas ini harus diselaraskan dengan nilai-nilai Islam, sehingga dapat berjalan seiring dan terintegrasi dengan manajemen perusahaan secara keseluruhan.

Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara sukarela atas dasar tolong menolong dan tidak untuk semata-mata mencari keuntungan. Sedangkan gadai menurut hukum perdata, disamping berprinsip tolong menolong juga menarik keuntungan melalui sistem bunga atau sewa modal yang ditetapkan dimuka. Dalam hukum Islam tidak dikenal istilah “bunga uang”, dengan demikian dalam transaksi Rahn (gadai syariah) pemberi gadai tidak dikenakan tambahan pembayaran atas pinjaman yang diterimanya. Namun demikian masih dimungkinkan bagi penerima gadai untuk memperoleh imbalan berupa sewa tempat penyimpanan marhun (barang jaminan/agunan).

mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut : Melalui akad Rahn, nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian Pegadaian menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian. Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan, dan keseluruhan proses kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak.2

3. Pandangan/ Tinjauan Hukum Islam tentang Pegadaian Syariah. a. AL-Qur’an

Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah : 283

(10)



















“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh orang yang berpiutang.”

Dalam Q.S. An-Nisa : 29 Allah SWT berfirman :

















































“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

b. Hadits

Dari Aisyah r.a., Nabi SAW bersabda :

اعرد هنهرو ام اعط يدوهي نم ملسو هيلع هللا لوسر ىرتشا تل اق ةشئاع نع

ديدح نم

(11)

Dari Abi Hurairah r.a., Nabi SAW bersabda :

“Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung resikonya.” (H.R. As-Syafi’i, Al-Daraquthni dan Ibnu Majah)

c. Ijtihad ulama

Perjanjian gadai yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan Hadits itu dalam pengembangan selanjutnya dilakukan oleh para fuqaha dengan jalan ijtihad, dengan kesepakatan para ulama bahwa gadai diperbolehkan dan para ulama tidak pernah mempertentangkan kebolehannya. Demikian juga dengan landasan hukumnya. Namun demikian, perlu dilakukan pengkajian ulang yang lebih mendalam bagaimana seharusnya pegadaian menurut landasan hukumnya.

(12)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Asuransi adalah suatu perjanjian yang dengan perjanjian tersebut penanggung mengikatkan diri kepada seseorang tertanggung untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tertentu.

Sedangkan gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak.

Hukum mengani asuransi para ulama berbeda pendapat, ada yang Mengharamkan asuransi dalam segala macam dan bentuknya, dan ada yang Membolehkan semua asuransi. Sedangkan untuk pegadaian syariah dibolehkan oleh nash Alquran dan Hadits. yang

B. Saran

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ketuntasan pada siklus II telah mencapai target yang diharapkan, sehingga menjadi bukti bahwa penggunaan media permainan manipulatif dapat meningkatkan

Pada gambar V.13 menampilkan antarmuka menu scan yang merupakan bagian utama pada aplikasi ini.. Dimana pada menu ini akan menampilkan objek Augmented Reality berdasarkan

tujuan pembelajaran [6]. Salah satu contoh dari media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk membantu pelaksanakan pembelajaran matematika adalah software

masalah dalam penelitian yaitu apakah penerapan Pendekatan Saintifik dapat meningkatkan hasil belajar IPA Materi Daur Hidup Hewan pada siswa kelas.. IV MI Ma’arif Gedangan

Hasil BNJ 5% minggu I penyimpanan buah tomat menunjukkan bahwa kontrol, pati aren dan pati sagu memiliki nilai total padatan terlarut paling rendah yaitu 5,30

Hasil uji validitas untuk variabel bebas (gaya kepemimpinan, pengembangan sumber daya manusia dan disiplin kerja) dan variabel terikat (kinerja pegawai) menunjukan bahwa

Berdasarkan hasil wawancara, maka bukanlah suatu hal yang mustahil bagi para penghafal Quran di Pondok Pesantren GRQ mengalami kondisi flow, mengingat proses menghafal Quran

Hasil dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produk simpanan valas yang dilayani oleh bank rakyat indonesia yang diaplikasikan dalam bentuk tabungan britama valas