• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT LITERASI KESEHATAN PADA MASYARAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINGKAT LITERASI KESEHATAN PADA MASYARAK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT LITERASI KESEHATAN PADA MASYARAKAT

MAKASSAR YANG MELAKUKAN PENGOBATAN SENDIRI DI

TOKO OBAT

PUTRA ALAM 13.118.AF

AKADEMI FARMASI YAMASI MAKASSAR

2016

(2)

JUDUL : TINGKAT LITERASI KESEHATAN

PADA MASYARAKAT MAKASSAR

YANG MELAKUKAN PENGOBATAN

SENDIRI DI TOKO OBAT

NAMA MAHASISIWA : PUTRA ALAM

NIM : 13.118.AF

PEMBIMBING I : DRS RUSLI APT.SFRS

PEMBIMBING II : SYARIFUDDIN SIDE S.Farm

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Istilah pengobatan sendiri, meskipun belum terlalu populer, namun praktiknya telah berkembang secara luas dan menjadi tren di masyarakat. Pengobatan sendiri menurut WHO adalah pemilihan dan penggunaan obat modern, herbal, maupun obat tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit (WHO, 1998). The International Pharmaceutical

Federation (FIP) mendefinisikan swamedikasi atau self-medication sebagai penggunaan obat-obatan tanpa resep oleh seorang individu atas inisiatifnya sendiri

(3)

seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, cacingan, diare, penyakit kulit, dan lain-lain (Anonim, 2006).

Keterampilan memilih obat sangat dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat itu sendiri dan sikapnya tentang pengobatan sendiri (Supardi dkk.,

2005). Masyarakat dengan berbagai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan faktorfaktor

lain sering kali mengkonsumsi obat tertentu tanpa indikasi yang jelas, tanpa dosis yang yang tepat, dan tidak mengetahui kontraindikasi dan efek samping obat

tersebut. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat

tentang swamedikasi masih terbatas (Supardi dan Notosiswoyo, 2005). Keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang obat dan penggunaannya merupakan penyebab terjadinya kesalahan pengobatan dalam swamedikasi.

Keterbatasan tersebut dapat menyebabkan rentannya masyarakat terhadap informasi komersial obat, sehingga memungkinkan terjadinya pengobatan yang tidak rasional jika tidak diimbangi dengan pemberian informasi yang benar.

Literasi kesehatan merupakan kemampuan untuk mendapatkan, memproses, dan memahami informasi dan pelayanan kesehatan dasar yang dibutuhkan untuk membuat keputusan kesehatan yang tepat (Brega

et al., 2012). Kemampuan literasi sangat dibutuhkan dalam akses berbagai informasi, khususnya di bidang kesehatan.

(4)

(Sorensen et al., 2013). Sistem sosial tentunya dipengaruhi oleh tempat tinggal seseorang yang pada akhirnya akan mempengaruhi seseorang.

Dari pembahasan diatas, untuk meneliti tingkat literasi kesehatan masyarakat mengenai pengobatan sendiri di toko obat .

2. Rumusan Masalah

Bila dilihat dari latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah yang

meliputi:

1. Bagaimana literasi kesehatan pada masyarakat tentang pengobatan sendiri di took obat.

2. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan masyarakat di kota makasar. mengenai pengobatan sendiri?

3. Apakah factor yang mempengaruhi masyarakat tentang pengobatan sendiri di Makassar .

3. METODE YANG DI LAKUKAN

Bahan dan sumber data dalam penelitian ini adalah kuesioner. sendiri oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari beberapa kelompok pertanyaan, yaitu identitas responden, data faktual responden. data faktual responden, data.

(5)

4.TEMPAT DI LAKUKANNYA PENELITIAAN

Penelitian ini akan di laksanakan di toko obat di daera Makassar.

5.MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud agar masyarakat lebih memahami tentang banyaknya bahaya tentang pengobatan sendiri , tanpa melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan orang kesehatan.

Tujuan mengetahui tingkat perilaku masyarakat tentang pengobatan sendiri.

6.MANFAAT HASIL PENELITI

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dan menambah bahan kajian tentang Literasi Kesehatan di kota Makassar.

BAB II

(6)

I.PENGETAHUAN

I.1. DEFENISI PENGETAHUAN

Pengetahuan adalah suatu fakta atau kondisi mengetahui sesuatu dengan baik yang didapat lewat pengalaman dan pelatihan. Adapun definisi lain dari pengetahuan, yaitu pengetahuan adalah segala maklumat yang akan berguna bagi tugas yang akan dilakukan.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang. Jadi dapat disimpulkan pengetahuan adalah persepsi yang jelas mengenai sesuatu pemahaman, pembelajaran, pengalaman praktikal, kemahiran, pengecaman, serta kumpulan maklumat tersusun yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah, kebiasaan terhadap bahasa, konsep, ide, fakta-fakta, perhubungan antara fakta maklumat, dan kesanggupan menggunakan semua ini. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2003).

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: sosial ekonomi, kultur atau budaya, pendidikan, dan pengalaman (Notoadmodjo, 2003).

c. Cara Mengukur Pengetahuan

(7)

penelitian ke dalam pengetahuan yang diukur dapat disesuaikan dengan tingkatantingkatan domain kognitif (Notoadmodjo, 2003).

2. Pengobatan Sendiri

a. Definisi Pengobatan Sendiri

Pengobatan sendiri adalah penggunaan setiap zat yang dikemas dan dijual di masyarakat untuk tujuan pengobatan saat sakit, tanpa resep atau nasihat dokter (Supardi dkk., 2002), Pengobatan sendiri merupakan bagian dari upaya masyarakat menjaga kesehatan sendiri. Upaya menjaga kesehatan sendiri tersebut diangkat dari istilah lay self care yang merupakan bagian dari sistem penyelenggaraan kesehatan. Dalam system penyelenggaraan kesehatan, pengobatan sendiri menjadi suatu upaya pertama yang dilakukan masyarakat, sebelum ke tingkat selanjutnya yaitu konsultasi medik profesional, konsultasi spesialistik, dan konsultasi. superspesialistik (Sukasediati, 1996). The International Pharmaceutical Federation (FIP) mendefinisikan pengobatan sendiri atau self-medication

sebagai penggunaan obat-obatan tanpa resep oleh seorang individu atas inisiatifnya sendiri (FIP, 1999). Sedangkan definisi pengobatan sendiri menurut WHO adalah pemilihan dan penggunaan obat modern, herbal, maupun obat tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit (WHO, 1998).

Pengobatan sendiri menjadi alternatif yang banyak dipilih masyarakat untuk meredakan/menyembuhkan keluhan kesehatan ringan atau untuk

(8)

masih lebih rendah dibandingkan dengan tingkat pengobatan sendiri di Amerika Serikat yang mencapai 73%. Angka ini bahkan cenderung akan meningkat karena terdapat enam dari sepuluh orang di Amerika yang mengatakan bahwa mereka mungkin akan melakukan pengobatan sendiri lagi di masa yang akan datang terhadap penyakit yang dideritanya (Kartajaya dkk., 2011).

Pada umumnya pengobatan sendiri dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi keluhan yang dapat dikenali sendiri antara lain sakit kepala/pusing, demam, batuk, pilek, nyeri sendi, nyeri otot, sakit gigi, mual/muntah, dan luka ringan. Keluhan-keluhan tersebut umumnya merupakan gejala-gejala penyakit sederhana yang dapat sembuh sendiri dalam waktu singkat, karena itu biasanya pengobatan sendiri hanya dilakukan dalam waktu terbatas, lebih kurang 3-4 hari (Sukasediati, 1996).

Pengobatan sendiri mempunyai ciri pokok yang umum, diantaranya adalah (Sukasediati, 1996):

1) Sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, adat, tradisi dan kepercayaan yang mempengaruhi perilaku seseorang

2) Dipengaruhi faktor sosial politik dan tingkat pendidikan 3) Dilakukan sewaktu-waktu manakala dibutuhkan

4) Berada di luar kerangka kerja medik profesional

5) Modelnya bervariasi dan dilakukan oleh semua kelompok masyarakat.

b. Keuntungan dan Kekurangan Pengobatan Sendiri

(9)

keterbatasan jumlah tenaga dan sarana kesehatan masyarakat (Supardi dkk.2002).

Keuntungan pengobatan sendiri misalnya aman bila digunakan sesuai aturan dengan aturan, efektif untuk menghilangkan keluhan, efisiensi biaya, efisiensi waktu dibandingkan harus berkunjung ke dokter. Ada pula kekurangan pengobatan sendiri adalah obat dapat membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan sesuai aturan, pemborosan biaya dan waktu apabila salah menggunakan obat, kemungkinan besar timbul efek samping dan resistensi, dan sulit bertindak objektif karena pemilihan obat dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan sosialnya (Supardi dan Notosiswoyo, 2005).

Peranan pengobatan sendiri menurut WHO adalah sebagai berikut (WHO, 1998) :

1) Untuk menghasilkan kesembuhan yang cepat dan efektif dari gejala-gejala yang tidak memerlukan konsultasi tenaga medis

2) Mengurangi tekanan yang meningkat pada pelayanan kesehatan terhadap penyembuhan gejala-gejala ringan, terutama bila sumber daya dan tenaga terbatas

3) Meningkatkan ketersediaan perawatan kesehatan baik populasi yang berada di pedesaan atau daerah terpencil yang untuK mendapatkan nasihat media sulit. Kekurangan pengobatan sendiri menurut Holt antara lain (Holt, 1986) :

1) Obat dapat membahayakan apabila tidak digunakan sesuai dengan aturan

2) Pemborosan biaya dan waktu apabila salah menggunakan obat

(10)

4) Penggunaan obat yang salah akibat informasi yang kurang lengkap dari iklan obat

5) Tidak efektif akibat salah diagnosis dan salah dalam pemilihan obat 6) Sulit bertindak objektif karena pemilihan obat dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan sosialnya. c. Faktor yang mempengaruhi pengobatan sendiri Ada beberapa faktor yang berperan pada tindakan pengobatan sendiri pada masyarakat.

Menurut Sukasediati (1996), faktor tersebut antara lain adalah:

1) Persepsi sakit

Persepsi sakit menentukan kapan seseorang mengambil keputusan untuk melakukan tindakan pengobatan. Seseorang bisa merasakan sakit ketika orang tersebut tidak dapat bangun dari tempat tidur, tetapi orang lain dapat merasakan sakit meskipun masih bias bekerja.

2) Ketersediaan informasi tentang obat

Ketersediaan informasi tentang obat dapat menentukan keputusan pemilihan obat. Sumber informasi yang sampai ke masyarakat sebagian besar berasal dari media elektronik, sebagian lagi sesame masyarakat, dan sebagian lagi dari sumber-sumber lain semisal petugas kesehatan.

BAB III

(11)

I.Metode

Bahan dan sumber data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Sebelum dibuat alat ukur kuesioner, dilakukan Focus Group Discussion

(FGD) pada sekelompok masyarakat diluar responden penelitian, untuk menggali informasi lebih banyak tentang pengobatan sendiri yang telah dilakukan masyarakat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur kuesioner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti .

II.Tempat dan waktu penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di toko obat di Makassar pada bulan Maret-Mei 2016.

III.prosedur pelaksanaan

Penelitian ini menggunakan desain penelitiancross sectional, dengan pendekatan kuantitatif.Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2006-Maret 2007. Jumlah sampel ditentukan dengan penghitungan rumus sampel dari Lemeshow dkk.(1997), dengan tingkat kepercayaan 95.%.

n ≥ p.q ( Z ½ a )2 / b

n= jumlah sampel minimal

p= proporsi populasi persentase kelompok I q= proporsi sisa di dalam populasi (1-p) Z= derajat konfidensi pada 95% (1,96)

b= persentase perkiraan membuat kekeliruan10% Berdasarkan perhitungan diperoleh jumlah

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Permukiman kembali pasca bencana lumpur Sidoarjo dengan desain perumahan baru yang berbeda dari perumahan lama sebagian besar korban bencana cenderung memberikan dampak positif

Pasien kusta yang teridentifikasi pertama kali dalam satu keluarga disebut sebagai pasien primer (primary leprosy) dan narakontak dalam satu rumah yang

Augmented Reality Book And Stick Wayang Kulit Panca Pandawa Berbasis Mobile merupakan inovasi baru dalam penerapan teknologi yang berisikan bentuk detail 3D

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel struktur aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal karena perusahaan lebih cenderung menggunakan

Hasil uji Statistik menunjukkan parameter yang berpengaruh terhadap pola persebaran leptospirosis di Kecamatan Bantul yaitu penggunaan lahan dengan nilai

Berdasarkan uji operasional yang dilakukan dengan metode Borehole Tin Mining type SR4 dapat disimpulkan bahwa penambangan dengan cara ini sangat efisien dan

Dengan demikian lebih lanjut dapat diartikan bahwa menu- runnya hasil biji kering tanaman kedelai pada tingkat cekaman air yang lebih tinggi (KATT rendah) terjadi karena