Makalah
PENGORGANISASIAN DALAM
PENDIDIKAN
Disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah: Menejemen Pendidikan
Dosen Penampu: Turno M.Pd
Disusun oleh:
1. M. Islahul Maulana (2022112050)
2. Dwi Prasetio (2022112087)
3. Hisbuna Ihda Nur Amalina (2022112066)
4. M. Ulfan Masruri (2022112006)
JURUSAN TARBIYAH/ PBA
2014
BAB I PENDAHULUANManusia disini tidak akan lepas dariketerkaitan dengan manusia lainya, sehingga sesama manusia sangat memerlukan kerjasama antar sesama. Inilah salah satu patokan dalam membentuk suatu pengoranisasian, begitu juga dalam sutu organisasi sangat memerlukan kerjasama tim, mereka dituntut saling membantu satu dengan yang lain demi tercapainya sebuah tujuan yang diinginkan, tetapi jika mementingkan diri sendiri dan menutamakan egonya masing-masing maka dalam suatu oranisasi apapun akan gagal dalam mencapai tujuan yang akan dicapainya karena tidak adanya sebuah ikatan organisasi dan bekerja sama dalam pencapaianya.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Organisasi
Oranisasi merupakan penelompokan orang-orang kedalam aktifitas kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya setiap anggota dalam sebuah organisasi bekerja dalam kerangka hubungan kepentingan tujuan tersebut antara tujuan pribadi dan tujuan organisasi untuk dapat mencapai tujuan pribadinya, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sebuah organisasi adalah sebuah proses struktur dimana individu berinteraksi satu dengan yang lainya untuk berbagai berbagai tujuan. Moorehead dan Griffin (1989) mengatakan bahwa organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama1.
Ginbson, Ivancevich, dan Donnelly (1996:6) mengidentifikasikan organisasi sebagai “ wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri.” Lebih jauh ketiganya menyebutkan organisasi adalah suatu unit terkoordinasi terdiri setidaknya dua orang berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau serangkaian sasaran. Definisi ini menekankan pada upaya peningkatan pencapaian tujuan bersama secara lebih efektif dan efesien melalui koordinasi antar unit organisasi.
Stephen P. Robbins (1994:4) mengidentifikasikan organisasi:“ kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relative dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relative terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.”
Definisi dari Robbins tersebut, menekankan bahwa organisasi adalah suatu sistem sosial yang perlu dikoordinasikan dalam arti perlu manejemen. Batasan
1 Abdul Azizi Wahab, Anatomi Organisasi dan kepemimpinan pendidikan, (Bandung: Cifi Alfabeta,
organisasi menurut Robbins akan berubah sebagaimana tuntunan lingkunang organisasi, sehingga dikatakan “relatif”2.
Sedangkan organisasi disebut sebagai kumpulan orang dengan sistem kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam kerja sama terdapat karekteristik atara lain:
1. Komunikasi antar orang yang bekerja sama,
2. Anggota dalam oranisasi mempunyai kemampuan untuk bekerja sama, 3. kerjasama tersebut untuk mencapai tujuan.
Sergiovanni dalam Saiful Sagala (2004, hlm.24) menetapkan empat (4) syarat yang harus dipertimbangkan dalam pengorganisasian yaitu:
1. Leitimasi (leitimaci) adalah memberikan respon dan tuntunan eksternal dengan menampilkan performa institusi yang dapat meyakinkan pihak-pihak terkait akan kemampuanya mencapai tujuanya.
2. Efesiensi (efficiency) adalah pengakuan terhadap institusi pada penggunaan waktu, uang dan sumberdaya yang terbatas, yaitu penentuan alat yang diperlukan, pengalokasian waktu, penggunaan dana yang tetap dan sumber daya dalam mencapai tujuan.
3. Keefektifan (effectiveness) adalah menggambarkan ketetapan pembagian tugas, hak, tanung jawab, hubungan kerja bagian-bagian organisasi dan menentukan personil dalam melaksanakan tugasnya.
4. Keunggulan (excellence) adalah menggambarkan institusi dan pimpinan dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya sehingga dapat meningkatkan citra dan nama baik institusi yang akhirnya dapat meningkatkan harga diri dan kwalitas institusi.
B. Proses Pengorganisasian
2 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Menejemen Pendidikan,
Proses pengorganisasian itu digambarkan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
Tahap pertama, untuk memperincian pekerjaan adalah menentukan tugas-tugas apa yang akan diberikan kepada anggota organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
Tahap kedua, pembaian pekerjaan dengan cara membagi seluruh beban kerja menjadi kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh perseorangan atau kelompok. Dan harus diperhatikan bahwa orang-orang yang diserahi pekerjaan harus benar-benar orang yang memiliki kwalifikasi, tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan beban yang diberikan kepada para anggota organisasi.
Tahap ketiga, menggabungkan pekerjaan para anggota oranisasi dengan cara yang rasional dan efesien. Penggabungan pekerjaan ini juga bisa disebut sebagai departementalisasi.
Tahap keempat, mendapatkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan yang harmonis.
Dan tahap kelima, melakukan monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan dan meningkatkan keefektifitas. Karena organisasi membutuhkan kesinambungan langkah yan terprogam/ berkala, maka perlu ada evaluasi ataupun monitoring secara terus-menerus3.
C. Struktur Organisasi
Menurut E Kast dan James E Roseinzweig dalam Nanang Fattah, (2001, hlm.73) mengartikan struktur organisasi sebagai pola hubungan komponen atau bagian suatu organisasi. Struktur merupakan sistem formal hubungan kerja yang membagi dan mengkoordinasikan tugas orang dan kelompok agar tercapai tujuan.
Struktur organisasi adalah tugas-tugas yang diterima oleh setiap personalia, dengan siapa mereka bekerja sama, dengan siapa mereka mengadakan interaksi, dan kepada siapa mereka melaporkan hasil kerjanya. Dengan demikian struktur organisasi adalah mekanisme kerja organisasi yang menggambarkan
unit kerjanya dengan tugas-tugas individu di dalamnya beserta kerja samanya denan individu-individu yang lain dan hubungan antara unit-unit kerja itu baik secara vertikal atau horizontal.
Kerangka struktur yang sudah sistematis dan resmi dipakai dalam organisasi disebut struktur formal. Struktur dalam organisasi formal memiliki unsur-unsur administratif sebagai berikut:
1. Kedudukan
Struktur menggambarkan letak/posisi setiap orang dalam organisasi tanpa kecuali. Kedudukan seseorang dalam struktur organisasi mencerminkan sejumlah kewajiban sebagai bagian dari upaya pencapaian tujuan dan hak-hak yang dimiliki secara formal dalam posisi yang didudukinya.
2. Hierarki kekuasaan
Struktur digambarkan sebagai suatu rangkaian hubungan antara orng dengan orang lainnya dalam suatu organisasi. Rangkaian hubungan ini mencerminkan suatu hierarki kekuasaan yang intern dalam setiap kedudukan. Tanggung jawab merupakan suatu istilah yan melekat dalam setiap kedudukan dan hierarki kekuasaan di dalam organisasi. Adanya hierarki kekuasaan menunjukan bahwa pencapaian tujuan organisasi dan diimplementasikan secara sinergi melalui hierarki kekuasaan masing-masing yang dikoordinasikan dan dipimpin oleh manager puncak. Dalam organisasi persekolahan, hieraki kekuasaan tinggi adalah kepala sekolah.
3. Kedudukan garis dan staf
Organisasi garis menegaskan struktur pengambilan keputusan, jalan permohonan dan sluran komunikasi resmi untuk melaporkan informasi dan mengeluarkan instruksi, perintah dan petunjuk pelaksanaan. Kedudukan aris ialah kedudukan yang diserahi kekuasaan administratif umum dalam arus langsung arti tempat paling bawah. Kedudukan staf mewakili keahlian-keahlian khusus yang diperlukan bagi fungsinya kedudukan garis tertentu denan pasti4.
4 Ridwan dan Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta,
Made Pidarta (2004, hlm.80) menyebutkan struktur yang stabil dengan istilah mantap. Struktur yang mantap adalah struktur organisasi yang bisa bertahan lama dan dapat mendukung pencapaian tujuan organisasi secara sukses. Kemantapan tersebut meliputi struktur yang ditulis dan dilakukan.
Struktur atau mekanisme kerja yang mantap memiliki ciri-ciri: 1. Bersifat fleksibel
2. Tidak mudah berubah oleh pengaruh perubahan lingkungan
3. Dinamis akibat penyesuaian dengan tuntutan lingkungan pada deskripsi tugasnya
4. Para petugas taat akan kewajibannya. Penuh dengan rasa tanggung jawab dan mampu mengontrol diri sendiri.
5. Ada kerja sama yang terpadu dengan subsistem-subsistem manajemen yang lain dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
D. Pendelegasian wewenag dalam organisasi
Delegasi menurut M. Manullang (2004, hlm.106) berarti kegiatan sesorang manajer untuk menugaskan bawahanya menerjakan sebagian dari tugas manajer. Dan pada waktu yang bersamaan memberikan kekuasaan kepada bawahan sehingga bawahan dapat melaksanakan tugas-tugas itu sebaik-baiknya dan dapat mempertanggung jawabkan hal-hal yang didelegasikan kepadanya.
Oleh karena itu proses delegasi terdapat 3 (tiga) unsur yaitu: 1. Tugas (responsibility)
2. Kekuasaan (authority)
3. Pertanggung jawaban (accountability)
Pada tahap awal, seorang manajer memberi tugas dan kekuasaan kepada bawahan. Tugas adalah pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan oleh sesorang dalam jabatan tertentu. Sedangkan kekuasaan adalah hak atau wewenang untu memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan fungsinya.
atau orang yang mendelegasikan tugas dan kekuasaan tersebut. Dari ketiga unsur tersebut, tugas dan kekuasaan dapat didelegasikan tetapi pertanggung jawaban tidak dapat didelegasikan.
Beberapa unsur yang menjadi dasar pemberian pertanggung jawab antara lain:
1. Spesifikasi tugas 2. Kesamaan fungsi, 3. Rentang manajemen.
M. Manullang (2004, hlm.113) berpendapat bahwa delegasi itu harus efektif. Dan agar delegasi dapat efektif maka ada empat (4) hal yang harus dipedomani, yaitu:
1. Unsur delegasi harus jelas dan lengkap.
2. Manajer harus mendelegasikan kepada orang yang tepat.
3. Manajer yang mendeleasikan harus memiliki peralatan yang cukup dan menusahakan keadaan sekitar yang efesien.
4. Manajer yang mendelegasikan wewenang harus memberikan insentif, agar seseorang mau melaksanakan tugas sebaik-baiknya5.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
5 Musfirotun Yusuf, Menejemen Pendidikan (Pekalongan: STAIN Pekalongan Pres, 2009), hlm.
Pengoranisasian merupakan sarana penting dalam pencapaian sebuah tujuan dalam dunia perusahaan maupun dunia pendidikan, dalam bekerja untuk sebuah tujuan mereka saling bahu membahu dan tolong menolong sehingga hasilnya pun akan lebih maksimal dibandingkan dengan proses kerja yang dilakukan sendirian. Namun perlu diperhatiakn dalam pembagian tugas sebuah organisasi atau kelompok harus mengetahui keahlian dalam bidang masing-masing sehingga proses kerjanyapun akan maksimal, dan bisa menetapkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan yang harmonis
Proses pengorganisasian itu digambarkan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
Tahap pertama, untuk memperincian pekerjaan
Tahap kedua, pembaian pekerjaan dengan cara membagi seluruh beban kerja menjadi kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh
perseorangan atau kelompok.
Tahap ketiga, menggabungkan pekerjaan para anggota oranisasi dengan cara yang rasional dan efesien.
Tahap keempat, mendapatkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan yang harmonis.
Tahap kelima, melakukan monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan dan meningkatkan keefektifitas. Struktur organisasi adalah tugas-tugas yang diterima oleh setiap personalia, dengan siapa mereka bekerja sama, dengan siapa mereka mengadakan interaksi, dan kepada siapa mereka melaporkan hasil kerjanya.
Kerangka struktur yang sudah sistematis dan resmi dipakai dalam organisasi disebut struktur formal:
1. Kedudukan
2. Hierarki kekuasaan 3. Kedudukan garis dan staf
Oleh karena itu proses delegasi terdapat 3 (tiga) unsur yaitu: 1. Tugas (responsibility)
2. Kekuasaan (authority)
3. Pertanggung jawaban (accountability).
DAFTAR PUSTAKA
Wahab, Abdul Azizi, Anatomi Organisasi dan kepemimpinan pendidikan, Bandung: Cifi Alfabeta, 2008