• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Akuntansi dan Pajak atas Klasifika (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Aspek Akuntansi dan Pajak atas Klasifika (1)"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Aspek Akuntansi dan

Pajak atas Klasifikasi

Biaya dan Kompensasi

(2)

AKUNTANSI

KOMERSIAL PAJAK

(3)

12/10/2014

Pendahuluan :

Akuntansi Komersial Vs Pajak

Laporan Keuangan Komersial

- Neraca

- Laporan Laba Rugi

- Laporan Perubahan Modal - Laporan Arus Kas

- dll

Laba/Penghasilan

Neto

Menentukan Besarnya Pajak Penghasilan

Perlakuan2 akuntasi yang berbeda dg ketentuan perpajakan, seperti:

- Ketentuan Perpajakan : tidak semua biaya dapat dijadikan pengurang

- Terdapat penghasilan yang bukan Objek Pajak,

- dll

Disesuaikan dg Aturan Perpajakan (Fiskal)

dengan melakukan

(4)

Biaya Menurut Akuntansi

Menurut Ahli Akuntansi :

Biaya merupakan harga perolehan yang

dikorbankan atau digunakan dalam rangka

memperoleh penghasilan atau

revenue

yang

akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.

Supriyono

(2000;16)

Biaya merupakan kas atau nilai setara kas

yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang

diharapkan memberi manfaat pada saat ini

atau di masa mendatang bagi organisasi.

(5)

12/10/2014

BIAYA MENURUT UU PERPAJAKAN

3 PENDEKATAN DALAM PEMBEBANAN BIAYA

Sebab akibat (kausalitas)

1.

Alokasi sistematis dan rasional

2.

(6)

Penjelasan :

Pendekatan sebab akibat ini mengaitkan

biaya ini secara langsung dengan

penghasilan. Pengakuan biaya sebagai

beban dalam periode diakuinya

penghasilan.

Sebab

akibat

(kausalitas)

Contoh:

Persediaan sebagai penyebab dari hasil

penjualan (penghasilan pada masa

mendatang, diakui sebagai biaya

alokasi harga pokok pada saat

(7)

12/10/2014

Pendekatan ini tidak mengaitkan secara

langsung biaya dengan penghasilan, tetapi

biaya dialokasikan secara sistematis dan

rasional dengan penghasilan atas dasar

masa manfaat.

Pada aset tetap, alokasi biaya pada tahun tersebut sebagai pengurang terhadap penghasilan atau dilakukan penundaan atau

dikurangkan dengan penghasilan di masa mendatang melalui alokasi penyusutan dan

(8)

Pendekatan pengakuan segera yaitu terhadap

biaya yang dapat dikaitkan dengan

penghasilan melalui pendekatan kesatu atau

pendekatan kedua akan dibebankan segera

terhadap penghasilan pada tahun pengeluaran.

Sebab akibat

(kausalitas)

Alokasi sistematis

dan rasional

Pengakuan segera

Contoh:

Biaya pendirian

(9)

12/10/2014

Untuk tujuan perpajakan, yaitu atas

dasar pertimbangan penerimaan dan

pengaruh sosial ekonomi,

tidak

seluruh biaya dapat dikurangkan

terhadap penghasilan.

Sehingga apabila dibandingkan

komponen

biaya menurut akuntansi

komersial, dapat dikoreksi

yang

mempengaruhi penghasilan.

(10)

REKONSILIASI FISKAL

Proses membuat

penyesuaian-penyesuaian terhadap laporan

keuangan komersial dengan

berdasarkan ketentuan-ketentuan

perpajakan sehingga diperoleh

yang namanya

laba fiskal

Tujuan:

Agar laporan keuangan komersial

sebelum

datanya

dimasukan

dalam SPT tahunan PPh terlebih

dahulu

disesuaikan

dengan

ketentuan

perpajakan

yang

(11)

12/10/2014

Contoh Rekonsiliasi Fiskal --->Penghasilan

Uraian

Akuntansi

Koreksi Fiskal

Fiskal

Phs usaha

100

-

100

Deviden dari subs.

40

(40)

-Keuntungan Penj Kend. 60

-

60

Pendapatan Sewa

10

-

10

Restitusi PPh

30

(30)

-Total

240

170

Kutipan Lap Keuangan PT. Selalu Komplain

Penghasilan dari usaha (Rp.)

100 juta

Deviden dari anak perusahaan (>25%)

40 juta

Keuntungan penjualan kendaraan

60 juta

Pendapatan Sewa

10 juta

(12)

Hal yang perlu diperhatikan dalam rekonsilisasi fiskal

P E N G H A S I L A N

PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPh

OBJEK PPh TIDAK BERSIFAT FINAL

OBJEK PPh DIPOTONG BERSIFAT FINAL

1.

BIAYA

NON DEDUCTIBLE EXPENSE :

TIDAK DAPAT DIJADIKAN PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

DEDUCTIBLE EXPENSE :

(13)

12/10/2014

a) Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:

1. Biaya pembelian bahan;

2. Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;

3. Bunga, sewa, dan royalti; 4. Biaya perjalanan;

5. Biaya pengolahan limbah; 6. Premi asuransi;

7. Biaya promosi dan penjualan (diatur PMK); 8. Biaya administrasi; dan

9. Pajak kecuali Pajak Penghasilan;

Pengeluaran yang dapat dibebankan

sebagai biaya

(deductible expenses)

(14)

b) Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;

c) Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;

d) Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;

e) Kerugian selisih kurs mata uang asing;

Pengeluaran yang dapat dibebankan

sebagai biaya

(deductible expenses)

(15)

12/10/2014

f) Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;

g) Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;

h) Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih (dengan syarat);

i) Sumbangan dalam rangka penanggulangan

bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

j) Sumbangan dalam rangka penelitian dan

pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

Pengeluaran yang dapat dibebankan

sebagai biaya

(deductible expenses)

(16)

k) Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang

ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; l) Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya

diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan

m) Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pengeluaran yang dapat dibebankan

sebagai biaya

(deductible expenses)

(17)

Biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non

deductible expense) 1) Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen;

2) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk

kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau

anggota;

3) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan

(kecuali yang diatur PMK);

4) Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,

asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea

siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi;

(18)

Biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non

deductible expense) 5) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk

natura dan kenikmatan;

6) Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan

kepada pemegang saham atau kepada pihak yang

mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan

sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;

7) Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan,

dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

ayat (3) huruf a dan huruf b;

(19)

Biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non

deductible expense) 9) biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk

kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang

menjadi tanggungannya;

10) gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan,

firma, atau perseroan komanditer yang modalnya

tidak terbagi atas saham;

11) sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan

kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang

berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan

di bidang perpajakan;

(20)

Besarnya premi yang dibayarkan oleh perusahaan dapat dibebankan dan bagi

karyawan sebagai penghasilan sebagai objek PPh pasal 21

JKK dan JKM

Besarnya premi yang dibayar perusahaan dapat dibebankan sebagai

biaya/pengurang penghasilan bruto dan bagi karyawan bukan merupakan objek

PPh pasal 21

JHT

Biaya Jamsostek

Biaya pengobatan karyawan yang dibayar perusahaan langung ke rumah sakit atau dokter dan apotek, pembayaran tersebut sebagai pemberian kenikmatan sehingga

tidak boleh dibiayakan dan bukan objek PPh pasal 21 bagi penerimanya.

Biaya penggantian pengobatan, pemberian tunjangan pengobatan, uang pengobatan, sebagai biaya yang dapat dikurangkan terhadap

penghasilan bruto dan objek pasal 21

(21)

12/10/2014

Biaya perumahan atau sewa tidak boleh untuk dibebankan tetapi dikecualikan apabila karyawan yang bersangkutan diberi

tunjangan sewa rumah.

Biaya ini dianggap sebagai kenikmatan karyawan, sehingga tidak boleh dibebankan dan bukan objek PPh pasal 21.

Biaya

Telepon selular yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatannya pembebanan biaya yang

diperkenankan adalah biaya penyusutan sebesar 50% dan untuk biaya pulsa, pembebanannya diperkenankan juga 50%

(22)

Pemberian natura atau kenikmatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan dapat dibebankan dan

bukan merupakan objek PPh pasal 21.

Klasifikasi Biaya Sesuai Aturan Pelaksanaan UU

Perpajakan

Biaya kendaraan dinas sebagai kendaraan operasional dan tidak dibawa pulang,

segala biaya yang melekat pada kendaraan seperti penyusutan, pemeliharaan, dan lain-lain boleh

dibebankan ke perusahaan. Kendaraan bus dan sejenisnya

untuk antar-jemput karyawan boleh dibebankan ke perusahaan.

Kendaraan termasuk sedan yang digunakan karyawan tertentu karena jabatannya dan

dibawa pulang, pembebanannya diperkenankan hanya sebesar 50%

Biaya Kendaraan

Dinas

(23)

12/10/2014

Sebagaimana tercantum dalam:

a. Pasal 3 PP No. 138 Tahun 2000 tentang Pajak Masukan;

b. Pasal 4 PP No. 138 Tahun 2000 tentang pengeluaran dan biaya yang tidak boleh dikurangkan dalam menghitung besarnya PKP;

c. SE-27/PJ.22/1986 tentang biaya entertainment, representasi, jamuan tamu, dan sejenisnya.

PDRD dapat dibebankan sebagai biaya dalam menghitung penghasilan kena pajak sepanjang memenuhi syarat dan memenuhi ketentuan UU No 34 Tahun 2000 tentang PDRD

PDRD

Klasifikasi Biaya Sesuai Aturan Pelaksanaan UU

Perpajakan

(24)

BEDA

FISKAL

BEDA SEMENTARA

(TEMPORARY

DIFFERENCE)

BEDA TETAP

(PERMANENT DIFFERENCE)

PENYESUAIAN

FISKAL

NEGATIF

POSITIF

(25)

12/10/2014

Koreksi Fiskal

Keperluan Pelaporan Perpajakan

Keperluan Pelaporan Penerapan

PSAK 46

Koreksi Positif

Koreksi Negatif

Beda Waktu

(26)

Beda Tetap dan Beda Waktu

BEDA TETAP (Permanent Different) :

Perbedaan antara laba akuntansi dan penghasilan

kena pajak yang disebabkan ketentuan perpajakan

dan

tidak

akan

menimbulkan

permasalahan

akuntansi

serta

tidak

memberikan

pengaruh

terhadap kewajiban perpajakan masa mendatang.

- Penghasilan yang telah dipotong PPh final

- Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak

(27)

12/10/2014

1. Komersial = Penghasilan

v.s

Fiskal = Bukan Penghasilan

Misal:

dividen yg diterima oleh PT sbg WP DN dg

penyertaan modal >= 25% yg didirikan dan

berkedudukan di Indonesia.

2. Komersial = Penghasilan

v.s.

Fiskal = PPh yang bersifat final

Misal:

Penghasilan atas bunga deposito atau

tabungan lainnya yg tlh dipotong PPh Final

oleh Bank sebesar 20%.

(28)

3. Komersial = Beban (biaya)

v.s.

Fiskal = Non Deductible Expense

Misal:

Biaya-biaya utk memperoleh penghasilan yg bukan

obyek pajak atau pengenaan pajaknya bersifat final.

Penggantian/imbalan sehubungan dalam bentuk

natura atau kenikmatan.

Sanksi perpajakan spt bunga, denda, dan kenaikan.

Biaya-biaya yg menurut Fiskal tidak dapat dibebankan

karena tidak memenuhi syarat-syarat tertentu

Seperti : daftar nominatif biaya entertainment, daftar

nominatif atas penghapusan piutang

(29)

12/10/2014

BEDA Waktu (Time Different)

Perbedaan antara laba akuntansi dan penghasilan

kena

pajak

yang

disebabkan

oleh

ketentuan

perpajakan dan memberikan pengaruh di masa

mendatang dalam jangka waktu tertentu sehingga

pengaruh terhadap laba akuntansi dan penghasilan

kena pajak akhirnya menjadi sama.

- Penyisihan / Akrual dan Realisasi

- Penyusutan

- Amortisasi

- Kompensasi rugi

- Rugi

Laba selisih kurs

(30)

No Uraian Akuntansi Perpajakan

1. Penentuan masa manfaat Tergantung pada justifikasi manajemen

(Fleksibel)

Sudah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan secara tidak fleksibel

2. Besaran nilai perolehan Mengenal prinsip materialitas, bila tidak

material bisa dibebankan sekaligus sebagai biaya

Tidak mengenal prinsip materialitas. Bila memiliki masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun harus dibebankan melalui penyusutan sesuai Keputusan Menteri Keuangan

3. Metode penyusutan Metode garis lurus

Metode saldo menurun Metode satuan produksi Metode identifikasi khusus

Kelompok bangunan harus menggunakan metode garis lurus,

Kelompok selain bangunan boleh memilih antara metode garis lurus atau saldo menurun

4. Aset yang boleh disusutkan Semua aset tetap yang dimiliki badan

usaha, kecuali tanah.

Hanya aset yang dimiliki dan digunakan untuk memelihara (3M) penghasilan yang merupakan obyek pajak tidak final

5. Penghitungan jumlah bulan

sejak saat dimulainya penyusutan

Jumlah bulan dapat dibulatkan ke atas atau ke bawah. Misalnya pembelian di atas tanggal 15 dibulatkan ke bawah dan belum diakui penyusutannya

Jumlah bulan selalu dibulatkan ke atas, walaupun dibeli di atas tanggal 15 setiap bulannya.

(31)

12/10/2014

Koreksi Fiskal

Jenis Koreksi Fiskal

Lap.

Komersial

VS

Lap. Fiskal

Koreksi Positif

Penghasilan

<

Penghasilan

Biaya

>

Biaya

Koreksi Negatif

Penghasilan

>

Penghasilan

(32)

Koreksi Fiskal Positif

Menyebabkan Bertambahnya jumlah penghasilan Kena Pajak (DPP) Contoh:

a. Biaya yang dibebakan/dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang yang menjadi tanggungannya

b. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayarkan oleh WP

c. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan

d. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan

e. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan f. Pajak penghasilan

g. Gaji yang dibayarkan kepada pemilik h. Sanksi administrasi

i. Selisih penyusutan/amortisasi komersial di ats penyusutan/ amortisasi fiskal j. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang

(33)

12/10/2014

Koreksi Fiskal Negatif

Menyebabkan Berkurangnya jumlah penghasilan kena pajak (DPP)

Contoh:

a. Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final dan penghasilan yang tidak termasuk Objek Pajak tetapi termasuk dalam peredaran usaha

(34)

Jenis

Jenis Koreksi Fiskal

PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA

I. Peredaran Usaha

1.1 Potongan Penjualan Realisasi Penyisihan

Realisasi

-No

Temporer 1.2 Retur Penjualan Realisasi

Penyisihan

Realisasi

-No

Temporer

1.3 Jasa Konstruksi oleh Pengusaha Kecil Pendapatan PPh Final

(2%, 3%, 4% atau 6%)

Tetap

1.4 Penghasilan Perusahaan Pelayaran DN

Pendapatan PPh Final

(1,2%*peredaran)

Tetap

1.5 Penghasilan Perusahaan Pelayaran/Penerbangan LN

Pendapatan PPh Final

(2,64%*peredaran)

Tetap

1.6 Penghasilan BUT Perwakilan Dagang Asing

Pendapatan PPh Final (0,44*ekspor)

Tetap

1.7 Penghasilan BUT Perwakilan Dagang Asing

Pendapatan PPh Final (0,44*ekspor)

(35)

12/10/2014

PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA 1.8 Penghasilan atas distributor

produk Pertamina dan Premix

Pendapatan PPh Final (0,25% / 0,3%)

Tetap

1.9 Penghasilan atas penyalur gula pasir dan tepung terigu Bulog

Pendapatan PPh Final Tetap

1.10 Penghasilan sebagai Distributor Kertas

Pendapatan PPh Final (0,10% * H Jual)

Tetap

1.11 Penghasilan atas Distributor Industri Rokok DN

Pendapatan PPh Final

(0,15%*H Bandrol)

Tetap

II. Harga Pokok Penjualan

2.1 Penilaian Persediaan Harga Perolehan COMWIL

Prosentase Laba Bruto Harga Eceran

2.2 Metode FIFO Rata-rata

(36)

PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA

III. Penghasilan Di Luar Usaha

3.1 Deviden dari Penyertaan DN (minimal 25% dan ada usaha lain)

Pendapatan (Equity Method)

Bukan Obyek Pajak Tetap

3.2 Bunga Deposito dan Tabungan (termasuk Jasa Giro dan SBI)

Pendapatan PPh Final (20%)

Tetap

3.3 Keuntungan Penjualan Saham di Bursa Efek Indonesia

Pendapatan PPh Final (0,1% x H Jual

Tetap

3.4 Keuntungan pengalihan tanah dan bangunan:

- oleh orang pribadi dan yayasan - oleh badan (bukan usaha pokok) - oleh badan (usaha pokok)

Pendapatan Pendapatan Pendapatan

PPh Final (5%) PPh 25 (5%) PPh 23

Tetap No No

3.5 Penghasilan Sewa - Badan

- Orang Pribadi

Pendapatan Pendapatan

PPh Final (10%) PPh Final (10%)

Tetap Tetap

(37)

12/10/2014

PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA

3.7 Bunga atau diskonto Obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek

Pendapatan PPh Final (15% * bunga)

Tetap

IV. Beban Usaha

4.1 Biaya yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan

memelihara penghasilan yang meru-pakan Obyek Pajak

Realisasi

4.2 Biaya yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan

memelihara penghasilan yang bukan merupakan Obyek Pajak

Biaya Undeductible Tetap

4.3 PPh pasal 21 (karyawan) Tunjangan PPh 21 Ditanggung Perush

Deductible Undeductible

No Tetap 4.4 Pemberian kenikmatan dalam bentuk

natura

- Umum

- Makan minum di tempat kerja - Berkaitan dg

pekerjaan - Daerah terpencil

-Undeductible

(38)

Kompensasi

Kerugian

Kerugian yang didapatkan dalam satu tahun

pajak yang dapat digunakan untuk menutupi

keuntungan pada tahun-tahun berikutnya

sehingga pada tahun-tahun tersebut PPh nya

menjadi lebih kecil atau tidak terutang sama

(39)

12/10/2014

Kompensasi

Kerugian

Pasal 6 ayat (2) dan PP 34 Tahun 1994

KERUGIAN DAPAT DIKOMPENSASIKAN DENGAN PENGHASILAN MULAI TAHUN PAJAK BERIKUTNYA BERTURUT-TURUT SAMPAI DENGAN 5 (LIMA) TAHUN

PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA PERKEBUNAN TANAMAN KERAS DAN PERTAMBANGAN, DI DAERAH TERPENCIL, KOMPENSASI KERUGIAN PALING LAMA 10

TAHUN

PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA PERKEBUNAN TANAMAN KERAS DAN PERTAMBANGAN DI LUAR DAERAH

(40)

Bentuk Kompensasi Kerugian

KOMPENSASI KERUGIAN

HORIZONTAL

VERTIKAL

(41)

12/10/2014

KOMPENSASI KERUGIAN

5 (LIMA) TAHUN

CONTOH

PT.A TAHUN 2009 MENDERITA KERUGIAN FISKAL SEBESAR

Rp 1.200.000.000.- DALAM 5 TAHUN BERIKUTNYA

RUGI-LABA FISKAL PT A. MENGGAMBARKAN SEBAGAI BERIKUT:

2010 : LABA FISKAL Rp

200.000.000.-2011 : RUGI FISKAL Rp

300.000.000.-2012 : LABA FISKAL N I H I L

2013 : LABA FISKAL Rp

100.000.000.-2014 : LABA FISKAL RP

(42)

RUGI FISKAL TAHUN 2009 (Rp 1.200.000.000.)

LABA FISKAL TAHUN 2010 Rp 200.000.000.(+)

SISA RUGI FISKAL TH 2009 (Rp 1.000.000.000.)

RUGI FISKAL TAHUN 2011 (Rp 300.000.000.)*

SISA RUGI FISKAL TH 2009 (Rp 1.000.000.000.)

LABA FISKAL TAHUN 2012 Rp N I H I L (+)

SISA RUGI FISKAL TH 2009 (Rp 1.000.000.000.)

LABA FISKAL TAHUN 2013 Rp 100.000.000.(+)

SISA RUGI FISKAL TH 2009 (Rp 900.000.000)

LABA FISKAL TAHUN 2014 Rp 800.000.000.(+)

(43)

12/10/2014

- SISA RUGI FISKAL TAHUN 2009 Rp 100.000.000. YANG MASIH TERSISA PADA AKHIR TH 2014,

TIDAK BOLEH DIKOMPENSASIKAN DGN LABA FISKAL TAHUN 2015. SEDANGKAN :

RUGI FISKAL TAHUN 2011 Rp

300.000.000.-HANYA DIKOMPENSASIKAN DENGAN LABA FISKAL TAHUN 2015 DAN TAHUN 2016, KARENA JANGKA

WAKTU LIMA TAHUN DIMULAI SEJAK TAHUN 2012 DAN BERAKHIR TH 2016.

(44)

Simpulan :

a. Istilah kerugian merujuk kepada kerugian fiskal bukan kerugian

komersial.

b. Kompensasi kerugian hanya diperkenankan selama 5 tahun ke

depan secara berturut-turut.

c. Kompensasi kerugian hanya untuk Wajib Pajak, baik badan

maupun OP yang melakukan kegiatan usaha yang

penghasilannya tidak dikenakan PPh Final dan perhitungan PPh

nya tidak menggunakan norma penghitungan.

d. Kerugian usaha di luar negeri tidak bisa dikompensasikan

(45)

12/10/2014

Akuntansi Komersial

Kompensasi kerugian vertikal dilakukan

secara otomatis, yaitu dalam akun

“saldo

Laba”

karena hasil operasi akhir tahun

(penghasilan

setelah

pajak)

selalu

dibukukan ke akun

“saldo Laba”

.

Akuntansi Pajak

Perhitungan

laba fiskal berada di jalur

ekstra

komtable (diluar jalur pembukuan).

(46)

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan diskresi oleh penyidik menurut dasar hukumnya, harus memperhatikan beberapa hal, yakni tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum dan memperhatikan kode

Ketentuan yang mengatur perizinan obyek dan daya tarik wisata alam yang telah ditetapkan oleh pemerintah Daerah sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini dinyatakan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan fakta bahwa skor rata-rata pre-menstruation syndrome pada responden di SMAN 3 Kota Kediri sesudah diberikan relaksasi nafas

Yang berperan sebagai dokter melakukan kegiatan: menjelaskan mengenai pemeriksaan fisis yang akan dilakukan, mempersiapkan pasien sebelum pemeriksaan fisis,

Berkat pertumbuhan penerimaan pajak yang jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi, angka tax ratio Indonesia pun menunjukkan perbaikan, dari sebelumnya pada tahun 2017

Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang menempatkan manusia sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya

Tujuan penelitian dan penciptaan seni ini adalah untuk menghasilkan motif batik khas Bali yang mempunyai bentuk unik dan karakteristik sehingga dapat mencerminkan

Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai beban atau penghasilan dalam laba rugi, kecuali sepanjang pajak penghasilan yang berasal dari transaksi atau kejadian