Aspek Akuntansi dan
Pajak atas Klasifikasi
Biaya dan Kompensasi
AKUNTANSI
KOMERSIAL PAJAK
12/10/2014
Pendahuluan :
Akuntansi Komersial Vs Pajak
Laporan Keuangan Komersial
- Neraca
- Laporan Laba Rugi
- Laporan Perubahan Modal - Laporan Arus Kas
- dll
Laba/Penghasilan
Neto
Menentukan Besarnya Pajak Penghasilan
Perlakuan2 akuntasi yang berbeda dg ketentuan perpajakan, seperti:
- Ketentuan Perpajakan : tidak semua biaya dapat dijadikan pengurang
- Terdapat penghasilan yang bukan Objek Pajak,
- dll
Disesuaikan dg Aturan Perpajakan (Fiskal)
dengan melakukan
Biaya Menurut Akuntansi
Menurut Ahli Akuntansi :
Biaya merupakan harga perolehan yang
dikorbankan atau digunakan dalam rangka
memperoleh penghasilan atau
revenue
yang
akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.
Supriyono
(2000;16)
Biaya merupakan kas atau nilai setara kas
yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang
diharapkan memberi manfaat pada saat ini
atau di masa mendatang bagi organisasi.
12/10/2014
BIAYA MENURUT UU PERPAJAKAN
3 PENDEKATAN DALAM PEMBEBANAN BIAYA
Sebab akibat (kausalitas)
1.
Alokasi sistematis dan rasional
2.
Penjelasan :
Pendekatan sebab akibat ini mengaitkan
biaya ini secara langsung dengan
penghasilan. Pengakuan biaya sebagai
beban dalam periode diakuinya
penghasilan.
Sebab
akibat
(kausalitas)Contoh:
Persediaan sebagai penyebab dari hasil
penjualan (penghasilan pada masa
mendatang, diakui sebagai biaya
alokasi harga pokok pada saat
12/10/2014
Pendekatan ini tidak mengaitkan secara
langsung biaya dengan penghasilan, tetapi
biaya dialokasikan secara sistematis dan
rasional dengan penghasilan atas dasar
masa manfaat.
Pada aset tetap, alokasi biaya pada tahun tersebut sebagai pengurang terhadap penghasilan atau dilakukan penundaan atau
dikurangkan dengan penghasilan di masa mendatang melalui alokasi penyusutan dan
Pendekatan pengakuan segera yaitu terhadap
biaya yang dapat dikaitkan dengan
penghasilan melalui pendekatan kesatu atau
pendekatan kedua akan dibebankan segera
terhadap penghasilan pada tahun pengeluaran.
Sebab akibat
(kausalitas)
Alokasi sistematis
dan rasional
Pengakuan segera
Contoh:
•
Biaya pendirian
12/10/2014
Untuk tujuan perpajakan, yaitu atas
dasar pertimbangan penerimaan dan
pengaruh sosial ekonomi,
tidak
seluruh biaya dapat dikurangkan
terhadap penghasilan.
Sehingga apabila dibandingkan
komponen
biaya menurut akuntansi
komersial, dapat dikoreksi
yang
mempengaruhi penghasilan.
REKONSILIASI FISKAL
Proses membuat
penyesuaian-penyesuaian terhadap laporan
keuangan komersial dengan
berdasarkan ketentuan-ketentuan
perpajakan sehingga diperoleh
yang namanya
laba fiskal
Tujuan:
Agar laporan keuangan komersial
sebelum
datanya
dimasukan
dalam SPT tahunan PPh terlebih
dahulu
disesuaikan
dengan
ketentuan
perpajakan
yang
12/10/2014
Contoh Rekonsiliasi Fiskal --->Penghasilan
Uraian
Akuntansi
Koreksi Fiskal
Fiskal
Phs usaha
100
-
100
Deviden dari subs.
40
(40)
-Keuntungan Penj Kend. 60
-
60
Pendapatan Sewa
10
-
10
Restitusi PPh
30
(30)
-Total
240
170
Kutipan Lap Keuangan PT. Selalu Komplain
Penghasilan dari usaha (Rp.)
100 juta
Deviden dari anak perusahaan (>25%)
40 juta
Keuntungan penjualan kendaraan
60 juta
Pendapatan Sewa
10 juta
Hal yang perlu diperhatikan dalam rekonsilisasi fiskal
P E N G H A S I L A N
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPh
OBJEK PPh TIDAK BERSIFAT FINAL
OBJEK PPh DIPOTONG BERSIFAT FINAL
1.
BIAYA
NON DEDUCTIBLE EXPENSE :
TIDAK DAPAT DIJADIKAN PENGURANG PENGHASILAN BRUTO
DEDUCTIBLE EXPENSE :
12/10/2014
a) Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:
1. Biaya pembelian bahan;
2. Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;
3. Bunga, sewa, dan royalti; 4. Biaya perjalanan;
5. Biaya pengolahan limbah; 6. Premi asuransi;
7. Biaya promosi dan penjualan (diatur PMK); 8. Biaya administrasi; dan
9. Pajak kecuali Pajak Penghasilan;
Pengeluaran yang dapat dibebankan
sebagai biaya
(deductible expenses)
b) Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;
c) Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;
d) Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;
e) Kerugian selisih kurs mata uang asing;
Pengeluaran yang dapat dibebankan
sebagai biaya
(deductible expenses)
12/10/2014
f) Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
g) Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
h) Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih (dengan syarat);
i) Sumbangan dalam rangka penanggulangan
bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
j) Sumbangan dalam rangka penelitian dan
pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
Pengeluaran yang dapat dibebankan
sebagai biaya
(deductible expenses)
k) Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; l) Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan
m) Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pengeluaran yang dapat dibebankan
sebagai biaya
(deductible expenses)
Biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non
deductible expense) 1) Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen;
2) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau
anggota;
3) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan
(kecuali yang diatur PMK);
4) Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea
siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi;
Biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non
deductible expense) 5) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk
natura dan kenikmatan;
6) Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan
kepada pemegang saham atau kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;
7) Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan,
dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (3) huruf a dan huruf b;
Biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non
deductible expense) 9) biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang
menjadi tanggungannya;
10) gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan,
firma, atau perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham;
11) sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang
berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan
di bidang perpajakan;
Besarnya premi yang dibayarkan oleh perusahaan dapat dibebankan dan bagi
karyawan sebagai penghasilan sebagai objek PPh pasal 21
JKK dan JKM
Besarnya premi yang dibayar perusahaan dapat dibebankan sebagai
biaya/pengurang penghasilan bruto dan bagi karyawan bukan merupakan objek
PPh pasal 21
JHT
Biaya Jamsostek
Biaya pengobatan karyawan yang dibayar perusahaan langung ke rumah sakit atau dokter dan apotek, pembayaran tersebut sebagai pemberian kenikmatan sehingga
tidak boleh dibiayakan dan bukan objek PPh pasal 21 bagi penerimanya.
Biaya penggantian pengobatan, pemberian tunjangan pengobatan, uang pengobatan, sebagai biaya yang dapat dikurangkan terhadap
penghasilan bruto dan objek pasal 21
12/10/2014
Biaya perumahan atau sewa tidak boleh untuk dibebankan tetapi dikecualikan apabila karyawan yang bersangkutan diberi
tunjangan sewa rumah.
Biaya ini dianggap sebagai kenikmatan karyawan, sehingga tidak boleh dibebankan dan bukan objek PPh pasal 21.
Biaya
Telepon selular yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatannya pembebanan biaya yang
diperkenankan adalah biaya penyusutan sebesar 50% dan untuk biaya pulsa, pembebanannya diperkenankan juga 50%
Pemberian natura atau kenikmatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan dapat dibebankan dan
bukan merupakan objek PPh pasal 21.
Klasifikasi Biaya Sesuai Aturan Pelaksanaan UU
Perpajakan
Biaya kendaraan dinas sebagai kendaraan operasional dan tidak dibawa pulang,
segala biaya yang melekat pada kendaraan seperti penyusutan, pemeliharaan, dan lain-lain boleh
dibebankan ke perusahaan. Kendaraan bus dan sejenisnya
untuk antar-jemput karyawan boleh dibebankan ke perusahaan.
Kendaraan termasuk sedan yang digunakan karyawan tertentu karena jabatannya dan
dibawa pulang, pembebanannya diperkenankan hanya sebesar 50%
Biaya Kendaraan
Dinas
12/10/2014
Sebagaimana tercantum dalam:
a. Pasal 3 PP No. 138 Tahun 2000 tentang Pajak Masukan;
b. Pasal 4 PP No. 138 Tahun 2000 tentang pengeluaran dan biaya yang tidak boleh dikurangkan dalam menghitung besarnya PKP;
c. SE-27/PJ.22/1986 tentang biaya entertainment, representasi, jamuan tamu, dan sejenisnya.
PDRD dapat dibebankan sebagai biaya dalam menghitung penghasilan kena pajak sepanjang memenuhi syarat dan memenuhi ketentuan UU No 34 Tahun 2000 tentang PDRD
PDRD
Klasifikasi Biaya Sesuai Aturan Pelaksanaan UU
Perpajakan
BEDA
FISKAL
BEDA SEMENTARA
(TEMPORARY
DIFFERENCE)
BEDA TETAP
(PERMANENT DIFFERENCE)
PENYESUAIAN
FISKAL
NEGATIF
POSITIF
12/10/2014
Koreksi Fiskal
Keperluan Pelaporan Perpajakan
Keperluan Pelaporan Penerapan
PSAK 46
Koreksi Positif
Koreksi Negatif
Beda Waktu
Beda Tetap dan Beda Waktu
BEDA TETAP (Permanent Different) :
Perbedaan antara laba akuntansi dan penghasilan
kena pajak yang disebabkan ketentuan perpajakan
dan
tidak
akan
menimbulkan
permasalahan
akuntansi
serta
tidak
memberikan
pengaruh
terhadap kewajiban perpajakan masa mendatang.
- Penghasilan yang telah dipotong PPh final
- Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
12/10/2014
1. Komersial = Penghasilan
v.s
Fiskal = Bukan Penghasilan
–
Misal:
dividen yg diterima oleh PT sbg WP DN dg
penyertaan modal >= 25% yg didirikan dan
berkedudukan di Indonesia.
2. Komersial = Penghasilan
v.s.
Fiskal = PPh yang bersifat final
–
Misal:
Penghasilan atas bunga deposito atau
tabungan lainnya yg tlh dipotong PPh Final
oleh Bank sebesar 20%.
3. Komersial = Beban (biaya)
v.s.
Fiskal = Non Deductible Expense
Misal:
Biaya-biaya utk memperoleh penghasilan yg bukan
obyek pajak atau pengenaan pajaknya bersifat final.
Penggantian/imbalan sehubungan dalam bentuk
natura atau kenikmatan.
Sanksi perpajakan spt bunga, denda, dan kenaikan.
Biaya-biaya yg menurut Fiskal tidak dapat dibebankan
karena tidak memenuhi syarat-syarat tertentu
•
Seperti : daftar nominatif biaya entertainment, daftar
nominatif atas penghapusan piutang
12/10/2014
BEDA Waktu (Time Different)
Perbedaan antara laba akuntansi dan penghasilan
kena
pajak
yang
disebabkan
oleh
ketentuan
perpajakan dan memberikan pengaruh di masa
mendatang dalam jangka waktu tertentu sehingga
pengaruh terhadap laba akuntansi dan penghasilan
kena pajak akhirnya menjadi sama.
- Penyisihan / Akrual dan Realisasi
- Penyusutan
- Amortisasi
- Kompensasi rugi
- Rugi
–
Laba selisih kurs
No Uraian Akuntansi Perpajakan
1. Penentuan masa manfaat Tergantung pada justifikasi manajemen
(Fleksibel)
Sudah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan secara tidak fleksibel
2. Besaran nilai perolehan Mengenal prinsip materialitas, bila tidak
material bisa dibebankan sekaligus sebagai biaya
Tidak mengenal prinsip materialitas. Bila memiliki masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun harus dibebankan melalui penyusutan sesuai Keputusan Menteri Keuangan
3. Metode penyusutan Metode garis lurus
Metode saldo menurun Metode satuan produksi Metode identifikasi khusus
Kelompok bangunan harus menggunakan metode garis lurus,
Kelompok selain bangunan boleh memilih antara metode garis lurus atau saldo menurun
4. Aset yang boleh disusutkan Semua aset tetap yang dimiliki badan
usaha, kecuali tanah.
Hanya aset yang dimiliki dan digunakan untuk memelihara (3M) penghasilan yang merupakan obyek pajak tidak final
5. Penghitungan jumlah bulan
sejak saat dimulainya penyusutan
Jumlah bulan dapat dibulatkan ke atas atau ke bawah. Misalnya pembelian di atas tanggal 15 dibulatkan ke bawah dan belum diakui penyusutannya
Jumlah bulan selalu dibulatkan ke atas, walaupun dibeli di atas tanggal 15 setiap bulannya.
12/10/2014
Koreksi Fiskal
Jenis Koreksi Fiskal
Lap.
Komersial
VS
Lap. Fiskal
Koreksi Positif
Penghasilan
<
Penghasilan
Biaya
>
Biaya
Koreksi Negatif
Penghasilan
>
Penghasilan
Koreksi Fiskal Positif
Menyebabkan Bertambahnya jumlah penghasilan Kena Pajak (DPP) Contoh:
a. Biaya yang dibebakan/dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang yang menjadi tanggungannya
b. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayarkan oleh WP
c. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan
d. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan
e. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan f. Pajak penghasilan
g. Gaji yang dibayarkan kepada pemilik h. Sanksi administrasi
i. Selisih penyusutan/amortisasi komersial di ats penyusutan/ amortisasi fiskal j. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
12/10/2014
Koreksi Fiskal Negatif
Menyebabkan Berkurangnya jumlah penghasilan kena pajak (DPP)
Contoh:
a. Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final dan penghasilan yang tidak termasuk Objek Pajak tetapi termasuk dalam peredaran usaha
Jenis
–
Jenis Koreksi Fiskal
PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA
I. Peredaran Usaha
1.1 Potongan Penjualan Realisasi Penyisihan
Realisasi
-No
Temporer 1.2 Retur Penjualan Realisasi
Penyisihan
Realisasi
-No
Temporer
1.3 Jasa Konstruksi oleh Pengusaha Kecil Pendapatan PPh Final
(2%, 3%, 4% atau 6%)
Tetap
1.4 Penghasilan Perusahaan Pelayaran DN
Pendapatan PPh Final
(1,2%*peredaran)
Tetap
1.5 Penghasilan Perusahaan Pelayaran/Penerbangan LN
Pendapatan PPh Final
(2,64%*peredaran)
Tetap
1.6 Penghasilan BUT Perwakilan Dagang Asing
Pendapatan PPh Final (0,44*ekspor)
Tetap
1.7 Penghasilan BUT Perwakilan Dagang Asing
Pendapatan PPh Final (0,44*ekspor)
12/10/2014
PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA 1.8 Penghasilan atas distributor
produk Pertamina dan Premix
Pendapatan PPh Final (0,25% / 0,3%)
Tetap
1.9 Penghasilan atas penyalur gula pasir dan tepung terigu Bulog
Pendapatan PPh Final Tetap
1.10 Penghasilan sebagai Distributor Kertas
Pendapatan PPh Final (0,10% * H Jual)
Tetap
1.11 Penghasilan atas Distributor Industri Rokok DN
Pendapatan PPh Final
(0,15%*H Bandrol)
Tetap
II. Harga Pokok Penjualan
2.1 Penilaian Persediaan Harga Perolehan COMWIL
Prosentase Laba Bruto Harga Eceran
2.2 Metode FIFO Rata-rata
PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA
III. Penghasilan Di Luar Usaha
3.1 Deviden dari Penyertaan DN (minimal 25% dan ada usaha lain)
Pendapatan (Equity Method)
Bukan Obyek Pajak Tetap
3.2 Bunga Deposito dan Tabungan (termasuk Jasa Giro dan SBI)
Pendapatan PPh Final (20%)
Tetap
3.3 Keuntungan Penjualan Saham di Bursa Efek Indonesia
Pendapatan PPh Final (0,1% x H Jual
Tetap
3.4 Keuntungan pengalihan tanah dan bangunan:
- oleh orang pribadi dan yayasan - oleh badan (bukan usaha pokok) - oleh badan (usaha pokok)
Pendapatan Pendapatan Pendapatan
PPh Final (5%) PPh 25 (5%) PPh 23
Tetap No No
3.5 Penghasilan Sewa - Badan
- Orang Pribadi
Pendapatan Pendapatan
PPh Final (10%) PPh Final (10%)
Tetap Tetap
12/10/2014
PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA
3.7 Bunga atau diskonto Obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek
Pendapatan PPh Final (15% * bunga)
Tetap
IV. Beban Usaha
4.1 Biaya yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang meru-pakan Obyek Pajak
Realisasi
4.2 Biaya yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang bukan merupakan Obyek Pajak
Biaya Undeductible Tetap
4.3 PPh pasal 21 (karyawan) Tunjangan PPh 21 Ditanggung Perush
Deductible Undeductible
No Tetap 4.4 Pemberian kenikmatan dalam bentuk
natura
- Umum
- Makan minum di tempat kerja - Berkaitan dg
pekerjaan - Daerah terpencil
-Undeductible
Kompensasi
Kerugian
Kerugian yang didapatkan dalam satu tahun
pajak yang dapat digunakan untuk menutupi
keuntungan pada tahun-tahun berikutnya
sehingga pada tahun-tahun tersebut PPh nya
menjadi lebih kecil atau tidak terutang sama
12/10/2014
Kompensasi
Kerugian
Pasal 6 ayat (2) dan PP 34 Tahun 1994
KERUGIAN DAPAT DIKOMPENSASIKAN DENGAN PENGHASILAN MULAI TAHUN PAJAK BERIKUTNYA BERTURUT-TURUT SAMPAI DENGAN 5 (LIMA) TAHUN
PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA PERKEBUNAN TANAMAN KERAS DAN PERTAMBANGAN, DI DAERAH TERPENCIL, KOMPENSASI KERUGIAN PALING LAMA 10
TAHUN
PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA PERKEBUNAN TANAMAN KERAS DAN PERTAMBANGAN DI LUAR DAERAH
Bentuk Kompensasi Kerugian
KOMPENSASI KERUGIAN
HORIZONTAL
VERTIKAL
12/10/2014
KOMPENSASI KERUGIAN
5 (LIMA) TAHUN
CONTOH
PT.A TAHUN 2009 MENDERITA KERUGIAN FISKAL SEBESAR
Rp 1.200.000.000.- DALAM 5 TAHUN BERIKUTNYA
RUGI-LABA FISKAL PT A. MENGGAMBARKAN SEBAGAI BERIKUT:
2010 : LABA FISKAL Rp
200.000.000.-2011 : RUGI FISKAL Rp
300.000.000.-2012 : LABA FISKAL N I H I L
2013 : LABA FISKAL Rp
100.000.000.-2014 : LABA FISKAL RP
RUGI FISKAL TAHUN 2009 (Rp 1.200.000.000.)
LABA FISKAL TAHUN 2010 Rp 200.000.000.(+)
SISA RUGI FISKAL TH 2009 (Rp 1.000.000.000.)
RUGI FISKAL TAHUN 2011 (Rp 300.000.000.)*
SISA RUGI FISKAL TH 2009 (Rp 1.000.000.000.)
LABA FISKAL TAHUN 2012 Rp N I H I L (+)
SISA RUGI FISKAL TH 2009 (Rp 1.000.000.000.)
LABA FISKAL TAHUN 2013 Rp 100.000.000.(+)
SISA RUGI FISKAL TH 2009 (Rp 900.000.000)
LABA FISKAL TAHUN 2014 Rp 800.000.000.(+)
12/10/2014
- SISA RUGI FISKAL TAHUN 2009 Rp 100.000.000. YANG MASIH TERSISA PADA AKHIR TH 2014,
TIDAK BOLEH DIKOMPENSASIKAN DGN LABA FISKAL TAHUN 2015. SEDANGKAN :
RUGI FISKAL TAHUN 2011 Rp
300.000.000.-HANYA DIKOMPENSASIKAN DENGAN LABA FISKAL TAHUN 2015 DAN TAHUN 2016, KARENA JANGKA
WAKTU LIMA TAHUN DIMULAI SEJAK TAHUN 2012 DAN BERAKHIR TH 2016.
Simpulan :
a. Istilah kerugian merujuk kepada kerugian fiskal bukan kerugian
komersial.
b. Kompensasi kerugian hanya diperkenankan selama 5 tahun ke
depan secara berturut-turut.
c. Kompensasi kerugian hanya untuk Wajib Pajak, baik badan
maupun OP yang melakukan kegiatan usaha yang
penghasilannya tidak dikenakan PPh Final dan perhitungan PPh
nya tidak menggunakan norma penghitungan.
d. Kerugian usaha di luar negeri tidak bisa dikompensasikan
12/10/2014