• Tidak ada hasil yang ditemukan

7 perhitungan pendapatan nasional 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "7 perhitungan pendapatan nasional 1"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PERHITUNGAN PENDAPATAN

PERHITUNGAN PENDAPATAN

NASIONAL

NASIONAL

Terdapat empat kelompok utama pembuat keputusan yaitu rumahtangga

domestik, perusahaan, pemerintah dan luarnegeri.

Jumlah pengeluaran yang diinginkan mereka membentuk konsumsi yang diinginkan (C), investasi yang diinginkan (I), pembelian pemerintah yang diinginkan (G), dan ekspor neto yang diinginkan (X-M) yang

keseluruhannya dinamakan pengeluaran agregat (AE = aggregate expenditure)

AE = C + I + G + (X – M)

C = pengeluaran konsumsi sektor rumahtangga I = pengeluaran investasi sektor perusahaan G = pengeluaran belanja sektor pemerintah (X-M) = pengeluaran neto sektor luar negeri

Perhitungan pendapatan nasional mengukur pengeluaran aktual. Untuk mengembangkan teori determinasi pendapatan nasional kita mulai

dengan mengembangkan model yang sangat sederhana melalui model Ekonomi Tertutup yang hanya melibatkan sektor rumah tangga dan

(2)

Konsumsi dan Tabungan

Konsumsi dan Tabungan

 Terdapat dua pilihan rumahtangga dalam menggunakan

pendapatan disposabelnya:

- untuk konsumsi (barang dan jasa) - untuk tabungan

 Konsumsi menjadi satu-satunya unsur GNP yang terbesar diantara

unsur lainnya (Samuelson)

 Besarnya konsumsi sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan

(ada korelasi positif)

 Angka statistik menunjukkan bahwa ada pola keteraturan umum

(3)

Pada masyarakat berpenghasilan rendah (miskin) sebagian besar pendapatannya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok

Bila pendapatannya meningkat maka total konsumsinyapun meningkat pula dengan kualitas yang lebih baik.

Tetapi bila pendapatan menjadi lebih tinggi lagi selain konsumsinya meningkat, ada perubahan proporsi

pengeluaran, proporsi kebutuhan pokok menurun tetapi proporsi kebutuhan sekunder dan tersier meningkat.

Hal ini digambarkan oleh Ernest Engel seorang ahli statistik Persia abad ke-19 melalui kurva Engel.

Kurva Engel menjelaskan bahwa tingkah laku keluarga dalam

(4)
(5)

 Tabungan = adalah bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi,

atau tabungan (S) = pendapatan (Y) = jumlah konsumsi (C).

 Orang kaya menabung lebih banyak dari pada orang miskin bukan

saja lebih besar dalam jumlahnya tetapi juga proporsinya.

 Pada masyarakat berpenghasilan sangat rendah tidak bisa

menabung karena pengeluaran konsumsi lebih besar dari

pendapatannya. Pada keadaan demikian dikatakan bahwa ada

tabungan negatif atau dissaving

 Pengeluaran konsumsi dapat dijelaskan dalam tiga bentuk yaitu

- fungsi konsumsi,

- skala (tabel) konsumsi dan - kurva konsumsi.

 Demikian pula dengan tabungan dapat dijelaskan dalam tiga

(6)

Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan

Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan

Fungsi konsumsi (linier) C = a + bY

dimana:

C = jumlah pengeluaran konsumsi

a = besarnya konsumsi pada saat pendapatan = 0

b = hasrat konsumsi marjinal (marginal propensity to consume = MPC)

Y = pendapatan disposabel

Fungsi Tabungan S = - a + (1 – b) Y

dimana:

S = jumlah tabungan

a = konsumsi pada saat pendapatan = 0

(1 – b) = hasrat menabung marjinal (marginal propensity to save = MPS).

(7)

Kasus Pendapatan

 Pada saat pendapatan (Yd) < 200 tabungan negatif (dissaving)  Pada saat pendapatan (Yd) > 200 tabungan positif

(8)

Tabel 7.1. Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan Rumah Tangga*.

Kasus Pendapatan

disposabel (Yd) Konsumsi (C) Tabungan(S)

A O 40 - 40

B 100 120 - 20

C 200 200 0

D 300 280 20

E 400 360 40

F 500 440 60

G 600 520 80

H 700 600 100

I 800 680 120

*) Fungsi Konsumsi C = 40 + 0,80Y

(9)

• Ada beberapa alasan mengapa masyarakat menabung, diantaranya adalah: • Suatu kebiasaan berhemat untuk kesejahteraan di masa yang akan datang • Untuk berjaga-jaga dari pengeluaran tidak terduga di masa yang akan

datang.

• Menimbun kekayaan.

• Untuk tujuan tertentu di waktu yang akan datang.

• Berdasarkan fungsi konsumsi dan tabungan serta skala konsumsi dan tabungan maka dapat dibuat kurva konsumsi dan tabungan seperti pada Ilustrasi 7.2.

• Pada saat pendapatan <200, kurva konsumsi ada di atas garis skala berarti C > Y (terjadi dissaving). Pada saat pendapatan > 200, kurva konsumsi ada di bawah garis skala (scale line), berarti C < Y .

• Pada saat pendapatan = 200, kurva konsumsi berpotongan dengan garis skala, berarti Y = C (break even). Pada saat tersebut berarti S = 0 ,

(10)
(11)

Dari hubungan pendapatan, konsumsi dan tabungan dapat pula dikembangkan konsep hasrat konsumsi rata-rata (average propensity to consume = APC) dan konsep hasrat menabung rata-rata (average propensity to save = APS).

Hasrat konsumsi rata-rata adalah perbandingan besarnya konsumsi pada tiap tingkat pendapatan. Secara matematis dapat dituliskan:

APC = C / Y

Hasrat menabung rata-rata adalah perbandingan besarnya tabungan pada tiap tingkat pendapatan. Secara matematis dapat dituliskan:

APS = S / Y

Berdasarkan uraian di atas, dijelaskan bahwa meningkatnya pendapatan disposabel akan diikuti dengan meningkatnya jumlah konsumsi. Namun seberapa besar berubahnya konsumsi yang diakibatkan oleh berubahnya pendapatan disposabel dapat dijelaskan melalui konsep hasrat konsumsi marjinal (marginal propensity to consume = MPC) dan konsep hasrat menabung marginal (marginal propensity to save = MPS).

(12)

Hubungan Pendapatan, Konsumsi

dan Tabungan

Hasrat konsumsi rata-rata

(

average propensity to consume = APC)

Yaitu perbandingan besarnya konsumsi pada tiap tingkat

pendapatan.

APC = C / Y

Hasrat menabung rata-rata

(

average propensity to save = APS)

.

(13)

Hubungan Pendapatan, Konsumsi

dan Tabungan

Hasrat Konsumsi Marjinal

(marginal propensity to consume = MPC)

yaitu besarnya tambahan konsumsi dari setiap tambahan pendapatan disposabel.

MPC = ∆ C / ∆ Y

Hasrat Menabung Marginal

(marginal propensity to save = MPS).

Yaitu besarnya tambahan tabungan dari setiap tambahan pendapatan disposabel.

(14)

Tabel 7.2. Hasrat Konsumsi dan Tabungan Rata-rata Serta Hasrat Konsumsi dan Menabung Marjinal

Yd C S APC APS MPC MPS

0 40 -40 0 0 -

-100 120 -20 1,20 - 0,2 0,80 0,20

200 200 0 1,00 0,00 0,80 0,20

300 280 20 0,93 0,07 0,80 0,20

400 360 40 0.90 0,10 0,80 0,20

500 440 60 0,88 0,12 0,80 0,20

600 520 80 0,87 0,13 0,80 0,20

700 600 100 0,86 0,14 0,80 0,20

(15)

Ilustrasi 7.3. Bentuk fungsi konsumsi berdasarkan hubungan antara pendapatan, MPC dan APC

Y

Y=C

C

Y

Y=C

C

(a)

Kenaikan pendapatan diikuti oleh turunnya APC sedangkan MPC tetap.

(b)

(16)

Ilustrasi 7.3. Bentuk fungsi konsumsi berdasarkan hubungan antara pendapatan, MPC dan APC

Y

Y=C

C

C

MPC + MPS = 1

• MPC dan MPS mempunyai nilai <1 dan >0 atau

(0 < MPC atau MPS < 1)

(c)

(17)

Investasi dan Keseimbangan

Investasi dan Keseimbangan

Pendapatan

Pendapatan

Investasi adalah penambahan atas barang-barang modal yang dilakukan sektor perusahaan

Pengeluaran investasi adalah komponen GDP yang paling mudah berubah dan berkaitan kuat dengan fluktuasi ekonomi.

Di dalam makro ekonomi investasi memegang dua peran, yaitu :

- komponen pengeluaran yang cukup besar dan berubah-ubah yang berpengaruh pada permintaan agregat dan tingkat output.

- akumulasi modal (Misalnya pembelian mesin ,persediaan bahan mentah, dan pembangunan pabrik pakan serta perumahan)

Investasi sebagai penghimpunan atas barang modal dibedakan atas:

-investasi bruto yaitu investasi yang belum memperhitungkan penyusutan

(18)

I = Io + aY

dimana: I = Jumlah pengeluaran investasi

I0 = Jumlah investasi pada saat pendapatan = 0

a = Hasrat investasi marjinal (marginal propensity to invest =MPI) yaitu ∆I /∆Y

Y = Pendapatan nasional

Hubungan antara pendapatan dengan investasi dapat digambarkan dalam bentuk : - fungsi investasi,

- skala (tabel) investasi dan - kurva investasi.

Fungsi investasi merupakan hubungan antara tingkat pendapatan

nasional dengan tingkat investasi. Yang secara matematis dapat dituliskan

(19)

Dalam hubungannya dengan pendapatan nasional,investasi dibedakan atas

investasi otonom (autonomous investment) dan investasi dorongan

(induced investment).

I

Id

Y

Ilustrasi 7.4. (a)

Investasi dorongan (dipengaruhi oleh pendapatan nasional

I

Io

Y

Ilustrasi 7.4. (b)

(20)

Besarnya konsumsi dan tabungan

sangat

tergantung pada besarnya pendapatan disposabel,

Kesempatan dan besarnya investasi dipengaruhi oleh

Tingkat bunga.

Ramalan keadaan ekonomi di masa yang akan

datang.

Kemajuan teknologi.

Tingkat pendapatan nasional dan perubahannya.

(21)

Pengaruh Tingkat bunga terhadap Investasi

Pengaruh Tingkat bunga terhadap Investasi

• Ada hubungan negatif antara tingkat bunga dan investasi

Bunga (i)

i2 B

i1

A

I2 I1 I

(22)

Pengaruh Ramalan Ekonomi di Masa

Mendatang terhadap Investasi

i

I I’

i0 A A’

i1 B B’

I0 I1 I0’ I1’ I

Ilustrasi 7.6.

• Apabila ramalan ekonomi di masa mendatang baik

maka investasi akan

(23)

Pengaruh Kemajuan Teknologi terhadap

Investasi

Perbaikan teknologi  kegiatan menjadi lebih efisien.

Pada setiap tingkat bunga akan ada pertambahan investasi sehingga kurva investasi akan bergeser ke kanan (Ilustrasi 7.6)

Pengaruh Pendapatan Nasional dan

Perubahannya terhadap Investasi

Apabila Y meningkat  Yd meningkat  C akan

meningkat  perlu

tambahan investasi.

(24)

Pengaruh Keuntungan Perusahaan terhadap Investasi

Bila keuntungan tinggi  produk yang dihasilkan mempunyai

prospek yang baik di pasar dan baik untuk ditingkatkan  akan

mendorong meningkatnya investasi pada berbagai tingkat bunga (kurva investasi akan bergeser ke kanan)

Masalah investasi baik dalam menentukan jumlahnya maupun kesempatan melakukannya tergantung pada konsep efisiensi

investasi marjinal (marginal efficiency of investment = MEI).

Investasi yang efisien akan memberikan laba tinggi. Oleh karena itu investor akan berharap bahwa tingkat efisiensi investasinya akan lebih besar dari pada tingkat suku bunga bank. Konsep tersebut menerangkan bahwa investasi akan dilakukan apabila

(25)

Masalah investasi baik dalam menentukan jumlahnya maupun kesempatan melakukannya tergantung pada konsep efisiensi investasi marjinal (marginal efficiency of investment = MEI).

i

• Motivasi pokok dari investasi 

keuntungan max, (waktu sekarang – akan datang)

• Faktor ekonomi pokok yang menentukan investasi adalah

- biaya investasi (tingkat bunga), - harapan keuntungan di masa yang akan datang.

• Investasi akan dilakukan bila

(26)

Pengeluaran Agregat

Pengeluaran agregat adalah jumlah pengeluaran untuk

konsumsi, investasi, belanja pemerintah dan ekspor neto.

Dalam perekonomian sederhana (dua sektor) pengeluaran

agregat

AE = C + I.

Fungsi pengeluaran agregat menghubungkan antara tingkat

pengeluaran riil (AE) yang diinginkan dengan tingkat

(27)

Pendapatan Nasional Seimbang

(Ekuilibrium)

• Dikatakan seimbang antara pengeluaran konsumen untuk barang dan jasa dengan produsen dalam menghasilkan barang dan jasa. • Kegiatan konsumen adalah membelanjakan pendapatannya dan

sisanya di tabungkan ( Y = C + S).

• Dari sisi produsen, pendapatannya adalah barang yang dihasilkan terdiri dari barang konsumsi dan investasi (Y = C + I)

(28)

Penghitungan Pendapatan Nasional yang

Seimbang

Pendekatan Tabungan Investasi (S , I)

Pendapan nasional yang seimbang akan terjadi apabila S = I. Apabila S = Y – C maka: Y – C = I

Y – (a + bY) = I

Y – a – bY = I

Y – bY = a + I

( 1 – b ) Y = a + I maka

b

a I

Y

 

(29)

Penghitungan Pendapatan Nasional yang

Seimbang

Pendekatan Konsumsi dan Investasi (C + I)

(30)

Multiplier (Perlipatan)

• Pendapatan masyarakat (y) digunakan untuk konsumsi (C) dan tabungan (S)  Y=C+S

• Bila pendapatan meningkat  konsumsi meningkat pula

ΔY  ΔC + ΔS dimana ΔY = ΔC + ΔS

• Bila konsumsi meningkat  akan ada pendapatan yang meningkat

ΔC  ΔY

• Demikian seterusnya sampai efeknya makin lama makin kecil

Multiplier adalah suatu proses yang menunjukkan berapa besar perubahan pendapatan nasional yang terjadi sebagai akibat adanya perubahan investasi.

Koefisien Multiplier =

(31)

Proses multiplier akan berlangsung sempurna

apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

•Penerima tambahan pendapatan akan membelanjakan

kembali uangnya sebesar MPC nya

•Tambahan pendapatan yang diterima dibelanjakan

hanya untuk membeli barang-barang buatan dalam

negeri. Bila dibelanjakan untuk barang luar negeri maka

akan terjadi

kebocoran (

leakage)

(32)

ΔI ΔY ΔC ΔS

Bagaimana proses terjadinya efek multiplier yang diakibatkan oleh adanya tambahan investasi dapat dijelaskan sebagaimana tampak pada Tabel 7.3.

(33)

Bila efek multiplier telah terhenti maka berarti pendapatan nasional berada pada keseimbangan yang baru. Dengan demikian konsumsi dan tabungan pun ada pada keseimbangan yang baru pula.

Pada tingkat keseimbangan pendapatan nasional yang baru terdapat fungsi konsumsi dan tabungan yang baru:

 Untuk konsumsi: C1 = Co + C

C = MPC x Y maka C1 = Co + MPC x Y

 Untuk tabungan: S1 = So + S

S = MPS x Y maka S1 = So + MPS x Y

Untuk pendapatan nasional:

Y1 = Yo + k. I

Yo =

1 b

aI

(34)

Proses Perlipatan (Efek Multiplier) melalui

Karena ada tambahan

Investasi sebesar ΔI maka kurva I bergeser I  I

Keseimbangan pendapatan

nasional bergeser dari Y0  Y1 ; ada kenaikan Y

sebesar ΔY dimana

ΔY > ΔI

Hal ini disebabkan ada proses perlipatan

(multiplier) akibat

(35)

Prtoses Perlipatan karena Perubahan Jumlah

Tabungan

(Paradoks Kehematan)

I, S

• Keseimbangan awal =Y0

(saat I = S0)

Karena ada tambahan

tabungan sebesar ΔS maka kurva S0  S1

Akibatnya keseimbangan bergeser Y0 Y1, dimana Y1

< Y0

• Akibat kenaikan tabungan sebesar ΔS mengakibatkan Y turun sebesar ΔY dimana ΔY > ΔS, hal ini disebabkan adanya proses multiplier

Dalam kasus ini terjadi

(36)

Yang Perlu Diingat dalam Perhitungan

Pendapatan Nasional

• Pendapatan nasional seimbang bukanlah berarti pendapatan nasional yang baik

• Pendapatan nasional seimbang berarti tidak ada lagi efek multiplier yang berpengaruh terhadap jumlah pendapatan nasional perubahan salah satu komponen pendapatan nasional

• Pendapatan national dipandang baik bila pendapatan nasional tinggi, tidak ada pengangguran (underemployment)

(37)

Pendapatan Nasional dilihat dari

Potensi Produksi

I, C

Y=C+I

C+I Def. gap

E

0 YE YFN Y

Ilustrasi 7.10a. Deflationary Gap

I, C

Y=C+I E C+I

Inf. gap

0 Y FN YE Y

Gambar

Tabel 7.1. Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan Rumah
Tabel 7.1. Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan Rumah Tangga*.
Tabel 7.2. Hasrat Konsumsi dan Tabungan Rata-rata Serta Hasrat Konsumsi dan Menabung Marjinal
Tabel 7.3. Proses Multiplier dalam Angka

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Metode ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan data yang tidak dapat diperoleh melalui observasi dan wawancara, yaitu data yang asalnya berupa naskah, buku

Judul : PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN TEATERAL CERITA RAKYAT SEBAGAI SARANA PENANAMAN BUDI PEKERTI BAGI GURU BAHASA JAWA SMA DI KABUPATEN SEMARANG (DESIMINASI PENELITIAN

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Data Primer Deskriptif Besar modal yang diperlukan untuk setiap unit penggilingan padi mobile rata-rata sebesar Rp.42.633.333/.. Berapa besar biaya yang dikeluarkan

Tujuan dari pengelolaan lira bentuk padat radiasi tinggi tidak dapat bakar adalah untuk memudahkan pekerja dalam pengelolaan limbah radioaktif padat, sehingga

Penyebab lain adalah akibat indirek dari kekerasan suami kepada istri (kekerasan dalam rumah tangga, yang sering disingkat sebagai KDRT). KDRT mempunyai akibat langsung kepada

Menurut Jogiyanto H.M (2000 : 692) , Informasi adalah sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi