Laporan Praktikum 4
ANALISIS DAN PEMODELAN OSEANOGRAFI (ITK 628)
MODEL HIDRODINAMIKA 2D BATAS TERTUTUP DAN BATAS TERBUKA
Oleh
ZAN ZIBAR
C551140041 / S2-IKL
Diajukan untuk memnuhi salah satu tugas Mata Kuliah Analisis dan Pemodelan Oseanografi
SEKOLAH PASCASARJANA
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1. Pendahuluan
Model matematika dapat digunakan dalam persoalan-persoalan polusi lingkungan seperti yang terjadi pada perairan, dengan disimulasikan atau diturunkan fenomena kejadiannya (Haryanto, 2008).
Hidrodinamika adalah cabang dari mekanika fluida, khususnya zat cair incompressible yang di pengaruhi oleh gaya internal dan eksternal. Dalam hidrodinamika laut gaya-gaya yang terpenting adalah gaya gravitasi, gaya gesekan, dan gaya coriolis . Dalam oseanografi, mekanika fluida digunakan berdasarkan mekanika Newton yang dimodifikasi dengan memperhitungkan turbelensi (Cahyana, 2011).
Fenomena arus, gelombang dan pasang surut merupakan bagian dari hidrodinamika laut. Parameter hidrodinamika laut ini merupakan bagian dari keseluruhan komponen oseanografi yang saling mengadakan interaksi atau saling mempengaruhi satu sama lain yang cukup kompleks. Seperti adanya fenomena pasang dan surut yang akan membangkitkan arus pasang dan surut yang akan membawa massa air bersamaan dengan arus surut (Wibisono, 2005).
Studi hidrodinamika 2 dimensi adalah untuk meninjau gaya pembangkit arus yang disebabkan oleh angin (wind driven current) di perairan tertutup. Di perairan terbuka selain oleh angin, arus juga dibangkit oleh adanya perbedaan muka air (gaya gradien tekanan) sebagai pengusik diperhitungkan pula gaya gesekan dasar (Koropitan, 2001).
Tujuan dari pembuatan model hidrodinamika 2d batas tertutup dan batas terbuka adalah melihat pengaruh pasang angin permukaan sebagai gaya pembangkit arus di perairan tertutup, serta pengaruh pasang surut dan pengaruh angin diperairan semi terbuka, memahami sifat-sifat penjalaran gelombang pasut sederhana dengan kedalaman bervariasi, dan melihat pengaruh gesekan dasar dan permukaan di suatu perairan serta memahami penerapan parameter model dengan kaitannya dengan stabilitas numerik persamaan hidrodinamika 2 dimensi eksplisit.
2. Metode
Persamaan Model
2.1 Persasmaan Pembangun
Persamaan Pembangun dan Metode Diskretisasi
Persamaan pembangun yang digunakan untuk pembuatan model hidrodinamika satu dimensi dengan variasi topografi adalah sebagai berikut (Koropitan, 2001):
�
� +��
��
� +�2+
2+ 2 = � 2+ 2 ... (1)
�
� +��
��
� +�2+
2+ 2 = � 2+ 2 ...(2)
Dimana U,V adalah kecepatan transport arah x dan y, � adalah elevasi muka air (meter), H= d+� kedalaman total (m), g koefisien gravitasi (m2/s), r adalah koefisien gesekan dasar,� koefisien gesek permukaan, dan serta adalah kecepatan angin arah x dan y.
��
Deskritisasi model menggunakan metode eksplisit sebagai berikut : a. Persamaan gerak arah x :
Diskretisasi persamaan kontinuitasnya adalah sebagai berikut :
�,
Sedangkan kriteria stabilitas yang digunakan adalah sebagai berikut :
∆ ≤ ∆�
Penentuan Nilai Awal dan Syarat Batas
Kondisi awal dianggap perairan dalam keadaan tenang. Secara matematis dapat ditulis :
= =�= 0 pada saat t=0
Sedangkan syarat batas tertutup di garis pantai memiliki kecepatan nol yaitu :
= 0
Sedangkan syarat batas di perairan terbuka adalah sebagai berikut : a. Batas timur : �= �cos � �. −82.2. �
360 b. Batas barat : �= �cos � �. −165.2. �
360
Skenario Model
Model yang dibangun dapat disajikan dan digambarkan pada script fortran dibawah ini :
! MODEL HIDRODINAMIKA 2D DI PERAIRAN TERBUKA
! DENGAN METODA EKSPLISIT
! Pendefinisian variabel dan konstant
real Wx,Wy,aWx,aWy,Hu,Hv,ru,rv,Rx,Ry,sukuU1,sukuU2,sukuV1,sukuV2 real s1,s2,U,V,el,UU,VV,Elb,Uvel,Vvel,lamda
dimension U(100,100),V(100,100),el(100,100),UU(100,100),VV(100,100) dimension Elb(100,100),Uvel(100,100),Vvel(100,100),d(100,100)
integer i,j,k
! HARGA KONSTANTA Li=1000
Lj=1000 t=21600 g=10 A=0.2 imax=20 jmax=20 dt=2 dx=Li/imax dy=Li/jmax itermax=t/dt r=0.003
lamda=0.000032 sigma=0.000140519 sta=1800
pi=3.141592654
!open(1,FILE='elevasi.txt',status='unknown') !open(2,FILE='arus_u.txt',status='unknown') !open(3,FILE='arus_v.txt',status='unknown')
open(1,FILE='UB-1.txt',status='unknown') open(2,FILE='VB-1.txt',status='unknown') open(3,FILE='ZB-1.txt',status='unknown')
print *,'Kecepatan angin arah-x(aWx) :' read(*,*) aWx
print *,'Kecepatan angin arah-y(aWy) :' read(*,*) aWy
open(4,file='teluk.txt',status='old') do i=imax,1,-1
read(4,*) (d(i,j),j=1,jmax) enddo
!SYARAT AWAL do i=1,imax do j=1,jmax U(i,j)=0 V(i,j)=0 el(i,j)=0 UU(i,j)=0 VV(i,j)=0 Elb(i,j)=0 Uvel(i,j)=0 Vvel(i,j)=0 enddo enddo
!PERHITUNGAN UTAMA do k=1,itermax
!PERHITUNGAN ANGIN if(k.lt.sta) then
Wx=aWx*(exp((k/sta)-1)) Wy=aWy*(exp((k/sta)-1))
else
Wx=aWx Wy=aWy endif
do i=2,imax-1
do j=2,jmax-1 if(d(i,j).gt.0) then
if(d(i+1,j).gt.0) then
Hv=(el(i+1,j) + el(i,j) + d(i,j) +d(i,j))/2
Uv=(U(i,j) + U(i+1,j) + U(i,j-1) + U(i+1,j-1))/4 rv=(r*dt*sqrt((V(i,j)*V(i,j))+(Uv*Uv)))/(Hv*Hv)
Ry=1-rv
sukuV1=(g*dt*Hv*(el(i+1,j)-el(i,j)))/dy
sukuV2=dt*lamda*Wy*sqrt((Wx*Wx)+(Wy*Wy)) VV(i,j)=(V(i,j)*Ry)-sukuV1+sukuV2
Vvel(i,j)=VV(i,j)/Hv endif
if(d(i,j+1).gt.0) then
Hu=(el(i,j) + el(i,j+1) + d(i,j) +d(i,j+1))/2 Vu=(V(i-1,j) + V(i,j) + V(i-1,j+1) + V(i,j+1))/4 ru=(r*dt*sqrt((U(i,j)*U(i,j))+(Vu*Vu)))/(Hu*Hu)
Rx=1-ru
sukuU1=(g*dt*Hu*(el(i,j+1)-el(i,j)))/dx
sukuU2=dt*lamda*Wx*sqrt((Wx*Wx)+(Wy*Wy)) UU(i,j)=(U(i,j)*Rx)-sukuU1+sukuU2
Uvel(i,j)=UU(i,j)/Hu endif
enddo
!SYARAT BATAS DI BARAT do i=3,imax-1
if (d(i,1).gt.0) then
!Elb(i,2) = A*cos(sigma*k-82*2*pi/360)
Elb(i,2) = A*cos(sigma*k*dt*2*pi/360)
Elb(i,1) = Elb(i,2) UU(i,1) = UU(i,2) Uvel(i,1) = Uvel(i,2) VV(i,1) = VV(i,2) Vvel(i,1) = Vvel(i,2) endif
enddo
! SYARAT BATAS DI TIMUR do i=1, imax
if(d(i,jmax).gt.0) then
Elb(i,jmax) = A*cos(sigma*k-165*2*pi/360) Elb(i,jmax) = Elb(i,jmax-1)
UU(i,jmax) = UU(i,jmax-1) Uvel(i,jmax) = Uvel(i,jmax-1) VV(i,jmax) = VV(i,jmax-1) Vvel(i,jmax) = Vvel(i,jmax-1) endif
enddo
do i=3,imax-1 do j=3,jmax-1 if(d(i,j).gt.0) then
s1=(VV(i,j)-VV(i-1,j))/dy s2=(UU(i,j)-UU(i,j-1))/dx Elb(i,j)=el(i,j)-(dt*(s1+s2)) endif
enddo enddo
!PENYIMPANAN HASIL HITUNGAN
if((k.ne.100).and.(k.ne.850).and.(k.ne.itermax)) goto 20 do i=imax,1,-1
!write(1,100) (Elb(i,j),j=1,jmax) !write(2,100) (Uvel(i,j),j=1,jmax) !write(3,100) (Vvel(i,j),j=1,jmax)
enddo write(1,*)'' write(2,*)'' write(3,*)'' 100 format(30f8.2)
!TRANSFER VARIABEL 20 do i=1,imax
do j=1,jmax U(i,j)=UU(i,j) V(i,j)=VV(i,j) el(i,j)=Elb(i,j) enddo enddo enddo
end
sedangkan skenario yang digunakan adalah sebagai berikut :
Model : Buat odel hidrodi a ika D de ga batas tertutup FILE bati.t t de ga
waktu simulasi (t) = 108000 s dan dt=2.
Scene 1 -> Berikan nilai angin arah-x = 1 m/s dan arah –y = 0. Keluarkan output pada t=2700 s; t=43200 s; 64800 s; dan t=108000 s.
Scene 2 -> Berikan nilai angin arah-x = 0 m/s dan arah –y = 1. Keluarkan output pada t=2700 s; t=43200 s; 64800 s; dan t=108000 s.
Model : Buat odel hidrodi a ika D de ga batas terbuka barat FILE bati .t t da
lakukan hal yang sama seperti Model 1.
Model 3 : Buat model hidrodinamika 2D dengan batas terbuka barat dan timur (FILE
Grid ruang i ke
Grid ruang i ke Grid ruang j
ke-3. Hasil Dan Pembahasan
A. Model 1 Skenario (scene) pertama
Hasil penggambaran pergerakan arus pada batas tertutup dengan kondisi paramater angin zonal berkecepatan 1 m/s dan angin meridional 0 m/s adalah sebagai berikut .
Gambar 1. (A) pola pergerakan arus saat iterasi pertama, (B) pola pergerakan arus saat iterasi kedua,(C) elevasi perairan
Gambar tersebut memberikan ilustrasi bahwa pola arus yang terjadi di akibatkan oleh arah angin yang bertiup yang pola arusnya mengikuti kondisi batimetri yang ada dengan mengarah ke seletan. Kecepatan arus yang menyusuri daerah landai umumnya lebih cepat dibandingkan dengan perairan yang dalam. Hal ini terjadi kerena adanya perambatan gelombang oleh angin dimana tingginya lebih besar dibandingkan dengan daerah yang landai.
Grid ruang i ke
B. Model 1 Skenario (scene) kedua
Hasil penggambaran pergerakan arus pada batas tertutup dengan kondisi paramater angin zonal berkecepatan 0 m/s dan angin meridional 1 m/s adalah sebagai berikut .
Gambar 2. (A) pola pergerakan arus saat iterasi pertama, (B) pola pergerakan arus saat iterasi kedua,(C) elevasi perairan.
Gambar tersebut memberikan ilustrasi bahwa pola arus yang terjadi di akibatkan oleh arah angin yang bertiup yang pola arusnya mengikuti kondisi batimetri yang ada dengan mengarah ke Utara. Kecepatan arus yang menyusuri daerah landai umumnya lebih cepat dibandingkan dengan perairan yang dalam. Hal ini terjadi kerena adanya perambatan gelombang oleh angin dimana tingginya lebih besar dibandingkan dengan daerah yang landai.
Grid ruang i ke
G
Grid ruang i ke
G
Grid ruang i ke Grid ruang j
ke-B A
C. Model 2 Skenario (scene) pertama
Hasil penggambaran pergerakan arus pada batas tertutup dengan kondisi paramater angin zonal berkecepatan 1 m/s dan angin meridional 0 m/s adalah sebagai berikut .
Gambar 3. (A) pola pergerakan arus saat iterasi pertama, (B) pola pergerakan arus saat iterasi kedua,(C) elevasi perairan.
Secara umum terlihat bahwa pola arus yang terjadi di akibatkan oleh arah angin yang bertiup yang pola arusnya mengikuti kondisi batimetri yang ada dengan mengarah ke selatan dengan pola arus yang relatif lambat. Kecepatan arus yang menyusuri daerah landai umumnya lebih cepat dibandingkan dengan perairan yang dalam. Hal ini terjadi kerena adanya perambatan gelombang oleh angin dimana tingginya lebih besar dibandingkan dengan daerah yang landai.
Grid ruang i ke
G
Grid ruang i ke
G
Grid ruang i ke Grid ruang j
D. Model 2 Skenario (scene) kedua
Hasil penggambaran pergerakan arus pada batas tertutup dengan kondisi paramater angin zonal berkecepatan 0 m/s dan angin meridional 1 m/s adalah sebagai berikut .
Gambar 4. (A) pola pergerakan arus saat iterasi pertama, (B) pola pergerakan arus saat iterasi kedua,(C) elevasi perairan.
Gambar tersebut memberikan ilustrasi bahwa pola arus yang terjadi di akibatkan oleh arah angin yang bertiup yang pola arusnya mengikuti kondisi batimetri yang ada dengan mengarah ke selatan dengan pergerakan arus yang relative lambat. Kecepatan arus yang menyusuri daerah landai umumnya lebih cepat dibandingkan dengan perairan yang dalam. Hal ini terjadi kerena adanya perambatan gelombang oleh angin dimana tingginya lebih besar dibandingkan dengan daerah yang landai.
Grid ruang i ke
G
Grid ruang i ke
G
Grid ruang i ke Grid ruang j
E. Model 3 Skenario (scene) pertama
Hasil penggambaran pergerakan arus pada batas tertutup dengan kondisi paramater angin zonal berkecepatan 1 m/s dan angin meridional 0 m/s adalah sebagai berikut .
Gambar 5. (A) pola pergerakan arus saat iterasi pertama, (B) pola pergerakan arus saat iterasi kedua,(C) elevasi perairan.
Secara umum gambar tersebut memberikan informasi bahwa pola arus yang terjadi di akibatkan oleh arah angin yang bertiup yang pola arusnya mengikuti kondisi batimetri yang ada dengan mengarah ke selatan dengan pergerakan arus yang relative lambat. Kecepatan arus yang menyusuri daerah landai umumnya lebih cepat dibandingkan dengan perairan yang dalam. Hal ini terjadi kerena adanya perambatan gelombang oleh angin dimana tingginya lebih besar dibandingkan dengan daerah yang landai.
Grid ruang i ke
G
Grid ruang i ke
G
Grid ruang i ke Grid ruang j
F. Model 3 Skenario (scene) kedua
Hasil penggambaran pergerakan arus pada batas tertutup dengan kondisi paramater angin zonal berkecepatan 0 m/s dan angin meridional 1 m/s adalah sebagai berikut .
Gambar 6. (A) pola pergerakan arus saat iterasi pertama, (B) pola pergerakan arus saat iterasi kedua,(C) elevasi perairan.
Gambar tersebut memberikan ilustrasi bahwa pola arus yang terjadi di akibatkan oleh arah angin yang bertiup yang pola arusnya mengikuti kondisi batimetri yang ada dengan mengarah ke selatan dengan pergerakan arus yang relative lambat. Kecepatan arus yang menyusuri daerah landai umumnya lebih cepat dibandingkan dengan perairan yang dalam. Hal ini terjadi kerena adanya perambatan gelombang oleh angin dimana tingginya lebih besar dibandingkan dengan daerah yang landai.
Grid ruang i ke
G
Grid ruang i ke
G
Grid ruang i ke Grid ruang j
4. Penutup KESIMPULAN
Hasil praktikum yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa angin dan perbedaan elevasi akibat perambatan gelombang pasut adalah sebagai gaya-gaya pembangkit arus dalam simulasi model hidrodinamika semi terbuka, gaya pembangkit arus pada model hidrodinamika di perairan tertutup hanya ditimbulkan oleh angin serta pola arus yang terjadi pada model hidrodinamika diperairan tertutup dan semi terbuka di akibatkan oleh arah angin dan kondisi batimetri.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyana, C. 2011. Model Sebaran Panas Air Kanal Pendingin Instalasi Pembangkit Listrik ke Badan Air Laut. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Ilmu Kelautan Universitas Indonesia. Jakarta.
Haryanto B. Pebruari. 2008. Pengaruh Pemilihan Kondisi Batas, langkah Ruang, LangkahWaktu, dan Koefisien Difusi pada Model Difusi. Jurnal Aplika. Vol 8. No. 1.
Koropitan,A. 2001. MODUL PRAKTIKUMPEMODELAN OSEANOGRAFI. ProgramStudi Oseanografi, Institut Teknologi Bandung. Bandung