• Tidak ada hasil yang ditemukan

Filsafat Manusia Komunikasi Demokrasi da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Filsafat Manusia Komunikasi Demokrasi da"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Filsafat Manusia

Komunikasi, Demokrasi dan Kesejahteraan Manusia

Disusun oleh :

Fermansyah Bagus Yudha Pratama 111511133061

Dina Trysanti 111511133093

Naqi Furqan 111511133179

Savira Ahadia 111511133186

Maria Angela Intan Cahyaning Bulan111511133187

Tim Pengajar

Achmad Chusairi, S. Psi., M.A. (PJMK)

Dr. Cholicul Hadi, M.SI, Psikolog (TIM)

Dr. Listiyono Santoso, S.S., M. Hum. (TIM)

Dra. Veronika Suprapti, M.S.ED (TIM)

Kelas B-1

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA, JAWA TIMUR, INDONESIA

(2)

I. Pemikiran Paul Ricouer :

Paul Ricouer merupakan filosof terpenting pada abad 20-an. Paul Ricouer menekuni bidang filsafat pada saat pemikiran Eropa sedang diwarnai oleh pemikiran tokoh- tokoh filsafat besar terutama paham eksistensialisme, seperti pemikiran Husserl, Heidegger, Jaspes dan Marcel. Dalam otobiografinya, dijelaskan bahwa feomenologi Husserl sangat mempengaruhi pemikirannya. Paul Ricouer ingin memindahkan fenomenologi ke dalam hermeneutic dan menggarisbawahi konsep teks secara tidak langsung dan univocal. Hermeneutika merupakan terjemahan dari hermeneutics. Dalam bahasa yunani hermeneo memiliki arti mengungkapkan pikiran seseorang dalam kata-kata. Ricoeur mendefiniskan hermeneutika sebagai teori tentang bekerjanya pemahaman dalam hubungannya dengan interpretasi teks. Teori yang dikemukakan Paul didukung oleh empat alasan, yakni: realitas sosial dapat dijadikan sebagai kajian ilmiah ketika dibakukan dalam mekanime dan struktur. Hal ini sama seperti wacana yang dibakukan menjadi tulisan. Yang kedua, tindakan sosial memiliki makna objektif. Tidak bergantung pada makna semula sama seperti makna teks yang tidak selalu bergantung pada makna pengarang. Ketiga, realitas sosial yang memiliki karakter teks tidak selalu harus memiliki makna yang sama pada konteks awal. Keempat, sebuah teks memiliki keterbukaan pada makna baru. Sebuah tindakan juga memiiki keterbukaan untuk diinterpretasi kapan saja dan oleh siapa saja.

(3)

aktivitas penilaian yang diuji lewat pertukaran pesan. Tugas utama interpretasi adalah menciptakan diskursus yang relative bermakna tunggal dibangun berdasarkan makna polisemi untuk mengetahui maksud dari ketunggalan makna ketika menerima sebuah pesan.

II. Hak-Hak Komunikasi

Hak-hak berkomunikasi merupakan bagian dari hak-hak asasi manusia sebagaimana hak-hak lainya. Hak-hak berkomunikasi melekat pada diri manusia semenjak manusia lahir. Pada tahap awal komunikasi berada dalam lingkup skala kecil yang melukiskan kualitas kepentingan yang sangat sederhana. Melaju pada tahap-tahap berikutnya selalu berimpit dengan tingkat perkembangan umat manusia. Kualitas berpikir manusia terus berkembang, sehingga komunikasi mulai dihadapkan pada problematika yang bertambah kompleks dan rumit. Fungsi komunikasi lebih terarah kepada terpeliharanya norma-norma yang mempedomani sikap perilaku dalam mengadakan transaksi-transaksi komunikasi. Norma-norma memberi arah agar transaksi komunikasi yang berlangsung tidak memberi dampak negatif. Hal ini berarti bahwa hak-hak berkomunikasi tidak dapat dinikmati secara mutlak sepanjang hak-hak tersebut dapat merugikan pihak lain. Penggunanaan harus berorientasi kepada manfaat yang dapat dinikmati bersama (oleh komunikator dan komunikan) dan mencerminkan sifat-sifat keadilan serta kebenaran.

Karakter yang muncul dari sifat-sifat keadilan yaitu tidak terjadinya saling mendominasi kepentingan antara komunikator dan komunikan. Karakter yang muncul dari kebenaran yaitu proses transaksi komunikasi yang berlangsung tidak ingkar dari ikatan normatif. Namun demikian pengaturan normatif terhadap hak-hak berkomunikasi tidak dapat digeneralisasikan ke dalam suatu pola tertentu atau tatanan tertentu. Pengaturan hak-hak berkomunikasi akan menampakkan karakter berbeda sesuai sistem nilai yang medasarinya.

(4)

Totaliter menampakkan karakter-karakter sebagai berikut:

1. Sumber-sumber komunikasi berada dalam satu tangan elit berkuasa sebagai pengelola utama

2. Alur komunikasi mengalir secara vertikal menurut struktur formal 3. Isi komunikasi didesain menurut pola kebijaksanaan elit berkuasa

4. Komunikan (masyarakat) lebih bersifat sebagai sasaran (objek), daripada sebagai subjek

5. Transaksi komunikasi lebih bersifat “etatisme” (segalanya oleh negara) untuk memperoleh legitimasi atas keberadaan penguasa

6. Karakter-karakter tersebut seluruhnya bermuara pada sifat sentralistis dalam semua aspek kehidupan

Penganut faham demokrasi menurut Mc. Bride dalam bukunya Many Voices One World Comminication and Society today and Tomorrow mengangkat karakter komunikasi yang berada dalam lingkup penganut faham demokrasi sebagai berikut:

1. Individu-individu (komunikan) dijadikan partner aktif 2. Meningkatnya pesan yang ditukarkan

3. Mendorong perkembangan kualitas komunikasi yang diwakili masyarakat Dari karakter tersebut tampak bahwa derajat komunikator dengan komunikan berada dalam posisi sejajar, dalam artian bahwa komunikator tidak memproyeksikan dirinya pada komunikan, komunikator tidak mendominasi komunikan, karena komunikan tidak dijadikan sebagai objek.

III. Hakikat Komunikasi- demokrasi

(5)

yang lain, karena ilmu merupakan sebagian dari pengetahuan. Teori hakikat membahas semua objek, dan hasilnya ialah pengetahuan filsafat. Hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya atau keadaan sebenarnya tentang sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu, bukan pula keadaan yang berubah. Teori nilai pada intinya membicarakan kegunaan pengetahuan. Filsafat selalu dapat diterapkan dalam kondisi apapun. Bahkan filsafat dapat digunakan dalam berkomunikasi.

Setiap ilmu yang didapat tidak lepas dari peranan filsafat didalamnya, tidak terkecuali dalam ilmu komunikasi. Sangat berpengaruhnya filsafat pada setiap kehidupan manusia, menjadikan filsafat disebut sebagai ibu dari semua ilmu pengetahuan. Dalam bidang komunikasi sendiri filsafat sudah menaruh perhatiannya sejak lama. Sejak kelompok sophist menjual retorika pada orang-orang yunani, filsafat telah merambah pada bidang komunikasi. Aristoteles misalnya, dia pernah menuliskan tiga jilid buku yang berjudul De Arte Rhetorica, yang oleh para komunikolog disebut sebagai buku pertama mengenai retorika yang paling sistematis dan juga paling lengkap. Namun, bagi filsafat, hal seperti itu tidaklah menjadi penilaian bahwa komunikasi sebagai alat dalam memperkokoh tujuan kelompok seperti halnya pandangan sosiologi. Filsafat lebih memandang komunikasi merupakan suatu kajian yang kritis dan juga diakletis.

(6)

memahaminya (decode). Efisiensi (kehematan) dan akurasi (ketepatan) adalah tujuan yang hendak dicapai dalam mazhab (aliran pemikiran) ini.

Komunikasi memiliki isi pesan yang dibagi menjadi sistem totaliter dan juga sistem demokrasi. Lingkaran komunikasi sebagaimana yang digambarkan Jucuis, hanya akan terdapat pada negara-negara demokrasi yang menjunjung tinggi hak asasi, menghargai pendapat dan pemikiran orang lain. Seperti halnya di Amerika Serikat, Perancis, Jerman dan negara-negara Eropa Barat lainnya. Pada negara - negara demokrasi, tendensi ke arah demokratisasi komunikasi (democratization of communication) lebih memungkinkan, karena lembaga input benar-benar berfungsi dan terdapat perkembangan pendapat umum secara wajar. Kaitan dengan demokratisasi komunikasi ini. Berbeda dengan negara totaliter, maka komunikasi hanya berjalan satu arah tanpa ada respons atau „kaitan balik (‟ feedback, terugkoppeling) secara sempurna dari arah berlawanan. Shils menggunakan konsep totaliter, karena sistem-sistem yang ada tidak mentolelir adanya pusat-pusat kekuasaan lainnya, selain misalnya partai tunggal atau partai dominan, karena ada usaha untuk mendominasi semua bidang kehidupan pusat. Dalam hal ini Shils memasuki negara komunis dalam kualifikasi negara totaliter model baru.

Secara kualitatif feedback dapat dikuantifikasikan ke dalam tiga tingkatan, yaitu:

1. berkadar rendah.

2. berkadar biasa.

3. berkadar tinggi.

(7)

bersifat argumentatif dan normatif, yaitu dalam bentuk saran, kritik, pendapat dan hasil kajian. Feedback dalam kadar ini disebut pula rational feedback (umpan balik rasional) atau ideal feedback (umpan balik ideal). Dalam proses komunikasi politik, feedback yang menjadi perhatian pemerintah (elit berkuasa) yaitu feedback berkadar tinggi atau feedback infrastruktur, karena elit ini mampu mempengaruhi lingkungan masyarakat untuk berada di pihaknya.

IV. Filsafat bagi kesejahteraan manusia

Filsafat telah memerankan sedikitnya tiga peranan utama dalam sejarah pemikiran manusia, yaitu sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing. (Rapar, 1996: 25-27).

1. Pendobrak

Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi dan kebiasaan. Manusia menerima begitu saja segala penuturan dongeng dan takhayul tanpa mempersoalkannya lebih lanjut. Orang beranggapan bahwa karena segala dongeng dan takhayul itu merupakan bagian yang hakiki dari warisan tradisi nenek moyang, sedang tradisi itu benar dan tak dapat diganggu gugat, maka dongeng dan takhayul itu pasti benar dan tak boleh diganggu gugat. Kehadiran filsafat telah mendobrak pintu-pintu dan tembok-tembok tradisi yang begitu sakral dan selama itu tak boleh diganggu gugat. Kendati pendobrakan membutuhkan waktu yang cukup panjang, kenyataan sejarah telah membuktikan bahwa filsafat benar-benar berperan selaku pendobrak yang mencengangkan.

2. Pembebas

(8)

dan dangkal. Filsafat pun membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih. Filsafat juga membebaskan manusia dari cara berpikir tidak kritis yang membuat manusia mudah menerima kebenaran-kebenaran semu yang menyesatkan. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa filsafat membebaskan manusia dari segala jenis “penjara” yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia.

3. Pembimbing

Bagaimanakah filsafat dapat membebaskan manusia dari segala jenis “penjara” yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia itu? Filsafat hanya sanggup melaksanakan perannya selaku pembimbing. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistis dan mitis dengan membimbing manusia untuk berpikir secara rasional. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik dan dangkal dengan membimbing manusia untuk berpikir secara luas dan lebih mendalam, yakni berpikir secara universal sambil berupaya mencapai radix dan menemukan esensi suatu permasalahan. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih dengan membimbing manusia untuk berpikir secara sistematis dan logis. Dan akhirnya filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tak utuh dan begitu fragmentaris dengan membimbing manusia untuk berpikir secara integral dan koheren.

Irmayanti M Budianto pernah mencatat beberapa peran filsafat, baik dalam kehidupan maupun dalam bidang keilmuan:

 Pertama, filsafat atau berfilsafat mengajak manusia bersikap arif dan berwawasan luas terdapat berbagai masalah yang dihadapinya, dan manusia diharapkan mampu untuk memecahkan masalah-masalah tersebut dengan cara mengidentifikasinya agar jawaban-jawaban dapat diperoleh dengan mudah.

(9)

 Ketiga, Filsafat dapat membentuk sikap kritis seseorang dalam menghadapi permasalahan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan lainnya (interaksi dengan masyarakat, komunitas, agama, dan lain-lain) secara lebih rasional, lebih arif, dan tidak terjebak dalam fanatisme yang berlebihan.

 Keempat, terutama bagi para ilmuwan ataupun akademisi dibutuhkan kemampuan untuk menganalisis, analisis kritis secara komprehensif dan sistematis atas berbagai permasalahan ilmiah yang dituangkan di dalam suatu riset, penelitian, ataupun kajian ilmiah lainnya

V. Persoalan Filsafat Komunikasi

Komunikasi selalu berhubungan dengan tingkah laku manusia dan seluruh kehidupan manusia. Beberapa pakar memperlakukan komunikasi sebagai sentral dan adapula yang yang melihatnya sebagai pelengkap, namun komunikasi selalu ada didalamnya (littlejohn, 2002).

Filsafat mempersoalkan apakah hakikat manusia komunikan, dan bagaimana ia menggunakan komunikasi untuk berhubungan dengan realitas lain di alam semesta ini. Apakah kemampuan komunikasi ditentukan oleh sifat-sifat jiwa manusia atau oleh pengalaman. Bagaimana proses komunikasi berlangsung sejak kognisi ke afeksi hingga ke perilaku. Apakah medium komunikasi merupakan faktor sentral dalam proses penilaian manusia,dsb.

Terdapat tiga isu filosofis dalam studi komunikasi, yaitu isu-isu yang berkenaan dengan epistemologi (issues of epistemology), isu-isu ontologi (issues of ontology), dan isu-isu aksiologi (issues of axiology) (litteljohn, 2002).

(10)

seperti: (1) sampai sejauh mana pengetahuan dapat eksis sebelum pengalaman? (2) sampai sejauh mana pengetahuan dapat dipastikan? (3) dengan proses apa pengetahuan muncul? (4) apakah pengetahuan paling baik dipahami secara parsial atau secara keseluruhan? (5) sejauh mana pengetahuan dapat dinyatakan secara eksplisit?

Ontologi adalah cabang filsafat yang berhubungan dengan alam, atau dalam pengertian yang lebih sempit, alam benda-benda yang biasanya ingin kita ketahui. Isu-isu ontologis antara lain: (1) sampai sejauh mana manusia membuat pilihan-pilihan nyata? (2)sampai sejauh mana manusia memahami ihwal keadaan versus sifat? (3) sampai sejauh mana pengalaman manusia individual versus social? (4) dan sampai sejauh mana komunikasi dikontekstualisasikan?

Aksiologis adalah cabang filsafat yang berkenaan dengan nilai-nilai. Isu-isu pentingnya ialah: (1) dapatkah teori bebas nilai? (2) sampai sejauh mana praktik penelitian mempengaruhi proses yang dipelajari? (3) sampai sejauh mana ilmu pengetahuan harus berupaya mencapai perubahan social?

Daftar Pustaka

Fithri, W., & Hum, M. (2004). Tajdid : Jurnal Nasional Ilmu-Ilmu Ushuluhuddin. Kekhasan Heremeneutika Paul Ricoeur, 187-211.

Referensi

Dokumen terkait

resistance training dengan intervensi nutrisi berupa asupan protein yang cukup dengan kandungan leusin, khususnya HMB yang adekuat, merupakan intervensi terbaik untuk

Justeru, kajian ini melaksana algoritma CAD yang dipermudah bagi menyusut kamiran yang terdapat dalam kalkulus vektor kepada jumlah kamiran lelaran dan kemudian

Pengendalian mutu distribusi konsentrat merupakan upaya untuk melakukan pencegahan terhadap kerusakan selama proses distribusi dapatdilakukan dengan mengusahakan

Guru menarik perhatian siswa dengan mengarahkan untuk melihat gambar atau menonton video tentang mufrodat yang berkaitan dengan materi فصقملا ىف melalui link yang telah

Log densitas dalam kegiatan eksplorasi batubara merupakan perangkat yang utama dalam mengidentifikasi lapisan batubara, karena sebagian besar batubara

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rubrik penilaian skala 4 (sangat baik, baik, cukup dan kurang) terhadap penilaian hasil belajar jurus tunggal tangan

Dengan demikian manajemen strategi peningkatan mutu wajib belajar 12 tahun merupakan kualitas penetapan dan pengelolaan fungsi-fungsi manajemen berupa