GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TIDAK SAMA DENGAN POLISI SEKOLAH
Makalah ini disusun guna memenuhi Tugas Akhir Individu mata kuliah Profesi Kependidikan
Disusun oleh: Fatma Kurnia Sari
(132014069)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Abtrak
Guru BK dipandang sebelah mata oleh banyak orang terutama siswa. Guru BK dianggap sebagai polisi sekolah yang tugasnya hanya menyidang siswa yang melakukan pelanggaran. Sebenarnya mereka belum mengetahui siapa dan bagaimana konselor bekerja di bidang pendidikan sehingga muncul berbagai persepsi yang negatif terhadap guru BK. Tujuan adanya guru BK di Sekolah adalah untuk tujuan baik yaitu menbantu siswa-siswi untuk dapat berkembang secara optimal melalui terentasnya masalah siswa-siswi. Oleh itu yang perlu dilakukan guru BK hanyalah menjadi sahabat siswa.
Kata kunci : Guru BK; polisi sekolah; persepsi; sahabat. Pendahuluan
Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari istilah Guidance & Counseling dalam bahasa Inggris. Sesuai dengan istilahnya maka bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan. Namun tidak setiap bentuk bantuan adalah bimbingan. Misalnya jika seorang guru membisikkan jawaban suatu soal ujian pada waktu ujian agar siswanya lulus, tentu saja “bantuan“ ini bukan bentuk bantuan yang dimaksud dengan “bimbingan“. Demikian pula misalnya seorang anak yang membantu menyeberangkan seorang nenek tua di jalan yang ramai, bantuan semacam itu bukan bantuan dalam arti “bimbingan“. Bentuk
Peran Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dengan perkembangan zaman yang semakin modern seperti ini, yang semakin canggih terutama dalam hal teknologi seperti ini mereka bisa mengakses apapun dan dimanapun, itulah salah satu sumber masalah khususnya untuk seorang siswa. Dan disitulah seorang guru BK berperan mencegah agar tidak terjadi masalah pada individu dan membantu menuntaskan masalah yang dihadapinya. Karena guru BK memiliki tugas untuk dapat mendampingi siswa dalam pembentukan karakter.
Tugas guru bimbingan dan konseling yaitu membantu peserta didik dalam :
1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
3. Perspektif negatif terhadap Guru BK
oleh seorang guru BK, karena berhasil tidaknya guru BK itu tergantung pada terjalinnya hubungan yang baik antara konselor dan konseli.Pencitraan guru BK sebagai polisi sekolah belum benar-benar terhapus di mata siswa. Tidak hanya siswa, bahkan guru pun masih berpandangan bahwa guru BK adalah polisi sekolah yang tugasnya hanya berurusan dengan siswa-siswa yang diaanggap pembuat onar/bermasalah. Apakah perpektif itu benar atau salah? Memang perpektif itu tidak salah dan tidak sepenuhnya benar. Kenyataan tak bisa dimungkiri apabila siswa kerap kali menjumpai masalah dalam kehidupannya, bukan hanya siswa saja yang mempunyai masalah entah kita sadari atau tidak semua orang itu pasti mempunyai masalahnya sendiri-sendiri tapi yang berbeda adalah seberapa mampu orang itu untuk menyelesaikan masalahnya. Masalah itu bisa berupa masalah pribadi, sosial, karir, pendidikan, dan lain sebagainya. Pada titik ini, ada siswa yang bisa mengatasi masalahnya tanpa intervensi pihak lain. Di sisi lain, ada siswa yang membutuhkan intervensi pihak lain untuk menyelesaikan masalahnya.
Faktor lain adalah fungsi dan peran guru BK belum dipahami secara tepat baik oleh pejabat sekolah maupun guru BK itu sendiri. Di beberapa sekolah, ada beberapa guru BK yang sebenarnya tidak berlatar belakang pendidikan BK, mungkin guru tersebut memang mampu menangani siswa, yang biasanya dikaitkan hanya pada kenakalan siswa semata. Namun seorang guru BK perlu memahami prinsip-prinsip pelaksanaan BK, terutama prinsip yang berkenaan dengan masalah individu siswa. Ada pula seorang guru BK yang berfungsi ganda dengan memerankan beragam jabatan misalnya, disamping sebagai guru BK dia juga menjabat wali kelas dan atau guru piket harian. Akibatnya, dia terlibat dalam penegakan tata tertib sekolah dan pemberian hukuman, dan razia di kelas.
Ada 4 macam persepsi terhadap guru BK yaitu: A. BK disamakan dengan guru pada umumnya.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa BK sama dengan pendidikan lainnya. Mereka berpendapat bahwa tidak perlu ada BK di sekolah. Menurut mereka cukup dengan memperbaiki pendidikan dan fasilitasnya, maka BK tidak di perlukan lagi. BK tidak punya kompetensi yang cukup untuk membantu menangani masalah siswa dan harus di lakukan oleh para ahli.
Masih banyak guru bahkan sebagian Kepala Sekolah yang beranggapan bahwa BK berperan sebagai benteng disiplin, tata tertib, Mereka beranggapan bahwa semua masalah siswa adalah tanggungjawab BK, maka kalau ada pelanggaran harus di serahkan ke BK. Tidak jarang pula guru BK di serahi tugas untuk mengusut perkelahian bahkan pencurian. Hal ini bukan merupakan tugas BK, dan apabila ada BK yang berbuat mengikuti yang seperti ini berarti dia telah menjadi pelopor menyalahi profesi BK, sebab tugas seperti itu tak pernah ada poin nya dalam SK penugasan kita? Dan apabila kita bertugas sebagai polisi sekolah maka siswa akan takut kepada kita, lalu bagaimana mungkin siswa akan datang membicarakan masalahnya secara sukarela.
C. BK “super” karena bisa jadi penyembuh.
Tidak dapat di sangkal bahwa BK di samping berperan sebagai preventif, juga berperan sebagai sahabat dalam mencari jalan keluar dari permasalahannya. Namun demikian hendaknya kita juga sadar bahwa kita bukan orang “super” yang mampu membawa siswa keluar dari semua permasalahannya. BK tidak melayani “orang sakit” atau “kurang normal”, BK hanya melayani orang normal yang mengalami masalah tertentu. BK hanya membantu mencarikan alternatif penyelesaian masalah, sedangkan yang menentukan berhasil atau tidaknya pemecahan masalah itu siswa tergantung pada siswa sendiri.
D. Hasil kerja BK Instan
Anggapan bahwa masalah yang ditangani oleh BK akan mendapatkan hasil yang nyata dalam sekejap alias sekali layanan adalah anggapan yang keliru. Objek yang dilayani adalah manusia yang punya hati, kemauan, kemampuan, bukannnya sebuah barang yang bisa diperlukan semaunya. Perlu waktu untuk merubah kebiasaan yang sudah melekat pada siswa dan itu bukan hal yang mudah.
4. Menghilangkan Perspektif negatif terhadap guru BK
mengetahui namanya tapi dengan tersenyum siswa itu akan berpendapat jika kita tidak menakutkan, guru BK tidak pandang bulu dalam menyelesaikan masalah misalnya; jika ada suatu permasalahan yang terjadi antara guru mata pelajaran sengan siswa disitulah guru BK tidak boleh langsung menyalahkan siswa guru BK harus jadi mediator yang berada ditengah-tengah tanpa memihak pihak mana saja.Untuk menghilangkan persepsi negatif terhadap guru BK itu perlu adanya kerjasama antara guru mapel, kepala sekolah serta dinas yang terkait Kesimpulan
Guru BK bukan merupakan polisi sekolah yang harus ditakuti oleh siswa. Guru BK sebenarnya mempunyai tujuan yang baik yaitu membantu siswa /individu yang memerlukan, dalam memecahkan masalah tanpa paksaan, agar dapat mengembangkan diri secara optimal dengan pendekatan pribadi, dan prinsip tut wuri handayani, ing madyo mangun karso, ingarso sung tuladha dalam proses yang berkelanjutan yang dilakukan oleh tenaga ahli di bidangnya (pembimbing/konselor) dengan berpegang pada kode etik bimbingan tanpa memandang status dan latar belakang siswa serta menggunakan teknik face to face relationship.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Mugiarso, Heru M.Pd.2009. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES Pers Ash Shiddiqi, Habibi. 2013. Bimbingan dan Konseling. www.google.com