• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Pemulihan Ekonomi Masyarakat Adat (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Upaya Pemulihan Ekonomi Masyarakat Adat (1)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL SOSIOLOGI

UPAYA PEMULIHAN EKONOMI MASYARAKAT ADAT TENGGER PASCA ERUPSI GUNUNG BROMO MELALUI BUDIDAYA JAMUR KANCING (CHAMPIGNON) OLEH BROMO CHAMP COMMUNITY

(BCC)

Heni Herawati (0811210041)

Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya

Email: henyhera@gmail.com

ABSTRAK

Herawati, Heni. 2014. Upaya Pemulihan Ekonomi Masyarakat Adat Tengger Pasca Erupsi Gunung Bromo Melalui Budidaya Jamur Kancing (Champignon) Oleh Bromo Champ Community (BCC) (Studi Kasus Pemberdayaan Ekonomi oleh Bromo Champ Community (BCC) di Desa Ngadirejo Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo). Skripsi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang. Pembimbing: (I) Dhanny S. Sutopo (II) Indhar Wahyu Wira Harjo

Pemberdayaan pada hakekatnya adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat keberdayaan masyarakat yang merujuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial. Terkait dengan pengertian pemberdayaan maka dampak dari pemberdayaan ekonomi masyarakat Tengger, yaitu pembelajaran untuk publik bahwa tanggap bencana adalah pada saat pasca bencana terjadi, pemberdayaan masyarakat lokal agar terbiasa mandiri dalam kondisi apapun, dan penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat setempat.

Penelitian ini memfokuskan tentang pemberdayaan ekonomi masyarakat Tengger pasca erupsi Gunung Bromo melalui budidaya jamur kancing, dengan menggunakan teori Community Development Jim Ife dan Frank Tesoriero. Respon terhadap krisis ekonomi ini ditujukan pada pemberdayaan pendekatan alternatif yang berupaya merelokasikan aktivitas ekonomi dalam masyarakat agar dapat mendatangkan keuntungan bagi masyarakat dan untuk merevitalisasi masyarakat lokal serta untuk memperbaiki kualitas kehidupan.

(2)

partisipasi masyarakat Tengger dalam memulihkan perekonomian mereka pasca erupsi Gunung Bromo melalui budidaya jamur kancing.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa para petani Bromo diberdayakan secara ekonomi dengan diberikan pelatihan budidaya jamur kancing yang melibatkan pihak-pihak terkait, seperti Bank UMKM Jawa Timur, Kadin Kabupaten Probolinggo, PT. Surya Jaya Abadiperkasa, dan masyarakat sekitarnya. BCC dan Bank UMKM Jawa Timur memberikan pendampingan dan arahan kepada para petani jamur mulai dari sosialisasi tentang budidaya jamur kancing, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi para petani jamur hingga pemasaran produk, serta memberikan pinjaman modal, yang pada akhirnya membuat mereka menjadi lebih cepat mandiri secara ekonomi. Budidaya jamur kancing juga menjadi peluang kerja bagi masyarakat setempat karena sebagian besar petani sayur beralih menjadi petani jamur setelah lahan pertanian mereka lumpuh total.

Kata Kunci: Erupsi, Pemulihan Ekonomi, Budidaya Jamur Kancing

ABSTRACT

Herawati, Heni. 2014. Economics Recovery Effort of Tengger Nese After Eruption of Bromo Mountain Through Button Mushroom (Champignon) Cultivation by Bromo Champ Community (BCC) (Case Study at Economic Empowerment by BCC in Ngadirejo Village Sukapura Subdistrict Probolinggo District). Essay, Sociology Major, Faculty of Social and Political Sciences, Brawijaya University, Malang. Supervised by (I) Dhanny S. Sutopo (II) Indhar Wahyu Wira Harjo

Empowerment is essentially a series of activities to strengthen community empowerment refers to the state or the results to be achieved by a social change. Related to the notion of empowerment, the impact of the economic empowerment of Tengger nese, namely learning to the public that disaster response is the time after the disaster occurred, the empowerment of local communities in order to get used independently in any condition, and employment for the local community.

(3)

This research use case study method to understand phenomenon that happened at Tengger nese, that is about economic empowerment and participation of Tengger nese in recover of economic them after eruption of Bromo Mountain through button mushroom cultivation.

The results showed that the cultivation of mushrooms is economic empowerment of Tengger nese who eruption Bromo affected could be integrated into post-disaster management. In it, the farmers are economically empowered with given button mushroom cultivation training involving related parties, such as the Bank of East Java, Official Leader of Probolinggo District, PT. Surya Jaya Abadiperkasa, and surrounding communities. Bromo Champ Community (BCC) and Bank of East Java to provide assistance and guidance to the mushroom farmers from the socialization of button mushroom cultivation, implementation, monitoring, evaluation of mushroom farmers to the marketing of products, and to provide loan capital, which in turn makes them become economically independent faster. Button mushroom cultivation also be employment opportunities for local people because the majority of vegetable farmers turning to mushroom farmers after their land paralyzed.

Key Words: Disaster, Economic Recovery, Button Mushroom Cultivation

PENDAHULUAN

(4)

Masyarakat Tengger yang menggantungkan hidupnya dari wisata Gunung Bromo secara tidak langsung terkena dampaknya. Para pemilik home stay, persewaan kuda, tukang ojek, dan pemilik Jeep yang melayani perjalanan wisata ke Gunung Bromo mengalami kerugian karena mereka tidak bisa mendapatkan uang untuk biaya hidup sehari-hari. Selain di sektor pariwisata, masyarakat Tengger juga mengalami kerugian di sektor ekonomi. Dampak erupsi panjang mulai November 2010 sampai Juli 2011 memang tidak memakan korban jiwa, tetapi mengakibatkan lahan pertanian tidak bisa ditanami, semua ladang warga rusak karena tertimbun material debu vulkanis. Ketika erupsi sembilan bulan berlangsung, warga Desa Ngadirejo berhenti total menggarap sawah/ladang.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka menggunakan cadangan makanan pokok, yakni jagung yang jauh sebelumnya telah disiapkan warga Desa Ngadirejo untuk digunakan di masa-masa paceklik dan bencana. Jagung dan juga kelobotnya disimpan dalam lumbung, yakni tempat penyimpanan jagung yang diletakkan di halaman rumah mereka. Selain itu, mereka juga menjual ternak untuk bertahan hidup.

(5)

dilakukan di Desa Ngadas, Jetak, Wonosari, Wonokerto, Ngadirejo, dan Ngadisari setelah enam bulan pasca erupsi Gunung Bromo. Budidaya jamur kancing sangat potensial mengingat para petani disiapkan dengan diikutkan pelatihan terlebih dahulu.

Ketika debu Bromo masih tebal, para petani di Desa Ngadirejo kesulitan menanam kentang maupun tanaman lain. Sebagai alternatif petani dianjurkan menanam jamur champignon atau yang lebih populer dengan sebutan jamur kancing. Jamur ini sangat mudah dilakukan di rumah tanam. Selain itu pertimbangan lain karena budidaya jamur kancing ini di anggap lebih mudah pengerjaannya, bibitnya mudah didapat dan tidak memakan banyak lahan karena sistem pertaniannya bisa dilakukan di rumah. Disamping itu, budidaya jamur ini sangat cocok dengan geografis Gunung Bromo, karena dibutuhkan ketinggian di atas 1800 meter diatas permukaan laut.

(6)

Menurut Hutomo (2000:3), pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah penguatan kepemilikan faktor-faktor produksi, penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat untuk mendapatkan gaji/upah yang memadai, dan penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan, yang harus dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek masyarakatnya sendiri, mapun aspek kebijakannya. Melalui pendidikan dan pelatihan usaha budidaya jamur yang biasanya dilakukan dalam rumah tanam, sehingga bisa menjadi penyangga ekonomi saat Bromo mengalami erupsi sebagaimana saat itu.

Dengan adanya budidaya jamur kancing ini, menjadikan peluang kerja bagi masyarakat setempat karena sebagian besar petani sayur beralih menjadi petani jamur setelah lahan pertanian mereka lumpuh, akibatnya banyak petani sayur yang gagal panen. Meskipun ada juga petani yang tetap memilih sebagai petani sayur, dengan tidak terlibat dalam budidaya jamur kancing tersebut. Alasan petani tidak ikut terlibat dalam pemberdayaan tersebut karena jarak tempat tinggal mereka ke BCC cukup jauh. Selain itu mereka lebih memilih pekerjaan lain yang cepat menghasilkan uang, karena dalam membudidayakan jamur membutuhkan waktu yang cukup lama untuk masa inkubasi (masa setelah panen, didiamkan lebih kurang 10 hari sebelum diisi kompos baru), belum lagi untuk pembuatan gudang/rumah tanam jamur.

PEMBAHASAN

(7)

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana yang terjadi di berbagai daerah, pada dasarnya dapat berupa perang, kekeringan, kelaparan, banjir, badai, erupsi, tsunami, tanah longsor, gempa, erosi, ledakan nuklir, wabah penyakit, kerusakan fisik, kehilangan harta, cacat, kerusakan mental maupun kerusakan pada struktur dan sistem sosial. Bencana sering diidentikkan dengan suatu hal yang buruk. Istilah bencana mengacu pada suatu peristiwa yang dikaitkan dengan efek kerusakan hebat yang ditimbulkannya, yaitu peristiwa berbahaya pada suatu daerah yang mengakibatkan kerugian, penderitaan manusia, dan kerugian material.

Bencana cenderung dianggap sebagai kejadian yang luar biasa. Adanya kekuatan alam dan supranatural menegaskan bahwa adanya suatu kondisi abnormal, tidak diharapkan, tidak diperhitungkan. Oleh karena itu masyarakat tidak sadar dan tidak siap menghadapi bencana, sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil bersifat proteksi fisik atas bahaya fisik peramalan dan monitoring proses geofisika (Blaikie, 2003:299).

(8)

kegiatan pertanian di Bromo terhenti. Masa-masa sulitpun dialami oleh petani di Bromo, sedangkan pertanian adalah yang menjadi tumpuan hidup bagi masyarakat di sana. Selain itu, infrastruktur dan sarana umum juga mengalami kerusakan. Bukan hanya kegiatan pertanian yang terhenti akibat erupsi Gunung Bromo, sektor pariwisata juga mengalamai stagnasi dengan ditutupnya pariwisata Gunung Bromo secara resmi.

Dengan berpedoman pada teori yang dikemukakan oleh Ife dan Tesoriero (2008:130), pemberdayaan (empowerment) adalah sentral bagi suatu strategi keadilan sosial dan HAM, walaupun pemberdayaan adalah kata yang telah digunakan secara berlebihan dan sedang berada dalam bahaya kehilangan arti substantifnya. Ia merupakan pusat dari gagasan-gagasan kerja masyarakat, dan banyak pekerja masyarakat akan memilih mendefinisikan peranan mereka dalam pengertian suatu proses pemberdayaan. Definisi sederhana yaitu pemberdayaan bertujuan meningkatkan keberdayaan dari mereka yang saling dirugikan (the disadvantaged).

(9)

bertani jamur, memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mampu bersaing dalam kegiatan ekonomi, dan mandiri dalam melakukan budidaya jamur.

Dengan dialihkannya pertanian menjadi budidaya jamur kancing, ekonomi masyarakat kembali bangkit dan pulih setelah lahan pertanian mereka hancur tertimbun material vulkanik sejak akhir 2010. Tujuan didirikannya BCC ini untuk membantu memulihkan perekonomian masyarakat Tengger pasca erupsi, yaitu melalui budidaya jamur kancing dengan melibatkan para petani Bromo yang tergabung dalam BCC tersebut. BCC sebagai founder dari gerakan petani jamur kancing, sangat berperan penting dalam memberdayakan masyarakat Tengger secara ekonomi pasca erupsi, karena hal inilah yang menentukan kelangsungan hidup para korban erupsi Gunung Bromo. Berbagai bentuk pelatihan dalam budidaya jamur kancing diberikan sebagai cara untuk merangsang semangat kewirausahaan para petani.

(10)

diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara sinambung. Budidaya jamur ini sebenarnya upaya untuk penyerapan tenaga kerja melalui pemberian modal kerja, sehingga bisa langsung diserap oleh para petani jamur kancing.

Dalam mengatasi keterpurukan ekonomi pasca erupsi, masyarakat Tengger terbuka untuk menerima hal-hal baru. Dengan semangat wiraswasta, berani bersaing, dan berani mengambil resiko, mereka bisa melakukan budidaya jamur dimana bertanam jamur kancing masih awam bagi masyarakat Bromo. Masyarakat Tengger memiliki etos kerja tinggi, solidaritas sosial yang kuat, serta terbuka terhadap perubahan dan interaksi sosial. Kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat Tengger menjadi potensi yang bisa dikembangkan sebagai daerah wisata berbasis masyarakat, yakni budaya (Hari Raya Kasodo), keseharian masyarakat, sistem pertanian, tempat-tempat potensial untuk melakukan kegiatan pengamatan aktivitas harian masyarakat, dan keindahan pemandangan.

(11)

didorong oleh bantuan pihak luar dalam menyusun dan mengimplementasikan strategi intervensi sehingga masyarakat Tengger mampu mandiri dan bertahan hidup (survive) dalam menghadapi erupsi.

Budidaya jamur kancing dilakukan melalui pola kemitraan saling menguntungkan antara petani jamur dengan pembeli utama, yaitu PT. Surya Jaya Abadiperkasa, perusahaan eksportir jamur dalam negeri. Pola kemitraan itu ditopang dengan BCC yang mengkoordinir para petani. BCC dalam budidaya jamur kancing ini memfasilitasi antara petani dengan industri/pabrik tersebut yang mengolah jamur dalam kaleng dan juga yang melakukan ekspor. Ekspor dilakukan ke Amerika, Eropa dan Timur Tengah, apabila panen sudah mencapai 90 ton dalam kurun waktu enam bulan.

(12)

Dalam budidaya jamur ini, BI Malang mempunyai peran terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat Tengger, yaitu lewat pemberian pinjaman modal kepada para petani jamur untuk mengurangi pengangguran pasca erupsi. Selain itu juga bisa memberi manfaat bagi masyarakat Tengger untuk pertumbuhan ekonomi kerakyatan dengan penyerapan tenaga kerja. Harapannya pendapatan perkapita penduduk naik, pada akhirnya daerah lain yang juga terkena erupsi pun ikut berkembang dan menjadi lebih berdaya, sehingga bisa mengejar daerah-daerah terdampak lain yang sudah berkembang lebih dulu.

Pemberdayaan ekonomi masyarakat Tengger lebih mengedepankan partisipasi masyarakat sebagai strategi dalam memulihkan perekonomian mereka pasca erupsi. Melalui pendekatan alternatif berupa pendekatan partisipatif yang diawali dari tahap awal perencanaan, sosialisasi tentang budidaya jamur kancing, hingga pelaksanaan budidaya jamur dengan melibatkan para petani Bromo. Pemberdayaan dan partisipasi merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka memulihkan ekonomi, sosial dan transformasi budaya masyarakat Tengger pasca erupsi. Proses ini pada akhirnya dapat menciptakan pemberdayaan yang lebih berpusat pada masyarakat Tengger.

(13)

jawab lebih besar. Dalam partisipasi tersebut, masyarakat Tengger lebih mengetahui apa yang terbaik bagi mereka, tanpa harus selalu bergantung kepada pihak lain. BCC menempatkan masyarakat Tengger, khususnya para petani jamur kancing sebagai penentu arah solusi persoalan ekonomi yang mereka hadapi pasca erupsi. Selain itu, upaya BCC juga memberikan peluang yang luas bagi wilayah Bromo sesuai dengan pemetaan kebutuhan dan kondisi masyarakatnya.

Partisipasi sebagai sebuah konsep sentral dan prinsip dasar dari pemberdayaan masyarakat karena diantara banyak hal, partisipasi terkait erat dengan gagasan Hak Asasi Manusia (HAM). Adapun makna dari partisipasi tersebut dalam penelitian ini, yaitu partisipasi sebagai tujuan akhir untuk meningkatkan peran masyarakat Tengger dalam inisiatif-inisiatif pemberdayaan ekonomi pasca erupsi, sehingga mereka mampu melepaskan diri dari kerentanan ekonomi dan ketergantungan pada program pemberdayaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu adanya proses perumusan, pelaksanaan, dan koordinasi yang baik, agar kesejahteraan masyarakat Tengger dapat terwujud secara lebih dinamis dan berkelanjutan.

(14)

membangkitkan semangat hidup untuk dapat menolong diri sendiri. Dalam hal ini cara terbaik untuk mengatasi masalah ekonomi adalah membiarkan semangat wiraswasta tumbuh dalam kehidupan petani Bromo yang berani mengambil resiko, berani bersaing, menumbuhkan semangat untuk bersaing dalam kegiatan ekonomi, dan menemukan hal-hal baru (inovasi) melalui partisipasi masyarakat Tengger.

Partisipasi dari pihak-pihak terkait sangat penting bagi keberlanjutan budidaya jamur kancing. Menurut Ife dan Tesoriero (2008:285), pemberdayaan masyarakat harus selalu berupaya untuk memaksimalkan partisipasi, dengan tujuan membuat setiap orang dalam masyarakat terlibat secara aktif dalam proses-proses dan kegiatan masyarakat, serta untuk menciptakan kembali masa depan masyarakat dan individu. Dengan semangat dan partisipasi petani jamur di BCC dapat memulihkan perekonomian masyarakat Tengger pasca erupsi di tengah lahan yang sudah tidak lagi produktif saat itu.

(15)

dalam tanah pasca erupsi Gunung Bromo. Di sinilah letak nilai ekonomi perihal limbah kompos jamur yang dapat memiliki guna bagi keberlanjutan lingkungan Bromo.

Keuntungan dari budidaya jamur kancing yaitu tidak memerlukan lahan seperti pada tanam sayuran, karena para petani dapat memanfaatkan gudang sayur yang kosong sejak erupsi Gunung Bromo untuk lokasi menanam jamur. Bahkan ada sebagian warga yang memanfaatkan ruang tamu dan ruang dapur rumahnya untuk budidaya jamur kancing. Keuntungan lainnya yaitu bekas media tanam jamur berupa kompos bisa digunakan untuk menyuburkan tanah. Jadi petani Bromo tidak perlu membeli kompos, karena bekas media tanam tersebut bisa langsung digunakan sebagai pupuk tanaman.

(16)

Hadirnya gagasan budidaya jamur kancing merupakan awal dari sebuah kebangkitan ekonomi masyarakat Bromo pasca erupsi. Bromo Champ Community (BCC) bekerjasama dengan Bank Indonesia Malang dan PT. Surya Jaya Abadi Perkasa untuk pengembangan cluster jamur kancing. Kegiatan budidaya jamur ini diawali dengan sosialisasi pelatihan budidaya jamur yang diadakan BCC diberikan kepada masyarakat dan konsolidasi kepada pihak-pihak terkait yang bisa mendukung aksi sosial untuk masyarakat Bromo. Selain itu pembuatan gudang/rumah tanam jamur dan pendistribusian bahan baku jamur pun dilakukan. Dengan adanya komunikasi dan kerjasama antara BCC dan Bank BI, serta kesadaran masyarakat, khususnya petani jamur dalam upaya pemberdayaan ekonomi melalui budidaya jamur kancing ini diharapkan dapat menggeliatkan kembali perekonomian masyarakat Tengger pasca erupsi Gunung Bromo.

(17)

modal kepada para petani jamur kancing, maka perekonomian masyarakat Tengger akan terdongkrak naik.

Menurut Ife dan Tesoriero (2008:469), kesadaran masyarakat yang meningkat mengenai pentingnya lingkungan yaitu bahwa masyarakat perlu bertanggung jawab atas perlindungan dan rehabilitasi lingkungan fisik. Isu-isu lingkungan kadang kala sangat penting dalam menyadarkan masyarakat secara keseluruhan dan menjadi katalisator untuk aksi masyarakat. Pemberdayaan ekonomi masyarakat Tengger merupakan bagian dari paradigma pembangunan yang memfokuskan perhatiannya pada semua aspek dari manusia di lingkungannya pasca erupsi, mulai dari aspek intelektual (Sumber Daya Manusia), aspek material, sampai aspek managerial. Aspek-aspek tersebut dapat dikembangkan menjadi aspek ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lingkungan.

Dalam hal ini, makna pemberdayaan masyarakat yaitu upaya partisipasi masyarakat Tengger secara terprogram, terarah, terorganisir melalui budidaya jamur kancing untuk memulihkan perekonomian mereka yang sedang dalam kondisi mengalami kerentanan ekonomi, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari ancaman bencana.

(18)

adalah suatu gerakan yang melihat lingkungan lokal sebagai basis primer untuk pengembangan masyarakat. Gerakan ini menekankan kemandirian, prinsip-prinsip otonomi, dan lokalisasi. Gerakan ini mendukung pemusatan pada ekologi lokal yang dapat menciptakan tidak saja praktik-praktik lingkungan yang sehat tetapi juga pola hidup, interaksi sosial, dan aktivitas ekonomi yang sehat yang bercirikan lokal, mandiri, dan berkelanjutan.

Teknik-teknik pengembangan masyarakat yang berbasis lingkungan ini meliputi peningkatan kesadaran, pendidikan, pengorganisasian masyarakat lokal, dan menetapkan tujuan serta prioritas. Hasil yang ingin dicapai yaitu membuat ekonomi lokal lebih mandiri, seperti halnya aspek-aspek lain dalam pengembangan masyarakat, pengembangan lingkungan akan berhasil bilamana terdapat keterlibatan masyarakat yang nyata dan berbasis luas/tidak terbatas dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan menentukan arah tindakan yang tepat.

(19)

Melalui pendekatan yang lebih konservatif terhadap pengembangan ekonomi masyarakat berupaya menemukan cara-cara baru yang membuat masyarakat tersebut dapat lebih berpartisipasi dalam ekonomi mainstream dengan cara menghimpun inisiatif. Pendekatan ini mencoba menarik industri baru ke wilayah lokal dengan memberikan lingkungan yang bagus untuk berinvestasi (Ife dan Tesoriero, 2008:424). Misalnya, dengan mendirikan perusahaan (PT. BCC) di Desa Ngadirejo dapat menyediakan lapangan kerja secara langsung bagi masyarakat Tengger sebagai petani jamur kancing. Inisiatif masyarakat Desa Ngadirejo untuk berpartisipasi melalui budidaya jamur tersebut dapat membangun kemampuan mereka dalam memulihkan kembali perekonomian masyarakat Tengger pasca erupsi.

(20)

Ketika bentuk pengembangan ekonomi masyarakat ini telah berhasil, terdapat beberapa poin yang perlu diperhatikan. Inisiatif-inisiatif tersebut masih menyandarkan pada sistem ekonomi mainstream, yang merupakan bagian dari problem, bukan bagian dari solusi. Jika industri yang berbasis lokal telah berhasil,

logika sistem tersebut menuntut bahwa industri tersebut terus tumbuh, untuk bersaing dengan bisnis lainnya dan memperluas ke wilayah-wilayah lain. Jika sangat sukses, bisnis tersebut besar kemungkinan akan diambil alih atau dikuasai oleh pemain-pemain yang lebih kuat. Keuntungan untuk masyarakat lokal akan berkurang sejak proses ini berlanjut, mungkin awalnya dipandang bahwa perluasan industri lokal merupakan keuntungan bagi masyarakat lokal, tetapi dalam jangka waktu yang lebih lama keuntungan ini tidak selalu berpihak pada masyarakat lokal.

(21)

Tradisi budaya lokal merupakan bagian penting dalam menanamkan rasa bermasyarakat, dan membantu memberikan rasa identitas kepada mereka. Oleh karenanya pengembangan masyarakat akan berupaya mengidentifikasi elemen-elemen penting dari budaya lokal dan melestarikannya (Ife dan Tesoriero, 2008:449). Tradisi ini meliputi kebiasaan warga Desa Ngadirejo dalam bertanam jamur kancing, sehingga desa ini menjadi desa kunjungan wisata berkat adanya BCC agrowisata jamur. Selain dicita-citakan menjadi icon wisata edukasi di Bromo, agrowisata ini telah menunjukkan bahwa tradisi masyarakat lokal dalam budidaya jamur tersebut membuat mereka terbiasa mandiri dalam kondisi apapun.

Saat ini globalisasi budaya telah mengikuti pola yang sama seperti globalisasi ekonomi. Untuk menghadapi globalisasi budaya, sangat sulit bagi masyarakat untuk melestarikan budaya lokal mereka sendiri yang menjadi keunikan wilayahnya, namun globalisasi budaya ini merupakan komponen penting dalam pengembangan masyarakat. Prinsip keanekaragaman menghendaki bahwa keanekaragaman budaya dipertahankan, itulah budaya yang memberikan identitas dan rasa memiliki kepada orang-orang sehingga pengembangan budaya sangat penting bagi masyarakat. Tidak saja budaya menjadi terglobalkan, tetapi juga menjadi semakin dikomoditikan.

(22)

bukan melibatkan aktivitas komunal masyarakat Tengger. Beragam profesi warga Desa Ngadirejo, yaitu sebagai petani sayur, pedagang kaki lima yang menjajakan makanan disekitar lokasi wisata, ada yang membuka persewaan mobil Jeep, dan ada juga yang berjualan bunga Edelweis (Bunga Keabadian), yang menjadi alasan mereka tidak terlibat dalam pertanian jamur. Selain itu, domisili penduduk Ngadirejo yang di seberang sungai juga menjadi alasan warga untuk tetap bertani sayur karena lokasi BCC yang jauh dari rumah mererka. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan, masyarakat yang tidak terlibat dalam budidaya jamur tersebut akan ikut bergabung dengan BCC dikemudian hari.

BCC merupakan upaya dalam wujud kerangka kebijakan dasar sebagai acuan dalam pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan bencana berbasis pemberdayaan ekonomi masyarakat. Upaya tersebut dilaksanakan melalui kerjasama antara petani jamur dengan BCC dan pihak bank, sosialisasi serta prosedur dalam budidaya jamur kancing. Selain itu juga dilakukan pendampingan sosial kepada para petani jamur, serta pemberian pinjaman modal untuk mendorong semangat dan kemandirian para petani jamur dalam upaya penanggulangan bencana yang berkelanjutan dan memberdayakan masyarakat secara optimal dalam mengatasi permasalahan ekonomi yang terjadi.

(23)

melibatkan masyarakat, mulai dari tahap pelatihan budidaya jamur kancing, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi para petani. Melalui proses pemberdayaan partisipatif dan kemandirian para petani jamur, mereka mampu berdaya dan dapat ditumbuhkembangkan, sehingga para petani jamur kancing bukan hanya sebagai obyek melainkan sekaligus sebagai subyek upaya penanggulangan bencana tersebut.

Pemberdayaan ekonomi masyarakat Tengger pasca erupsi penting sekali untuk dilakukan karena hal ini akan memastikan keberlanjutan hidup para korban erupsi Bromo. Akan tetapi tidak semua warga Desa Ngadirejo beralih ke tanam jamur karena beragam alasan. Seringnya dilakukan penyuluhan tentang budidaya jamur kancing, diharapkan dapat menarik minat para petani Bromo untuk bergabung dengan BCC. Memberdayakan para petani yang dilakukan oleh BCC adalah sebuah ikhtiar yang sangat tepat untuk membangkitkan kembali perekonomian mereka yang sempat terguncang akibat erupsi.

(24)

sebagai cara penting untuk membangun modal sosial, memperkuat masyarakat, dan menegaskan identitas. Aktivitas komunal ini dapat membantu mendorong identitas komunitas dan interaksi, dan dapat berfungsi sebagai landasan untuk aktivitas pengembangan masyarakat lebih lanjut (Ife dan Tesoriero, 2008:464-465).

PEMULIHAN EKONOMI MASYARAKAT TENGGER

Sebelum erupsi, sebagian besar mata pencaharian masyarakat Tengger berada pada sektor pertanian. Keadaan suhu dan cuaca yang tidak stabil sangat berpengaruh pada pertanian mereka. Mereka hidup dari bercocok tanam di ladang, dengan pengairan tadah hujan. Pada musim hujan mereka menanam sayuran seperti kol, bawang prei, dan wortel. Pada penghujung musim hujan mereka menanam kentang dan jagung sebagai cadangan makanan pokok. Akan tetapi saat ini sudah berubah, masyarakat Tengger beralih menanam jamur kancing pasca terjadinya erupsi Gunung Bromo beberapa waktu lalu. Bagi mereka, bertani jamur merupakan alternatif pilihan yang tepat pasca erupsi, karena bertani jamur kancing ini lebih menguntungkan.

(25)

dan tidak banyak mengeluh akan kondisi yang sulit ini. Masyarakat Tengger sangat bersyukur karena musibah ini tidak memakan korban jiwa.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari pasca erupsi, warga Desa Ngadirejo menggunakan cadangan makanan pokok, yakni jagung sebagai pengganti nasi, yang jauh sebelumnya sudah disimpan dalam lumbung (tempat penyimpanan jagung). Mereka biasa menanam jagung pada penghujung musim hujan untuk disimpan dan digunakan di masa-masa paceklik dan bencana. Di samping itu, mereka juga menjual ternak untuk bertahan hidup.

Tanah Tengger adalah tanah subur yang bisa menumbuhkan semua tumbuhan dengan usaha keras, sehingga muncullah gagasan budidaya jamur kancing (champignon) oleh Bromo Champ Community (BCC). BCC didirikan oleh Bapak Totok Supriyadi, enam bulan pasca erupsi Gunung Bromo yang terjadi pada akhir tahun 2010. BCC sebagai motor penggerak budidaya jamur, mengkoordinir para petani jamur kancing. Kegiatan ekonomi masyarakat Tengger sudah berjalan normal dengan adanya gerakan budidaya jamur tersebut. Saat ini wilayah Bromo telah menjelma menjadi tempat tumbuhnya jamur-jamur, sehingga jamur menjadi komoditi unggulan baru di sana. Masyarakat Tengger kini disibukkan dengan aktifitas baru, yaitu sebagai petani jamur kancing.

(26)

kancing, mereka sangat bersemangat dalam bertanam jamur. Desa Ngadirejo yang merupakan daerah terdampak paling parah akibat erupsi Gunung Bromo kini menjadi desa unggulan jamur. Keunggulan jamur kancing ini bisa dilakukan di rumah-rumah tanam, sehingga tidak memakan banyak lahan. Dengan memanfaatkan gudang atau ruangan di dalam rumah merupakan sebuah upaya untuk membangun kemampuan, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran petani jamur akan potensi yang dimiliki dalam memanfaatkan sumber daya dan berupaya untuk mengembangkan potensi tersebut dalam budidaya jamur kancing.

Keuntungan dari budidaya jamur kancing yaitu tidak memerlukan lahan seperti pada tanam sayuran, karena para petani dapat memanfaatkan gudang sayur yang kosong sejak erupsi Gunung Bromo untuk lokasi menanam jamur. Bahkan ada sebagian warga yang memanfaatkan ruang tamu dan ruang dapur rumahnya untuk budidaya jamur kancing. Keuntungan lainnya yaitu bekas media tanam jamur berupa kompos bisa digunakan untuk menyuburkan tanah. Jadi petani Bromo tidak perlu membeli kompos, karena bekas media tanam tersebut bisa langsung digunakan sebagai pupuk tanaman.

(27)

semakin suksesnya budidaya jamur kancing di kawasan Tengger. Hal ini membuktikan bahwa perekonomian warga Desa Ngadirejo berangsur-angsur pulih.

Pulihnya keadaan di Gunung Bromo tersebut tidak terlepas dari peran Pemerintah Propinsi Jawa Timur yang selalu memberikan pengabdian kepada masyarakat, disamping itu berkat peran perbankan juga, para petani jamur kancing dapat menggeliatkan usaha mereka secara maksimal, sehingga mengakibatkan peningkatan sektor ekonomi di kawasan Gunung Bromo tersebut. Ife dan Tesoriero (2008:425) mengemukakan, bahwa masyarakat lokal yang memiliki ide-ide untuk bisnis baru dapat dibantu mengubah impian mereka menjadi kenyataan dengan bantuan keuangan (modal) dan dengan saran mengenai cara-cara mengelola usaha kecil. BCC bekerjasama dengan Bank UMKM Jawa Timur untuk membantu memecahkan masalah permodalan kepada para petani jamur kancing. Bank UMKM Jawa Timur memberikan kredit yang sesuai dengan kebutuhan para petani. Kredit yang diberikan kepada mereka cepat prosesnya, bunganya rendah, dan persyaratannya ringan. BCC memfasilitasi petani dalam peminjaman modal ke bank, karena bisa menggunakan sertifikat telah mengikuti pelatihan budidaya jamur kancing sebagai jaminan kredit.

(28)

petani jamur hingga usaha mereka sukses dan dapat terus berkembang dengan maksimal. Disamping itu, BCC sering melakukan sosialisasi tentang budidaya jamur kancing kepada para petani jamur setiap tiga bulan sekali. Oleh karena itu, dengan adanya program pemberdayaan yang digagas oleh BCC ini, kegiatan ekonomi masyarakat Tengger dapat berjalan normal kembali pasca erupsi.

Didirikannya BCC ini untuk meningkatkan efektivitas pemulihan ekonomi masyarakat Tengger pasca erupsi dan penciptaan lapangan kerja. Melalui upaya pemberdayaan tersebut dirumuskan kembali mekanisme pemulihan ekonomi masyarakat Tengger yang melibatkan unsur masyarakat, yaitu petani jamur kancing, mulai dari tahap awal sosialisasi budidaya jamur kancing, pelaksanaan, pendampingan, pemantauan, hingga evaluasi.

(29)

(LKM), Agrowisata, Keuangan, Keamanan, Afalis (pengolahan limbah), Minimarket, dan Kesekretariatan.

Mekanisme BCC dalam budidaya jamur kancing, yaitu dengan melibatkan para petani Bromo yang sebelumnya telah mengikuti pelatihan tentang budidaya jamur kancing. Dalam pelaksanaan budidaya jamur, pengawas/ Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) melakukan pendampingan ke gudang-gudang petani. BCC juga melakukan memantau kegiatan petani di agro melalui Manager Cabang. Sedangkan untuk penataan kompos di gudang-gudang, proses linting/ membuka tutup kompos, dan perataan tanah casing di atas kompos dilakukan oleh divisi budidaya jamur. Pada tahap evaluasi petani, BCC memberikan penghargaan kepada petani teladan apabila petani mampu menghasilkan jamur dalam jumlah besar.

Saat jamur sudah memadati rak budidaya dan siap untuk dipanen, maka proses pemetikan dilakukan oleh tenaga petik jamur. Setelah itu, jamur kancing Bromo pun siap untuk dipasarkan, dimana pemasarannya diatur oleh divisi marketing. Untuk memasarkan/menjual jamur kancing langsung ke konsumen

dilakukan oleh divisi minimarket, yang sebelumnya dikemas terlebih dahulu oleh tim packing. Sedangkan untuk hasil panen yang diekspor, divisi transportasi bertugas

(30)

Pada awal berdirinya BCC, BCC bekerjasama dengan Bank UMKM Jawa Timur, Bank Indonesia (BI) Malang, dan PT. Surya Jaya Abadiperkasa. Untuk membantu memecahkan masalah modal kepada para petani jamur kancing di kawasan Gunung Bromo, maka Pemerintah Propinsi Jawa Timur pada bulan Mei 2011 bertempat di Balai Desa Wonokerto Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo, melakukan sosialisasi dengan melibatkan pihak-pihak terkait, yaitu Bank UMKM Jawa Timur, Kadin Kabupaten Probolinggo, PT. Surya Jaya Abadiperkasa, dan masyarakat sekitarnya, yang diharapkan dapat membantu kegelisahan para petani jamur ini.

Sosialisasi tersebut terangkum dalam acara Bromo Champ Community (BCC) sekaligus penandatanganan nota kesepahaman dan sosialisasi perbankan lainnya, untuk mengatasi keterpurukan sektor ekonomi masyarakat Tengger. Salah satunya adalah Bank UMKM Jawa Timur yang diharapkan mampu membiayai dan membina cluster-cluster budidaya jamur kancing. Bantuan dana bergulir dari Bank tersebut

digunakan petani untuk pembuatan gudang/rumah tanam jamur kancing, sedangkan untuk bibit jamur, kompos, dan tanah casing dari pabrik Surya Jaya Abadiperkasa yang terletak di Banjar Sari, Kota Probolinggo. Para calon petani jamur kancing sangat bersemangat pada saat mengikuti pelatihan budidaya jamur kancing. Mereka siap bergegas untuk perekonomian di Bromo yang lebih baik.

(31)

hasil panen jamur, andil pemerintah dalam menjamin harga produksi dan pemasaran jamur, dan menjamin safety bagi pelaku UMKM, yaitu petani jamur kancing untuk keberlanjutan usahanya agar budidaya jamur ini tidak bersifat musiman. Bank UMKM Jawa Timur sebagai salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Jawa Timur ini tidak hanya mencari profit semata tetapi juga membantu dan membina para UMKM yang ada di seluruh Jawa Timur, khususnya petani jamur kancing dimana dapat mengembangkan usahanya dan dapat berperan membantu meningkatkan sektor ekonomi di wilayah Gunung Bromo. Harapan BCC ke depan, Bromo menjadi daerah wisata yang terkenal akan jamurnya.

Setiap tiga bulan sekali BCC mengadakan sosialisasi dan penyuluhan jamur di Viladek agro. Hal yang sama juga dilakukan Bank Indonesia Malang dalam pelatihan peningkatan hasil produksi jamur kancing Bromo. Pemberian penghargaan kepada petani teladan pun juga dilakukan. Terkait peningkatan kualitas budidaya jamur, BCC melakukan study banding ke industri-industri lain, seperti study banding ke industri pembuatan bag log jamur tiram di Junggo Batu, study banding ke home industry olahan jamur di Junggo Batu, dan study banding budidaya jamur kancing ke PT. Eka Timur Raya.

(32)

masyarakat Tengger bersifat kemajuan, penghasilan mereka meningkat berkat adanya gerakan budidaya jamur kancing oleh BCC.

Upaya BCC tersebut membantu para petani jamur untuk kestabilan harga pasar. Hasil panen jamur yang diperoleh sesuai harapan, karena keuntungan bertanam jamur berlipat. Apalagi bekas media tanam berupa kompos bisa digunakan untuk mempersubur tanah. Bekas media tanam jamur dapat langsung digunakan sebagai pupuk tanaman. Ditambah lagi komoditas tersebut telah mampu menembus ekspor sampai ke Amerika Serikat, Jerman, dan Timur Tengah. Selain itu, harga jamur kancing di pasaran cenderung stabil. Hal inilah yang mendorong minat para petani Bromo, khususnya petani Desa Ngadirejo untuk mengembangkan usaha jamur tersebut.

(33)

Pemberdayaan ekonomi melalui budidaya jamur kancing merupakan upaya membangun kemampuan (capacity building) petani dan memberdayakan petani BCC yang ada melalui penyuluhan tentang budidaya jamur, pendampingan sosial, pelaksanaan budidaya jamur, dan evaluasi petani. Dengan didirikannya BCC di Desa Ngadirejo telah diimplementasikan dengan mengacu pada pemberdayaan masyarakat partisipatoris, artinya masyarakat terlibat secara aktif dalam mengawal adanya upaya pemberdayaan tersebut, yang dimulai dari sosialisasi, pelaksanaan, sampai pada tahap evaluasi.

PARTISIPASI PETANI JAMUR KANCING

Dalam upaya pemberdayaan membutuhkan keterlibatan semua pihak secara bersama dan terkoordinasi, agar kesejahteraan ekonomi dapat tercapai dengan lebih dinamis, menyeluruh, dan berkelanjutan. Melalui pemberdayaan partisipatif, kesadaran kritis, dan kemandirian masyarakat Tengger, terutama para petani jamur kancing, membuat mereka mampu berdaya tanpa harus tergantung dengan program pemberdayaan, sehingga mereka bukan hanya sebagai obyek, melainkan sekaligus sebagai subyek dalam upaya pemberdayaan ekonomi oleh BCC.

(34)

memberikan pinjaman modal kepada para petani jamur oleh Bank UMKM Jawa Timur.

Pasca terjadinya erupsi waktu itu masyarakat Desa Ngadirejo yang bertempat tinggal di seberang sungai tetap bertanam sayur hingga sekarang, meskipun sampai saat ini sebagian pasir masih ada. Terdapat 5 RT yang tidak bisa bertanam jamur, yaitu RT 1, RT 2, RT 7, RT 8, dan RT 9 karena lokasi BCC agrowisata letaknya cukup jauh dari rumah mereka. Mereka memang memilih bertani sayur, karena selain jarak tempat tinggal mereka ke BCC agrowisata cukup jauh, angkut komposnya juga sulit. Selain itu cuma kendaraan Jeep hardtop yang masuk.

Pelaksanaan program BCC dilakukan melalui kerjasama antara berbagai pihak dalam mengatasi persoalan secara bersama-sama. Di dalam pemberdayaan terdapat hubungan yang erat antara konsep power (daya) dan konsep disadvantage (ketimpangan). Masalah ketidakterlibatan masyarakat Desa Ngadirejo di seberang sungai dalam upaya pemberdayaan BCC menjadi persoalan yang sulit untuk diatasi. Persoalannya adalah apakah upaya pemberdayaan tersebut mampu memberdayakan masyarakat desa seberang sungai secara partisipatif sehingga mereka dapat ikut bergabung dalam budidaya jamur kancing BCC.

(35)

(Ife dan Tesoriero, 2008: 473). Paradigma pemberdayaan ingin mengubah kondisi masyarakat Desa Ngadirejo di seberang sungai tersebut dengan cara memberi kesempatan pada mereka untuk bergabung dengan BCC dalam budidaya jamur kancing. Kondisi lingkungan Desa Ngadirejo di seberang sungai membuat persoalan ekonomi menjadi persoalan yang cukup susah ditanggulangi.

Hal inilah yang mengindikasikan kegiatan budidaya jamur kancing hanya dilakukan oleh petani Bromo yang berdomisili tidak jauh dengan lokasi BCC. Pada pertanian jamur ini efektifitasnya kurang begitu terasa pada masyarakat Desa Ngadirejo di seberang sungai, karena pelaksanaan budidaya jamur kancing yang kurang mengena akibat dari pemetaan yang kurang melibatkan petani di seberang sungai tersebut.

(36)

Jiwa partisipasi masyarakat petani di Bromo selalu didasarkan pada cita-cita bersama. Mereka mempunyai semangat solidaritas sosial yang tinggi. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut, maka para petani jamur harus bekerja keras dan saling membantu dalam memproduksi jamur kancing. Menurut Ife dan Tesoriero (2008:297), partisipasi harus mencakup kemampuan rakyat untuk mempengaruhi kegiatan-kegiatan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Pemberdayaan ekonomi masyarakat Tengger dilakukan melalui pendekatan partisipatif sehingga dapat membangkitkan peran kelompok petani jamur agar selalu bekerjasama dan bahu-membahu dalam budidaya jamur tersebut, dengan harapan para petani jamur kancing dapat menghasilkan jamur yang berkualitas dan sesuai dengan permintaan pasar.

(37)

Berikut penulis cantumkan bagan dengan tujuan pembaca dapat memahami lebih mudah dan detail tentang kajian yang penulis angkat:

Bagan 1. Upaya Pemberdayaan Ekonomi oleh BCC

Berdasarkan bagan di atas, dapat dideskripsikan secara sederhana bahwa ide budidaya jamur ini muncul karena rasa keprihatinan BCC terhadap masyarakat Tengger, lahan pertanian mereka tidak bisa digarap akibat tumpukan abu vulkanik,

(38)

sehingga banyak petani yang gagal panen, sedangkan pertanian adalah yang menjadi tumpuan hidup bagi masyarakat di sana. Hadirnya gagasan budidaya jamur kancing sebagai alternatif untuk menggeliatkan kegiatan ekonomi masyarakat Bromo. Untuk mengatasi masalah permodalan, BCC bekerjasama dengan Bank UMKM Jawa Timur untuk membantu para petani jamur kancing, dengan harapan Bank UMKM Jawa Timur dapat memberikan kredit yang sesuai dengan kebutuhan para petani. Kredit yang diberikan cepat prosesnya, bunga rendah, dan persyaratan yang ringan. Selain itu para mitra kerja petani ini dapat membina dan memantau perkembangan usaha mereka, juga membantu dalam pemasaran jamur kancing agar dapat berkembang maksimal.

Teori yang digunakan adalah Community Development Jim Ife dan Frank Tesoriero, dimana teori ini melihat pada pemberdayaan masyarakat di era globalisasi yang melibatkan enam dimensi masyarakat, yaitu sosial, ekonomi, politik, kultural, lingkungan hidup, dan spiritual/personal. Upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat Tengger dengan menggunakan sumber daya, inisiatif, dan tenaga ahli lokal untuk membudidayakan jamur kancing yang akan dijalankan oleh masyarakat Tengger itu sendiri, khususnya petani jamur, upaya pemberdayaan ekonomi tersebut dapat berhasil dalam memulihkan kondisi perekonomian pasca erupsi serta menjadi kebanggaan dalam prestasi lokal.

(39)

Keunggulan jamur kancing ini bisa hidup pada suhu 10-20 derajat celsius pada ketinggian 1.500 meter mengingat situasi alamnya di dataran tinggi. Selain itu, menanam jamur kancing lebih mudah daripada menanam kentang atau wartel karena akan mudah layu jika terkena debu Bromo.

Tradisi budaya lokal merupakan bagian penting dalam menanamkan rasa bermasyarakat, dan membantu memberikan rasa identitas kepada mereka. Hal ini dapat dicapai jika industri lokal memiliki identitas lokal yang jelas (yaitu industri yang berbasis pada budaya dan tradisi lokal), seperti BCC agrowisata jamur kancing yang terletak di Desa Ngadirejo ini dapat menjadi icon wisata edukasi di Bromo.

(40)

Metode yang dipakai peneliti menggunakan kualitatif studi kasus dengan intrinsic case study untuk mengetahui secara lebih khusus dan spesifik tentang upaya

pemberdayaan ekonomi BCC dan partisipasi masyarakat dalam memulihkan perekonomian masyarakat Tengger pasca erupsi Gunung Bromo melalui budidaya jamur kancing, dengan jumlah informan mencapai sebelas orang. Analisis yang digunakan yaitu teknik analisis data penjodohan pola.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. BCC menjadi sebuah contoh bagaimana penguatan ekonomi masyarakat yang terdampak bencana alam dapat diintegrasikan ke dalam penanganan pasca bencana. Penguatan ekonomi masyarakat Tengger dilakukan dengan memberdayakan potensi lokal di wilayah Desa Ngadirejo melalui budidaya jamur kancing. Di dalamnya, para petani Bromo diberdayakan secara ekonomi dengan diberikan pelatihan budidaya jamur kancing yang melibatkan pihak-pihak terkait, yaitu Bank UMKM Jawa Timur, Kadin Kabupaten Probolinggo, PT. Surya Jaya Abadiperkasa, dan masyarakat sekitarnya. Selain itu juga dilakukan pendampingan sosial dan pemberian pinjaman modal kepada para petani jamur kancing untuk mendorong semangat dan kemandirian mereka.

(41)

secara aktif dalam pemberdayaan tersebut. Hal itu dimulai dari sosialisasi tentang budidaya jamur kancing, pelaksanaan, hingga pemantauan, dan evaluasi para petani jamur. Pemberian penghargaan kepada petani teladan juga dilakukan BCC untuk mendorong semangat para petani jamur agar bisa meningkatkan hasil produksi jamurnya, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Budidaya jamur kancing selain untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan bencana, juga untuk menciptakan lapangan kerja. Banyak tenaga kerja yang terserap berkat adanya budidaya jamur ini.

c. Bertanam jamur sangat cocok untuk ditanam setelah erupsi karena jenis jamur champignon ini sangat bagus dan didukung situasi alamnya di dataran tinggi

dengan temperatur antara 10-20 derajat Celsius, serta hasil panen yang menjanjikan. Apalagi dalam pelaksanaan budidaya jamur kancing ini bisa di rumah-rumah, jadi sangat mudah dilakukan dan tidak membutuhkan lahan yang luas.

(42)

ini, yaitu budidaya jamur kancing. Dengan adanya gerakan budidaya jamur ini, perekonomian masyarakat Tengger menjadi lebih baik dan pendapatan petani jamur di Desa Ngadirejo meningkat.

e. Partisipasi masyarakat setempat dalam budidaya jamur kancing sangat besar, hal ini terbukti dengan 3.000 petani sayur di kawasan Bromo yang beralih menjadi petani jamur setelah lahan pertanian mereka lumpuh total. Meskipun demikian, ada juga petani yang tetap memilih sebagai petani sayur, dengan tidak terlibat dalam budidaya jamur kancing BCC. Alasan petani tidak ikut terlibat dalam pemberdayaan tersebut karena jarak rumah mereka ke BCC cukup jauh, dan dalam pertanian jamur ini membutuhkan perawatan lebih. Selain itu mereka lebih memilih pekerjaan lain yang cepat menghasilkan uang, karena dalam membudidayakan jamur membutuhkan waktu yang cukup lama untuk masa inkubasi (masa setelah panen, didiamkan lebih kurang 10 hari sebelum diisi kompos baru), belum lagi untuk pembuatan gudang/rumah tanam jamur.

Daftar Acuan

1. Anonymous. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Dinas Sosial Kabupaten Malang 2. Anonymous. 2011. Data Pokok Monografi Desa Ngadirejo Kecamatan

Sukapura Kabupaten Probolinggo

3. Blaikie, P. 2003. “Vunerability and Disaster”, dalam V. Desai dan R. Potter

(ed), The Companion to Development Studies. London: Arnold

(43)

5. Hutomo, M Y. 2000. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Bidang Ekonomi: Tinjauan Teoritik dan Implementasi, Yogyakarta

6. Ife, Jim and Frank Tesoriero. 2006. Community Development: Community-Based Alternatives in an age of Globalisation. Autralia. Diterjemahkan Yakin, Nurul dan M. Nursyahid. 2008. Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

7. Indrasari, Rina. 2003. Kearifan Tradisional Masyarakat Tengger di Desa Ranupani Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang yang Terkait Konservasi Keanekaragaman Hayati di Agroekosistem, Fakultas MIPA Universitas Brawijaya, Malang

8. Kartasasmita, Ginanjar. 1997. Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan yang Berakar pada Masyarakat, Surabaya

9. Newman, W Laurence. 2007. Basics of Social Research: Qualitative and Quantitative Approaches. Second Edition. Boston: Pearson Education

10.Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana

11.Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta Utara: PT. Raja Grafindo Persada

12.Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

13.Yin, Robert K. 2006. Studi Kasus, Desain, dan Metode. Diterjemahkan oleh M. Djauzi Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada

14.Ganish. M, Aditya. 2012. Strategi Dan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Langkah Untuk Meredam Konflik Industrial. Skripsi, Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya.

15.Munjazi, Syukron. 2009. Pemberdayaan Masyarakat Untuk Mengurangi Kemiskinan Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)-Mandiri. Skripsi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

16. http://bprjatim.co.id/peran-bank-umkm-jawa-timur-kepada-para-petani-jamur-kancing-champignon-di-daerah-gunung-bromo-pasca-erupsi/

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian dengan menggunakan regresi berganda, diketahui bahwa model memiliki nilai koefisien determinasi 0,226, yang berarti bahwa variable yang diuji

Suhu tanah tertinggi terdapat pada lahan kelapa sawit umur 2 tahun dengan tutupan vegetasi yang rendah dan kelembaban tanah tertinggi juga terdapat pada area kelapa sawit berumur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua jenis kesilapan yang dilakukan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Muhammadiyah Malang dalam menerjemahkan teks

Buku visual Pranatamangsa ini dirancang untuk menjembatani budaya adiluhung tersebut kepada generasi muda saat ini, agar generasi muda mengenal kalender tradisional

Bagi guru, hasil penelitian ini sebagai masukan dalam memperluas pengetahuan wawasan mengenai pengembangan kemampuan membaca dengan menggunakan metode iqro dan dapat digunakan

kondisi lingkungan permukiman yang sehat dengan sistem sarana dan prasarana yang ramah lingkungan serta Pengembangan permukiman sehat dan infrastruktur perkotaan dan

Setelah data primer atau data utama pada riset dilakukan, sebagai sarana pendukungnya adalah data bersifat sekunder atau yang kedua, maksudnya adalah bahwa selain data utama,

 Membuat lembar kerja untuk praktik macam-macam bentuk garnish sesuai dengan bahan dan alat yang tersedia..  Mempraktikkan macam-macam