• Tidak ada hasil yang ditemukan

Representasi Konsep Feminisme dalam Novel The Hunger Games dan Divergent

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Representasi Konsep Feminisme dalam Novel The Hunger Games dan Divergent"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

REPRESENTASI KONSEP FEMINISME DALAM NOVEL THE HUNGER GAMES DAN DIVERGENT

Oleh Ade saputra

Feminisme menunjukkan bahwa perempuan dapat setara dengan laki-laki dan juga dapat memiliki kekuasaan terhadap laki-laki. Perempuan yang memiliki kemampuan, keahlian, dan dapat menggali potensi diri dengan optimal, serta dapat menguasai dan tidak diremehkan oleh laki-laki dijadikan sebagai tolak ukur feminisme. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan mengenai konsep feminisme serta mengetahui perbedaan konsep feminisme pada novel The Hunger Games dan Divergent. Kedua novel tersebut merupakan novel yang bergenre sama yang membahas tentang perempuan sebagai tokoh utama.

Peneliti menggunakan teory Tong untuk menganalisis konsep feminisme pada penelitian ini. Untuk mendukung analisis ini, peneliti juga mengembangkannya dengan teori-teori lain seperti teori Humm dan Abrams. Metode yang digunakan adalah kualitatif, dimana peneliti dapat menemukan representasi konsep-konsep feminisme berdasarkan gambaran dan keterangan – keterangan secara jelas dan faktual tentang sebuah gambaran konsep feminisme yang terdapat pada novel The Hunger Games dan Divergent.

Hasil dari penelitian ini adalah penulis menemukan 20 konten dari 8 konsep feminisme. Pada novel The Hunger Games ditemukan 5 konsep feminisme dari 8 konsep, yaitu Liberal, Marxis, Eksistensialisme, Psikoanalisis dan Gender dan Ekofeminisme. Konsep feminisme yang paling banyak ditemukan yaitu feminisme Marxis sebanyak 5 konten. Pada novel Divergent ditemukan 5 konsep feminisme dari 8 konsep, yaitu Liberal, Marxis, Eksistensialisme, Posmoderenisme, dan Multikultural dan Global. Konsep feminisme yang paling banyak ditemukan feminisme Eksistensialisme sebanyak 3 konten.

(2)

ABSTRACT

THE REPRESENTATION OF FEMINISM CONCEPTS IN THE HUNGER GAMES AND DIVERGENT NOVEL

By Ade Saputra

Feminism shows that women are equal with men and may also have authority over men. Women who have the ability, expertise, and can explore their potential optimally, and able to master and not to be underestimated by men serve as the benchmark for feminism. Based on this background, the objective of this study was to determine and describe the concept of feminism and to know the different concepts in The Hunger Games and Divergent novel. Both of the novels are the novels which have the same genre discussed about the woman as main character. The researcher used Tong’s theory to analyze the concept of feminism in this study. To support this analysis, the researcher also developed it with other theories, like Humm and Abrams’s theories. The method used is qualitative, where researcher could find the representation of the feminism concepts based on the clear and factual description and the evidences of the representation of feminism concepts contained in The Hunger Games and Divergent novel.

The results of this study showed there are 20 contents of 8 concepts of feminism. In the Hunger Games novel were found 5 of 8 concept, consisting liberal, Marxist, existentialism, psychoanalysis and gender and ecofeminism. The most common consept is marxist feminism as much as 5 concept. In the Divergent novel were found 5 of 8 concept consisting of liberal ,Marxist, existentialism, postmodernism, and global and multicultural feminism. The most common concept that is found is existentialism feminism as much as 3 contents.

(3)

REPRESENTASI KONSEP FEMINISME DALAM NOVEL THE HUNGER GAMES DAN DIVERGENT

Oleh Ade Saputra

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI

pada

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK NUIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

19 Maret 1993 lahirlah seorang bayi laki-laki yang diberi nama Ade Saputra, Penulis dilahirkan di Bandar Lampung sebagai anak ketiga dari enam bersaudara pasangan Bapak Baheramsyah Arsyad dan Ibu Nurbaiti.

Penulis awal masuk sekolah yaitu di TK Trisula II Bandar Lampung dan lulus pada tahun 1999, setelah itu masuk ke Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Palapa Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2005, lalu penulis melanjutkan kejenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 9 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2008, lulus dari SMP akhirnya penulis dapat melanjutkan kejenjang selanjutnya yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 4 Bandar Lampung dan akhirnya bisa lulus pada tahun 2011.

(8)

The future depends on

(9)

Persembahan

Alhamdullilahirobbialamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala

nikmat, kemudahan dan karunia yang Engkau berikan. Ku

persemhakan karya kecilku ini untuk orang-orang terkasih di hidupku

Papah dan Mamah tercinta

Sebagai hadiah kecil atas perjuangan mereka membesarkan ku, ribuan

terimakasih yang terlontar dari bibir takkan mampu membalasnya,

semoga dengan ini dapat menjadi langkah awal bagiku untuk dapat

membahagiakan mereka.

Kakak dan adikku

Sebagai rasa penyemangatku, terimakasih karena selalu

ada untuk diriku

Pendidik ku

Pahlawan tanpa tanda jasa, ungkapan rasa terimakasih atas ilmu

yang diberikan, semoga menjadi amal yang terus mengalir. Amin

Sahabat-sahabat ku

Yang setia mendengarkan keluh kesah ku, menemaniku saat suka dan

duka, memberikan pengalaman hebat yang tak terlupakan

Wanita spesial

Seseorang yang selalu berjuang bersamaku, menemaniku,

menyemangatiku dan selalu ada buatku

(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk, dan kemudahanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Representasi Konsep Feminisme Dalam Novel The Hunger Games dan Novel Divergent sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini tidak semata berbekal pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, tetapi banyaknya bantuan, dukungan, motivasi, dan semangat dari berbagai pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, Selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Komunikasi serta membantu penulis dalam mengarahkan judul skripsi yang baik untuk penulis.

3. Ibu Andi Windah, S.I.Kom,. MComn&MediaSt, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktu untuk sabar membimbing dan memberikan saya banyak ilmu dan pengetahuan baru yang bermanfaat serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.

(11)

serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Agung Wibawa, S.Sos.I., M.SI selaku dosen pembimbing akademik penulis dan seluruh jajaran dosen FISIP Universitas Lampung khususnya jurusan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan bermanfaat selama penulis menuntut ilmu di jurusan ini.

6. Kedua orang tua saya, papah Baheramsyah dan mamah Nurbaiti. Serta Kakakku Adrian Saputra dan istrinya Martina Yudha Lestari serta ponakan kecilku M. Fedrian Pratama. Atu Andyna Cahaya Putri dan ketiga adikku Dicky Saputra, Devita Anggraini, dan Mutiara Sarani. Terima kasih untuk seluruh bantuan dan doa dari keluarga semua.

7. Wanita yang selalu menemaniku Erlin Nuryati S.S , Terima kasih atas semua dukunganmu, semangatmu, motivasimu, yang selalu kamu berikan untukku.

8. Untuk para sahabatku, Tjabe, The Cuyung’s, teman-teman komunikasi 2011, KKN Desa Tegal Gondo Lampung Timur, sahabat SMA Gita dan eci, serata seluruh teman-teman yang mungkin tidak dapat saya sebutkan namanya, terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya.

Pada akhirnya, terlalu banyak orang baik yang terlibat dalam penulisan skripsi ini yang namanya

tidak bisa saya tuliskan satu per satu. Untuk kalian semua, semoga beruntung di jalan yang

masing-masing kalian tempuh. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Aamiin, Aamiin Ya Rabbal Al-Aamiin.

Penulis,

(12)

DAFTAR ISI A. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 9

B. Feminisme Dalam Kajian Teoritis ... 11

1. Sejarah Feminisme ... 11

2. Pengertian Feminisme ... 14

3. FeminismeMenurut Teori Tong ... 15

C. Perkembangan Feminisme Melalaui Media Massa... 22

D. Kerangka Pikir ... 27

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Teknik analisis data ... 36

IV. Gambaran Umum Penelitian A. Profil Novel The Hunger Games ... 38

1. Profil Pengarang Novel The Hunger Games ... 40

2. Tokoh Dalam Novel The Hunger Games ... 41

B. Profil Novel Divergent... 43

1. Profil Pengarang Novel Divergent ... 45

(13)

V.Hasil dan Pembahasan

A. Hasil ... 48

1. Analisis Konsep Feminisme Pada Novel The Hunger Games ... 49

a. Feminisme Liberal ... 49

b. Feminism Marxis ... 51

c. Feminism Psikoanalisisdan Gender ... 57

d. Feminism Eksisitensialisme ... 60

e. Ekofeminisme ... 62

2. Analisis konsep feminism pada novel Divergent ... 63

a. Feminisme Liberal ... 63

b. Feminisme Marxis ... 66

c. Feminisme Eksistensialisme ... 67

d. Feminisme Posmoderenisme ... 70

e. Feminisme Multikulturaldan Global ... 73

3. Perbedaan Konsep Feminisme Pada Novel The Hunger games dan Divergent ... 74

a. Konsep Feminisme Pada Novel The Hunger Games dan Divergent ... 75

B. Pembahasan ... 79

VI. Kesimpulandan Saran A.Kesimpulan ... 84

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gender diperkenalkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan tuhan dan yang bersifat bentukan budaya yang dipelajari dan disosialisasikan sejak kecil. Menurut Humm (2002;181) “Kesenjangan gender adalah suatu istilah umum

untuk perbedaan-perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam

ketenagakerjaan dan pendapatan.”

Gender memposisikan dan menempatkan subjek dengan tubuh perempuan dengan keharusan untuk memiliki gender yang sama dengan tubuhnya, gender bagi setiap perempuan adalah feminim. Apapun juga, perempuan secara kasar dalam logika ini terdiri dari dua lapisan yang membentuknya menjadi seseorang tertentu.

(15)

2

perkembangan yang sangat pesat. Diawali dengan kelahiran era pencerahan yang terjadi di Eropa dimana Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condoracet sebagai pelopornya. Menjelang abad 19 gerakan feminisme ini lahir di negara- negara penjajahan Eropa dan memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai universal sisterhood.

Sejak kemunculannya pertama kali di Amerika, Eropa, dan Prancis, feminisme telah mengalami perkembangan dan penyebaran yang pesat ke berbagai negara di penjuru dunia. Perkembangan dan penyebaran feminisme tersebut telah memunculkan istilah feminisme gelombang pertama. Rosemarie Putnam Tong (2006) dalam Wiyatmi (2012) mengemukakan bahwa feminisme bukanlah sebuah pemikiran yang tunggal, melainkan memiliki berbagai ragam yang kemunculan dan perkembangannya sering kali saling mendukung, mengoreksi, dan menyangkal pemikiran feminisme sebelumnya. Tong (2006) mengemukakan adanya delapan ragam pemikiran feminisme, yaitu feminisme liberal, feminisme radikal, feminisme marxis dan sosialis, feminisme psikoanalisis dan gender, feminisme eksistensialis, feminisme posmodern, feminisme multikultural dan global, dan ekofeminisme.

(16)

topik yang sangat menarik dalam media massa, sebab perempuan selalu menampakan sisi-sisi yang dapat dijadikan objek untuk disimak.

Media massa merupakan bagian penting dalam penyebaran informasi tentang perempuan dan gerakan feminis. Media massa terbagi atas dua yaitu media elektronik dan media cetak. Media massa membentuk opini masyarakat tentang budaya, sosial dan ekonomi. Hal ini menyebabkan apapun yang ditampilkan oleh media massa menjadi sebagai suatu kebenaran yang membentuk pola pikir serta mengkontruksi kehidupan sosialnya yang mengubah sikap, persepsi dan perilaku kesehariannya.

Pembentukan opini masyarakat dari media massa bukan hanya dari televisi maupun surat kabar. Buku menjadi salah satu media massa, melalui buku seseorang dapat menyampaikan pemikiran dan pendapatnya kepada khalayak luas. Buku dianggap sebagai media paling dapat dipercaya sehingga banyak menggunakannya sebagai referensi. Novel adalah salah satu jenis buku. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1996, novel adalah karangan prosa yang panjang

mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekeliling dengan menonjolkan watak dan sifat prilaku.

Dalam penelitian ini penulis akan meneliti dua novel yaitu novel The Hunger Games dan novel Divergent. Kedua novel yang akan diteliti ini merupakan novel

(17)

4

Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2009. The Hunger Games merupakan novel trilogi dan dijadikan sebuah film yang sangat terkenal di seluruh belahan dunia. Penulis memilih novel ini sebagai objek penelitian karena berdasarkan beberapa kriteria, pertama novel The Hunger Games merupakan novel best seller dan telah memenangkan beberapa penghargaan seperti California Young Reader Medal dan Best Book of the Year pada tahun 2008. Kedua, novel ini mendapatkan tanggapan positif dari pembaca, selain itu novel ini berisi banyak nilai feminisme yang digambarkan melalui tokoh utama. Ketiga, novel ini sudah diterjemahkan ke dalam 26 bahasa dan terjual di 38 negara.

The Hunger Games adalah sebuah novel yang terdapat sisi feminim yang

terwakilkan pada tokoh Katniss Everdeen. Collins menciptakan karakter Katniss Everdeen sebagai remaja putri berusia 16 tahun, ayahnya tewas saat kecelakaan di pertambangan saat ia berumur 11 tahun, tinggal bersama ibu dan adik perempuannya bernama Primrose Everdeen. Sebagai anak tertua, Katniss memiliki rasa bertanggungjawab serta menempatkan dirinya sebagai pengganti peran seorang ayah di dalam keluarganya.

(18)

pemerintahan Capitol. Feminim yang lembut melawan maskulin yang cenderung melakukan kekerasan.

Sedangkan Divergent adalah novel fiksi ilmiah karya penulis Amerika Serikat Veronica Roth. Berlatar tempat di Chicago, novel ini merupakan seri pertama dalam trilogi Divergent. Novel Divergent diterbitkan pada tahun 2011 diterbitkan oleh Katherine Tegen Books Collin dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Anggun Prameswari dan diterbitkan oleh Mizani Fantastis pada tahun 2012. Divergent mampu memperoleh predikat New York Times Best Seller pada tahun 2011.

Divergent adalah sebuah novel yang berkisah di kota Chicago, masa depan

usai perang nuklir yang menghancurkan dunia. Penduduk kota dibagi menjadi 5 faksi : Abnegation untuk orang-orang yang tidak mementingkan diri sendiri dan tanpa pamrih; Amity untuk orang-orang yang cinta perdamaian; Candor untuk orang-orang jujur; Dauntless untuk orang-orang pemberani; dan Erudite untuk orang-orang cerdas. Setiap tahunnya, semua penduduk yang berusia enam belas tahun harus mengikuti tes bakat yang akan menentukan faksi yang paling cocok bagi mereka. Setelah menerima hasil tes, mereka harus memutuskan apakah akan tetap tinggal bersama keluarga atau bergabung dengan faksi baru.

(19)

6

bersama para Dauntless. Namun, Tris harus lulus tes inisiasi terlebih dulu agar bisa diterima. Tak ada jalan kembali tak lulus inisiasi berarti Tris akan bergabung dengan orang-orang yang terbuang dan hidup menggelandang. Para calon Dauntless diharuskan bertarung untuk benar-benar menjadi anggota dari faksi Dauntless, mulai dari bertarung fisik sampai mental, dan pada akhirnya, hanya sepuluh orang saja yang akan diterima sebagai anggota.

Penulis sangat tertarik membandingkan kedua novel ini karena, adanya sisi menarik antara kedua tokoh utama di dalam novel tersebut. Sisi feminisme pada tokoh utama The Hungers Games terlihat pada saat Katniss menentang pemerintahan Capitol yang otoriter demi melindungi ibu dan adiknya. Naluri seorang wanita yang lembut ini yang membuat Katniss mendapatkan simpati dari masyarakat untuk melawan Capitol, dengan kelembutannya dia bisa melawan maskulin yang cenderung melakukan kekerasan. Sedangkan pada tokoh utama Divergent feminis lebih ingin melakukan pemberontakan dan ingin menyetarakan

Beatrice dengan laki-laki.

(20)

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas dapat dikemukakan suatu perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah konsep feminisme yang digambarkan dalam novel The Hunger Games dan Divergent?

2. Apakah perbedaan konsep feminisme pada novel The Hunger Games dan Divergent tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan mengenai konsep feminisme pada novel The Hunger Games dan Divergent.

2. Untuk mengetahui perbedaan konsep feminisme pada novel The Hunger Games dan Divergent.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian Ilmu Komunikasi, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan studi konsep feminisme pada novel dalam kajian media massa.

(21)

8

c. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi refrensi para pembaca khususnya wanita yang ingin mengetahui kedudukan feminiame perempuan dari dalam novel.

2. Secara Praktis

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan tolak ukur penelitian. Tinjauan pustaka tentang penelitian terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan permasalahan penelitian : teori, konsep-konsep, analisa, kesimpulan yang dilakukan oleh penelitian ini.

Penelitian dalam novel dengan menggunakan teori feminisme telah dilakukan oleh Tri Ayu Nutrisia Syam tahun 2013 dalam skripsinya yang berjudul Representasi Nilai Feminisme Tokoh Nyai Ontosoro Dalam Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer. Penelitian ini membahas tentang apa isi pesan yang ingin di sampaikan Pramoedya Ananta Toer dalam novel Bumi Manusia dan bagaimana representasi nilai feminisme tokoh Nyai Ontosoroh dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer.

(23)

10

Penelitian kedua yang dilakukan oleh Fajar Rianto tahun 2010 dalam skripsinya yang berjudul Representasi Nilai Feminisme Dalam Film Ku Tunggu Jandamu (studi analisis Semiotika Representasi Feminisme melalui Tokoh Persik). Dalam penelitian ini, penulis ingin mencari 6 konsep feminisme yang digambarkan oleh tokoh Persik, 6 konsep feminisme tersebut adalah liberal, marxis, radikal kultural, sosialis, posmodernt, dan feminisme eksistensialis.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini terlihat pada penilitian tersebut lebih memfokuskan dengan menggunakan studi semiotika untuk menemukan ke 6 konsep feminisme tersebut, tetapi pada penelitian ini peneliti fokus terhadap perbandingan antara kedua novel.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Ignes Olyen Nandra tahun 2011 dalam skripsinya yang berjudul Novel Lakar Pelangi dan Novel Ma Yan (Studi Kajian Perbandingan). Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui persamaan pada kedua novel tersebut, yaitu tentang penokohan, alur, amanat serta peristiwa hidup yang disampaikan oleh kedua novel tersebut yang hampir sama.

(24)

B. Feminisme Dalam Kajian Teoritis 1. Sejarah Feminisme

Lahirnya gerakan feminisme yang dipelopori oleh kaum perempuan terbagi menjadi tiga gelombang dan pada masing-masing gelombang memiliki perkembangan yang sangat pesat.

Pada feminisme gelombang pertama, kata feminisme sendiri pertama kali dikreasikan oleh aktivis sosialis utopis yaitu Charles Fourier pada tahun 1837. Kemudian pergerakan yang berpusat di Eropa ini pindah ke Amerika dan berkembang pesat sejak adanya publikasi buku yang berjudul the subjection of women (1869) karya John Stuart Mill, dan perjuangan ini menandai kelahiran gerakan feminisme pada gelombang pertama.

Memang gerakan ini sangat diperlukan pada saat itu (abad 18) karena banyak terjadi pemasungan dan pengekangan akan hak-hak perempuan. Selain itu, sejarah dunia juga menunjukkan bahwa secara universal perempuan atau feminine merasa dirugikan dalam semua bidang.

(25)

12

seperti laki-laki yang sering berada di luar rumah.

Maka, dari latar belakang demikian, di Eropa berkembang gerakan untuk menaikkan derajat kaum perempuan tetapi gaungnya kurang keras, baru setelah di Amerika Serikat terjadi revolusi sosial dan Politik, perhatian terhadap hak-hak kaum perempuan mulai mencuat. Tahun 1792 Mary Wolllstonecraft membuat karya tulis berjudul Vindication of the right of Woman yang isinya dapat dikatakan meletakan dasar prinsip- prinsip feminisme dikemudian hari. Pada tahun-tahun 1830-1840 sejalan terhadap pemberantasan praktek perbudakan, hak hak kaum perempuan mulai diperhatikan, jam kerja dan gaji kaum ini mulai diperbaiki dan mereka memberi kesempatan ikut dalam pendidikan dan diberi hak pilih, sesuatu yang selama ini dinikmati oleh kaum laki-laki.

Setelah berakhirnya perang dunia kedua, yang ditandai dengan lahirnya Negara-negara baru yang terbebas dari penjajahan negara-negara Eropa maka lahirlah gerakan Feminisme gelombang kedua pada tahun 1960 dimana fenomena ini mencapai puncaknya dengan diikutsertakannya kaum perempuan dan hak suara perempuan dalam hak suara parlemen. Pada tahun ini merupakan awal bagi perempuan mendapatkan hak pilih dari selanjutnya ikut mendiami ranah politik kenegaraan.

(26)

Dalam the laugh of the Medusa, Cixous Secara lebih spesifik banyak feminis- individualis kulit putih dan meskipun tidak semua, mengarahkan obyek penelitiannya pada perempuan-perempuan dunia ketiga, meliputi negara-negara Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Dalam berbagai penelitian tersebut, telah terjadi proses universalisme perempuan sebelum memasuki konteks relasi sosialis, agama, ras dan budaya.

Banyak kasus menempatkan perempuan dunia ketiga dalam konteks “all women”dimana semua perempuan adalah sama. Dalam beberapa karya sastra novelis perempuan kulit putih yang ikut dalam perjuangan feminisme yang masih terdapat lubang hitam, yaitu tidak adanya representasi perempuan perempuan budak dari tanah jajahan sebagai subyek. Penggambaran pejuang feminisme adalah masih mempertahankan posisi budak sebagai pengasuh bayi dan budak pembantu di rumah-rumah kulit putih.

Perempuan dunia ketiga tenggelam sebagai penderita yang sama sekali tidak memiliki politik agensi selama sebelum dan sesudah perang dunia kedua. Pejuang tanah Eropa yang lebih mementingkan kemerdekaan bagi laki-laki daripada perempuan. Terbukti kebangkitan semua Negara- negara terjajah dipimpin oleh elit nasionalis dari kalangan pendidikan, politik, dan militer yang kesemuanya adalah laki-laki. Pada era itu kelahiran feminisme gelombang kedua mengalamai puncaknya. Tetapi perempuan dunia ketiga masih dalam kelompok yang bisu.

(27)

14

melihat bahwa mereka perlu menyelamatkan perempuan- perempuan yang teropresi di dunia ketiga, dengan asumsi bahwa semua perempuan adalah sama.

Di samping itu, juga dikenal feminisme poskolonialisme (Lewis and Mills, 1991) atau sering kali juga dikenal sebagai feminisme dunia ketiga (third world feminism) (Sandoval dalam Lewis and Mills, 1991).

Feminisme postmodern atau termasuk ke dalam feminisme gelombang ketiga, berusaha untuk menghindari setiap tindakan yang akan mengembalikan pemikiran falogosentrisme atau setiap gagasan yang mengacu kepada kata (logos) yang bergaya “laki-laki”. Oleh karena itu, feminisme posmodern memandang dengan curiga setiap pemikiran feminis yang berusaha memberikan suatu penjelasan tertentu mengenai penyebab opresi terhadap perempuan, atau sepuluh langkah tertentu yang harus diambil perempuan untuk mencapai kebebasan (Tong, 2006: 283).

2. Pengertian Feminisme

(28)

perempuan (Humm,2007: 157–158). Dinyatakan oleh Ruthven (1985: 6) bahwa pemikiran dan gerakan feminisme lahir untuk mengakhiri dominasi laki-laki terhadap perempuan yang terjadi dalam masyarakat. Melalui proyek (pemikiran dan gerakan) feminisme harus dihancurkan struktur budaya, seni, gereja, hukum, keluarga inti yang berdasarkan pada kekuasaan ayah dan negara, juga semua citra, institusi, adat istiadat, dan kebiasaan yang menjadikan perempuan sebagai korban yang tidak dihargai dan tidak tampak.

Seperti dikemukakan oleh Abrams (1981) bahwa feminisme sebagai aliran pemikiran dan gerakan berawal dari kelahiran era Pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley Mon-tagu dan Marquis de Condorcet. Perkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan pertama kali didirikan di Middelburg, sebuah kota di selatan Belanda pada 1785. Menjelang abad 19 feminisme lahir menjadi gerakan yang cukup mendapatkan perhatian dari para perempuan kulit putih di Eropa. Perempuan di negara-negara penjajah Eropa mempejuangkan apa yang mereka sebut sebagai universal sisterhood (persaudaraan perempuan yang bersifat universal).

3. Feminisme Menurut Teori Tong

(29)

16

dikemukakan oleh Tong itu yang paling banyak bisa peneliti temukan konsep feminisme yang terdapat pada novel The Hunger Games dan Novel Divergent. Tong (2006) mengemukakan adanya delapan ragam pemikiran feminisme, yaitu:

a. Feminisme Liberal

(30)

perempuan dari peran gender yang opresif, yaitu dari peran-peran yang digunakan sebagai alasan atau pembenaran untuk memberikan tempat yang lebih rendah, atau tidak memberikan tempat sama sekali bagi perempuan, baik di dalam akademi, forum, maupun pasar (Tong, 2006).

b. Feminisme Radikal

Berbeda dengan feminisme liberal yang berjuang bagi pencapaian kesetaraan hak-hak perempuan di segala bidang kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan personal, feminisme radikal yang berkembang dari partisipasi mereka dalam satu atau lebih gerakan sosial radikal di Amerika Serikat pada awal 1960- an, memiliki hasrat untuk memperbaiki kondisi perempuan (Tong, 2006). Feminisme radikal mendasarkan pada suatu tesis bahwa penindasan terhadap perempuan berakar pada ideologi patriarki sebagai tata nilai dan otoritas utama yang mengatur hubungan laki-laki dan perempuan secara umum. Oleh karena itu, perhatian utama feminisme radikal adalah kampanye anti kekerasan terhadap perempuan.

c. Feminisme Marxis

(31)

18

ketertundukan perempuan dan hubungan antara model- model produksi dan status perempuan, serta menerapkan teori perempuan dan kelas pada peran keluarga (Humm, 2007).

d. Feminisme Psikoanalisis dan Gender

Tong (2006) menjelaskan bahwa feminisme psikoanalisis dan gender mengemukakan gagasan bahwa penjelasan fundamental atas cara bertindak perempuan berakar dalam psikis perempuan, terutama dalam cara berpikir perempuan. Dengan mendasarkan pada konsep Freud, seperti tahapan odipal dan kompleks oedipus, feminis psikoanalisis mengklaim bahwa ketidak- setaraan gender berakar dari rangkaian pengalaman pada masa kanak-kanak awal mereka. Pengalaman tersebut mengakibatkan bukan saja cara masyarakat memandang dirinya sebagai feminin, melainkan juga cara masyarakat memandang bahwa maskulinitas adalah lebih baik dari femininitas.

(32)

2006). Sebagai konsekuensi jangka panjang dari kecemburuan terhadap penis (penis envy) dan kompleks Oedipus yang dialaminya, maka menurut Freud (dalam Tong, 2006) perempuan menjadi narsistis, mengalami kekosongan, dan rasa malu.

Perempuan menjadi narsistis ketika ia mengalihkan tujuan seksualnya aktif menjadi pasif, yang termanifestasikan pada keinginan untuk lebih dicintai dari pada mencintai. Semakin cantik seorang anak perempuan, semakin tinggi harapannya untuk dicintai. Karena tidak memiliki penis, anak perempuan menjadi kosong, dan mengkompensasikannya pada penampilan fisiknya yang total. Dengan penampilan yang baik secara umum akan menutupi kekurangannya atas penis. Rasa malu dialami anak perempuan karena tanpa penis, dia melihat tubuhnya yang terkatrasi (tersunat).

Menurut feminisme gender, anak laki-laki dan perempuan tumbuh menjadi dewasa dengan nilai-nilai serta kebaikan gender yang khas, yaitu yang merefleksikan pentingnya keterpisahan pada kehidupan laki-laki dan pentingnya ketertarikan pada kehidupan perempuan dan berfungsi untuk memberdayakan laki-laki dan melemahkan perempuan dalam masyarakat patriarkal (Tong, 2006).

e. Feminisme Eksistensialisme

(33)

20

eksistensialisme Beauvoir mengemukakan bahwa laki-laki dinamai “laki

-laki” sang Diri, sedangkan “perempuan” sang Liyan (the other). Jika Liyan

adalah ancaman bagi Diri, maka perempuan adalah ancaman bagi laki-laki. Oleh karena itu, menurut Beauvoir jika laki-laki ingin tetap bebas, maka ia harus mensubordinasi perempuan (Beauvoir, 2003; Tong, 2006).

f. Feminisme Posmodernisme

Secara luas feminis posmodern seperti Helene Cixous, Luce Irigaray, dan Julia Kristeva mengem- bangkan gagasan intelektualinya dari filsuf eksistensialis Simone de Beauvoir, dekonstruksionis Jacques Derrida, dan psikoanalis Jacques Lacan (Tong, 2006). Seperti Beauvoir, ketiga feminis posmodern ini berfokus pada “ke-Liyanan” perempuan. Seperti Derrida, ketiganya juga gemar menyerang gagasan umum mengenai kepengarangan, identitas, dan Diri. Seperti Lacan, ketiganya mendedikasikan diri untuk menafsirkan kembali pemikiran tradisional Freud yang kemudian merubuhkan tafsir- tafsir yang semula dianggap baku menjadi dewasa dengan nilai-nilai serta kebaikan gender yang khas, yaitu yang merefleksikan pentingnya keterpisahan pada kehidupan laki-laki dan pentingnya ketertarikan pada kehidupan perempuan dan berfungsi untuk memberdayakan laki-laki dan melemahkan perempuan dalam masyarakat patriarkal (Tong, 2006).

g. Feminisme Multikultural dan Global

(34)

(Tong, 2006). Sebagai pemikiran feminisme yang mundukung keberagaman, maka feminisme multikultural menyambut perayaan atas perbedaan dari para pemikir multikultural dan menyayangkan bahwa teori feminis sebelum- nya yang seringkali gagal membedakan antara kondisi perempuan kulit putih, kelas menengah, heteroseksual, Kristen yang tinggal di Negara yang maju dan kaya, dengan kondisi yang sangat berbeda dari perempuan lain yang mempunyai latar belakang yang berbeda (Tong, 2006).

Feminisme multikultural melihat bahwa penindasan terhadap perempuan tidak dapat hanya dijelaskan lewat patriarki, tetapi ada keterhubungan masalah dengan ras, etnisitas, dan sebagainya. Sementara itu, dalam feminisme global bukan hanya ras dan etnisitas yang berhubungan dengan penindasan terhadap perempuan, tetapi juga hasil dari koloni- alisme dan dikotomi dunia pertama dan Dunia Ketiga.

h. Ekofeminisme

(35)

22

Bedasarkan penjelasan di atas teori feminisme tersebut akan menjadi sebuah acuan peneliti dalam mencari konsep-konsep yang terdapat dalam novel The Hunger Games dan Novel Divergent. Peneliti hanya memfokuskan delapan konsep feminisme yang sudah dijelaskan oleh Tong.

C. Perkembangan Feminisme Melalui Media Massa

Feminisme merupakan sebuah arus pemikiran yang muncul di awal dekade 1900 yang kemudian berkembang menjadi sebuah gerakan massal yang sangat berpengaruh. Khusus Indonesia mengalami sebuah peningkatan dikala kuota perempuan dalam keanggotaan dewan sendiri mengalami kejelasan kuantitatif secara konstitusi yakni 30%. Pada saat kaum hawa menuntut adanya posisi yang jelas serta peran yang secara efektif mampu memperjuangkan hak-hak mereka terutama di kancah politik praktis yang harapannya mampu merambah ke ranah sosial, ekonomi, dan kehidupan mereka. Misi yang merupakan substansi pokok lahirnya feminisme global yakni keadilan dan kesetaraan perempuan disegala aspek kehidupan,yang kemudian akan berimbas pada posisi mereka sebagai warga negara, ibu rumah tangga, maupun seorang akademisi atau politikus.

(36)

merupakan nama kedua atas organisasi pergerakan perempuan di Indonesia yang mencoba memperjuangkan hak-hak perempuan Indonesia pasca kemerdekaan, mencoba menjadi sarana berkumpul, berdiskusi, serta turut dalam perjuangan-perjuangan politik negara ini. Gerwis yang setelah Kongres I nya telah resmi merubah diri menjadi Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) ini, sangat kental dengan pengaruh sosialis-komunis Lenin, dan sempat diberitakan bahwa Gerwani

menjadi „sayap‟ perjuangan PKI, dibidang kewanitaan.

Namun,sejarah Indonesia yang penuh dengan intrik dan penyelewengan fakta, data, dan realita, telah berhasil menjatuhkan dan mengubur selamanya organisasi tersebut, terutama pada 1 Oktober 1965 disaat Soeharto berhasil naik tahta, dan mulai mengkampanyekan sesaat atas organisasi tersebut. Padahal dari sanalah sebenarnya perjuangan perempuan Indonesia dibidang politik mulai berkibar sangat besar, secara kuantitatif maupun kualitatif. Pendidikan politik pertama bagi perempuan Indonesia sudah mulai dirintis dan berkembang cukup pesat pada gerakan ini.

Satu kenyataan yang tidak terbantahkan bahwa dalam memperjuangkan posisi perempuan di ranah publik memang tidak terlepas oleh peran media massa. Menurut Bungin (2006) “Media massa adalah institusi yang berperan sebagai

(37)

24

a. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu peran sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju.

b. Selain itu, media massa juga menjadi media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang terbuka dan jujur dan benar disampaikan media massa kepada masyarakat, maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang kaya dengan informasi, masyarakat yang terbuka dengan informasi sebaliknya pula masyarakat akan menjadi masyarakat informatif, masyarakat yang dapat menyampaikan informasi dengan jujur kepada media massa.

c. Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of chane, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan budaya serta berperan untuk mencegah perkembangannya budaya-budaya yang jusru merusak peradaban manusia dan masyarakatnya.

(38)

yang berusaha memperjuangkan hak-hak perempuan, baik melalui jalur politik praktis, sosial, ekonomi dan pendidikan. Peran media massa saat ini memang sangat dibutuhkan, media informasi maupun sebagai sarana sosialisasi, karena merupakan alat utama dalam komunikasi massa untuk menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen sehingga mudah untuk mengekspos gerak dan potensi diri mereka.

Menurut Bungin (2006; 78) “Komunikasi massa adalah salah satu aktivitas sosial

yang berfungsi di masyarakat.” Sebagai salah satu aktivitas sosial dimasyarakat

komunikasi massa dapat memberikan sebuah pemberitahuan tentang sosial kepada masyarakat.

Menurut W. Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) dalam Bungin (2006) sesuatu bisa diidentifikasikan sebagai komunikasi massa jika mencakup hal-hal berikut ini:

1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan moderen untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar.

2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesan bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain.

(39)

26

4. Sebagai sumber, komunikasi massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga.

5. Komunikasi dikontrol oleh gatekeeper (penapis informasi). Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa.

6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda.

Kelebihan komunikasi massa dibandingin dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan komunikasi media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas. Oleh karena itu untuk memperjuangkan posisi perempuan di ranah publik dibutuhkan komunikasi massa melalui peran media massa baik cetak ataupun elektronik. Chat Garcia Ramilo (1993) yang mengajak para pelaku gerakan feminis untuk merengkuh teknologi khususnya media massa untuk dijadikan ajang perjuangan politik feminis.

The internet, the media and telecommunication are not just tools. The

woman’s movement have adapted ICTs to advance the cause of feminism

through the use of media and electronic network tools to amplify their

advocacies and to reach a global audience”

(40)

media massa dalam menyampaikan informasi secara menyeluruh sangat penting dalam perkembangan feminisme di Indonesia.

D. Kerangka Pikir

Melihat fenomena yang ada di masyarakat perempuan sering muncul sebagai simbol kehalusan dan perjuangan, perempuan melawan keterkaitan pada hubungan kekuasaan yang menempatkannya pada kedudukan yang lebih rendah dibandingkan laki dan perempuan banyak dijadikan objek penderita oleh laki-laki. Cermin feminisme dalam sebuah tokoh cerita mengalami pergerakan untuk berubah dan berjuang untuk membebaskan dirinya dari ketertindasan dan perjuangan untuk mendapatkan kesetaraan hak yang adil sama seperti yang dimiliki oleh laki-laki. Penelitian ingin mencoba mengulas tentang konsep feminisme melalui novel The Hunger Games dan Divergent, serta peneliti akan membandingkan konsep feminisme yang terdapat pada kedua novel tersebut.

(41)

28

Feminisme adalah menggabungkan doktrin persamaan hak bagi perempuan yang menjadi gerakan yang terorganisasi untuk mencapai hak asasi perempuan, dengan sebuah ideologi transformasi sosial yang bertujuan untuk menciptakan dunia bagi perempuan.

Pada penelitian ini, peneliti menekankan pada delapan konsep feminisme menurut Tong. Perbandingan antara kedua novel akan dilihat pada perbedaan konsep feminisme yang terkandung pada kedua novel tersebut. Dalam penelitian ini, Tong (2006) mengemukakan adanya delapan ragam pemikiran feminisme, yaitu feminisme liberal, feminisme radikal, feminisme marxis dan sosialis, feminisme psikoanalisis dan gender, feminisme eksistensialis, feminisme posmodern, feminisme multi kultural dan global, dan ekofeminisme.

Kedelapan konsep feminisme tersebut yang akan menjadi acuan penulis untuk melakukan penelitian terhadap kedua novel tersebut. Perbandingan pada novel The Hunger Games vs Divergent akan di lihat dari konsep feminisme menurut

(42)

Bagan Kerangka Fikir

Konsep Feminisme

Novel The Hunger Games

a. Feminisme Liberal b. Feminisme Radikal

c. Feminisme Marxis

d. Feminisme Psikoanalisis dan Gender e. feminisme Eksistensialisme f. Feminisme Posmoderenisme g. Feminisme Multikultural dan Global

h. Feminisme Ekofeminisme

Perbedaan Konsep Feminisme pada novel The Hunger Games vs

Divergent

(43)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah penlitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6).

Penelitian kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan – keterangan secara jelas dan faktual tentang sebuah gambaran konsep feminisme yang terdapat pada novel The Hunger Games dan Divergen. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moelong (2007:7), kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tulisan / lisan dari orang lain/perilaku yang diamati. Dengan menggunakan tipe penelitian kualitatif ini merupakan tipe yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah pada penelitian ini.

(44)

tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata akan tetapi kadang kala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi dan melacaknya lebih jauh kebalik sesuatu yang nyata tersebut.

B. Metode penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan analis isi (content analysis). Pendekatan analisis isi merupakan suatu langkah yang ditempuh untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Disamping itu, pendekatan analisis isi dapat digunakan, misalnya untuk mengetahui apakah lagu-lagu Indonesia sekarang ini lebih berorientasi pada cinta dari kritik sosial, atau apakah drama yang sering kali muncul di layar televisi akhir-akhir ini lebih mengungkapkan kehidupan “cengeng” daripada realitis, dan berbagai bentuk isi komunikasi lainnya (Jalaludin

2001 : 89)

Pada dasarnya analisis isi kualitatif memandang bahwa segala macam produksi pesan adalah teks. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan- bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik/metode penelitian.

(45)

32

secara eksplisit. Untuk memenuhi syarat sistematis, untuk kategori isi harus menggunakan kategr tertentu. Hasil analisis haruslah menyajikan generalisasi, artinya temuannya harus mempunyai sumbangan teoritis, temuan yang hanya deskriptif rendah nilainya (Sujono dan H. Abdurrahman 2005 : 15)

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian yang bersifat menggambarkan sebuah konsep feminisme yang terdapat di dalam novel. Pertimbangan yang mendasari peneliti menggunakan metode ini dikarenakan peneliti ingin mengambarkan konsep feminisme yang terdapat di dalam novel The Hunger Games dan Divergent.

C. Fokus Penelitian

Pada penelitian ini penulis hanya memfokuskan penelitian pada delapan konsep Feminisme menurut Rosemerice Putnam Tong. Penulis akan mencari konsep feminisme tersebut dari novel The Hunger Games dan Divergent. Dalam penelitian ini penulis akan berusaha mencari kedelapan konsep yang terdapat pada kedua novel tersebut, jika kedelapan konsep tersebut tidak ditemukan semuanya, penulis hanya memfokuskan mencari konsep feminisme dari kedua novel tersebut. Selanjutnya jika konsep feminisme sudah ditemukan penulis akan membandingkan apakah ada perbedaan antara konsep feminisme yang terdapat pada novel The Hunger Games dan konsep feminisme yang ditemukan di novel Divergent.

(46)

sama-sama memperjuangkan hak mereka di negaranya, banyak konsep feminisme yang digambarkan melalui kedua tokoh utama pada novel The Hungers Games dan Divergent.

Indikator kedelapan konsep feminisme yang akan menjadi acuan peneliti dalam menentukan adegan pada novel yang sesuai dengan penelitian adalah :

1. Feminisme Liberal

1. Adanya kesetaraan kesempatan dalam pendidikan formal bagi perempuan. 2. Adanya peran di dalam kehidupan sosial bagi perempuan.

3. Perempuan tidak ingin dibebebankan dalam hambatan ekonomi maupun hambatan hukum.

2. Feminisme Radikal

a. Perempuan disini ingin memiliki hasrat untuk memperbaiki kondisi perempuan.

b. Perempuan aktif untuk melakukan pemberontakan dengan melakukan kampanye anti kekerasan.

3. Feminisme Marxis

a. Perempuan memandang masalah terhadap perempuan dalam kerangka kritik kapitalisme.

b. Perempuan berasumsi bahwa penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi.

(47)

34

4. Feminisme Psikoanalisis dan Gender

a. Feminis psikoanalisis mengklaim bahwa ketidaksetaraan gender berakar dari pengalaman pada masa kecil.

b. Feminisme gender seharusnya anak laki-laki dan perempuan menjadi dewasa dengan nilai-nilai serta kebaikan gender yang khas.

5. Feminisme Eksistensialisme

a. Eksistensi perempuan selalu harus di bawah laki-laki. b. Perempuan disini dijadikan sebuah objek bagi laki-laki. 6. Feminisme Posmoderenisme

a. Perempuan menolak perbedaan antara laki-laki dan perempuan serta perempuan harus diterima dan dipelihara.

b. Perempuan menolak cara berfikir laki-laki yang diproduksi melalui bahasa laki-laki dan cara berfikir feminis yang fanatik / tradisional.

7. Feminisme Multikultural dan Global.

a. Perempuan lebih mendukung keberagaman dan tidak membeda-bedakan ras, agama, serta status sosial ekonomi.

b. Mendukung kesetaraan pendidikan dan untuk melakukan pemberontakan terhadap laki-laki.

8. Ekofeminisme

a. Perempuan harus selalu dilibatkan dalam seluruh ekosistem.

b. Perempuan diibaratkan seperti alam, jika alam dirusak oleh laki-laki maka keberlangsungan hidup perempuan pun akan merasa dirusak.

(48)

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Hal ini bertujuan membuat paparan yang sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat objek penelitian. Dengan demikian diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran dan memaparkan bagaimana konsep feminisme yang terdapat pada novel The Hunger Games dan Divergent, kemudian dianalisis untuk membandingkan apakah ada

perbedaan konsep feminisme pada kedua novel tersebut (Moloeng, 2007:4).

E. Sumber Data

Data dalam penelitian berupa narasi, dan dialog tokoh. Sumber data dalam penelitian ini berupa novel The Hunger Games karya Suzanne Collins yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama setebal 407 halaman. Penulis juga menggunakan novel Divergent yang sudah diterjemahkan oleh Anggun Prameswari ke dalam Bahasa Indonesia setebal 543 halaman. Kedua novel tersebut digunakan oleh penulis sebagai sumber data primer.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Studi Pustaka

(49)

36

2. Studi Dokumenter

Teknik ini merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan dengan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Studi dokumenter meliputi artikel-artikel, situs internet dan buku-buku yang mengkaji tentang komunikasi serta yang berkaitan dengan analisis ini.

G. Teknik analisis data

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskritif dengan tahapan penelitian meliputi 4 tahap :

1. Mengidentifikasi data yang merupakan konsep feminisme pada kedua novel tersebut. Pada tahap ini, Peneliti membaca kedua novel secara berulang dan peneliti mengidentifikasi data dengan mendeskripsikan apa yang dilihat pada saat membaca. Peneliti baru mendata sepintas tentang informasi yang diperolehnya.

2. Menganalisis nilai feminisme konsep feminisme berdasarkan teori Tong (2006) pada buku Kritik Sastra Feminis (Wiyatmi; 2012). Pada tahap ini, peneliti memilih segala informasi yang diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu, lalu peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis secara mendalam tentang fokus masalah.

(50)

hasil yang telah dianalisis dan menyeseuaikan dengan rumusan masalah apakah tujuan dari analisis ini sudah tercapai.

4. Membuat kesimpulan berdasarkan data yang sudah dianalisis. Pada tahap ini peneliti membuat kesimpulan dari apa yang di lakukan pada tahap pertama, kedua, dan ketiga, apakah data yang di anilisis sudah benar-benar sesuai dengan tujuan penelitian.

(51)

A. Kesimpulan

Penelitin ini dilakukan untuk menganalisis konsep-konsep feminisme yang digambarkan dalam novel The Hunger Games dan Divergent. Penulis menggunakan metode kualitatif dalam menganalisis data berdasarkan tujuan penelitian. Pada penelitian ini, penulis hanya melihat feminisme dari sudut pandang Tong, menurutnya ada delapan konsep feminisme yang dapat digambarkan. Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :

1. Pada novel The Hunger Games ditemukan 5 konsep feminisme dari delapan konsep yang ada, antara lain Liberal, Mrxis, Eksistensialisme, Psikoanalisis dan Gender dan Ekofeminisme. Konten pada konsep feminisme yang paling banyak ditemukan yaitu feminisme Marxis sebanyak 5 konten.

2. Pada novel Divergent ditemukan 5 konsep feminisme dari delapan konsep yang ada, antara lain Liberal, Marxis, Eksistensialisme, Posmoderenisme, dan Multikultural dan Global. Konten feminisme yang paling banyak ditemukan feminisme Eksistensialisme.

BAB V

(52)

B. Saran

Adapun saran-saran peneliti yang berkaiatan dengan peneitian ini adalah : 1. Untuk pengarang pada karya sastra selanjutnya, diharapkan mampu

menciptakan karya-karya sastra lainnya yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dan posisi perempuan pada saat ini. Agar perempuan dapat mengetahui dan memilki kesadaran untuk menyetarakan kedudukannya dalam masyarakat.

2. Masyarakat seharusnya tidak hanya mengkonsumsi media massa untuk memperoleh hiburan dan informasi, khususnya sebuah buku, harusnya bisa menelaah makna baik yang ada dibalik sebuah media massa dan menyaring segala bentuk informasi, dan dapat memilih sebuah media yang bisa memberikan ilmu lebih dalam menangani masalah yang ada di masyarakat.

(53)

87

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burham. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Bungin, Burham. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Carter, David. 2006. Literary Theory. Great Britain: Pocket Essentials.

Chat Garcia Ramilo.1993.’Beyond tools : Technology as a feminist agenda’ dalam http://www.development-beyond/bttaafa.htm

Collins, Suzanne. 2008. The Hunger Games. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gandhi Mathama. 2002. Kaum Perempuan Dan Ketidakadilan Sosial. Yogjakarta : Pustaka Pelajar.

Haryanto, Sindung. 2012. Spektrum Teori Sosial dari Klasik hingga Postmodern. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Humm, Maggie. 2002. Ensiklopedia Feminisme.

Jalaluddin Rahmad, Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Contoh Analisis Statis, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001

(54)

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ni Komang Arie Suwastini. 2013. Perkembangan Feminisme Barat Dari Abad Kedelapan Belas Hingga Postfeminisme : Sebuah Tinjauan Teoritis. Vol 2. Universitas Pendidikan Ganesa Singraja Indonesia

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikas Massa. Jakarta: Rajawali Pers

Simone De Beauvoir. 1989. The Second Sex. Vintage Books Edition

Sujono dan H. Abdurrahman, Metode Penelitian (Suatu Pemikiran Dan Penerapan), Jakarta, PT Rineka Cipta, 2005.

Venny Adriana. 2003. Jurnal Perempuan: Perempuan Dalam Fundamentalisme. Jakarta : Yayasan Jurnal Perempuan.

Veronica, Roth. 2012. Divergent.Bandung: Mizan Fantasi

Wiyatmi. 2012. KRITIK SASTRA FEMINIS: Teori dan Aplikasinya dalam Sastra Indonesia.Yogyakarta: Penerbit Ombak

Sumber Internet

Anggraini, Intan F. 2008. Hetih Rusli (The Hunger Games Trilogy Indonesian Translator). https://hungergamesina.wordpress.com/the-hunger-games-trilogy-in-bahasa/the-hunger-games/. Diakses pada 8 Oktober 2014.

Zainal, Wildan. 2014. Pengertian Feminisme.

(55)

89

Sumber Skripsi

Ainun, Hilda Nur. 2015. The Spirit of Feminism Against Women Negative

Stereotypes in Veronica Roth’s Divergent. Universitas Brawijaya.

Nandra, Ignes Olyen. 2011. Novel Lakar Pelangi dan Novel Ma Yan (Studi Kajian Perbandingan). Universitas Andalas. Padang

Rianto, Arga Fajar. 2010. Representasi Nilai Feminisme Ku Tunggu Jandamu (Studi Analisis Semiotika Representasi Feminisme melalui Tokoh Persik). Universitas Pembangunan dan Nasional.

Syam, Triayu Nutrisia. 2013. Representasi Nilai feminisme Tokoh Nyai Ontosoroh dalam novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer (Sebuah Analisis Wacana). Universitas Hasanuddin Makasar.

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat penelitian ini adalah agar dapat lebih membantu pembaca novel untuk memahami pesan yang ingin disampaikan penulis novel sehingga gambaran objektif tentang feminisme

Sedangkan perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang relevan adalah jika penelitian tersahulu mengkaji aspek motivasi dari novel Negeri 5

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui aturan pemberian nama kepada anak di dalam Islam dan Katolik dan mengetahui perbedaan dan persamaan

Persamaan dalam hubungannya dengan sesama dalam kedua novel tersebut yaitu kedua tokoh dalam novel selalu berupaya dalam menjaga kerukunan dan rasa hormat dengan

Pada penelitian ini yang mendasari peneliti untuk hanya menganalisa konsep feminisme dari tokoh permpuan yang terdapat dalam iklan tersebut dan bukan

Pada tahap kedua film “Toys Story 3” scene-scene yang sudah dipilah tersebut akan dianalisa secara mendalam dan dimaknai, yang menunjukkan adegan feminisme liberal dari perempuan,

Pada penelitian ini yang mendasari peneliti untuk hanya menganalisa konsep feminisme dari tokoh permpuan yang terdapat dalam iklan tersebut dan bukan

Peneliti ingin mengungkap bentuk-bentuk deiksis persona dan rujukan deiksis yang terdapat dalam kedua novel tersebut melalui kalimat- kalimat yang diucapkan oleh setiap tokoh cerita