• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Produksi dengan Dua Input

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fungsi Produksi dengan Dua Input"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Fungsi Produksi dengan Dua Input

• Sebagian besar proses produksi menggunakan dua input atau lebih untuk menghasilkan

barang/jasa. Misalnya, untuk memproduksi output q digunakan input x1 dan x2.

q = f (x1, x2)

Perubahan output q merupakan fungsi dari input variabel x1 dan x2.

(2)

Tabel Produksi dengan Dua Input

𝑥𝑥2 8 7 6 5 4 3 2 1

Produksi 9

13 16 15 13 10 6 3

46 46 42 37 30 24 12 6

69 69 66 60 54 39 17 8

92 91 88 80 72 52 21 9

109 108 106 100 85 61 24 10

124 123 120 113 93 66 26 10

136 134 128 120 95 66 25,5

9

144 140 132 121 95 64 24,5

7

x1 1 2 3 4 5 6 7 7

(3)

Grafik Steriometrik Fungsi Produksi

dengan Dua Input

(4)

Isoquant

• Fungsi produksi pada gambar dalam dimensi tiga merupakan bidang melengkung 𝑞𝑞0 dapat dihasilkan sepanjang garis pada bidang fungsi produksi setinggi 𝑞𝑞0 yang merupakan garis

trans. Garis trans ini diproyeksikan kebidang dasar, disebut isoquant.

Isoquant adalah kurva yang menggambarkan semua kemungkinan kombinasi input untuk menghasilkan output tertentu.

(5)

Isoquant

(6)

Penggantian Input (Input Substitution)

• Suatu kondisi dimana salah satu input harus digantikan oleh input lain untuk

mempertahankan tingkat output disebut

Marginal Rate of Technical Substitution (Daya Substitusi atau Daya Pengganti Teknis

Marginal/MRTS).

(7)

Tabel Marginal Rate of Technical Substitution

Isoquant I Isoquant II Isoquant III 𝑥𝑥1 𝑥𝑥2 MRTS 𝑥𝑥1 𝑥𝑥2 MRTS 𝑥𝑥1 𝑥𝑥2 MRTS

2 1 2 3 4 5 6 7

11 8 5 3 2,3 1,8 1,6 1,8

-3

3 2 0,7 0,5 0,2 -0,2

4 3 4 5 6 7 8 9

13 10 7 5 4,2 3,5 3,2 3,5

-3

3 2 0,8 0,7 0,3 -0,3

6 5 6 7 8 9 10 11

15 12 9 7 6,2 5,5 5,3 5,5

-3

3 2 0,8 0,7 0,2 -0,2

(8)

𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀 = − ∆𝑥𝑥∆𝑥𝑥2

1 = − 𝑑𝑑𝑥𝑥𝑑𝑑𝑥𝑥2

1

𝑞𝑞 = 𝑓𝑓 𝑥𝑥1, 𝑥𝑥2

𝑑𝑑𝑞𝑞 = 𝑓𝑓1𝑑𝑑𝑥𝑥1 + 𝑓𝑓2𝑑𝑑𝑥𝑥2

Pada suatu isoquant dq = 0 0 = 𝑓𝑓1𝑑𝑑𝑥𝑥1 + 𝑓𝑓2𝑑𝑑𝑥𝑥2 𝑑𝑑𝑥𝑥𝑑𝑑𝑥𝑥2

1 = 𝑓𝑓𝑓𝑓1

2 ⇒MRTS = 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀1 MRTS sama dengan perbandingan marginal 2

product. MRTS merupakan negatif dari slope isoquant. Isoquant selalu berslope negatif dan berkurva cembung (convex) yang menunjukkan bahwa MRTS menurun.

(9)

Isocost

Isocost menunjukkan berbagai kombinasi

input yang dapat dibeli dengan sejumlah biaya tertentu. Jika input yang digunakan x1 dengan harga r1 dan x2 dengan harga r2, maka

kombinasi input yang dapat diperoleh dengan biaya sebesar C0 adalah:

𝐶𝐶0 = 𝑟𝑟1𝑥𝑥1 + 𝑟𝑟2𝑥𝑥2 ⇒ 𝑥𝑥2 = 𝐶𝐶0

𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟1

𝑟𝑟2 𝑥𝑥1

(10)

kurva isocost

(11)

Keseimbangan Produsen

Titik A merupakan titik optimum (producer equilibrium).

Persamaan garis isocostnya adalah:

𝐶𝐶0 = 𝑟𝑟1𝑥𝑥1 + 𝑟𝑟2𝑥𝑥2 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑥𝑥2 = 𝐶𝐶0

𝑟𝑟1 𝑟𝑟1 𝑟𝑟2 𝑥𝑥1 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 = − 𝑟𝑟1

𝑟𝑟2

(12)

3 kemungkinan optimasi, yaitu :

1. Memaksimumkan produksi dengan kendala biaya akan dicapai keuntungan maksimum.

Mencapai isoquant terjauh yang terjangkau budget space, yaitu isoquant𝑞𝑞1. A merupakan

titik optimum, titik singgung antara isoquant dan isocost, sehingga slope isoquant sama dengan

slope isocost (merupakan syarat pertama atau syarat yang diperlukan/ necessary condition).

−𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀 = − 𝑟𝑟𝑟𝑟1

2 ⟹ MRTS = 𝑟𝑟𝑟𝑟1

Syarat kedua atau syarat mencukupi/sufficient 2

condition adalah convexity of isoquant.

(13)

Dicari dengan calculus, secara Lagrange:

Memaksimumkan q = 𝑓𝑓(𝑥𝑥1, 𝑥𝑥2) dengan kendala biaya : 𝐶𝐶0 − 𝑟𝑟1𝑥𝑥1 − 𝑟𝑟2𝑥𝑥2 = 0

𝐿𝐿 = 𝑓𝑓 𝑥𝑥1, 𝑥𝑥2 + 𝜆𝜆(𝐶𝐶0 − 𝑟𝑟1𝑥𝑥1 − 𝑟𝑟2𝑥𝑥2) 2. Meminimumkan biaya dengan kendala

produksi

Pada produksi 𝑞𝑞0 dicari isocost yang terdekat dengan 0 yaitu titik A pada C, titik singgung, slope sama dengan MRTS = 𝑟𝑟𝑟𝑟1

1

(14)

Meminimumkan C0 = r1x1 + r2x2 dengan kendala

𝑞𝑞0 − 𝑓𝑓 𝑥𝑥1, 𝑥𝑥2 = 0: 𝑍𝑍 = 𝑟𝑟1𝑥𝑥1 + 𝑟𝑟2𝑥𝑥2 + 𝜇𝜇{𝑞𝑞0 − 𝑓𝑓 𝑥𝑥1, 𝑥𝑥2 }

(15)

3. Tanpa Kendala

Optimasi produksi tanpa kendali berarti memaksimumkan keuntungan dengan persamaan berikut:

𝜋𝜋 = 𝑀𝑀 − 𝐶𝐶

𝜋𝜋 = 𝑃𝑃𝑞𝑞 − 𝑟𝑟1𝑥𝑥1 − 𝑟𝑟2𝑥𝑥2

𝜋𝜋 = 𝑃𝑃𝑓𝑓 𝑥𝑥1, 𝑥𝑥2 − 𝑟𝑟1𝑥𝑥1 − 𝑟𝑟2𝑥𝑥2 𝜋𝜋𝑚𝑚𝑚𝑚𝑥𝑥: 𝜕𝜕𝑥𝑥𝜕𝜕𝜕𝜕

1 = 𝜋𝜋1 = 0 𝜕𝜕𝑥𝑥𝜕𝜕𝜕𝜕

2 = 𝜋𝜋2 = 0

(16)

Isocline

Isocline adalah tempat kedudukan titik-titik pada isoquant yang mempunyai slope yang sama

Isocline

(17)

Expansion path

Expansion path merupakan isocline yang istimewa karena slopenya sama dengan

perbandingan harga input (slope budget line atau isocost).

Expansion path adalah tempat kedudukan titik-titik optimum pada berbagai isoqunt.

Semua titik pada expansion path memenuhi syarat MRTS = 𝑟𝑟𝑟𝑟1

2

(18)

expansion path

(19)

Ridge line

Ridge line (garis tembereng) juga merupakan isocline yang istimewa karena merupakan

tempat kududukan titik pada isoquant yang mempunyai slope nol atau tak terhingga

(horisontal dan vertikal).

Ridge line

(20)

Skala Produksi (Return to Scale)

• Perubahan output karena perubahan input secara proporsional disebut Return to Scale.

(21)

Derajat homogenitas atau koefisien fungsi (k)

menunjukkan bagaimana hubungan isokuan dan total produksi, sehingga dapat diketahui sifat skala

produksinya.

Fungsi produksi bersifat homogen derajat satu (k = 1), berarti isokuan berjarak sama (bersifat constant return to scale). k > 1 berarti isokuan merapat saat output

naik (bersifat increasing return to scale), sebaliknya, k <

1 berarti isokuan merenggang saat output naik (bersifat decreasing return to scale). Suatu fungsi

disebut bersifat homogen derajat k jika semua variabel dikalikan a, maka fungsi tersebut menjadi berlipat ak.

y = f (x1, x2,…,xn)

y = f (ax1, ax2,…,axn) = aky

(22)

Fungsi Biaya Produksi

Fungsi biaya adalah fungsi yang menunjukan hubungan antara biaya dan jumlah produksi.

Berdasarkan periode waktunya, terdapat biaya jangka pendek (short run) dan jangka panjang (long run).

(23)

Biaya Jangka Pendek (Shortrun Cost)

Biaya Tetap (Fixed Cost atau FC), biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi. Berapapun

tingkat output yang dihasilkan, besarnya selalu sama.

Misalnya pembelian lahan, gedung dan mesin.

Biaya Variabel (Variable Cost atau VC), biaya yang

besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi. Semakin besar jumlah output, semakin besar biaya variabel

yang dikeluarkan untuk menambah penggunaan input variabel. Misalnya bibit, tenaga kerja, dan pupuk.

Biaya Total (Total Cost atau TC), jumlah dari total biaya tetap dan variabel. Kenaikan output akan menambah biaya variabel, sehingga menambah biaya total

TC = FC + VC

(24)

Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Cost atau AFC), biaya tetap total dibagi dengan jumlah output. Karena FC total tetap, maka peningkatan output akan menurunkan biaya tetap rata-rata per unit output.

AFC = 𝐹𝐹𝐹𝐹𝑞𝑞

Biaya Variabel Rata-rata (Average Variable Cost atau AVC), biaya variabel total dibagi dengan jumlah output. Awalnya peningkatan output akan menurunkan AVC kemudian

sampai pada titik tertentu penambahan output akan menaikkan AVC.

AVC = 𝑉𝑉𝐹𝐹𝑞𝑞

Biaya Rata-rata (Average Cost atau AC), yaitu biaya total dibagi dengan jumlah output.

𝐴𝐴𝐶𝐶 = 𝑀𝑀𝐶𝐶 𝑞𝑞

(25)

Biaya marjinal (Marginal Cost atau MC) merupakan tambahan biaya total karena

tambahan 1 unit output atau perubahan biaya perkesatuan produksi. Dalam biaya marjinal berlaku hukum The Law of Diminishing Return (Tambahan Hasil yang Makin Menurun)

𝑀𝑀𝐶𝐶 = ∆𝐶𝐶

∆𝑞𝑞 ≈

𝑑𝑑𝐶𝐶

𝑑𝑑𝑞𝑞 = 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝐴𝐴𝐶𝐶𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 𝑀𝑀𝐶𝐶

MVC = MC ; MFC = 0 AV𝐶𝐶𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = MVC = MC

(26)

C = C (q)

q C FC VC AC AFC AVC MC 0

1 2 3 4 5 6

60 90 100 105 115 135 180

60 60 60 60 60 60 60

0 30 40 45 55 75 120

90 50 35 28,75

27 30

60 30 20 15 12 10

30 20 15 13,75

15 20

30 10 5 10 20 45

Tabel Hubungan Biaya dan Output

(27)

Fungsi Biaya Jangka Pendek

(28)

Biaya Jangka Panjang (Longrun Cost)

• Dalam jangka panjang, produsen dimungkinkan untuk mengubah jumlah semua input yang

digunakan, sehingga semua input termasuk input variabel. Biaya jangka pendek (Short run cost) menggambarkan keadaan dengan FC

tertentu, misalnya STC (Shortrun Total Cost). Jika terjadi tambahan investasi, FC bertambah

menjadi 𝑀𝑀𝑀𝑀𝐶𝐶2, 𝑀𝑀𝑀𝑀𝐶𝐶3 dan seterusnya.

(29)

Shortrun dan Longrun Cost

(30)

Optimum Produksi

• Optimum produksi adalah suatu kondisi dimana produsen mendapat keuntungan maksimum.

𝜋𝜋 = 𝑀𝑀 − 𝑐𝑐

𝜋𝜋 = 𝑃𝑃𝑞𝑞 − 𝐶𝐶 𝑞𝑞 𝜋𝜋𝑚𝑚𝑚𝑚𝑥𝑥 = 𝑑𝑑𝜕𝜕𝑑𝑑𝑞𝑞 = 0

𝑑𝑑2𝜋𝜋

𝑑𝑑𝑞𝑞 < 0

𝑑𝑑𝜕𝜕

𝑑𝑑𝑞𝑞 = 𝑠𝑠 − 𝑑𝑑𝐹𝐹𝑑𝑑𝑞𝑞 = 0 ⇒ 𝑀𝑀𝐶𝐶 = 𝑃𝑃

(31)

Optimum Produksi

(32)

• Optimum produksi pada pasar persaingan

sempurna terjadi pada saat MC = P (necessity condition) dan 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑞𝑞2𝜕𝜕 < 0 (sufficient condition) karena harga ditentukan oleh pasar. Pada

harga 𝑃𝑃1 jumlah produksi 𝑞𝑞1

• Keuntungan = (𝑃𝑃1 − 𝐴𝐴𝐶𝐶)𝑞𝑞1. Pada harga 𝑃𝑃2, harga dibawah𝐴𝐴𝐶𝐶𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚, sehingga keuntungan negatif (rugi), tetapi tetap memproduksi

sebesar 𝑞𝑞2 dalam jangka pendek karena 𝑃𝑃2 > 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐶𝐶.

(33)

Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Cobb Douglas adalah fungsi produksi yang dinyatakan sebagai

𝑄𝑄 = 𝐴𝐴𝐿𝐿𝛼𝛼𝐾𝐾𝛽𝛽 Dimana:

Q = output

L = Tenaga kerja K = Modal

A, 𝛼𝛼, 𝛽𝛽 adalah parameter positif dalam setiap kasus

Gambar

Tabel Produksi dengan Dua Input
Grafik Steriometrik  Fungsi Produksi  dengan Dua Input
Tabel  Marginal Rate of Technical  Substitution
Tabel  Hubungan Biaya dan Output

Referensi

Dokumen terkait

Biaya tetap rata-rata yang diperoleh dari biaya tetap (FC) dibagi jumlah output (Q) yang diproduksi.. Kunci dan pembahasan soal ini bisa dilihat di www.zenius.net dengan

Kurva Biaya Total Rata-Rata Jangka Panjang ( Long Run Average Cost ) atau LRAC dapat didefinisikan sebagai kurva yang menunjukkan biaya rata-rata yang paling minimum untuk

Komponen biaya dapat dibagi menjadi tiga yaitu biaya tetap ( fixed cost ), biaya variabel ( variable cost ), dan biaya keseluruhan ( total cost ). Sedangkan komponen

mengetahui biaya total produksi yang dikeluarkan dari air minum isi ulang yang ada dengan menghitung jumlah biaya tetap ( total fixed cost ) dan jumlah biaya tidak tetap

mengetahui biaya total produksi yang dikeluarkan dari air minum isi ulang yang ada dengan menghitung jumlah biaya tetap (total fixed cost) dan jumlah biaya tidak tetap

Perhitungan pengeluaran nelayan digunakan formulasi rumus sebagai berikut: ...2 Keterangan: TC Total Cost = Total pengeluaran nelayan FC Fixed Cost = Biaya tetap VC Variable Cost =

TOTAL BIAYA PRODUKSI TOTAL BIAYA PRODUKSI = TOTAL FIXED COST + TOTAL VARIABEL COST • Fixed Cost merujuk pada biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh jumlah output yang

al, 1976 dalam Asyisifa 2009, rumus yang digunakan untuk menghitung biaya produksi adalah sebagai berikut : TC=FC+VC Dimana : TC= Total Cost/Biaya Total Rupiah FC= Fixed